NAMA : BAROTUNNIKMAH
NIM : G2A017153
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit yang menutupi tubuh adalah salah satu organ yang terbesar, sekitar 16 %
dari berat badan. Kulit memiliki beberapa fungsi penting yaitu; merupakan sawar
yang melindungi organisme terhadap trauma dan pengikisan, organ sensoris
taktilnya menerima rangsangan dari lingkungan, dan berperan penting dalam
pengaturan suhu dan keseimbangan air. Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu,
epitel permukaan yang disebut epitel epidermis dan lapisan ikat dibawahnya,
dermis atau corium.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Scabies ?
2. Apa etiologi penyakit Scabies ?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Scabies ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari penyakit Scabies ?
5. Apa saja penatalaksanaan dari penyakit Scabies ?
6. Bagaimana pengkajian fokus dari penyakit Scabies?
7. Bagaimana pathways keperawatan dari Scabies ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan dari penyakit Scabies ?
9. Apa saja intervensi keperawatan dari Scabies ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan penyakit Scabies ?
2. Mengetahui etiologi penyakit Scabies ?
3. Memahami patofisiologi dari penyakit Scabies ?
4. Mengetahui manifestasi klinik dari penyakit Scabies ?
5. Memahami penatalaksanaan dari penyakit Scabies ?
6. Mengetahui pengkajian fokus dari penyakit Scabies ?
7. Memahami pathways keperawatan dari Scabies ?
8. Mengetahui diagnosa keperawatan dari penyakit Scabies ?
9. Mengetahui intervensi keperawatan dari Scabies ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B
N, 2005).
B. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes
betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat
terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina
bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni
sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang
memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal
(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
C. PATOFISIOLOGI
Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var
Hominis kedalam lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat
terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada di sana selama sisa
hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya,
tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2-3
butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau
telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa
menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau
jantan mati setelah kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya
disebabkan oleh tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan
karena merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal
disebabkan oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll.
Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara
kulit dengan kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan
seksual dan juga kontak tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk,
seprei, bantal, dll).
D. MANIFESTASI KLINIK
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh
anggota keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat
predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia
eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama,
dapat timbul likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.
E. PENATALAKSANAAN
F. KOMPLIKASI
Jika skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul
dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis,
limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat
timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi
awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi
15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama
beberapa hari pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan
iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar
genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan
dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan. Selain itu dapat terjadi sebagai
berikut:
1. Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang
berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila
ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut,
kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai
3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
2. Infeksi sekunder
3. Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada
kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar
folikel rambut tampak beruntus - beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah
lalu mengering dan membentuk keropeng
4. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut
dan jaringan subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan di daerah
leher, payudara, Wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di
sekitar hidung atau telinga atau pada jari - jari tangan. Furunkel berawal
sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah. Lalu
benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning
(membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan
nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
5. Infiltrat
6. Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan
gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak - kanak. Eksema dapat
menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur
G. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
a. Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan,
status, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama
ruangan dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
a. Keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien adalah rasa gatal.
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat penyakit sekarang : Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada
kulit, tidak bisa tidur akibat gatal yang dirasakan. Kulit klien tampak
kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.
5. Riwayat penyakit dahulu : Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis
(personal hiygine yang buruk)
6. Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
7. Riwayat pemakaian obat : Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan
yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap
sesuatu obat
8. Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien (pagi,
siang dan malam), Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah
ada mual muntah, pantangan atau alergi.
9. Pola Eliminasi
a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya.
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi.
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
10. Pola Istirahat/Tidur
a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
b. Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
d. Keluhan istirahat/tidur: biasanya klien akan terganggu pola tidurya
akibat rasa gatal pada malam hari
H. PATHWAYS
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1) Nyeri terkontrol
2) Gatal mulai hilang
3) Puss hilang
4) kulit tidak memerah
Intervensi:
a. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi.
b. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan
lingkungan yang kurang menyenangkan.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic.
d. Kolaborasi pemberian antibiotika.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal yang hebat khususnya
pada malam hari.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan tidur
klien tidak terganggu kriteria hasil :
1) Mata klien tidak bengkak lagi.
2) Klien tidak sering terbangun di malam hari.
3) Klien tidak pucat.
Intervensi :
a. Kaji tidur klien
b. Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
c. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetic.
d. Catat banyaknya klien terbangun dimalam hari.
e. Berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan.
f. Berikan minum hangat (susu) jika perlu.
g. Berikan musik klasik sebagai pengantar tidur
6. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan klien
tidak terjadi resiko infeksi dengan kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Intervensi :
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei atau tungau kecil
berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih
kotor, tidak memiliki mata yang hidup didalam lapisan kulit dengan cara menggali
terowongan. Tungau ini bias bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut
menetas menjadi sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit sehingga mengalami rasa gatal
Etiologi
Penatalaksanaa
n
TOPIK :................................................................
1 KERAPIAN 10
1. Lewat 3 hari
2. lewat 2 hari
3. lewat 1 hari
4. tepat waktu
3 JUMLAH BUKU SUMBER 15
1. Satu sumber
2. dua sumber
3. dua sumber plus internet
4. tiga sumber plus internet, sumber dilampirkan
4 JUMLAH HALAMAN 10
1. 3 halaman
2. 4 halaman
3. 5 halaman
4. Lebih dari 5 halaman
NO KRITERIA BOBOT NILAI NILAI X
BOBOT
1 2 3 4
5 KELENGKAPAN ISI 30
JUMLAH TOTAL
100
Semarang , ………….
…………………………….. ……………………………
Keterangan: Point 6 mahasiswa memberikan penilaian sendiri