Anda di halaman 1dari 14

1.

Macam-macam tes untuk menegakan diagnosis


A. Analisis Urine
1. Warna
a) Bening/Transparan
Warna urine yang transparan memiliki arti baik.Ini artinya tubuh terhidrasi
lebih dari cukup
b) KuningPuca
Jika warna urine Anda adalah kuning pucat artinya sehat. Ini juga berarti
tubuh terhidrasi dengan baik.
c) Kuning
Warna urine kuning merupakan warna yang normal.Ini juga menunjukkan
bahwa tubuh cukup terhidrasi.
d) KuningTua
Warna ini menunjukkan baik-baik saja. Tapi, mungkin perlu menambah
asupan air karena ini berarti tubuh sudah dalam ambang batas terhidrasi.
e) Kecokelatan atauWarna seperti madu
Warna kecokelatan pada urine menunjukkan mengalami dehidrasi. Artinya
perlu minum banyak air untuk mengatasinya.
f) Coklat
Warna urine yang cokelat pekat memiliki arti kurang baik. Itu karena warna
ini bisa menunjukkan adanya penyakit hati (liver) atau dehidrasi. Untuk
mengatasi hal tersebut, bisa meminum lebih banyak air. Jika setelah minum
banyak air warna urine tidak berubah, bisa segera memeriksakan diri ke
dokter.
g) Oranye
Warna oranye pada urine menunjukkan bahwa sedang dehidrasi atau
mengalami masalah liver atau saluran empedu. Selain itu, warna ini juga bisa
disebabkan oleh pewarna makanan yang konsumsi. Jika mengalami warna
urine seperti ini, perlu mengingat kembali makanan apa yang menyebabkan
warna tersebut. Tapi jika tidak memakan makanan berpewarna, segera
temuilah dokter untuk memriksakan diri.
h) Biru atau hijau
Warna urin biru atau hijau kebanyakan disebabkan oleh pewarna makanan.
Tapi jangan sepelekan, ini juga bisa berarti beberapa hal. Misalnya, efek dari
obat-obatan, infeksi bakteri, atau penyakik genetik yang langka. Untuk
memastikannya, segera temui dokter.
i) Pink atau kemerahan
Jika sebelumnya mengonsumsi buah bit, blueberry, atau makanan berpewarna
merah, tak perlu khawatir. Namun, jika tidak, sudah sewajarnya
memeriksakan diri ke dokter. Itu karena warna kemerahan dalam urine bisa
menunjukkan adanya infeksi, darah, masalah prostat, atau penyakit ginjal
j) Berbusa atau berbuih
Bagi yang mengalami urine berbusa atau berbuih, mungkin ada masalah pada
ginjal atau hanya kelebihan protein. Meski begitu, jika hal ini terjadi terus-
menerus, sebaiknya segera temui dokter.
k) Warna lain
Masih banyak warna yang mungkin terjadi pada urine seseorang. Misalnya
warna ungu atau warna yang lainnya. Meski mungkin aneh, tak perlu takut
dengan warna-warna ini. Bisa jadi itu hanya karena pewarna makanan, obat-
obatan, atau obat kemoterapi. Namun jika tidak yakin apa penyebabnya,
membuat temu janji dengan dokter bisa menjadi pilihan.
2. Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai
kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar
jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025,
sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan
selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada
kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus.
Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar
glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna
radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan
dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa
untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
3. Tes Glukosa
Tes Glukosa urin merupakan tes atau pemeriksaan pada sampel urin untuk
mengetahui ada/tidaknya glikosa yang terkandung didalamnya. Pemeriksaan ini
termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisasi
Pemeriksaan glukosa pada urin menggunakan tes reduksi.
Untuk menyatakan adanya reduksi adalah zat yang mengandung garam cupri yang
mengandung larutan benedict.
Hasil tes benedict = glukosa dalam urin akan mereduksi kuprisulfat (dalam
benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna. Jadi bila
urin mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna, namun jika
tidak mengandung glukosa berarti tidak akan terjadi perubahan warna.
4. Protein
Protein dalam urin disebut juga albumin yang menunjukan bahwa suatu
kondisidimana urin mengandung jumlah protein yang tidak normal.
Pengukuran urin rasio albumin-kreatinin
Jika urin mengandung lebih dari 30 miligram albumin maka memiliki proteinuria
persisten (tanda penurunan fungsi ginjal)
5. Ph
pH dalam urin adalah tolak ukur keseimbangan kadar asam dan basa dalam urin.
Tes pH urin digunakan untuk mengetahui apakah ada batu ginjal
Hasil tes pH urin
normal berkisar 4,5-8,0
bersifat asam jika kurang dari 5,0
bersifat basa jika lebih dari 8.0
semakin rendah angkanya, maka akan semakin asam urinnya. Jika hasil tes pH
urin menunjukan angka yang rendah, ini adalah tanda bahwa kondisi urin sangat
beresiko untuk munculnya batu ginjal
6. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,
jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata di daerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--
1300 mL untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih
dari 2000 mL maka keadaan itu disebut poliuri (Wilmar, 2000). Bila volume
urinselama 24 jam 300 – 750 mL maka keadaan inidikatakan oliguria, keadaan
ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah-muntah, demam edema,
nefritismenahun (Wilmar, 2000). Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin
selama 24 jam kurangdari 300mL. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan
kegagalan ginjal (Wilmar, 2000).
7. Urobillin
Urobillin = pigmen alami urin yang menghasilkan warna kuning. Jika pigmen
urobillin kurang,maka terdapat penyakit pada saluran kemih
8. Billubirin
Billirubin = pigmen kuning dalam darah dan tinja. Billirubinuria mengindikasikan
kerusakan hati atau obstruksi empedu
9. Reduksi
Reduksi = pemeriksaan untuk mengetauhi zat reduksi dalam urin.Apabila reduksi
urin tidak normal mengindikasikan adanya penyakit infeksi pada saluran kemih.
10. Asetin
Disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet
tinggi lemak dengan karbohidrat renah), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), gangguan metabolism karbohidrat (diabetes), sehingga tubuh
mengambil kekurangan energy dari lemak atau protein.
B. SEDIMEN
1. Sel Glitter
Lekosit PMN yang menunjukan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma.
Umumnya menunjukan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah,
sistisis, pelonefritis, atau glomerulonefritis akut.
2. Leko Pucat
Pertanda adanya infeksi atau peradangan di saluran kemih.
3. Ca oxalat/trip.fosfat
Ada cikal bakal batu di saluran kemih, batu ginjal, gagal ginjal
4. Urat
Penyakit gout, batu ginjal asam urat.
5. Osmolaritas
Osmolalitas serum merupakan suatu indikator konsentrasi serum. Peningkatan
osmolalitas serum menunjukan adanya hemokonsentrasi dan dehidrasi
(kekurangan cairan tubuh). Dan penurunan nilai pada serum
menunjukanhemodilusi (peningkatan volume plasma). Osmolalitas didapat
dengan mengukur jumlah partikel yang larut dalam serum yaitu elektrolit, glukosa
dan urea. 
Untuk perhitungan secara kasar dapat menggunakan pemeriksaan Natrium saja.
Karena Natrium merupakan 85%-95% dari osmolalitas serum. Yaitu kadar
Natrium yang diperoleh dikali 2. Untuk lebih akurat dapat menggunakan Natrium,
glukosa, urea dengan rumus sebagai berikut:
Osmolalitas serum = 2 x Na + (BUN/3) + (glukosa/18)
Untuk mengukur kepekatan urin, osmolalitasurinsebenernya lebih akurat
dibanding dengan mengukur berat jenis. Karena pada berat jenis urin dapat
dipengaruhi oleh partikel yang tidak terlarut
Pada keadaan normal, nilai osmolalitas serum pada orang dewasa adalah 280-300
mosm/Kg H2O. Dan pada anak-anak adalah 270-290 msom/Kg H2O. Sedangkan
pada urin berkisar 50-1200 mosm/Kg H2O (ini berlaku juga pada anak-anak).
Penurunan kadar osmolalitas serum dapat terjadi akibat kelebihan masukan cairan,
hiponatremia (kadar Natrium rendah). Penyakit ginjal akut. Dan peningkatan
kadar osmolalitas dapat terjadi pada saat dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),
Hiperglisemia (kadar glukosa yang tinggi), hipernatremia (peningkatan jumlah
Natrium)
6. Silinder
Penyakit glomerular, pyelonefritis akut, glomerulonefritis, diabetes
glomerulosclerosis
7. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai
60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L)
berada dalam cairan intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan
ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam
bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan
konsentrasi natrium3 Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial
disebabkan oleh keseimbangan GibbsDonnan, sedangkan perbedaan kadar
natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif
dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel
(pompa Na+ K+). Kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel dapat
dilihat pada Tabel 13Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran
keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan.
Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna
dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau
keringat dikulit.
Nilai rujukan natriuum :
- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dwasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/L
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari.
8. Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi
kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L
(sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per
kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur
dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada
laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan
pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium
cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif
(transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium).
Nilai rujukan kalium :
- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmol/L
- serumdewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24jam
- urine dewasa : 40-8-mmol/24jam
- cairan lambung : 10 mmol/L
9. Clhorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. 14 Jumlah klorida pada
orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88%
klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel.
Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan
dewasa. Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan
interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus
membran sel secara pasif.Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan
cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam
membran sel. Jumlah klorida dalam tubuh ditentu kan oleh keseimbangan antara
klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah
dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium.
Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per
hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari.
Nilai rujukan klorida :
- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- serum anak : 98-105 mmol/L
- serum dewasa : 95-105 mmol/L
- keringat anak : <50 mmol/L
- keringat dewasa : <60 mmol/L
- urine : 110-250 mmol/24 jam
- feses : 2 mmol/24jam
10. Amilase
Digunakan untuk mengukur jumlah enzim amilase dalam sampel darah (yang
diambil dari vena) atau sampel urin. Penyakit yang biasa diuji oleh tes ini adalah
Kronis, pseudokista pankreas.
Normal
Amilase dalam darah
Dewasa (usia ≤ 60 tahun):25–125 unit per liter (U/L) atau 0.4–2.1
microkatals/liter (mckat/L)
Dewasa (usia > 60 tahun): 24–151 U/L atau 0.4–2.5 mckat/L
Amilase dalam urin
Sampel urin (periode 2 jam): 2–34 U atau 16–283 nanokats/jam
Sampel urin (24 jam) 24–408 U atau 400–6,800 nanokats/hari
Rasio Amilase/Bersihan Kreatinin (creatinine clearance)
Normal: 1%–4% atau 0.01–0.04 clearance fraction
Abnormal
Kemungkinan penyebab tingginya kadar amilase antara lain: peradangan pankreas
(pankreatitis), kista pankreas, atau kanker pankreas peradangan kelenjar ludah,
seperti gondok penyumbatan usus, atau kerusakan parah pada usus (gangguan
usus atau penyempitan usus) ulkus lambung yang menyebabkan dinding perut
berlubang batu empedu yang menyebabkan pankreatitis diabetic ketoacidosis
ruptured ectopic pregnancy gagal ginjal apendisitis atau peritonitis
11. Tes Blood Urea Nitrogen (BUN)
Pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk menetapkan kadar nitrogen
ureum dalam darah. Pemeriksaan kadar nitrogen ureum darah (BUN) dilakukan
dengan cara mengukur konsentrasi nitrogen di dalam plasma darah.
Fungsi Tes BUN (Blood Urea Nitrogen):
 Mengevaluasi fungsi ginjal dalam berbagai keadaan
 Mendiagnosis penyakit atau gangguan ginjal
 Memantau pasien dengan indikasi gangguan ginjal akut atau kronis.
 Mengevaluasi status kesehatan seseorang secara umum
Inilah nilai normal ureum pada beberapa kategori usia menurut data Centers for
Disease Control and Prevention (CDC):
Usia 0-5 tahun : 5-18 mg/dL
Usia 5-15 tahun : 7-18 mg/dL
Usia lebih dari 15 tahun : 6-23 mg/dL
Referensi lain menyebutkan bahwa nilai ureum normal untuk orang dewasa adalah
10–20 mg/dL. Kisaran angka pada nilai normal ureum ini memang bisa jadi
berbeda dari nilai normal ureum menurut referensi lain.
Apabila ureum tinggi
Ureum dikatakan tinggi apabila hasil nilai ureum lebih besar dari nilai normal
menurut usianya. Orang dewasa memiliki ureum tinggi bila kadar ureumnya lebih
dari 25 mg/dL. Kondisi ureum tinggi menandakan ada beberapa masalah medis
atau hal lain, yaitu:
1. Diet tinggi protein
Kadar ureum darah bisa tinggi jika pasien menerapkan diet tinggi protein. Diet
tinggi protein akan meningkatkan katabolisme protein sehingga terjadi
peningkatan produksi ureum yang tidak sebanding dengan tingkat ekskresinya.
2. Gangguan fungsi ginjal
Nilai ureum tinggi biasanya dikarenakan adanya gangguan fungsi ginjal atau
kerusakan ginjal. Kerusakan atau gangguan fungsi ginjal tersebut bisa bersifat
akut atau kronis. Penyakit yang bisa memicu gangguan fungsi ginjal adalah
diabetes dan hipertensi.
3. Aliran darah ke ginjal berkurang
Pasien yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal bisa saja memiliki ureum
tinggi bila aliran darah ke ginjal berkurang. Penurunan tingkat aliran darah ke
ginjal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti dehidrasi, syok hipovolemik, uka
bakar, dan serangan jantung.
4. Terapi obat
Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan nilai ureum. Oleh karena itu, Anda
perlu memberi tahu semua jenis obat yang sedang Anda jalani dan menghentikan
jenis obat yang diminta oleh dokter. Sebagai contoh, obat golongan kortikosteroid
meningkatkan proses katabolisme tubuh dan pemecahan protein sehingga
meningkatkan produksi ureum.
Apabila ureum rendah
Hasil pemeriksaan tes Blood Urea Nitrogen (BUN) juga bisa menunjukkan nilai
yang rendah dari nilai ureum normal meskipun hal ini tidak lazim terjadi. Nilai
ureum rendah jika kurang dari 6 mg/dL.
Beberapa hal yang menyebabkan nilai ureum rendah terdiri dari:
1. Kekurangan protein
Kadar ureum darah bisa lebih rendah dari nilai normal ureum jika pasien tersebut
mengalami kekurangan asupan protein. Seperti yang telah dijelaskan diatas,
ureum adalah hasil pemecahan dari protein, sehingga intake protein yang rendah
berpengaruh terhadap rendahnya hasil ureum darah.
2. Penyakit hati
Selain dikarenakan kurang asupan protein, nilai ureum rendah bisa dikarenakan
adanya penyakit hati lanjut seperti sirosis hepatis atau liver failure. Ini terkait
dengan fungsi hati yang bertanggung jawab memecah protein hingga menjadi
urea.
3. Usia
Nilai ureum rendah juga bisa dialami oleh anak-anak. Hal ini dikarenakan anak-
anak memiliki kemampuan tubuh yang lebih rendah dalam memecah protein.
4. Kehamilan
Wanita hamil juga biasa memiliki nilai ureum yang lebih rendah dibandingkan
dengan wanita yang tidak hamil karena kondisi kehamilan memengaruhi
kemampuan metabolisme tubuh dalam melakukan katabolisme protein.
12. Calsium
Pemeriksaan kalsium darah metode CPC (Creso Phtalen Compex) tujuan
pemeriksaan kalsium darah untuk mengetahui kadar kalsium darah seseorang
dalam mg/dt.
13. Fosfat Anorganik
Untuk melihat kadarh fosfat dalam darah. Apakah terjadi penurunan ekskresi
fosfat dalam ginjal sehingga bisa terjadi hiperfosftemia)
14. Ultrasonografi
Proses pemeriksaan ini menggunakan sebuah alat scanner yang bentuknya mirip
tongkat ditempatkan pada perut di sekitar ovarium. Terkadang alat juga
ditempatkan di dalam vagina wanita. Dokter kemudian mengamati ovarium di
layar video. Tes ini dapat membantu dokter untuk mengetahui apakah ada kista
padat, cairan, atau keduanya. Tes darah. Jika ada tumor dalam kista, protein
CA125 kadarnya akan meningkat. Adanya jumlah tinggi dari protein tersebut juga
bisa berarti bahwa pasien menderita kanker ovarium. Biasanya, kista padat
memang lebih berbahaya dan memicu kanker. CA125 yang tinggi juga
mengindikasikan kondisi lain, seperti endometriosis, fibroid rahim, atau penyakit
radang panggul. Tes kehamilan. Sebuah tes kehamilan yang bisa menunjukkan
wanita mungkin menderita kista korpus luteum yang berkembang akibat folikel
yang pecah dan cairan sisa pecahan terkumpul dan membentuk kista. Laparoskopi.
Alat yang ramping dan berlampu dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan
kecil. Dokter kemudian dapat mengamati kondisi ovarium sampai langsung
mengangkatnya.
15. Uji kreatinin
Kreatinin adalah produk limbah kimia hasil metabolisme otot yang digunakan
selama kontraksi. Kreatinin dihasilkan oleh kreatin, yakni sebuah molekul penting
dalam otot yang bertugas dalam memproduksi energi.
tes darah IBS
Apa artinya bila hasil uji kreatinin tinggi?
Pengukuran tes kreatinin bisa dikatakan sebagai cerminan dari proses
metabolisme tubuh secara umum. Oleh karena massa otot tubuh cenderung sama
setiap harinya, maka kadar kreatinin juga relatif sama dan tidak berubah.
Dilansir dari laman Medicine Net, kisaran kadar kreatinin normal bagi pria
dewasa adalah sekitar 0,6-1,2 miligram/desiliter (mg/dL), sementara 0,5-1,1
mg/dL untuk wanita dewasa. Setiap orang memiliki kadar kreatinin yang berbeda-
beda, tergantung dari usia dan massa ototnya. Itulah mengapa jumlah kreatinin
pada pria umumnya lebih tinggi daripada wanita.
Jika hasil uji kreatinin tergolong tinggi, tidak selalu berarti bahwa fungsi ginjal
sedang terganggu. Pasalnya, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan jumlah
kreatinin dalam tubuh untuk sementara waktu. Misalnya saat mengalami
dehidrasi, volume darah sedang rendah, terlalu banyak makan protein daging, dan
sedang rutin minum jenis obat tertentu.
Namun, jika kadar kreatinin yang tinggi berlangsung dalam waktu lama hingga
mencapai 5 mg/dL atau lebih. Itu artinya ada yang tidak beres dengan organ
ginjal. Demi hasil yang lebih meyakinkan, dokter mungkin akan menganjurkan
pemeriksaan kreatinin lanjutan.
Sebagian besar kasus meningkatnya kadar kreatinin dalam darah yang parah
dipicu oleh munculnya masalah pada ginjal. Penyakit ginjal kronis akan membuat
ginjal kesulitan untuk menyaring kreatinin.
Selain itu, pembengkakan ginjal (hidronefrosis) yang menyebabkan ginjal gagal
mengalirkan urine menuju kandung kemih, juga bisa membuat kadar kreatinin
tinggi. Pembengkakan ginjal biasanya terjadi akibat saluran kemih tersumbat
seperti karena prostat yang membesar atau adanya batu ginjal. Akhirnya, fungsi
ginjal terganggu dan membuat urine mengalir kembali ke ginjal.
11. Darah
1) Hemoglobin (Hb) : Adanya tingkat hemoglobin yang tidak normal,
menandakan tubuh mengalami talasemia.
2) Hematrokrit (Ht) : Adanya tingkat hematrokrit yang tinggi menandakan
kemungkinan mengalami dehidrasi. Sebaliknya, jika hematokrit rendah,
mungkin mengalami kekurangan darah (anemia).
3) Eritrosit : Tingkat sel darah merah yang tidak normal, terlalu sedikit atau
terlalu banyak, adalah pertanda penyakit anemia, dehidrasi dll.
4) Leukosit : Tingkat sel darah putih yang tidak normal, kemungkinan adalah
gejala terjadinya infeksi, gangguan sistem kekebalan tubuh, bahkan mungkin
kanker darah (leukemia).
C. ANALISIS FESES
1. Trikhiuris
adalah diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada pemeriksaan tinja.
Karena telur sulit ditemukan pada infeksi ringan disarankan menggunakan
prosedur konsentrasi.
2. Oxyuris
adalah cara pemeriksaan menemukan telur pada pemeriksaan perianalswab (cara
Scootchtape). Telur jarang ditemukan pada pemeriksaan tinja.
3. Entamoeba histolytica
a) Terdapatnya trofozoit atau kista pada sediaan tinja basah. Tinja harus
diperiksa dalam 1 jam pertama dan dalam suhu kamar karena trofozoit setelah
1 jam akan lisis dan tidak dapat dikenali lagi.
b) Biasanya tidak ditemukan leukosit pada pemeriksaan tinja. Tehnik konsentrasi
juga dapat digunakan dengan pulasan trikrom untuk menemukan kista amuba.
Pemberian tetrasiklin, sulfonamid, bismuth dan kaolin akan menyebabkan
sulitnya identifikasi amuba. Bila tinja tidak mungkin diperiksa dalam 1 jam
maka tinja dapat disimpan dalam formalin 10% untuk menemukan kista atau
dalam alkohol polivinil untuk menemukan trofozoit. Pemeriksaan tinja dengan
menggunakan 3-6 sediaan akan meningkatkan diagnosis hingga 80-90%.10,20
c) Pada pemeriksaan endoskopi dapat ditemukan ulkus. Pada infeksi berat akan
tampak daerah inflamasi yang luas disertai ulkus. Kolonoskopi digunakan
untuk menemukan amebiasis kolon. serologi antibodi IgG didapatkan positif
pada 70-80 % pasien dengan kolitis ameba.
4. Entamoeba coli
Diagnosis Ditemukannya bentuk trofozoit atau kista E.Coli dalam tinja.
Bentuk trofozoit biasanya ditemukan dalam tinja lembek atau cair.
Bentuk kista biasanya berukuran lima belas sampai dua puluh dua mikron,
bentuk bulat atau lonjong. Dinding kista tebal berwarna hitam. Dalam tinja
biasanya kista berinti dua atau delapan. Kista yang berinti dua mempunyai
vakuol glikogen yang besar dan benda kromatid yang halus dengan ujung
runcing seperti jarum. Kista matang berinti delapan biasanya tidak lagi
mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid Benzidin : tes pada feaces
yang bisa digunakan untuk mengetes tentang diagnosa untuk penyakit kanker
kandung kemih dan penkreas, tujuannya yaitu untuk mengetahui adanya
perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan dengan makroskopik dan
mikroskopik.
5. Strecobilin : merupakan zat mewarnai pada feaces dan beberapa diserap kembali
oleh darah diibuang melalui ginjal sehingga membuat warna pada urine yang
disebut urobilin, jadi tes strecobilin ini bisa menjadi tes untuk mengetahui kondisi
dari empedu kita,apakah dalam kondisi sehat atau tidak .
6. Serat Daging
Jika feses normal, serat daging tidak dicerna.
7. Pemeriksaan feses mikroskopik
Pemeriksaan feses untuk mencari parasite mikro seperti telur atau jentik cacing
dan protozoa.
8. Clinitest
Suatu pemeriksaan yang menggunakan tablet clinitest yang digunakan untuk
mendeteksi adanya zat-zat dalam feses yang mereduksi tembaga yang terdapat
dalam tablet clinitest tersebut. Zat-zat tersebut adalah monosakarida seperti
glukosa, laktosa, fruktosa, galaktosa, dan pentose. Clinitest ini dapat digunakan
untuk membedakan diare yang disebabkan karena ekskresi abnormal gula dan
diare yang disebabkan karena kuman. Nilai normalnya kadar monosakarida <
14%.
9. Granula Amilum
Amilum yang terdapat pada feses dapat diketahui dengan reagen lugol dan akan
menunjukan warna biru atau dapat pula dilihat dibawah mikroskop. Amilum atau
karbohidrat akan terlihat heksagonal, seperti kaca, bergerombol atau satu-satu.
Dalam feses probandus yang diteliti ditemukan adanya amilum. Interpretasi
apabila terdapat amilum dalam feses ini hamper sama dengan sisa makanan yang
lain, yaitu mengindikasikan sindrom malabsorbsi pada usus.
10. Globul Lemak
Jika feses normal, globullemak berwarna orange-merah
11. Benzidin
Tes pada feaces yang bisa digunakan untuk mengetes tentang diagnosa untuk
penyakit kanker kandung kemih dan penkreas, tujuannya yaitu untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan dengan makroskopik dan
mikroskopik
12. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam
acetat 10%. Kalau hanya ilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya.
Pada dysentri basiler, colitis ulcrosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi
besar.
13. Eritrosit
Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi colon,rectum atau anus.pendapat
ini selalu abnormal. Bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur.
14. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal
jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah
banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

Anda mungkin juga menyukai