06 - Keutamaan Sholat Sunnah
06 - Keutamaan Sholat Sunnah
Sholat sunnah termasuk amalan yang mesti kita jaga dan rutinkan. Di antara keutamaannya,
sholat sunnah akan menutupi kekurangan pada sholat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa
tidak ada yang yakin sholat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi,
tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam sholat. Moga
dengan memahami pembahasan berikut ini semakin menyemangati kita untuk terus menjaga
sholat sunnah.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صالَةُ َقا َل َيقُو ُل َر ُّب َنا َج َّل َو َع َّز لِ َمالَ ِئ َك ِت ِه َّ اسبُ ال َّناسُ ِب ِه َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِمنْ أَعْ َمال ِِه ُم ال َ « إِنَّ أَ َّو َل َما ي َُح
َ ت َل ُه َتام ًَّة َوإِنْ َك
ان ْ ت َتام ًَّة ُك ِت َب
ْ ص َها َفإِنْ َكا َن َ صالَ ِة َع ْبدِى أَ َت َّم َها أَ ْم َن َقَ ظرُوا فِى ُ َوه َُو أَعْ َل ُم ا ْن
َ ان َل ُه َت َطوُّ ٌع َقا َل أَ ِتمُّوا لِ َع ْبدِى َف ِري
ض َت ُه َ ظرُوا َه ْل لِ َع ْبدِى ِمنْ َت َطوُّ ٍع َفإِنْ َك ُ ص ِم ْن َها َش ْي ًئا َقا َل ا ْن َ ا ْن َت َق
.» ِمنْ َت َط ُّوعِ ِه ُث َّم ُت ْؤ َخ ُذ األَعْ َما ُل َع َلى َذا ُك ْم
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah
sholat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah
pada sholat hamba-Ku. Apakah sholatnya sempurna ataukah tidak? Jika sholatnya sempurna,
maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam sholatnya ada sedikit
kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika
hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada
pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan
seperti ini.” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku
suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata,
“Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.” Ketika
ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata,
‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau bersabda,
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah dorongan untuk memperbanyak sujud
dan yang dimaksud adalah memperbanyak sujud dalam sholat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205).
Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak sholat sunnah.
َّ اسْ َتقِيمُوا َو َلنْ ُتحْ صُوا َواعْ َلمُوا أَنَّ َخي َْر أَعْ َمالِ ُك ُم ال
ُ صالَةُ َوالَ ي َُحاف
ٌِظ َع َلى ْالوُ ضُو ِء إِالَّ م ُْؤ ِمن
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah sholat. Tidak ada yang
menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah no. 277 dan Ahmad 5:
276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Orang yang rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah
yang istimewa. Lalu apa yang dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
Jadi, wali Allah bukanlah orang yang memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih dan
surban. Namun yang dimaksud wali Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah sendiri
dalam surat Yunus di atas. “Syarat disebut wali Allah adalah beriman dan bertakwa” (Majmu’ Al
Fatawa, 6: 10). Jika orang-orang yang disebut wali malah orang yang tidak sholat dan gemar
maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali
setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun (wali Allah
terdepan) dan (2) Al Abror Ash-habul yamin (wali Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah
dengan amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram
sekaligus yang makruh.
Al Abror ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah dengan
amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan
sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang mubah.
)4( ت اأْل َرْ ضُ َر ًّجا ِ َّ) إِ َذا رُج3( ِض ٌة َرافِ َع ٌةَ ) َخاف2( ْس ل َِو ْق َع ِت َها َكا ِذ َب ٌة َ ) َلي1( ت ْال َواق َِع ُة ِ إِ َذا َو َق َع
ً
) َفأَصْ َحابُ ْال َم ْي َم َن ِة َما7( ) َو ُك ْن ُت ْم أَ ْز َواجً ا َثاَل َث ًة6( ت َه َبا ًء ُم ْن َب ّثا ْ ) َف َكا َن5( ت ْال ِج َبا ُل َب ًّسا ِ َو ُب َّس
)10( ون َ َُّابق ِ ون الس ِ ) َوالس9( ) َوأَصْ َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة َما أَصْ َحابُ ْال َم ْشأ َ َم ِة8( أَصْ َحابُ ْال َم ْي َم َن ِة
َ َُّابق
)14( ين َ ) َو َقلِي ٌل م َِن اآْل َخ ِِر13( ِين َ ) ُثلَّ ٌة م َِن اأْل َوَّ ل12( ِيم ِ ت ال َّنع ِ ) فِي َج َّنا11( ُون َ أُو َلئ
َ ِك ْال ُم َقرَّ ب
“Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian
itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi
digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-
luluhnya,maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu
golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah
sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka itulah
yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari
orang-orang yang terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.” (QS. Al
Waqi’ah: 1-14)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya, serta
doanya pun mustajab
ب إِ َلىَّ َع ْبدِى ِب َشىْ ٍء أَ َحبَّ إِ َلىَّ ِممَّا َ َّ َو َما َت َقر، ب ِ ْإِنَّ هَّللا َ َقا َل َمنْ َعادَى لِى َولِ ًّيا َف َق ْد َآذ ْن ُت ُه ِب ْال َحر
مْع ُه الَّذِى
َ ت َس ُ َفإِ َذا أَحْ َب ْب ُت ُه ُك ْن، َو َما َي َزا ُل َع ْبدِى َي َت َقرَّ بُ إِ َلىَّ ِبال َّن َواف ِِل َح َّتى أ ُ ِح َّب ُه، ت َع َل ْي ِه ُ ْا ْف َت َرض
َوإِنْ َسأ َ َلنِى، ْطشُ ِب َها َو ِرجْ َل ُه الَّتِى َي ْمشِ ى ِب َها ُ َو َيدَ هُ الَّتِى َيب، ص َرهُ الَّذِى ُي ْبصِ ُر ِب ِه َ َو َب، َيسْ َم ُع ِب ِه
َو َلئ ِِن اسْ َت َعا َذنِى ألُعِ ي َذ َّن ُه، ألُعْ طِ َي َّن ُه
“Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang
Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah
sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk
pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya
yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku
akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 2506)
Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan amalan
wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini
keutamaan dengan mustajabnya do’a.