Anda di halaman 1dari 11

RESUME PATOFISIOLOGI

GANGGUAN CAIRAN TUBUH

DISUSUN OLEH:

AJENG ANDINI

(1913353021)

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR ANATOMI DAN FISIOLOGI CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

1. Cairan Tubuh

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut).

Sumber-sumber cairan (input & output)

 INPUT OUTPUT
- Metabolik 200 ml - GIT 100 mL
- Makanan 700 ml - Kulit 600 ml
- Minum 1600 ml - Paru 300 ml
- Ginjal 1500 ml

Metabolik => respirasi seluler aerobik (produksi ATP) => sintesis dehidrasi (glukosa +
fruktosa => sukrosa + H2O)

CAIRAN TUBUH TOTAL (TBW) DAN DISTRIBUSINYA

• Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia
> 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %.
• Dewasa pada laki-laki 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat
badan.
• Pada Orang Tua Total Body Water 45 – 50% berat Badan
• Lemak pada dasrnya bebas air, maka semakin sedikit lemak semakin tinggi persentase air
• Jaringan otot memiliki kandungan air tinggi
• Wanita umumnya secara proporsional mempunyai lemak lebih banyak dr Otot

CAIRAN EKSTRASELULAR

1. Cairan Interstitial : Cairan yang mengelilingi sel, sekitar 11- 12 liter pada orang dewasa.
Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF
adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
2. Cairan Intravaskular : Cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume
plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 L dimana 3 liternya merupakan
plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet (trombosit).

3. Cairan transeluler : Cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti
serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan.
Pada keadaan tertentu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam
jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.

SELURUH CAIRAN TUBUH DIDISTRIBUSIKAN KE DALAM KOMPARTEMEN


INTRASELULAR DAN KOMPARTEMEN EKSTRASELULAR

1. Cairan intraselular
• Cairan yang terkandung di dalam sel disebut cairan intraselular, 40% dr BB.
• Pada orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram),
sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.

2. Cairan ekstraselular
• Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular, 20% dari BB • Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari
cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular.
• Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari
volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata
70 kg.

2. Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
• Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
• Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).
• Kation. Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangka kation
utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat di
dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.
• Anion. Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat. Karena
kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka nilai
elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak
mencerminkan komposisi cairan intraseluler.
- Natrium Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-
145mEq/liter
- Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:
• Left atrial stretch reseptor
• Central baroreseptor
• Renal afferent baroreseptor
• Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
• Atrial natriuretic factor
• Sistem renin angiotensin
• Sekresi ADH
• Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)
• Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB
dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces
35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15
gram NaCl).

ELEKTROLIT

1. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting
di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar
53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah, sedangkan yang tidak dapat berpindah
adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter,
kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan
konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72
mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter

2. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan
lewat feces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake
(pemasukan), besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi
oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%)
ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.

3. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan +10
mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.
4. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir
daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali bikarbonat yang
akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting
peranannya dalam keseimbangan asam basa.

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh oleh ginjal, kulit, paru, dan
gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau
mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik
hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
 Ginjal : fungsi ginjal yakni sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah. Pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian
ginjal seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500 c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya
disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui
tubuli renalis yang sel-selnva menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran
urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-
rata 1 ml/kg/ bb/jam.

 Kulit : Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui
pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui cara
pemancaran yaitu dengan melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa
cara konduksi, yaitu pengalihan panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi,
yaitu dengan mengalirkan udara yang telah panas ke permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasan
air yang jumlahnya kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat
yang dihasilkan dapat diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi
tubuh yang panas.

B. PENGATURAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


DALAM TUBUH
1. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
terhadap upaya kemampuan bernapas.

2. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang
hilang dalam sistem ini sekitar 100200 ml/ hari.

3. Sistem Endokrin
a. ADH : Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang
ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron : Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
c. Prostaglandin : Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang
berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan
pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi
ginjal.
d. Gukokortikoid : Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme Rasa Haus : Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan
cairan dengan cara merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi
angiotensin II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.

C. CARA PERPINDAHAN CAIRAN


1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat secara
bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel membran.
Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui membran kapiler
yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada faktor ukuran molekul,
konsentrasi cairan, dan temperatur cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak
lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul akan lebih mudah berpindah dari larutan
berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang
tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran semipermeabel
biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan
konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air
merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini penting dalam pengaturan
keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.

3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif. Transpor
aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini penting untuk
mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

D. PENGATURAN KESEIMBANGAN CAIRAN


1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara caira intraseluler dengan cairan
ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan
suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun
merupakan suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini
tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas
elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan
osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan
konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke
dalam dan keluar dari sel tersebut.

2. Osmolalitas dan Osmolaritas


Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah
partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap
kilogram pelarut.
Osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan
osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel
terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.

3. Tekanan Koloid Osmotik


• Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang
tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan
melawan tekanan filtrasi.
• Koloid merupakan molekul protein dengan BM lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya
merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti yang sangat penting,
hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai
efek penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen
cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya
edema paru.

E. GANGGUAN KESEIMBANGAN
1. OVERHIDRASI AIR

Berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka waktu
tertentu. Intoksikasi air sering terjadi bila cairan di konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa
mengambil sumber elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan tersebut. Overhidrasi
terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan.

Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah
menjadi sangat rendah. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat
ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan
irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban tenggelam.
Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena jugular,
edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai hiponatremi dalam
plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau
dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada kondisi yang darurat.

2. DEHIDRASI

Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang
kurang atau keluaran yang berlebihan.

Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu:

 isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik),
 hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular)
 hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan
natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular
berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskular
minimal

ETIOLOGI DEHIDRASI

 Ekstrarenal:
• Gastrointestinal: muntah, diare, ileostomi, fistula biliaris, perdarahan
• Kulit: diaforesis, luka bakar
• Ruang ketiga: obstruksi usus, peritonitis, ascites, pankreatitis, efusi pleura,
hipoalbuminuria, fraktur paha
 Renal:
• Penyakit ginjal: nefritis, GGA, diuretik, DM, defisiensi aldosteron, penyakit
Addison

F. KELEBIHAN VOLUME CAIRAN EKSTRA SELULER (ECF)

Edema: penumpukan cairan interstisial yang berlebihan.


Edema disebabkan oleh 4 mekanisme:
• Peningkatan tekanan hidrostatis kapiler (gagal gantung kongestif)
• COP (colloid osmotic presure) yang menurun (hipoalbumin pd sirosis)
• Peningkatan permiabilitas kapiler pada peradangan • Obstruksi aliran limfe (post
mastektomi).
G. GAMBARAN KLINIS OVERLOAD ECF
• Destensi vena jugularis
• Peningkatan tekanan v sentral (>11 cm H2O)
• Peningkatan tekanan darah
• Denyut nadi penuh, kuat
• Melambatnya waktu pengosongan vena tangan (> 3-5 detik)
• Edeme perifer dan periorbita
• Asites, efusi pleura

H. PERUBAHAN LABORATORIUM

• Penurunan hematokrit
• Protein serum rendah
• Ion Na serum normal, ion Na urine rendah (<10 mEq/24jam) Penambahan 2% = kelebihan
ringan Penambahan 5% = kelebihan sedang Penambahan 8% = kelebihan berat

I. KETIDAK SEIMBANGAN OSMOLALITAS

Ketidakseimbangan osmolalitas adalah ketidakseimbangan konsentrasi zat yang terlarut


(mineral) dalam cairan tubuh. Karena ion Na merupakan partikel utama ECF →
hipo/hiperosmolalitas → mencerminkan hipo/hipernatremia Hiperglikemia → kejadian
khusus pada kasus DM, akibat defisiensi H. Insulin

J. GANGGUAN KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

1. Hiponatremia
Kondisi kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L.
Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi,
iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul
gejala kejang, koma.
Antara penyebab terjadinya Hiponatremia adalah euvolemia (SIADH, polidipsi
psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses,
diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis).
gradasi gejala tanda
Ringan (Na 105 -118) haus Mukosa kering
Sedang (Na 90 -104) Sakit kepala, mual vertigo Takikardi, hipotensi
Berat (Na <90) Apatis , koma hipotermi
2. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L.
Gejala berupa perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah.
Manifestasi neurologis akan mendominasi dahulu pada pasien dengan hipernatremia dan
umumnya diduga hasil dari dehidrasi selular. Gelisah, lesu, dan hyperreflexia dapat
berkembang menjadi kejang, koma, dan akhirnya kematian. Gejala berkorelasi lebih dekat
dengan laju pergerakan air keluar dari sel-sel otak daripada tingkat absolut hipernatremia.
Cepat penurunan volume otak akan menyebabkan pembuluh darah otak pecah dan
mengakibatkan fokus perdarahan intraserebral atau subarachnoid. Kejang dan kerusakan saraf
serius yang umum, terutama pada anak-anak dengan hipernatremia akut ketika plasma [Na +]
melebihi 158 mEq / L. Hipernatremia kronis biasanya ditoleransi lebih baik berbanding
dengan bentuk akut.

3. Hipernatremi
Dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (yang disebabkan oleh diare, muntah,
diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium
berlebihan.
gradasi gejala tanda
Ringan (Na 105 -118) haus Mukosa kering
Sedang (Na 90 -104) Sakit kepala, mual vertigo Takikardi, hipotensi
Berat (Na <90) Apatis , koma hipotermi

4. Hipokalemi

Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Hipokalemi akibat dari
redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis
kadar total kalium tubuh.
Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS
segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa.

5. Hiperkalemi

• Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L.


• Hiperkalemia sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi
kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik).
• Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot)
dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Efek paling penting dari hiperkalemia
berada di otot rangka dan jantung
6. Hipokalsemia
• 90% kalsium terikat dalam albumin, sehingga kondisi hipokalsemia biasanya terjadi pada
pasien dengan hipoalbuminemia
• Hipokalsemia disebabkan karena hipoparatiroidism, kongenital, idiopatik, defisiensi vit D,
defisiensi 125(OH)2D3 pada gagal ginjal kronik, dan hiperfosfatemia.3 Manifestasi dari
hipokalsemia termasuk kulit kering, parestesia, gelisah dan kebingungan, gangguan irama
jantung, laring stridor (spasme laring), tetani dengan spasme karpopedal (tanda Trousseau),
masseter spasme (Tanda Chvostek), dan kejang. kolik bilier dan bronkospasme.

7. Hiperkalsemia
• Hiperkalsemia mengacu pada kelebihan kalsium pada plasma, atau suatu keadaandimana
konsentrasi kalsium dalam darah lebihdari 10,5 mg/dl darah. Kondisi inimerupakan
ketidakseimbangan yang berbahaya bila berat, pada kenyataannya,krisis krisis hiperkalsemia
mempunyai angka mortalitas 50% jika tidak diatasi dengancepat.
• Penyebab umum hiperkalsemia adalah penyakit neoplastik malignan dan
hiperparatiroidisme. Tumor malignansi dapat menyebabkan hiperkalsemmia melaluiberbagai
mekanisme.

Anda mungkin juga menyukai