Anda di halaman 1dari 28

5.

1 KONSEP DASAR METODE VARIABEL COSNTING

Pada metode  absorption costing, memperlakukan semua biaya produk yang terdiri dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung  dan overhead  pabrik (tetap dan variabel)
sebagai harga pokok produk (product cost)  tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut
variabel atau tetap, sehingga metode ini sering disebut  full costing. Sedangkan metode
variable costing, hanya biaya produk yang berubah-ubah sesuai dengan output saja yang
diper-lakukan sebagai harga pokok produk (variable cost) atau biaya produksi yang langsung
berkaitan dengan output yang dihasilkan, sehingga sering disebut direct costing atau
marginal costing.

Pada dasarnya, perbedaan kedua   metode tersebut terletak pada waktu (timing) perlakuan
fixed overhead cost. Variable Costing,  beranggapan bahwa fixed overhead cost harus segera
dibebankan pada  periode  terja-dinya. Namun tidak demikan dengan absorption costing,
fixed overhead cost  harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan untuk setiap unit
yang terjual. Setiap unit produk yang tidak terjual  (terdapat fixed overhead cost yang
melekat pada unit produk)  akan dilekatkan di persediaan dan akan dibawa ke periode
berikutnya sebagai aset.  Perubahan persediaan merupakan point kunci untuk memahami
perbedaan kedua metode ini.

5.2 VARIABLE COSTING: BIAYA PRODUK DAN BIAYA PERIODE

Metode biaya langsung membedakan antara biaya produk (product costs) dan biaya periode
(period costs). Biaya produk hanya terdiri atas biaya utama untuk bahan langsung dan tenaga
kerja langsung ditambah overhead pabrik yang variabel. Biaya semacam inilah yang
dibebankan pada persediaan (pekerjaan dalam proses dan barang jadi) dan harga pokok
penjualan. Biaya-biaya overhead pabrik yang tetap (fixed factory overhead) dimasukkan
dalam kelompok biaya periode lainnya, seperti biaya penjualan dan administrasi.

Jadi perbedaan utama antara metode biaya langsung dan penghitungan biaya penuh terletak
pada perlakuan biaya overhead pabrik yang tetap. Pada metode biaya langsung biaya tetap
overhead pabrik tidak dimasukkan ke dalam biaya produk; sebaliknya pada metode biaya
penuh dimasukkan ke dalam biaya unit produk pada persediaan dan harga pokok penjualan.

5.3  METODE PERHITUNGAN RUGI-LABA

Perbedaan konseptual antara penghitungan rugi-laba yang dibuat berdasarkan prosedur


penetapan biaya langsung dan biaya penuh adalah sebagai berikut :

(1) Pendapatan kotor marjinal dan laba kotor. Pada penetapan biaya langsung, angka
pendapatan marjinal kotor menunjukkan selisih antara penjualan dan biaya produksi yang
variabel. Angka ini ekuivalen dengan laba kotor pada penghitungan biaya penuh, dan
menunjukkan bahwa biaya tetap tidak dimasukkan dalam penilaian persediaan dan harga
pokok penjualan. Dengan demikian maka pendapatan marjinal kotor selalu akan lebih besar
daripada laba kotor. Penting pula dicamkan, bahwa dengan metode ini harga pokok penjualan
akan bervariasi/berubah sesuai dengan perubahan penjualan.

(2) Marjin kontribusi. Marjin kontribusi (contribution margin) yang dikenal juga dengan
sebutan pendapatan marjinal, merupakan kelebihan jumlah penjualan terhadap seluruh biaya
variabel (yaitu : biaya produksi, penjualan dan administrasi). Karena besar manfaatnya
sebagai suatu sarana perencanaan laba (profit planning device), maka margin kontribusi
mempunyai arti yang penting dalam perhitungan laba-rugi dengan metode biaya langsung
(direct costing income statement) (lihat Pasal 11.4)

(3) Biaya persediaan. Pada metode biaya langsung, overhead tetap tidak dimasukkan dalam
nilai persediaan (inventory). (Cara ini berlawanan dengan pandangan AICPA; ABR No.43
dengan tegas menyatakan: “… penyingkiran segala biaya overhead dari biaya persediaan
tidak dipandang sebagai prosedur akuntansi yang layak.” Baik IRS (Jawatan Pajak AS)
maupun SEC (Badan Pengawas Bursa Efek) akan menerima penghitungan biaya langsung,
kecuali bila penggunaan itu dibenarkan oleh AICPA). Karena itu banyak perusahaan
menggunakan metode biaya langsung hanya untuk laporan intern saja, lalu menyesuaikan
nilai persediaannya menurut metode biaya penuh dan laporan eksternnya.

(4) Laba bersih Operasional. Perbedaan laba bersih operasi pada kedua metode disebabkan
oleh jumlah biaya tetap yang dibebankan kepada nilai persediaan. Bila tidak terdapat
persediaan awal dan persediaan akhir, laba bersih operasi akan sama saja.

CONTOH 1

Asumsikan adanya informasi sebagai berikut:

Jumlah unit120.000
produksiPenjualan
100.000 unit @
Bahan langsung Rp15.000/unit

Tenaga kerja langsung Rp 4.000/unit

Biaya variabel Rp 3.000/unit

Overhead pabrik Rp 2.000/unit

Biaya Rp 1.000/unit
pemasaran/administrasi
Rp 180.000.000
Biaya tetap
Rp 140.000.000
Overhead pabrik

Biaya
pemasaran/administrasi

Susunlah perhitungan rugi-laba berdasarkan (a) biaya penuh, (b) biaya langsung.
(a) Metode Biaya Penuh

Perhitungan Rugi-laba

(dalam ribuan rupiah)


PenjualanHarga pokok penjualan: Rp Rp 480.000 Rp1.500.000
240.000
Bahan langsung 360.000 1.050.000
180.000
Upah langsung 420.000 Rp 450.000

Overhead pabrik: Rp1.260.000 240.000

Variabel 210.000 Rp 210.000

Tetap Rp 100.000

Harga pokok produksi 140.000

Dikurangi: Persediaan akhir barang


jadi (20.000 @Rp10,50 per unit)

Harga pokok penjualan

Marjin kotor

Biaya pemasaran/administrasi

Variabel

Tetap

Pendapatan bersih pada tahun


bersangkutan

Catatan : pada umumnya bagian variabel dan bagian tetap pada butiran seperti yang
ditunjukkan di atas tidak diungkapkan dalam suatu perhitungan rugi-laba.

(b) Metode Biaya Langsung

Perhitungan Rugi-Laba

(dalam ribuan rupiah)


PenjualanHarga pokok penjualan: Rp Rp
480.000 1.500.000
Bahan langsung
360.000 1.000.000
Upah langsung
240.000 Rp   
Overhead pabrik variabel Rp1.080.000 500.000

Harga pokok produksi 180.000 320.000

Dikurangi: Persediaan akhir barang Rp Rp  180.000


jadi 900.000

(20.000 @Rp 9 per unit) 100.000

Harga pokok penjualan Rp   


180.000
Biaya variabel
pemasaran/administrasi 140.000

Marjin kontribusi

Biaya dan belanja tetap:

Overhead pabrik

Biaya pemasaran/administrasi

Pendapatan bersih untuk tahun


bersangkutan

Catatan: Selisih sejumlah Rp 30.000.000 pendapatan bersih disbanding dengan perhitungan (a)
sama dengan jumlah overhead pabrik tetap yang dimasukkan pada penghitungan biaya penuh
[bagian (a)] berkenaan dengan persediaan akhir untuk 20.000 unit @ Rp 1.500/unit (biaya overhead
pabrik tetap sejumlah Rp 180.000.000 ÷ 120.000 unit produksi).

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur
biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.

1. Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel
maupun tetap.

Menurut LM Samryn, full costing adalah :

“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa
memperhatikan perilakunya.”14)

Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan
laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi
produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini
banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya 
harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi
yang tersaji dalam laporan tersebut.

1. Variabel Costing

Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
variabel.

Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya
produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik
bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.

Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok
dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”15)

Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format
laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-
biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan
menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.

Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang
diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari
pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu
tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing

Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada
perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur
biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget),
sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul
kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya
produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat
dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode
dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat
pembebanan lebih atau kurang.

Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel.
Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak
termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :

1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan
laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya
produksi  adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik
langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel
costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok
dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi
dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak
berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka
mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata
lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang
dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap
dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan
kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga
pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya
periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya
tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel
costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif
yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan
(over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat
diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual
(harga pokok persediaan).
5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba

5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor
(gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin),
yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing
dengan metode variable costing adalah :

1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik
tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada
periode yang sama.
2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik  telah
diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian
biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding
metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi
variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya
variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan
laba (CVP)  dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan
pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.

14) LM Samryn, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2001, halaman 63.

15) Mas’ud Mahfoedz, Akuntansi Manajemen, Buku Satu, Edisi IV, Cetakan Ketiga, BPFE
-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1993, halaman 230.
About these ads

VARIABLE COSTING

I. Pengertian Variable Costing

Penentuan harga pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan harga
pokok yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok
produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode atau atau biaya waktu (period
cost) yang langsung dibebankan kepada laba-rugi periode terjadinya dan tidak diperlakukan
sebagai biaya produksi.

II. Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel (Variable Costing)

Penentuan harga pokok variabel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam
memperoleh informasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:

1. Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution margin) yang sangat
berguna untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan biaya-volume-laba (cost-profit-
volume) dan untuk pengambilan keputusan (decision making) yang berhubungan dengan
kebijaksanaan manajemen jangka pendek.
2. Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi operasional yang sedang
berjalan serta menetapkan penilaian dan pertanggungjawaban kepada departemen atau divisi
tertentu dalam perusahaan.
Jika dihubungkan dengan pihak-pihak yang memakai laporan biaya, maka variabel costing bertujuan
sebagai berikut:

1. Untuk pihak internal, variabel costing digunakan untuk tujuan-tujuan:


a. Perencanaan laba
b. Penentuan harga jual produk
c. Pengambilan keputusan oleh manajemen
d. Pengendalian biaya
2. Untuk pihak eksternal
Meskipun tujuan utamanya untuk pihak internal, konsep variabel costing dapat pula digunakan
oleh pihak eksternal untuk tujuan:

a. Penentuan harga pokok persediaan


b. Penentuan laba
Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang disusun atas dasar variabel
costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu, menjadi laporan yang disusun atas dasar
konsep harga pokok penuh (full costing), sebab konsep variabel costing tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

III. Perbedaan Konsep Variable Costing Dengan Full Costing

Perbedaan antara kedua konsep tersebut terletak pada tujuan utamanya, yaitu konsep variabel
costing mempunyai tujuan utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep full costing
mempunyai tujuan utama untuk pelaporan eksternal. Adanya kedua perbedaan tersebut
mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang selanjutnya
mempengaruhi:
1. Penentuan besarnya harga pokok produk dan besarnya harga pokok persediaan.
2. Penggolongan dan penyajian di dalam laporan laba-rugi.
Pembahasan tentang perbedaan metode variable costing dengan metode full costing dapat ditinjau
dari segi;

1. Penentuan harga pokok produk


Pada metode full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel dibebankan
ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu elemen harga pokok produk meliputi:

a. BBB (raw material cost)


b. BTKL (direct labor cost)
c. BOP variabel (variable FOH)
d. BOP tetap (fixed FOH)
Sedangkan pada metode variabel costing hanya memasukkan atau membebankan biaya
produksi variabel ke dalam harga pokok produk. Elemen harga pokok produk meliputi:

a. BBB (raw material cost)


b. BTKL (direct labor cost)
c. BOP variabel (variable FOH)

Elemen biaya Full costing Variable costing

BBB(raw material cost) Rp.xxx Rp.xxx


BTKL(direct labor cost) Rp.xxx Rp.xxx

BOP variabel (variable FOH) Rp.xxx Rp.xxx

BOP tetap (fixed FOH) Rp.xxx _

Jumlah Harga Pokok Produk Rp. xxx Rp.xxx

2. Penentuan harga pokok persediaan


Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada
produk antara metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula perbedaan
harga pokok persediaan. Pada metode full costing BOP tetap (fixed FOH) dibebankan ke dalam harga
pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual
maka sebagian BOP tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok persediaan. Metode variable
costing tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga pokok produk, akan tetapi BOP
tetap (fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu
produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel
atau BOP tetap (fixed FOH) tidak melekat pada harga pokok persediaan.

3. Penyajian Laporan Laba-Rugi

Perbedaan di dalam penyajian laporan laba-rugi antara metode full costing dengan variable costing
dapat ditinjau dari segi:

a. Penggolongan biaya dalam laporan laba-rugi


Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya produksi, meliputi BBB (raw material cost), BTKL(direct labor cost) dan BOP tetap
(fixed FOH) maupun BOP variabel (variable FOH).
2. Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi semua biaya yang tidak
termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-
rugi periode terjadinya.
Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi:

1. Biaya variabel (variable costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara
proporsioanal sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke
dalam:
- Biaya variabel produksi, yaitu BBB, BTKL dan BOP variabel.
- Biaya variabel non produksi, yaitu biaya pemasaran variabel (variable of marketing
expense), biaya adminstrasi dan umum variabel (variable of general & administative
expense), biaya finansial variabel (variable of financial expense).
2. Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing
disebut pula dengan biaya periode (period cost) atau disebut pula biaya kapasitas(capacity
cost).
b. Struktur atau susunan penyajian laporan laba-rugi
1. Metode Full costing
Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember …

_________________________________________________________________

Penjualan (sales) xxx

Biaya Produksi (production cost):

Persed.awal brg jadi (beginning finished goods inventory) xxx

BBB (raw material cost) xxx

BTKL direct labor cost) xxx

BOP variabel (variable FOH) xxx

BOP tetap (fixed FOH) xxx

HP.Produksi (cost of goods manufactured) xxx +

Brg tersedia untuk dijual ( goods available for sales) xxx

Persed. Akhir brg jadi (ending finished goods inventory) xxx –

HPP (cost of goods sold) xxx –

Laba kotor (gross income) xxx

Biaya Non Produksi (Non production cost):

Biaya pemasaran (marketing expense) xxx

Biaya administrasi dan umum

(general & adiminstrative expense) xxx +

Total biaya non produksi xxx –

Laba bersih sebelum pajak (EBT) xxx

2. Metode variabel costing

Laporan Laba-Rugi

Untuk periode yang berakhir 31 Desember …

________________________________________________________________

Penjualan (sales) xxx


Biaya variabel (variable cost):

Persed.awal brg jadi (beginning finshed goods inventory) xxx

BBB (raw material cost) xxx

BTKL (direct labor cost) xxx

BOP (FOH) variabel xxx +

HP.Produksi (cost of goods manufactured) xxx +

BTUD (goods available for sales) xxx

Persed. Akhir brg jadi (ending finished goods inventory) xxx –

HPP(cost of goods sold) xxx –

Margin kontribusi kotor (gross CM) xxx

Biaya komersial variabel (variable of commercial expenses);

Biaya pemasaran variabel (variable of marketing expenses) xxx

Biaya adm.& umum variabel

(variable of general and administrative expenses) xxx +

xxx –

Batas kontibusi bersih (net CM) xxx

Biaya tetap (fixed cost);

BOP tetap (fixed FOH) xxx

Biaya pemasaran tetap (fixed marketing expenses) xxx

Biaya adm.& umum tetap

(fixed general and administrative expenses) xxx +

xxx -

Laba bersih setelah pajak (EAT) xxx


*** CONTOH SOAL VARIABLE COSTING ***

Pada tahun 1999, PT.LABALA memproduksi 1000 unit batako. Biaya produksi yang
dikeluarkan selama tahun 1999 adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku (raw material cost) 500.000

Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) 350.000

Biaya bahan penolong (indirect material cost) 100.000

Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost) 110.000

Depresiasi bangunan pabrik (depreciation of factory building) 100.000

Data lain yang diperoleh selama tahun 1999 adalah:

 Harga jual Rp.2000 per unit.


 Produk terjual sebanyak 900 unit.
 Persediaan awal 100.000 (metode full costing) dan 90.000 (metode variable costing).
 Persediaan akhir 232.000 (metode full costing) dan 212.000 (metode variable costing).
 Pembebanan BOP (factory overhead) berdasar BTKL.
 Kapasitas normal dicapai pada saat BTKL sebesar Rp.400.000 per tahun dengan perkiraan BOP
variabel Rp.250.000 dan BOP tetap Rp.110.000.
 Biaya administrasi dan umum (general and administrative expense) Rp.100.000.
 Biaya iklan (advertising expense) Rp.300.000.

Diminta :

1. Dengan menggunakan metode Full costing, hitunglah;


a. Tarif BOP per unit dan jumlah BOP yang dibebankan.
b. Laporan Laba/Rugi (income statement).
2. Laporan Laba/Rugi dengan metode Variable costing.
JAWABAN : *** CONTOH SOAL VARIABLE COSTING ***

1. Metode Full costing


a. Tarif BOP(FOH) per unit
BOP T 110.000 Ket; * = pada kapasitas normal

BOP V 250.000 *

Jumlah BOP 360.000

Tarif overhead pabrik berdasarkan BTKL, dimana kapasitas normal dicapai pada jumlah
Rp.400.000.

Tarif BOP (FOH) = 360.000 x 100% = 90% dari BTKL

400.000

b. Bop yang dibebankan untuk tahun 1999 = 90% x 350.000 = 315.000

PT.LABALA

Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 1999


Penjualan ( Rp.2000 x 900 u ) 1.800.000

HPP (Cost of goods sold) :

Persed. awal brg jadi (beginning finished goods inventory) 100.000

BBB (raw material cost) 500.000

BTKL (direct labor cost) 350.000

BOP (FOH) T 210.000

BOP (FOH) V 100.000 +

HP.Produksi (Cost of goods manufactured) 1.160.000 +

BTUD (finished goods available for sales) 1.260.000

Persed.akhir brg jadi (ending finished goods inventory ) 232.000 –

HPP sebelum penyesuaian

(cost of goods sold before adjustment) 1.028.000

Selisih kapasitas menguntungkan ( 315.000 – 310.000 ) 5.000 +

HPP setelah penyesuaian

(cost of goods sold after adjustment) 1.033.000 -

Laba kotor (gross income) 777.000

Biaya usaha (operating expense):

Biaya adm. & umum (general & administrative expense) 100.000

Biaya iklan (advertising expense) 300.000 +

400.000 –

Laba bersih sebelum pajak ( EBT ) 377.000

2. Metode Variable costing


PT.LABALA
Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 1999

Penjualan ( Sales) = Rp.2000 x 900 u 1.800.000

Biaya variabel (variable costing):

Persed.awal brg jadi (beginning finished goods inventory) 90.000

BBB (raw material cost) 500.000

BTKL (direct labor cost) 350.000

BOP (FOH) V 210.000 +

HP.Produksi (COGM) 1.060.000 +

BTUD ( finished goods available for sales) 1.150.000

Persed.akhir brg jadi (ending finished goods inventory) 212.000 –

HPP (Cost of goods sold) variabel 938.000 –

Contribution Margin 862.000

Biaya Tetap (Fixed expense):

BOP (FOH) T 100.000

Biaya adm.& umum (general & administrative expense) 100.000

Biaya iklan (advertising expense) 300.000 +

Total biaya tetap 500.000 –

Laba bersih sebelum pajak ( EBT ) 362.000


KASUS 1

Berikut adalah data biaya produksi dan persediaan pada akhir tahun 1999 dari PT.OTI :

1. Produksi selama tahun 1999 sebanyak 200.000 unit.


2. 80% dari produksi pada tahun 1999 terjual dan sisanya masih tersimpan di gudang pada akhir
tahun.
3. Biaya bahan baku (Raw Material) Rp.3.000.000
4. Upah langsung (Direct Labor) Rp.2.500.000
5. BOP Variabel (variable FOH) Rp.1.000.000
6. BOP Tetap (fixed FOH) Rp. 600.000
7. Harga jual per unit Rp. 50
8. Biaya adm & umum (General&Administrative Expense) Rp. 250.000

Diminta :

1. Hitung nilai persediaan akhir (Ending Inventory) th.1999 dengan met.Variable Costing dan Full
Costing.
2. Buat laporan Laba/Rugi (Income Statement) menurut met.Variable Costing dan Full Costing.
KASUS 2

SAVAGE GARDEN Corp. adalah sebuah perusahaan yang memproduksi 1 jenis produk. Pada
tahun 1999 telah memproduksi 50.000 unit ikat pinggang dengan biaya produksi sebagai berikut :

BOP Var (variable FOH). Rp.25.000.000

BOP Tetap (fixed FOH) Rp.30.000.000

Upah langsung ( Direct Labor cost) Rp.55.000.000

Biaya Bahan Baku ( Raw Material cost) Rp.40.000.000


Selain itu terdapat data lain yang berkaitan dengan produksi tsb. sebagai berikut :

- Pembebanan BOP berdasarkan upah langsung.


- Biaya upah langsung per unit Rp.1100
- Produk yang terjual adalah 40.500 unit.
- Kapasitas normal (normal capacity) terjadi pada saat biaya upah langsung sebesar
Rp.75.000.000 per tahun, dimana pada saat itu BOP tetap (fixed FOH) diperkirakan
Rp.35.000.000 & BOP Variabel (variable FOH) Rp.25.000.000
- Pembebanan lebih/kurang ( over/under applied ) Factory overhead dibebankan ke HPP (Cost of
Goods Sold).

Diminta :

1. Dengan menggunakan metode Full Costing, hitunglah :


a. Tarif BOP per unit.
b. Jumlah BOP yang dibebankan untuk th.1999.
c. Jumlah HPP ( Cost of Goods Sold ).
2. Dengan menggunakan metode Variable Costing, hitunglah :
a. Persediaan akhir ( Ending Inventory ).
b. HPP ( Cost of Goods Sold ).
KASUS 3

PT.SAKURA menggunakan biaya standar dalam menentukan besarnya biaya produksi.


Kapasitas normal yang dimiliki 40.000 unit. Biaya standar per unit produksi untuk bulan April, Mei,
Juni tahun 2000 adalah :

April Mei Juni

BBB ( raw materials cost ) Rp.150 Rp.150 Rp.150

BTKL ( direct labor cost ) Rp.250 Rp.250 Rp.250

BOP ( F O H ) V Rp.100 Rp.100 Rp.100

BOP ( F O H ) T Rp.5.000.000 Rp.5.000.000 Rp.5.000.000

Biaya adm & pemasaran (administrative & marketing expense) variabel Rp.55 per unit yang dijual.
Biaya adm & pemasaran (adminstrative & marketing expense) tetap Rp.800.000 dan harga jual per
unit Rp.850.

Data penjualan & produksi bulan April, Mei, Juni th. 2000 sbb. :

April Mei Juni

Persediaan awal ( beginning inventory ) 4.000 unit 2.000 unit 5.000 unit

Produksi ( productions ) 38.000 45.000 41.000

Penjualan ( Sales ) 40.000 42.000 41.000

Selisih tidak menguntungkan : - Selisih efisiensi tenaga kerja Rp.300.000

(unfavorable variance) ( labor efficiency variance )

Selisih menguntungkan : - Selisih harga bahan baku Rp.175.000

(favorable variance) (raw material cost variance)

Seluruh selisih dibebankan ke harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold).

Diminta :

1. Buatlah laporan laba/rugi (income statement) direct costing.


2. Buatlah laporan laba/rugi (income statement) full costing.

 JAWABAN KASUS 1

1. Produk terjual = 80% x 200.000 u = 160.000 u


Persediaan brg jadi akhir (Ending finished goods Inventory) th.1999

= 20% x 200.000 u = 40.000 u

 Nilai persediaan akhir th.1999 dengan met. Variable Costing :


BBB (Raw Material) Rp.3.000.000

Upah langsung (Direct Labor Cost) Rp.2.500.000


BOP (Factory Overhead) Var. Rp.1.000.000 +

HP.Produksi (Cost of Goods Manufactured) Rp.6.500.000

Unit yang diproduksi = 200.000 u

HP.Produksi (COGM) per unit = Rp.6.500.000 = Rp.32,5

200.000

Nilai persediaan brg jadi akhir th.1999 = 40.000 u x Rp.32,5 = Rp.1.300.000

Nilai persediaan brg jadi akhir th.1999 dengan met. Full Costing :

BBB (Raw Material) Rp.3.000.000

Upah langsung (Direct Labor Cost) Rp.2.500.000

BOP (FOH) Var. Rp.1.000.000


BOP (FOH) Tetap Rp. 600.000 +

HP.Produksi (COGM) Rp.7.100.000

HP.Produksi (COGM) per unit = Rp.7.100.000 = Rp.35,5

200.000

Nilai persediaan brg jadi akhir th.1999 = 40.000 u x Rp.35,5 = Rp.1.420.000

2. Laporan Laba/Rugi ( Income Statement )

 Metode Variable Costing


PT.OTI

Laporan L/R ( Income Statement )

Untuk periode yang berakhir 31 Des 1999

Penjualan (Sales) Rp.8.000.000

Persed. brg jadi awal ( beginning finished goods inventory ) -

Biaya variabel (Variable Costs) :

BBB (Raw Material) Rp.3.000.000

Upah langsung (Direct Labor) Rp.2.500.000

BOP (FOH) Var. Rp.1.000.000 +

BTUD (goods available for sales) Rp.6.500.000

Persed. brg jadi akhir (Ending finished goods Inventory) Rp.1.300.000 –

HPP (Cost of Goods Sold) Rp.5.200.000 –

Contribution Margin Rp.2.800.000

Biaya tetap (Fixed Costs):

BOP (FOH) Tetap Rp. 600.000

Beban adm & umum Rp. 95.000


(General & Administratif Expense)

Beban iklan (advertising expense ) Rp. 155.000 +

Total biaya Rp. 850.000

Laba bersih sebelum pajak ( EBT ) Rp.1.950.000

 Metode Full Costing


PT.OTI

Laporan L/R (Income Statement )

Untuk periode yang berakhir 31 Des 1999

Penjualan (Sales) Rp.8.000.000

Persed. Brg jadi Awal (Beginning finished goods Inventory ) -

Biaya Produksi (Production Costs) :

BBB (Raw Material ) Rp.3.000.000

Upah langsung ( Direct Labor) Rp.2.500.000

BOP (FOH ) Var. Rp.1.000.000

BOP (FOH ) Tetap Rp. 600.000 +

BTUD (goods available for sales) Rp.7.100.000

Persed. Brg jadi akhir (Ending finished goods Inventory) Rp.1.420.000 –

HPP ( COGS ) Rp.5.680.000 –

Laba Kotor ( Gross Income ) Rp.2.320.000


Beban Operasi (Operating Expenses) :

Beban adm &umum

(General & Administrative Expense) Rp 95.000

Beban iklan (advertising expense ) Rp. 155.000 +

Rp. 250.000 -
Laba bersih sebelum pajak ( EBT ) Rp.2.070.000

 JAWABAN KASUS 2

1. a. Tarif BOP ( FOH ) per unit :


BOP ( FOH ) V Rp.25.000.000 *

BOP ( FOH ) T Rp.35.000.000 +

Jml BOP Rp.60.000.000

Tarif overhead pabrik ditentukan berdasarkan upah langsung, upah langsung pada
kapasitas normal Rp.75.000.000
Tarif Overhead pabrik = Rp.60.000.000 x 100% = 80%

Rp.75.000.000

Jadi tarif overhead pabrik = 80% dari upah langsung.

b. Jumlah BOP ( FOH ) yang dibebankan untuk th.1999 :

= 80% x Rp.55.000.000 = Rp.44.000.000

c. Jumlah HPP (COGS) th.1999 ;


BBB (Raw Material) Rp.40.000.000

Bi.Upah Langsung (Direct Labor Cost) Rp.55.000.000


BOP (FOH) Rp.44.000.000 +

HP.Produksi (Cost of Goods Manufactured) Rp.139.000.000

Pers.akhir (Ending Inventory)

= 50.000 – 40.500 x 139.000.000 = Rp. 26.410.000

50.000

HPP (COGS) sbl penyesuaian Rp.112.590.000

Selisih kapasitas tidak menguntungkan

( 55 jt – 44 jt ) = Rp.11.000.000
HPP ( COGS ) Rp.123.590.000

2. a.Persediaan akhir (Ending Inventory) Variable Costing :


BBB (Raw Material) Rp. 40.000.000

Bi.Upah Langsung (Direct Labor Costs) Rp. 55.000.000

BOP (FOH) V Rp. 25.000.000 +

HP.Produksi (Cost of Goods Manufactured) Rp.120.000.000

Jumlah produksi : 50.000 unit

HP.Produksi / unit = Rp.120.000.000 = Rp.2400

50.000

Nilai persediaan akhir = ( 50.000 – 40.500 ) x Rp.2400 = Rp.22.800.000

b. HPP ( COGS ) :

HP.Produksi (Cost of Goods Manufactured) Rp.120.000.000

Pers.akhir (Ending Inventory) Rp. 22.800.000 –

HPP (COGS) Rp. 97.200.000


 JAWABAN KASUS 3
PT.SAKURA

Laporan Laba/Rugi

bulan April, Mei, Juni th.2000


Direct Costing
April Mei Juni

Penjualan (Sales) 34.000.000 35.700.000 34.850.000

HPP (COGS) :

- Pers.awal ( beginning inventory ) 2.000.000 1.000.000 2.500.000

- BBB ( Raw material) 5.700.000 6.750.000 6.150.000

- BTKL (Direct Labor Cost) 9.500.000 11.250.000 10.250.000

- BOP ( FO H ) V 3.800.000 4.500.000 4.100.000

BTUD ( good available for sales ) 21.000.000 23.500.000 22.000.000


Pers.akhir (Ending Inventory) 1.000.000 2.500.000 2.500.000

HPP (COGS) Var 20.000.000 22.000.000 20.500.000


(+) Selisih efisiensi TK tidak

menguntungkan 300.000 300.000 300.000

(-) Selisih harga BB mengun-

tungkan 175.000 175.000 175.000

HPP (COSG) Var 20.125.000 21.125.000 20.625.000

Bi. Adm. & Pemasaran Var.

(Adm & marketing expenses ) 2.200.000 2.310.000 2.255.000

Jml. Bi. Var. 22.325.000 24.435.000 22.880.000

-CM 11.675.000 12.265.000 11.970.000

Bi. Tetap ( Fixed cost ) :

- BOP ( F O H ) T 5.000.000 5.000.000 5.000.000

- Bi. Adm. & Pemasaran Tetap

( Adm & marketing expenses) 800.000 800.000 800.000

EBT 5.875.000 6.465.000 6.170.000


 Tarif BOP T = Rp.5.000.000 = Rp.125
40000

PT.SAKURA

Laporan Laba/Rugi

bulan April, Mei, Juni th.2000

Full Costing
April Mei Juni

Penjualan (Sales) 34.000.000 35.700.000 34.850.000

HPP (COGS) :

- Pers.awal ( beginning inventory ) 2.500.000 1.250.000 3.175.000

- BBB ( raw material cost ) 5.700.000 6.750.000 6.150.000

- BTKL ( direct labor cost ) 9.500.000 11.250.000 10.250.000

- BOP ( F O H ) V 3.800.000 4.500.000 4.100.000

- BOP ( F O H ) T 4.750.000 5.625.000 5.125.000

BTUD ( good available for sales ) 26.250.000 29.375.000 27.500.000

Pers.akhir ( ending inventory ) 1.250.000 3.175.000 3.175.000

HPP (COGS) 25.000.000 27.500.000 25.625.000

(+) Selisih efisiensi TK tidak

menguntungkan 300.000 300.000 300.000

(-) Selisih hrg BB meng-

untungkan 175.000 175.000 175.000


Laba Kotor ( gross income ) 9.125.000 8.325.000 9.350.000

Bi.Operasi ( operasional cost ) :

- Bi.adm & pemasaran V


Adm & marketing expenses ) 2.200.000 2.310.000 2.255.000

- Bi.adm & pemasaran T 800.000 800.000 800.000

EBT 6.125.000 5.125.000 6.295.000

Anda mungkin juga menyukai