Anda di halaman 1dari 8

FISIKA DASAR II

PANTULAN DAN TRANSMISI PADA TALI

KELOMPOK 4 :
1. DEFA ARDINATA KUSTIAWAN (1905511015)
2. SHALLAHUDDIN ALI BASYAH (1905511016)
3. RIZKI NUR FITRIANI (1905511017)
4. SUKMA KURNIA HATI (1905511018)

TEKNIK SIPIL (REGULER)


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB III
PANTULAN DAN TRANSMISI PADA TALI
3.1 Pantulan dan Transmisi pada Tali
Dua macam tali dengan rapat massa yang berbeda disambung dan ditegangkan. Tali
pertama memiliki rapat massa lebih kecil dari tali kedua. Pada salah satu tali dijalarkan
sebuah gelombang kearah sambungan. Bila puls menjalar dari tali pertama ke tali ke dua
maka pada waktu puls sampai pada sambungan terjadi suatu puls menjalar terus pada tali
kedua dan suatu puls yang bentuknya terbalik menjalar pada tali pertama menjauhi
sambungan. Gelombang yang menjalar terus pada tali kedua disebut gelombang transmisi dan
gelombang yang kembali disebut gelombang pantul atau refleksi. Bila suatu puls datang pada
tali yang berat menuju tali yang ringan maka pada waktu puls sampai pada sambungan, akan
terjadi gelombang pantul dan gelombang transmisi, dimana gelombang pantul mempunyai
fasa sama dengan gelombang datang.

3.2 Ujung Terikat


Suatu puls gelombang tali datang pada ujung tali yang terikat. Gelombang pantul
mempunyai simpangan yang berlawanan dengan simpangan gelombang datang atau
dikatakan mempunyai fasa yang berlawanan dengan fasa gelombang datang. Bagian tali yang
terikat pada tembok tidak mempunyai simpangan. Akibatnya jika suatu puls gelombang
sampai pada ujung terikat ini, tali akan melakukan reaksi, sehingga simpangan tali pada
ujung terikat selalu nol. Bentuk puls selama berada di daerah ujung terikat ini, dapat
diperoleh dengan proses khayal sebagai berikut :
Kita bayangkan tali tidak putus pada ikatan tetapi dihubungkan terus dengan tali khayal. Pada
tali khayal menjalar puls gelombang dengan bentuk sama tapi fasa berlawanan. Jarak puls
datang sampai ke tembok selalu sama dengan jarak puls khayal sampai ke tembok.
Pada saat puls datang sampai ke ujung terikat , puls khayal juga sampai pada tempat tersebut.
Simpangan tali merupakan hasil superposisi kedua puls ini.

Gambar 3.1 Puls gelombang tali dipantulkan oleh ujung terikat pada tembok. Reaksi dari
ujung terikat terhadap puls datang dilukiskan oleh suatu puls refleksi khayal yang
menjalar dengan arah dan fasa berlawanan dengan puls datang.
Puls khayal ini diperoleh dengan refleksi cermin daripada puls datang terhadap titik ikat, dan
kemudian membuat agar fasanya berlawanan dengan puls datang. Jika puls datang dengan
fungsi gelombang
Y 1 = f (x-vt),
Maka puls pantul ujung terikat adalah :

Y 2 = -f (-x-vt)

Perubahan x → -x adalah refleksi sepanjang sb-x terhadap titik x=0, sedangkan f → -f adalah
agar gelombang mempunyai fasa yang berlawanan.
Misalkan gelombang datang berbentuk sinus pada tali y 1= y m sin (kx-ωt )
Maka puls pantul harus mempunyai bentuk
Y 2 = - y m sin (-kx-ωt) = y m sin (-kx-ωt + 180°).
Jadi untuk gelombang sinus, pembalikan fasa pada gelombang pantul dapat dinyatakan
sebagai “tambahan sudut fasa sebesar 180° pada fasa gelombang pantul”
Hasil superposisi gelombang datang dan pantul oleh ujung terikat :
Y = y 1+ y 2 = y m {sin (kx-ωt ) + sin (-kx-ωt + 180°)}
= y m {sin (kx-ωt) + sin (kx-ωt)}
= 2 y m cos ωt sin kx
Simpangan y merupakan hasil superposisi gelombang datang dan gelombang pantul.

Gambar 3.2 Hasil superposisi


gelombang datang dan gelombang
pantul menghasilkan gelombang
berdiri s= simpul, p=perut.
Puncak gelombang tidak bergeser pada arah x.
Jadi seluruh bagian tali bersama melakukan gerak
harmonik. Gelombang seperti ini disebut
gelombang berdiri. Titik-titik dengan simpangan paling besar disebut perut gelombang
berdiri. Titik-titik lain yang simpangan selalu nol disebut simpul.
Hasil superposisi gelombang datang dan dan gelombang pantul, menghasilkan gelombang
berdiri, s=simpul, p=perut.
λ
Jadi jarak titik simpul yang satu dengan yang lainnya adalah d = n. (n=bilangan bulat, dan λ
2
adalah Panjang gelombang)

3.3 Ujung Bebas


Pantulan oleh ujung bebas memberikan gelombang pantul tanpa ada pembalikan fasa.
Hal ini dapat diamati pada Gb.3.3. Dalam gambar ini , tali sebelah kiri sangatlah ringan
sehingga dapat kita anggap sebagai ujung bebas. Jadi jika gelombang datang dinyatakan oleh
y 1 = f(x-vt), maka gelombang pantul dinyatakan oleh y 2 = f(-x-vt). Simpangan tali karena
suatu pulsa dipantulkan oleh ujung bebas ditunjukkan pada Gb.3.3. Dalam gambar ini ujung
bebas dilukiskan dengan suatu cincin ringan yang dapat bergerak tanpa gesekan. Untuk
gelombang sinus, jika gelombang datang dinyatakan oleh

Gambar 3.3 Gelombang berdiri pada tali dengan ujung bebas

Y 1= y m sin (kx – ωt)

maka gelombang pantul oleh ujung bebas diberikan oleh


Y 2 = + y m sin (-kx ωt)

Tanda plus pada persamaan Y 2= + y m sin (-kx ωt) menyatakan bahwa pantulan oleh ujung
bebas tidak menyebabkan perubahan fasa. Hasil superposisi kedua gelombang ini
memberikan simpangan
y = y m {sin (kx - ωt) - sin (kx + ωt)

= 2 y msin ωt cos kx

Persamaan ini memberikan suatu gelombang berdiri yang pada ujung bebas (x = 0)
simpangannya terbesar.
Sambungan tali, kita sudah membahas apa yang terjadi jika suatu gelombang tali
dipantulkan oleh ujung terikat dan oleh ujung bebas. Pantulan oleh ujung terikat
menghasilkan gelombang pantul terbaik, atau perubahan sudut fasa sebesar 180°, sedangkan
pantulan oleh ujung bebas memberikan gelombang pantul tanpa ada perubahan fasa.
Gambar 3.4 Peristiwa pantulan pada tali dengan ujung
bebas

3.4 Resonansi
Alat yang kita temui sehari-hari, bekerja atas dasar senar yang bergetar. Misalnya
gitar, biola atau bass. Ada juga yang berdasarkan pada keping yang bergetar, seperti pada
gong, atau bekerja berdasar pada selaput bergetar seperti pada drum atau kendang. Berbagai
alat lain bekerja atas dasar getaran udara yang ditiup, seperti misalnya pada seruling.
Pada gitar misalnya, Panjang dan tegangan senar diatur agar terjadi suatu gelombang
berdiri pada senar, sedangkan gelombang bunyi yang terjadi diperkuat dengan rongga udara
dalam gitar. Untuk membahas gelombang berdiri pada senar gitar, lebih dahulu kita bahas
apa yang terjadi jika salah satu ujung suatu kawat yang tegang kita getarkan. Perhatikan
GB.3.4.
Suatu kawat diberi beban berupa suatu benda. Berat benda ini akan memberikan gaya tarik T
pada kawat. Massa kawat per satuan
Panjang μ, dapat diukur. Jika ujung
yang lain digetarkan, maka mula-
mula pada kawat akan menjalar
T
gelombang dengan kecepatan v =
.
√ μ

Gambar 3. 5 Gelombang berdiri pada kawat yang Jika sumber getaran mempunyai
digetarkan. frekwensi getar sebesar f, maka
frekwensi getar sebesar f, maka
frekwensi sudut gelombang tali adalah λ = 2πf , dan panjang gelombangnya dapat dihitung
v
dari hubungan λ = . Gelombang yang pertama menjalar dari ujung P ke ujung Q. Ujung Q
f
ini dapat dianggap sebagai ujung terikat, sebab pada titik Q tali tidak dapat bergerak karena
adanya beban. Akibatnya, gelombang sinus yang datang akan dipantul kembali ke ujung P.
pantulan ini menyebabkan perubahan fasa sebesar 180°, dan pada tali akan terjadi suatu
gelombang berdiri dengan fungsi gelombang diberikan oleh persamaan
y = 2 y m cos ωt sin kx
Pada persamaan diatas, ym adalah amplitudo getaran sumber. Ingat bahwa waktu
menurunkan persamaan diatas kita sudah mengambil titik asal x = 0 pada ujung terikat. Jadi
dalam persoalan yang kita bahas ini, titik Q harus diambil sebagai titik x = 0, dan titik P pada
sumber sebagai titik x = -L, L menunjukkan panjang kawat. Syarat batas bahwa pada ujung Q
simpangan tali harus sama dengan nol terpenuhi, karena y( x = 0) = 2 y m cos ωt sin 0 = 0.
Sekarang bagaimana halnya dengan titik P, apakah P merupakan ujung terikat atau
bukan? Untuk mendapatkan jawabannya diperlukan percobaan. Yang akan diamati adalah
sebagai berikut. Jika untuk suatu panjang kawat tertentu, beban ditambah sedikit demi
sedikit, sehingga tegangan senar berubah sebanding dengan berat beban, maka pada harga-
harga tertentu tegangan senar, akan terjadi gelombang berdiri pada kawat. Gelombang ini
tidak tampak menjalar pada senar sebab puncaknya tidak bergerak pada arah x. Begitu juga
titik-titik pada tali dengan simpangan nol tetap berada pada harga-harga absis yang sama.
Disamping itu amplitudo gelombang berdiri ini jauh lebih besar daripada amplitudo getaran
sumber, sehingga titik P akan tampak sebagai titik simpul. Keadaan ini disebur resonansi.
Jadi pada harga-harga beban tertentu , terjadilah resonansi pada kawat. Resonansi ini ditandai
dengan terjadinya gelombang berdiri pada kawat dengan amplitudo gelombang yang jauh
lebih besar daripada ampitudo getaran sumber. Jika persyaratan resonansi tidak terpenuhi,
kita akan melihat gelombang komplek yang bergerak ke kiri dan ke kanan dengan amplitudo
getaran sumber.
Peristiwa resonansi ini dapat dipandang dari dua sudut, pertama dari sudut gelombang
berdiri, dan kedua dari sudut getaran yang di paksa. Dari sudut gelombang berdiri kita dapat
memandang sebagai berikut. Gelombang yang dipantul oleh ujung Q akan menjalar kearah P,
dan oleh P akan dipantul ke ujung Q lagi, dan begitu terus menerus. Pada keadaan tertentu
pantulan oleh ujung P akan membentuk gelombang berdiri yang sama dengan gelombang
berdiri yang disebabkan oleh pantulan ujung Q. Akibatnya, kedua gelombang berdiri ini
saling memperkuat, begitu seterusnya sehingga amplitudo gelombang terus bertambah besar
karena sumber getar terus memberikan energi. Pada suatu saat energi yang hilang karena
gesekan udara atau gesekan dengan katrol menjadi cukup besar, dan membatasi besarnya
amplitudo gelombang berdiri ini. Keadaan ini adalah keadaan resonansi. Jadi pada keadaan
resonansi fungsi gelombang berdiri dapat dituliskan sebagai:
y = A cos ωt sin kx
Di sini A adalah amplitudo gelombang berdiri pada keadaan resonansi. Amplitudo A ini jauh
lebih besar daripada amplitudo getaran sumber, dan harganya bergantung pada energi yang
hilang pada waktu tali bergetar. Kita dapat menentukan pada keadaan mana terjadi
resonansi,bahwa dalam keadaan resonansi titik P tampak sebagai titik simpul, berarti untuk x
= -L simpangan dapat dianggap sama dengan nol. Jadi dari persamaan kita peroleh
y (x = -L) = A cos ωt sin k ( -L) = 0
nπ 2L
Atau sin KL = 0, yang berate KL = nπ atau k = atau 𝜆 =
L n
Disini n = 1,2,3,….
Ini bahwa untuk frekwensi sumber tertentu, resonansi akan terjadi apabila harga beban
menimbulkan panjang gelombang tersebut diatas.
Persamaan diatas dapat diteruskan :
v 1 T n T
f=
λ
= λ √ φ
atau f =
2L √ φ
Ini berati bahwa untuk harga T tertentun resonansi terjadi apabila harga frekwensi getaran
sumber diberikan oleh persamaan
n T
f=
2L √ φ

Contoh :
Sepanjang kawat salah satu ujungnya terikat, dan ujung lainnya digetarkan oleh sebuah
gram
sumber penggetar, panjang kawat L = 1,5 m, massa kawat ρ = 15 , gaya pada kawat F =
m
54 N.
Berapakah frekwensi penggetar agar terjadi resonansi pada kawat.

Jawab :

F = 54 N

Penggetar gram
S = 15
m

Frekwensi untuk terjadi resonansi,


n F
f=
2L ρ √
kgm


n 54
= det 2
2.1,5 m kg
0,015
m
n 60
= 3 . det

1 60 20
f n=1 = . =
3 det det
2 60 40
f n=2 = . =
3 det det
3 60 60
f n=3 = . =
3 det det

Latihan soal
1. Sepotong kawat salah satu ujungnya terikat dan ujung lainnya digetarkan oleh sebuah
sumber penggetar. Panjang kawat L = 2m, massa kawat ρ = 60 gram/meter, gaya pada
kawat F = 216 N. berapakah frekuensi pennggetar agar terjadi pada kawat?
2. Gelombang stasioner mempunyai persamaan y = A sin (100t) cos 0,05x. Berapa
kecepatan gelombang tersebut.
3. Gelombang stasioner dapat terjadi karena superposisi gelombang datang dan
gelombang pantul oleh ujung bebas. Titik simpul yang ke sepuluh berjarak 152 cm
dari ujungg bebasnya. Jika frekuensi gelombang itu 50 Hz, maka laju rambat
gelombangnya adalah ?

Anda mungkin juga menyukai