Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PORTOFOLIO

ASUHAN KEPERAWATAN SCABIES

NAMA : BAROTUNNIKMAH

NIM : G2A017153

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kulit yang menutupi tubuh adalah salah satu organ yang terbesar, sekitar 16 %
dari berat badan. Kulit memiliki beberapa fungsi penting yaitu; merupakan sawar
yang melindungi organisme terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris
taktilnya menerima rangsangan dari lingkungan, dan berperan penting dalam
pengaturan suhu dan keseimbangan air. Kulit terdiri dari dua lapisan utama  yaitu,
epitel permukaan yang disebut epitel epidermis dan lapisan ikat dibawahnya,
dermis atau corium.

Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes


Scabie tipe humanus yang merupakan sejenis family Anthropoda yang benyak
menyerang pada orang-orang yang hidup dengan kondisi  hygiene dibawah
standard dan orang-orang yang seksual aktif atau  hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas ( dengan siapa saja, tidak memilih – milih ), sosial ekonomi rendah,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Sarcoptes
Scabiei menginvasi kulit pada bagian epidermis tepatnya pada Scratum Corneum.
Dimana lapisan ini merupakan lapisan sel  yang  sangat gepeng penuh keratin
tanpa inti tanpa organel sitoplasma. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina
panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di
depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam.
Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan
mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah
membuat jalur yang bercabang. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal
yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Scabies ?
2. Apa etiologi penyakit Scabies ?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Scabies ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari penyakit Scabies ?
5. Apa saja penatalaksanaan dari penyakit Scabies ?
6. Bagaimana pengkajian fokus dari penyakit Scabies?
7. Bagaimana pathways keperawatan dari Scabies ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan dari penyakit Scabies ?
9. Apa saja intervensi keperawatan dari Scabies ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan penyakit Scabies ?
2. Mengetahui etiologi penyakit Scabies ?
3. Memahami patofisiologi dari penyakit Scabies ?
4. Mengetahui manifestasi klinik dari penyakit Scabies ?
5. Memahami penatalaksanaan dari penyakit Scabies ?
6. Mengetahui pengkajian fokus dari penyakit Scabies ?
7. Memahami pathways keperawatan dari Scabies ?
8. Mengetahui diagnosa keperawatan dari penyakit Scabies ?
9. Mengetahui intervensi keperawatan dari Scabies ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B
N, 2005).

B. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes
betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat
terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina
bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni
sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang
memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal
(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).

C. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var
Hominis kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat
terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa
hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya,
tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3
butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau
telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa
menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau
jantan mati setelah kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya
disebabkan oleh tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan
karena merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal
disebabkan oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll.
Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara
kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk,
seprei, bantal, dll).

D. MANIFESTASI KLINIK
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat
predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia
eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama,
dapat timbul likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.
E. PENATALAKSANAAN

Menurut Sudirman (2006), penatalaksanaan skabies dibagi menjadi 2 bagian :


1. Penatalaksanaan secara umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian
pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama
bayi dan anak - anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara
waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara umum meningkatkan
kebersihan lingkungan maupun perorangan dan meningkatkan status gizinya.
Beberapa syarat pengobatan yang harus diperhatikan :
a) Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi
pengobatan secara serentak.
b) Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
menggunakan sikat untuk menyikat badan. Sesudah mandi pakaian yang
akan dipakai harus disetrika.
c) Semua perlengkapan rumah tangga seperti bangku, sofa, sprei, bantal,
kasur, selimut harus dibersihkan dan dijemur dibawah sinar matahari
selama beberapa jam.
2. Penatalaksanaan secara khusus.
Dengan menggunakan obat - obatan (Djuanda, 2010), obat - obat anti skabies
yang tersedia dalam bentuk topikal antara lain :
a) Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4 - 20% dalam bentuk
salep atau krim. Kekurangannya ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang - kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
b) Emulsi benzil - benzoas (20 – 25 %), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang - kadang makin gatal setelah dipakai.
c) Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.
d) Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra.
e) Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan
gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah
10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan
pada bayi di bawah umur 12 bulan.

F. KOMPLIKASI

Jika skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,
limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat
timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi
awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi
15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama
beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan
iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar
genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan. Selain itu dapat terjadi sebagai
berikut:
1. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang
berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila
ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut,
kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai
3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
2. Infeksi sekunder
3. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada
kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar
folikel rambut tampak beruntus - beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah
lalu mengering dan membentuk keropeng
4. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut
dan jaringan subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan di daerah
leher, payudara, Wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di
sekitar hidung atau telinga atau pada jari - jari tangan. Furunkel berawal
sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu
benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning
(membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan
nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
5. Infiltrat
6. Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan
gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak - kanak. Eksema dapat
menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur
G. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
a. Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
a. Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal.
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat penyakit sekarang : Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada
kulit, tidak bisa tidur akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak
kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.
5. Riwayat penyakit dahulu : Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis
(personal hiygine yang buruk)
6. Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
7. Riwayat pemakaian obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan
yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
8. Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi,
siang dan malam), Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah
ada mual muntah, pantangan atau alergi.
9. Pola Eliminasi
a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi.
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
10. Pola Istirahat/Tidur
a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
b. Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
d. Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya
akibat rasa gatal pada malam hari
H. PATHWAYS
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat khususnya  
pada malam hari.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan.
4. Ansietas  berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Nyeri terkontrol
2) Gatal mulai hilang
3) Puss hilang
4) kulit tidak memerah  
Intervensi:
a. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi.
b. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan
lingkungan yang kurang menyenangkan.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic.
d. Kolaborasi pemberian antibiotika.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat khususnya
pada malam hari.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan tidur
klien tidak terganggu kriteria hasil :
1) Mata klien tidak bengkak lagi.
2) Klien tidak sering terbangun di malam hari.
3) Klien tidak pucat.
Intervensi :
a. Kaji tidur klien
b. Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
c. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetic.
d. Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari.
e. Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan.
f. Berikan minum hangat (susu) jika perlu.
g. Berikan musik klasik sebagai pengantar tidur

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien
tidak mengalami gangguan dalam cara penerapan citra diri kriteria hasil :
1) Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di alaminya.
2) Mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada.
Intervensi :
a. Dorong individu untuk mengekspresian perasaan khususnya mengenai
pikiran, pandangan dirinya.
b. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan,      
perkembangan kesehatan.

4. Ansietas  berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien
tidak cemas lagi kriteria hasil :
1) Klien tidak resah
2) Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
3) Klien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
Intervensi:
a. Identifiasi kecemasan
b. Gunakan pendekatan yang menyenangkan.
c. Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut.
d. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
e. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis.
f. Berikan obat untuk mengurangi kecamasan

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan lapisan
kulit klien terlihat normal kriteria hasil :
1) Integritas kulit yang baik dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas,                
temperatur).
2) Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
3) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta      
perawatan alami.
4) Perfusi jaringan baik .
Intervensi :
a. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.
b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
c. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
d. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun

6. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien
tidak terjadi resiko infeksi dengan kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Intervensi :

a. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi


b. Menunjukkan perilaku hidup sehat
c. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya
d. Monitor tanda dan gejala infeksi
e. Monitor kerentanan terhadap infeksi
f. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,panas
g. Inspeksi kondisi luka
h. Ajarkan cara menghindari infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│.


Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.     
Jakarta:  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED :


3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
https://www.academia.edu/13395600/ASUHAN_KEPERAWATAN_SCABIES
diunduh tanggal 2 Januari 2020

https://www.academia.edu/37676434/Askep_Scabies diunduh tanggal 2 Januari 2020

https://www.scribd.com/document/184050536/ASKEP-scabies-doc diunduh tanggal


2 Januari 2020

Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel).


http://www.cakmoki86.wordpress.com
Pengertian

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh


Scabies tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei

Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei atau tungau kecil
berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih
kotor, tidak memiliki mata yang hidup didalam lapisan kulit dengan cara menggali
terowongan. Tungau ini bias bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut
menetas menjadi sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit sehingga mengalami rasa gatal
Etiologi

Tanda gejala 1. Gatal di malam hari


2. Ditemukan di sekelompok
manusia
3. Adanya terowongan di kulit
4. Menemukan tungau di kulit
1. Urtikaria
2. Infeksi sekunder
3. Folikulitis
4. Furunkel
5. Infiltrat
6. Eksema infantum Komplikasi

Penatalaksanaa
n

1. Penatalaksanaan secara umum.


a. Semua anggota keluarga harus diperiksa dan semua harus diberi pengobatan
secara serentak.
b. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat
untuk menyikat badan
c. Semua perlengkapan rumah tangga sepe harus dibersihkan dan dijemur dibawah
sinar matahari selama beberapa jam.
2. Penatalaksanaan secara khusus
a. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4 - 20% dalam bentuk salep
atau krim.
b. Emulsi benzil - benzoas (20 – 25 %), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau losio.
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio .
e. kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan, efektifitasnya
sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam.
FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO
NAMA MAHASISWA :................................................................

TOPIK :................................................................

NO KRITERIA BOBOT NILAI NILAI X


BOBOT
1 2 3 4

1 KERAPIAN 10

1. Tulis tangan tidak rapi


2. Tulis tangan Kurang rapi
3. Diketik Rapi
4. Diketik Sangat rapi
2 WAKTU PENYERAHAN 10

1. Lewat 3 hari
2. lewat 2 hari
3. lewat 1 hari
4. tepat waktu
3 JUMLAH BUKU SUMBER 15

1. Satu sumber
2. dua sumber
3. dua sumber plus internet
4. tiga sumber plus internet, sumber dilampirkan
4 JUMLAH HALAMAN 10

1. 3 halaman
2. 4 halaman
3. 5 halaman
4. Lebih dari 5 halaman
NO KRITERIA BOBOT NILAI NILAI X
BOBOT
1 2 3 4

5 KELENGKAPAN ISI 30

1. Makalah memuat kurang dari 7 item dalam sistematika


2. Makalah hanya memuat 7-8 item dari 9 item
3. Makalah memuat 9 item sesuai sistematika terdiri dari :
pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, pengkajian fokus kurang lengkap,
pathwayas kurang lengkap, diagnosa keperawatan
kurang lengkap, fokus intervensi tanpa rasional
4. Makalah memuat 9 item sesuai sistemetika terdiri dari :
pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, pengkajian fokus lengkap, pathwayas
lengkap dan sistematis, diagnosa keperawatan lengkap,
fokus intervensi disertai rasional
6 PEMAHAMAN 20

1. Tidak memahami tidak membaca


2. Membaca tidak memahami
3. Membaca memahami
4. Membaca Sangat memahami
7 ORIGINALITAS 5

Tidak meniru milik orang lain

JUMLAH TOTAL

NILAI AKHIR = JUMLAH NILAI X BOBOT

100

NILAI AKHIR =.........................................

Semarang , ………….

Mengetahui Dosen Mahasiswa

…………………………….. ……………………………
Keterangan: Point 6 mahasiswa memberikan penilaian sendiri

Anda mungkin juga menyukai