Anda di halaman 1dari 13

NAMA : MUHAMMAD REDHO DAMAR JAYA

NIM : 01021381823146
KELAS : EKONOMI KETENAGAKERJAAN (A)
KAMPUS : PALEMBANG

RESUME TENTANG DEAD WEIGHT LOSS DI


PASAR TENAGA KERJA

Pengertian Dead Weight Loss

Deadweight Loss adalah pengurangan surplus konsumen (Consumer Surplus) dan


Surplus produsen yang terjadi apabila output suatu produk dibatasi sehingga lebih rendah
dari tingkat efisiensi optimum atau hilangnya efisiensi ekonomi bagi konsumen dan
produsen karena efisiensi alokasi sumber daya tidak tercapai, Deadweight Loss tercipta
karena keseimbangan pasar dan Deadweight Loss terjadi ketika penawaran dan permintaan
tidak berada di titik equilibrium. Jika suatu pajak dikenakan kepada produsen untuk setiap
unit barang yang ia jual, maka keseimbangan harga akan berubah lebih tinggi. Kemudian
sebagian dari beban tersebut akan diteruskan ke konsumen. Jika konsumen merasa bahwa
harga suatu barang tidak sesuai/ lebih tinggi dari manfaat yang dirasakan, maka mereka
cenderung tidak membeli barang tersebut. Dengan berkurangnya tingkat perdagangan,
alokasi sumber daya menjadi tidak efisien, dimana dapat menyebabkan berkurangnya
kesejahteraan secara keseluruhan dalam suatu masyarakat.
Penyebab-Penyebab Deadweight Loss

 Harga Dasar (Floor Price)

Harga dasar adalah tingkat harga minimum yang diberlakukan.

Misal, bila pemerintah menetapkan harga dasar beras Rp 700 per kilogram, maka
pembeli harus membeli beras dari petani dengan harga serendah-rendahnya Rp 700 per
kilogram. Contoh lain, bila pemerintah menetapkan upah minimum tenaga kerja Rp 15.000
per hari, maka majikan harus membayar tenaga kerja paling tidak Rp 15.000 per hari

 Jika harga dasar berada diatas titik equilibrium, maka akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran.
 Upah Minimum dapat menyebabkan majikan untuk memberi upah lebih tinggi
kepada pekerja.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan lebih ketat lagi dalam memilih pekerja, sehingga
akan mencegah pekerja yang mempunyai keahlian rendah untuk mendapatkan pekerjaan.

 Grafik diatas merupakan contoh penerapan harga dasar pada pasar beras di
karawang.
 Harga dasar diatas titik keseimbangan akan menyebabkan penawaran naik. Pada
grafik diatas penawaran naik menjadi 700.000 ton.
 Sedangkan permintaan turun menjadi 200.000 ton.
 Segitiga A dan B merupakan Deadweight Loss.
 Surplus konsumen yang hilang adalah sebesar luas segitiga A.
 Surplus Produsen yang hilang adalah sebesar luas segitiga B.
Contoh Penerapan Floor Price pada Upah Minimum Provinsi

 Pada kurva diatas keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi pada harga Rp
2.500/hari, dengan kesempatan kerja sebesar 5.000 pekerja/ bulan.
 Saat pemerintah menetapkan upah minimum diatas harga keseimbangan dalam
pasar, maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun, namun penawaran tenaga
kerja naik.
 Perusahaan lebih ketat lagi dalam memilih pekerja, bahkan mengurangi pekerjanya
karena gaji yang lebih tinggi.
 Dilain pihak, orang tertarik dengan gaji yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan
penawaran tenaga kerja naik.
 Hal ini menyebabkan pengangguran sebesar 5000 orang/bulan (7000-2000).
 Deadweight Loss adalah sebesar segitiga A dan B.
 Harga Tertinggi (Ceilling Price)

 Harga tertinggi (ceiling price) adalah batas maksimum harga penjualan oleh
produsen.
 Tujuan penetapan harga tertinggi adalah agar harga produk dapat terjangkau oleh
konsumen yang daya belinya kurang.
 Harga tertinggi yang berada dibawah harga keseimbangan dapat menyebabkan
Deadweight Loss.
 Perusahaan yang telah ditetapkan harga produk per unit dibawah harga biasanya
akan mengecilkan produksinya atau mengurangi pasokan barang dibawah yang
benar-benar diminta oleh konsumen.

Hal tersebut menyebabkan konsumen mengalami kekurangan kebutuhannya dan


produsen memperoleh pendapatan yang lebih rendah dari biasanya.

Contoh Penerapan Ceilling Price pada produk Mie Instan


 Pada grafik diatas, keseimbangan terjadi pada tingkat harga mie instan Rp 1.000 per
bungkus, dengan jumlah 15 juta bungkus per bulan.
 Pada harga tertinggi Rp 750 per bungkus, penawaran turun menjadi 10 juta,
sedangkan permintaan naik menjadi 16,25 juta.
 Hal tersebut menyebabkan kelebihan permintaan sebesar 6,25 juta (16,25 juta – 10
juta) bungkus perbulan.
 Deadweight Loss atau surplus ekonomi yang hilang adalah sebesar luas segitiga A
dan B.

 Kuota

 Kuota atau pembatasan produksi adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk
membatasi jumlah produksi barang atau jasa yang dijual di pasar.
 Kuota bertujuan untuk mempengaruhi dan menjaga tingkat harga.
 Tanpa campur tangan pemerintah, keseimbangan pasar jagung pada kurva diatas
terjadi di titik E1 dengan Jumlah jagung sebsar Qo dan harga sebesar Po.
 Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung minimal P1, maka jumlah
produksi harus dibatasi sebesar Q1 saja.
 Kurva penawaran menjadi S1, dan harga naik menjadi P1.
 Hal tersebut menyebabkan kehilangan surplus konsumen sebesar A+B.
 Produsen kehilangan Surplus sebesar C namun mendapatkan tambahan surplus
seluas A.
 Deadweight Loss adalah luas segitiga B dan C.

agar produsen jagung mau mengurangi produksinya sampai tingkat Q1, maka insentif
finansial yang harus diberikan setidak-tidaknya seluas B+C+F.

 Pajak

 Pajak digunakan sebagai alat stabilisasi ekonomi.


 Pajak dapat menyebabkan Deadweight Loss karena ia dapat mencegah orang untuk
melakukan pembelian yang seharusnya mereka lakukan.
 Harga akhir produk menjadi lebih mahal karena dikenai pajak, sehingga dapat
menyebabkan orang enggan membeli.
 Jika pajak suatu barang naik, beban pajak tersebut akan dibagi kepada produsen dan
konsumen.
 Produsen memperoleh keuntungan lebih sedikit dari barang tersebut karena pajak,
sedangkan konsumen harus membayar harga lebih tinggi.

Hal tersebut menyebabkan konsumsi barang lebih rendah dari sebelumnya.


 Pada kurva diatas, pengenaan pajak kepada produsen menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke kiri. (So ke S1)
 Harga keseimbangan menjadi P1, dan jumlah keseimbangan menjadi Q1.
 Hal ini menyebabkan konsumen kehilangan surlplus sebesar A+B.
 Produsen kehilangan surplus sebesar F+C.
 Pemerintah memperoleh pendapatan sebesar A+F. ( 0Q1*(P1-P2) )
 Deadweight Loss adalah segitiga B+C.
 Kotak yang berwarna abu-abu tersebut adalah besarnya penerimaan pajak.
 Deadweight Loss adalah area segitiga yang terbuat dari kotak abu-abu penerimaan
pajak, kurva penawaran awal, dan kurva permintaan.
 Segitiga tersebut juga dikenal dengan sebutan Segitiga Harberger (Harberger’s
Triangle).

RESUME TENTANG PASAR MONOPSONI


 Pengertian Pasar Monopsoni
Pasar Monopsoni adalah bentuk pasar yang di dalamnya terdapat satu konsumen
(biasanya pelaku usaha) yang menjadi pembeli tunggal dan menguasai pasar komoditas.
Pasar monopsoni adalah kebalikan dari pasar monopoli yang dikuasai oleh satu penjual
besar.

 Faktor pembentuk Pasar Monopsoni

 Tidak ada pembeli yang antusias pada pasar tersebut.


 Lokasi produsen berada di tempat terpencil dan sulit dijangkau.
 Biaya operasional tinggi.

 Kekuatan Monopsoni
Kemampuan pembeli untuk mempengaruhi harga suatu barang dan memungkinkan
pembeli dapat membeli barang dengan harga yang lebih murah.

 Contoh pasar monopsoni:

pasar sayuran dan peternakan sapi perah yang berada di daerah terpencil dan sulit dalam
hal distribusi ke tempat lain untuk menjual produknya ke konsumen. Kesulitan dalam hal
distribusi produk membuat para petani dan peternak menjual produk mereka ke satu
pembeli secara borongan dengan harga yang murah.

 Ciri-Ciri Pasar Monopsoni

Pasar ini termasuk dalam pasar persaingan tidak sempurna, yaitu pasar yang belum
terorganisir dengan baik. Adapun ciri-ciri pasar monopsoni adalah sebagai berikut:

1. Hanya Ada Satu Pembeli


Seperti yang telah disebutkan di atas, pada pasar ini hanya terdapat satu pembeli
saja. Sehingga pembeli memiliki keuntungan dari segi harga dan kualitas produk yang
dibeli. Para produsen umumnya pada posisi menerima penawaran dari pembeli agar
produknya dapat terjual, meskipun seringkali harga yang ditawarkan murah. Umumnya
pembeli adalah pelaku usaha yang menjual kembali produk dari produsen. Pelaku usaha ini
kemudian menjual kembali produk tersebut dengan harga yang lebih mahal untuk
mendapatkan keuntungan.

2. Harga Ditentukan oleh Pembeli

Pembeli memiliki kuasa penuh atas pembentukan harga di pasar ini. Tidak jarang
harga yang ditawarkan oleh pembeli tidak sesuai dengan harapan produsen namun tetap
diterima karena sulit untuk mendapatkan pembeli lain. Namun, meskipun pembeli memiliki
kuasa atas pembentukan harga, tetap ada ketentuan dan aturan yang harus dipertimbangkan,
misalnya disesuaikan dengan harga pasaran.

3. Produknya Adalah Bahan Mentah

Sebagian besar produk yang diperjualbelikan di pasar monopsoni adalah produk


mentah dimana pembeli kemudian akan menjualnya kembali ke pihak lain.

4. Pendapatn Tidak Merata

Pada pasar ini sering terjadi ketidakadilan dimana produsen tidak memiliki peran
dalam hal penentuan harga dan sulit berkembang karena sering menjual produknya dengan
harga murah. Sebaliknya, para pembeli akan semakin kaya karena dapat mengambil
keuntungan dari dua pihak, yaitu dari produsen dan dari konsumen akhir yang membeli
produk darinya.

5. Sering Terjadi Perselisihan


Perselisihan antara pembeli dan penjual bukan hal yang aneh di pasar ini. Hal tersebut
terjadi karena harga yang diberikan pembeli jauh dari harapan penjual sehingga membuat
penjual merasa dirugikan. Perselisihan juga timbul karena belum adanya pihak ketiga,
misalnya pemerintah, yang mengatur mengenai harga produk agar kedua belah pihak saling
menguntungkan.

 Kelebihan dan Kekurangan Pasar Monopsoni

Seperti halnya jenis pasar lainnya, pasar ini memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Kelebihan dan kekurangan itu antara lain:

1. Kelebihan Pasar Monopsoni


 Kualitas hasil produksi pada pasar ini terjamin karena pembeli hanya mau
menerima produk berkualitas.
 Kreatifitas para produsen di pasar ini akan terasah karena selalu berusaha
melakukan inovasi dan kreatifitas dalam memproduksi barang berkualitas dengan
biaya murah agar tidak sampai gulung tikar.
 Pada pasar ini pembentukan harga dilakukan oleh pembeli tanpa
mempertimbangkan kondisi inflasi atau deflasi. Dengan kata lain, penentuan harga
di pasar ini cenderung lebih mudah.
 Pada pasar ini penjual tidak perlu melakukan promosi karena pembeli akan mudah
menemukan mereka. Satu pembeli tersebut akan menampung semua produk dari
banyak produsen lainnya.
 Alur penjualan di pasar ini lebih mudah diatur karena pembelinya hanya ada satu
pihak dan pembayaran langsung dilakukan tanpa harus menunggu produk terjual ke
konsumen akhir.

2. Kekurangan Pasar Monopsoni


 Pembeli bisa berlaku semena-mena. Sebagai penguasa pasar, tidak jarang pembeli
melakukan tindakan semena-mena terhadap produsen, khususnya dalam hal
penentuan harga. Contohnya, saat biaya produksi meningkat karena adanya inflasi,
pembeli tidak mau membeli dengan harga lebih tinggi tapi tetap dengan harga yang
lama.
 Aspirasi penjual tidak didengar. Pada pasar ini masukan dan kritikan para produsen
tidak diperhatikan oleh pembeli. Dengan kata lain, para produsen hanya bisa
menerima keadaan dan berharap pembeli mau perduli dengan keinginan mereka.
 Masalah ekonomi hanya ditanggung penjual. Masalah ekonomi pasti terjadi di
semua negara, baik itu inflasi, deflasi, dan lain-lain. Kelemahan lain dari pasar ini
adalah semua masalah perekonomian tersebut hanya diganggung oleh produsen,
pembeli umumnya tidak perduli.

Anda mungkin juga menyukai