Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
1. FADILATUL AINI
2. FEBTA VABRELLA
3. SYAKIRINA NURMARLIAH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLI INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TA 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah PENGANTAR ASUHAN KEBIDANAN dengan judul “ RESPON ORANG TUA
TERHADAP BAYI BARU LAHIR DAN PERUBAHAN ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA
NIFAS.” ini dapat terselesaiakan semaksimal mungkin, walaupun mengalami brbagai kesulitan.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, bukan karena usaha dari
kami selaku penulis, melainkan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu kami baik itu dosen kami dan
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami selaku penulis
makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas kami
selanjutnya.
Demikian kami selaku penulis makalah, mohon maaf bila dalam pembuatan makalah ini
ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi semua pihak.

2
Daftar isi

Kata Pengantar  ………………………………………………………… 2

Daftar Isi  ………………………………………………………………. 3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang  …………………………………………....................... 4

1.2   Rumusan Masalah  ……………………………………………………. 4

1.3   Tujuan Pembahasan  ……………………………………....................... 4

1.4   Manfaat Penulisan  ……………………………………………………. 5

BAB II. TINJAUAN TEORI


2.1 Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktik bidan............. 6

2.1 Informed Consent  …………………………………………………….. 6

2.2 Informed Choice ………………………………..................................... 8

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan  …………………………………………………………... 14

3.2 Saran  ……………………………………………………..................... 14

Kasus ………………………………………………………………………15

Roleplay……………………………………………………………………15
Daftar Pustaka  ……………………………………………………….. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan tentang
apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat.Etik moral memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi martabat
dan citra profesi, menjaga & memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian
para anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 bagaimana masalah etika moral praktik kebidanan.

1.2.2 Apa pengertian dari informed choice?

1.2.3 Apa tujuan dari informed choice?

1.2.4 Apa pengertian dari informed choice?

1.2.5 Apa perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)?

1.2.6 Apa tujuan dari informed consent?

1.2.7 Bagaimanakah rekomendasi informed conseent?

1.2.8 Bagaimanakah bentuk persetujuan(consent) pada asuhan kebidanan?

1 3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


 masalah etika moral praktik kebidanan.

4
 Mengetahui informed consent
 Mengetahui informed choice
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mengetahui masalah etika moral praktik kebidanan.
 Mengetahui Pengertian dari informed choice?
 Mengetahui tujuan dari informed choice?
 Mengetahui pengertian dari informed choice?
 Mengetahui perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent)?
 Mengetahui apa tujuan dari informed consent?
 Mengetahui rekomendasi informed conseent?
 Mengetahui bagaimanakah bentuk persetujuan(consent) pada asuhan
kebidanan

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan pertimbangan sebagai berikut:

1.4.1     Sebagai informasi mengenai informed consent dan informed choice.

1.4.2     Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-penulisan berikutnya.
1.4.3Makalah ini sangat penting bagi mahasiswa bidan untuk mengetahui tentang apa
ituetika, apa itu moral dan bagaimana menerapkannya dalam praktik kebidanan sehingga
seorang bidan akan terlindung dari kegiatan pelanggaran etik ataupun pelanggaran moral
yang sedang berkembang di hadapan publik dan erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan
sehingga seorang bidan sebagai provider kesehatan harus kompeten dalam menyikapi dan
mengambil keputusan yang tepat untuk bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan
dan kewenangan bidan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktik bidan
Tuntutan bahwa etik adalah hal yang penting dalam kebidanan salah satunya adalah
kaena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat
berhungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil.Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik tidak hanya dibutuhkan
pengetahuan yang up to date,tetapi bidan juga harus mempunyai pemahaman isu etik dalam
pelayanan kebidanan.menurut Daryl Koehn dalam The Ground of profesional ethics
(1994),bahwa bidan dikatakan professional bila menerapkan etika dalam menjalankan praktik
kebidanan.Dengan memahami peran sebagai bidan,akan meningkatkan tanggung jawab
profesionalnya kepada pasien atau klien.Bidan berada pada posisi yang baik,yaitu menfasilitasi
pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan
dalam strategi praktik kebidanan.
2.2 Informed Choice
2.2.1 Pengertian informed choice
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang altrnatif
asuhan yang akan dialaminya.Menurut kode etik kebidanan internasional tahun 1993 bidan harus
menghormati hak informed choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam
asuhan dan tanggung jawabnya terhadap hasil dari pilihannya.Definisi informasi dalam konteks
ini,adalah meliputiinformasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu,tentang
pemahaman resiko,manfaat,keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya.pilihan dapat
menjadi komplek,sebagai tambahan,bahwa dalam system pelayanan kesehatan,tenaga kesehatan
professional enggan untuk berbagi informasi atau keputusan yang dibuat dengan kliennya.

2.2.2. Tujuan Informed Choice

     Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya
membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita
untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik
internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak
wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab
untuk hasil dari pilihannya.
6
2.2.3 Piihan (choice) beda dengan persetujuan (Consent)
1. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan,karena berkaitan dengan
aspek hokum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.
2. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai sebagai penerima jasa
asuhan kebidanan,yang memberikn gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
merupakan sapekvotonomi pribadi menetukan pilihannya sendiri.Choice berarti ada alternatif
lain,ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti prbedaannya sehinngga dia dapat menentukan
mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya.
Pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik :
1. Memberi informasi yang lengkap pada ibu,informasi yang jujur,tidak bias dan dapat
dipahami oleh ibu,menggunakan alternative media ataupun yang lain,sebaiknya tetap muka.
2. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menngunakan haknya
dan menerima tanggung jawab yang diambil.Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin
bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah
diberikan informasi yang lengkap tentang dampak dari keputusan.
3. Untuk memegag kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan,mengembangkan
sumber daya,memonitor perkembangan protocol dan petunjuk teknis baik ditingkt
daerah,propinsi untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu.
4. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based,diharapkan konflik dapat ditekan
serendah mungkin.
5. Tidak prlu takut akan konflik tetapi memegangnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling member,dan mungkin suatu penilain ulang objektif,bermitra dengan wanita dari system
asuhan dan takanan positif pada perubahan.

Beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat diplih oleh pasien,antara lain:
1. Bentuk pemeriksaan ANC dan skrining laboraturium ANC.
2. Tempat meahirkan.
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
4. Didampingi waktu melahirkan.
7
5. Metode monitor DJJ.
6. Argumentasi,stimulasi,indusi.
7. Mobilisasi atau posisi saat persalinan.
8. Pemakaian analgesia.
9. Pemecahan ketuban.
10. Penolong persalinan.
11. Keterlibatan suami pada waktu melahirkan.
12. Tehnik pemberian minuman pada bayi.
13. Metode kontrasepsi.

2.3 .informed consent

2.3.1. Pengertian

     Informed concent berasal dari dua kata, yaitu informed (telah mendapat


penjelasan/keterangan/informasi) dan concent (memberikan persetujuan/mengizinkan). Informed
concent adalah suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapatkan informasi.

     Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan kepada pasien


atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

2.3.2 .Tujuan Informed Consent


  Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang
sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya
yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
  Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan
bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada
setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko.

2.3.3 Pemecahan konflik etik,meliputi empat hal:


1. Informed consent.
2. Negosiasi.
3. Persuasi.
8
4. Komite etik.
Latar belakang diperlukannya informed consent adalah karena tindakan medik yang dilakukan
bidan,hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan unpredictable (tidak dapat diperhitungkan
secara matematik),sebab dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang brada di luar kekuasaan
bidan,seperi pedarahan post partum,shock,asfikisia neonatorum.Persetujuan pasien bagi setiap
tindakan medik menjadi mutlak diperlukan,kecuali dalam keadaan emergency.persetujuan
tersebut dikenal dengan informed consent.Istilah conset adalah dari bahasa latin yaitu
consensio.Kemudian di dalam bahasa inggris menjadi consent yang berarti persetujuan
izin,member izin kepada untuk melakukan sesuatu.
Jadi sebelum tecapainya suatu consent,kepada pasien atau keluarganya harus diberikan informasi
lebih dahulu mengenai beberapa hal dari tindakan medik yang akan dilakukan.Kesadaran hokum
pasien semakin meningkat,pasien sadar akan hak dan kewajibannya dalam arti bahwa pemberian
persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang akan dilaksanakan atas dirinya adalah
bertentangan dengan arti dari consent itu.
2.3.4 Menurut Culver and Gert ,ada empat komponen yang harus dipahami pada suatu
consent atau persetujuan:
1. Suka rela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat atas dasar sukarela pada ada unsure
paksaan didasari informasi dan kompetensi,sehingga pelaksanaan sukarela harus memenuhi
unsure informasi yang dibrikan sejelas-jelasnya.
2. Informasi (information)
Jika pasien tidak tahu,sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan,Dalam berbagai kode etik
pelayanan kesehatan bahwa informasi yang lengkap dibthkan gar mampu membuat keputusan
yang tepat.Kurangnya informasi atau diskusi tentang resiko,efek
samping tindakan,akan membuat pasien sulit mengambil kepitusan,bahkan ada rasa cemas dan
bingung.
3.Kompetensi (Competence)
Dalam konteks consent kompetensi bermakna suatu pemahaman bahwa seseorang membutuhkan
sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan denan dengan tepat,juga membutuhkan banyak
informasi.
4.Keputusan (Decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses,yang merupakan perstujuan tanpa
refleksi.Pembuatan keputusan merupakan tahap terkahir proses [emberian persetujuan.Keputusan
penolakan pasien terhadap suatu tindakan harus divalidasi lagi apakah kaerena pasien kurang
kompetensi.Jika pasien menerima suatu tindakan beritahulah juga prosedur tindakan dan buatlah
senyaman mungkin.

9
Salah satu factor yang mendorong perlunya informed consent adalah karena pasien mempunyai
kesadaran akan hak mutlak atas tubuhnya dan hak untuk menentukan atas diri sendiri,dalam arti
menerima atau menolak tindakan medik yang akan dilaksanakan atas dirinya.Selain itu pasien
juga mempunyai hak untuk menentukan diri sendiri the right of self determination) adalah hak
yang melekat dalam arti manusia,dalam arti seseorang berhak meneukan apa yang akan
dilakukan atas dirinya.Hak untuk menentukan diri sendiri dalam bidang kesehatan antara lain
hak untuk menentukan mendapatkan atau menolak pertolongan di bidang pelayanan
kesehatan,hak untuk memilih sarana kesehatan/bidan,hak untuk mendapatkan second
opinion,hak untuk dirahasiakan penyakitnya,hak untuk melihat rekam medic.

2.3.5 Dasar hukum informed consent adalah:


1.Pasal 56 pada UU NO.36 Tahun 2009 tentang kesehatan menetapkn sebagai berikut:
a)Ayat 1:Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi
mengenai tindakan tersebut secra lengkap.
b)Ayat 2: Hak menerima atau menolak sebagaimana di maksud pada ayat (1) tiak berlaku pada:
a.Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang
lebih luas;
b.Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri;atau
c.Gangguan mental berat.
c)Ayat 3: Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)diatur sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan
Pasal 57
2.Diatur juga dalam registrasi dan praktik bidan pada Kepmenkes No.900/2002 pasal 25 ayat
2,Tentang kewajiban bidan dalam menjalankan kewenangannya yaitu:
a)Memberikan informasi.Informasi mengenai pelayanan /tindakan yang diberikan dan efek
samping yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas,sehingg memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya.
b)Meminta persetuan yang akan dilakukan.Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan
mengenai semua tindakan yang dilakukan kepadanya.Persetujuan dari pasien dan orang terdekat
dalam keluarga prelu dimintakan sebelum tindakan dilakukan.
3.Secaa hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981,PP No.8 Tahun 1981.

10
4.Iformed consent dikukuhkan menjadi lembaga hukum,yaitu dengan diundangnya peraturan
Menteri Kesehatan No.585 Tahun 1989 Tentang Persetujuan Medik,lebih jelasnya baca
dilampiran.Dalam peraturan Kesehatan No. 585 Tahun 1989 ini dalam Bab I,Ketentuan Umum,
Pasal 1 (a) menetapkan tindakan medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
5. Pada KepmenKes No. 900/2002,Bab 1X,Sanksi,Pasal 42 menyebutkan bahwa bidan yang
degan sengaja: Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan. KepmenKes No. 900/2002 pada Pasal 25 Ayat (2) menyebutkan bahwa:
Di samping ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bidan dalam melaksanakan praktik
sesuai dengan kewenangannya harus:Menghormati hak pasien,memberikan informasi tentang
pelayanan yang akan diberikan,Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.Tentang
KepmenKes No. 900/2002,baca selengkapnya di lampiran.
Informed Consent:
1. Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak
terhadap bidan,untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh
informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2. Informed consent merupakan suatu proses.
3. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas,tetapi bukti jaminan
informed consent telah terjadi.
4. Informed consent merupakan dialog antara bidan dengan pasien didasari keterbukaan
akal pikiran,dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir.
5. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan penolakan setelah
mendapat inormasi secukupnya sehinnga yang duberi informasi sudah cukup mengerti akan
segalaakibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan.
6. Informed consent berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah
etik,tuntutan,pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien.
Dalam penyampain informasi harus ada kesamaan bahasa atau setdakna pada pendektan dalam
pengetian dari orang yang menerima informasi.Bila terdapat kesenjangan yang besar antara
bahas pemberi informasi,maka usaha pemberian informasi bukan saja tidak mencapai tujuan
bahkan mengarah kepada salah pengertian atau terjadi konflik.Informasi yang harus diberikan
adalah informasi yang selengkap-lengkapnya,yaitu infomasi yang adekuat tentang perlunya
tindakan medik yang bersangkutan dan resiko yang dapat ditimbulkannya.Informasi yang harus
diberikan adalah tentang keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilaksanakan,baik
diagnosis maupun terapeutik.

11
Menurut Dr.H.J.J Leenen,isi dari informasi adalah diagnosis,terapi,cara
kerja,resiko,kemungkinan rasa sakit,keuntungan terapi,prognosis.Seorang bidan harus
memberikan informasi mengenai: diagnosis,terapi,cara kerja dan resiko.Setelah informasi
diberikan,diharapkan ada persetujuan dari pasien,bagi bidan untuk melaksanankan tindakan
medic.Pasien mempunyai hak penuh untuk menolak atau memberikan persetujuan.Persetujuan
dari pasien mempunyai arti cukup luas,sebab dengan tanda tangan yang dibutuhkan pasien pada
formulir persetujuan medic,berarti pasien telah memberikan otonomi pada bidan untuk
melakukan tindakan medic.Penandatanganan ini mempunyai konsekuensi tela tercapai
kesepakatan para pihak yang yang mengikatkan diri,telah terjadi perjanjian untuk dilaksanakan
tindakan medik.Persetujuan ini mempunyai kekuatan mengikat (mempunyai kekuatan
hukum).Jadi bidan telah menjalankan kewjibannya memberikan informasi dan pasien
memberikan hak kepada bidan untuk melakukan tindakan medik.
Kewajiban tenaga kesehatan dalam hal ini bidan,membrikan informasi baik dminta maupun tidak
diminta,tentang perlunya tindakan medik dan resiko yang dapat ditimbulkannya.Informasi
diberikan secara lisan.Cara penyampaian informasi harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi
pasien.Bila bidan menilai bahwa informasi yang akan diberikan merugikan pasien atau pasien
menolak menerima informasi,maka dapat diteruskan kepada keluarga pasien terdekat,dengan
persetujuan pasien.Pelaksanaannya harus didampingi oleh seorang paramedik lainnya.Semua
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan.Persetujuan
itu dapat berikan secara tertulis maupun lisan,tetapi bila tindakan medic yang mengandung
resiko tinggi harus dibuat persetujuan secara tertulis dan ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
Yang berhak memberikan persetujuan adalah mereka yang dalam keadaan sadar dan sehat
mental,telah berumur 21 tahun atau telah menikah.Bagi mereka yang telah berusia lebih dari 21
tahun,tetapi di bawah penganpuan,maka persetujuan diberikan oleh wali.Ibu hamil yang telah
melangsungkan perkawinan,berapapun umurnya,menurut hukum adalah dewasa (cakep),berhak
mendapatkan informasi.Hak atas persetujuan,bilamana ada pertentangan dengan suami maka
pendapat ibu hamil yang diikuti (diterima) karena yang memberikan persetujuan adalah ibu
hamil sendiri,mengingat akan hak atas alat reproduks.
Hak ibu hamil untuk mendapatkan pendapat kedua hari teman sejawat dan apabila minta
pendapat dokter ahli kandungan bukan pendapat kedua,tapi itu merupakan rujukan.Pendapat
kedua,antara renaga kesehatan pertama dan tenaga kesehatan kedua harus da komunikasi dan
kerja sama,karena bilamana tanpa komuniksi dan kerjasama itu bukan pendapat kedua.Contoh:
ibu hamil memeriksakan diri pada bidan A.Oleh sesuatu hal,ibu hamil tersebut memeriksakan
diri pada bidan B.Kemudian terjadi komunikasi dan kerjasama antara bidan A dan bidan B.Hal
ini berarti merupakan pendapat kedua (secoha opinion).
Hak atas persetujuan bilamana ada pertentangan dengan suami maka pendapat ibu hamil yang
diturut karena yang memebrikan persetujuan adalah ibu hamil sendiri, mengingat akan hak atas
alat reproduksi.

12
Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu pasien
menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan itu
ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka persetujuan kedua belah pihak saling mengikat dan
tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Ia hanya dapat dipergunakan sebagai bukti tertulis
akan adanya izin atau persetujuan dari pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
Bilamana ada formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala
akibat dari tindakan akan menjadi tanggung jawab bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut
secara hukum tidak mempunyai kekuatan hukum, mengingat seseorang tidak dapat
membebaskan diri dari tanggung jawabnya atas kesalahan yang belum dibuat.
Rahasia pribadi yang diberitahu oleh ibu hamil adalah rahasia yang harus dipegang teguh dan
dirahasiakan bahkan sampai yang bersangkutan meninggal dunia. Hukuman membuka rahasia
jabatan diatur dalam KUHP BAB XVII pasal 322 tentang membuka rahasia.
Informed consent mempunyai dua dimensi, yaitu sebagai berikut:
1. dimensi hukum, merupakan perlindungan pasien terhadap bidan yang berperilaku
memaksakan kehendak, memuat:
a. keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien
b. informasi yang diberikan harus dimngerti pasien
c. memberikan kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik
2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai:
a. menghargai otonomi pasien
b. tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan
c. bidan menggali keinginan pasien baik secara subjektif atau hasil pemikiran rasional
2.3.6. Syarat syahnya perjanjian atau consent adalah:
1. Adanya kata sepakat, sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan.
Dalam hal perjanjian antara bidan dan pasien, kata sepakat harus diperoleh dari pihak bidan dan
pasien setelah terlebih dahulu bidan memberikan informasi kepada pasien sejelas-jelasnya.
2. Kecakapan, artinya bahwa seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika
orang tersebut mampu melakukan tindakan hukum, dewasa, dan tidak gila
3. Suatu hal tertentu, objek dalam persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan
dengan jelas dan terperinci. Misalnya dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien
meliputi: nama, jenis kelamin, alamat, suami atau wali. Kemudian yang terpenting harus
dilampirkan identitas yang memberikan persetujuan
4. Suatu sebab yang halal, maksudnya adalah isi persetujuan tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang, tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum.
13
Untuk memahami informed consent, maka digambarkan urutan pelaksanaannya pada bagan alir
sebagai berikut

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

 Tuntutan bahwa etik adalah hal yang penting dalam kebidanan salah satunya adalah
kaena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang
dibuat berhungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil.Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik
tidak hanya dibutuhkan pengetahuan yang up to date,tetapi bidan juga harus
mempunyai pemahaman isu etik dalam pelayanan kebidanan.
 Informed Consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
   Informed Choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice).
 Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan.
 Pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen
penerima jasa asuhan kebidanan.

14
SARAN

Sebelum melakukan tindakan medis, bidan dan klien harus membuat dan/atau
menyetujui informed consent dan informed choice agar dapat menanggulangi masalah
secara proporsional dan mencegah apa yang dinamakan malpraktek di bidang
kebidanan.

Kasus
Seorang ibu primipara dalam keadaan impartu datang ke praktik Bpm bersama suaminya. Ibu
mengeluh sering mengalami kontraksi dan nyeri disekitar perut bawah bagian panggul.serta
timbul bercak darah pada saat bidan melakukan PD pembukan lengkap dan terjadi penipisan
dan pelebaran leher rahim. Saat sudah mengetahui proses persalinan sudah dekat bidan segerah
memberitahu ibu dan pendamping/suami hasil pemeriksaan serta menyuruh untuk mengisi
identitas dan informed consent/ lembar persetujuan jika ibu bersedia ditolong oleh bidan untuk
menghindari sesuatu yang tidak di inginkan nantinya.

RolePlay

Penokohan:

Ibu bidan : syakirina

Istri : febta vabrella

Suami :fadilatul aini

Disebuah desa yang amat jauh,desa cucokrowa.ada sepasang

Suami istri yang tinggal disana. Di desa tersebut ada seorang bidan yang bernana bidan aminah.
Bidan aminah baru 1 tahun membuka praktik bidan di desa cucokrowa, beliau dikenal oleh
masyrakat setempat sebagai bidan yang ramah, sopan, baik, perhatian, adil, dan dermawan.

15
Suatu hari dihari yang cerah, si istri mengeluh pada suami bahwa perutnya terasa mulas seperti
yang akan segera melahirkan.

Istri : mas perut saya tiba – tiba merasah mules sekali,aaaaaaduuuuhhhhh….

(Meringgis sambil menahan sakit diperutnya).

Suami : seprtinya kamu akan segerah melahirkan dek, ayok kita ketempat bidan aminah dek.

Tanpa banyak bicara lagi sang suami pun segera menghantarkan istrinya ke tempat praktik bidan
aminah.

Sesampainya di tempat ibu bidan

Suami : bu bidan, bu bidan

Bidan : yaa pak, silahkan masuk (dengan rahma).

Suami : bu bidan ini istri saya Sepertinya mau melahirkan bu..

Bidan : oh ya pak mari cepat bawah masuk

Istri : Aduuuhhh bu bidan tolong sakit ….

Si istri pun segera dibawa keruangan priksa bidan dan dibaribaringkan di tempat tidur.

Setelah pemeriksaan ibu bidan memberitahu suami dan istri tersebut.

Bidan : baik la bu pak begini, dari hasil pemeriksaan pembukaannya sudah pembukaan 8, Djj
janin juga baik, jadi akan segerah melahirkan.

Jadi sebelumnya bapak, isi identitas dan informend consent terlebih dahulu, jika ada yang tidak
dimengerti maka boleh menanyakan kepada saya.

Suami : ya buk saya kan isi.

Setelah beberapa menit kemudian suami pun sudah mengisi identitas serta infomed consent

Suami : ini bu sudah saya isi, apakah benar seperti ini pengisiannya?

Bidan : ya pak benar tidak ada yang salah,berarti bapak sudah mengerti ya pernyataan di
sini,bapak bersedia jika ibunya di tolong oleh saya?

Suami : ya bu, saya mengerti. Saya juga bersedia jika istri saya di tolong oleh ibu.

Bidan : baik kalau begitu bapak bisa menemani istri bapak di dalam,saya izin mempersiapkan
alatnya terlebih dahulu.

16
Lalu bidan aminah pun melakuakan tindakannya kepada si ibu. Dan akhirnya pun si bayi nyapun
lahir dengan selamat.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih,Heni Puji.2005.ETIKA PROFESI


KEBIDANAN.yogyakarta:Fitramaya
http://ririnaoeng7.blogspot.com/2014/12/etikolegal-dalam-praktik-kebidanan.

Ratih Kusuma Wardhani. 2009. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis (Informed


Consent) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang.Tesis tidak diterbitkan. Semarang: FH
Universitas Diponegoro.

Samil, Ratna Suprapti. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

, Informed Consent dan Informed Refusal,Penerbit Fakultas Kedokteran UI, 2003.

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai