Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Flu Burung di Dunia

Penyakit flu burung telah ditemukan di Italia pada tahun 1878 oleh Perontico A. Sedangkan virus
influenza pada telah dapat diidentifikasi pada tahun 1933 oleh Smith et al. (Sitepoe, 2010:36).
Sampai pada tahun 1955 virus avian influenza memiliki genom yang identik dengan virus
influenza (flu) pada manusia (Shaver, 1955 dalam Sitepoe, 2010:36). Sampai 2004 hampir di
seluruh dunia flu burung pada unggas telah mewabah. Flu burung pada unggas juga pernah
mewabah di Amerika Serikat sekitar tahun 1924-1925  (Aditama, 2006:1-2). Selain Amerika
Serikat dan kawasan Asia, dalam buku “Kontroversi Menghadapi Flu Burung di Indonesia”
(Sitepoe, 2010) dipaparkan negara-negara yang pernah mengalami wabah flub burung. Negara-
negara tersebut antara lain Skotlandia, Inggris, Kanada, Australia, Jerman, Irlandia, Meksiko,
Italia, Belanda, Belgia, dan Afrika Selatan. Penyakit flu burung awalnya hanya terjangkit pada
unggas dan ditularkan antarunggas. Unggas yang terjangkit flu burung awalnya adalah unggas
liar yang akhirnya menular ke unggas peternakan.

Flu burung atau avian influenza yang dapat ditularkan dari unggas ke manusia kasusnya pertama
kali ditemukan di Hongkong pada 1997. Pada kasus tersebut disebabkan oleh virus flu burung
subtipe H5N1. Kasus tersebut menyebabkan 18 orang dirawat di rumah sakit dan 6 orang
meninggal dunia. Pada tahun  1999 dilaporkan juga terdapat kasus flu burung di Hongkong yang
disebabkan oleh virus subtipe H9N2. Kasus tersebut terdapat pada anak-anak di Hongkong
namun mereka dapat sembuh dengan baik (Aditama, 2006:9). Kasus flu burung di Eropa
ditemukan pertama kali tepatnya di Belanda. Kasus tersebut terjadi pada Februari 2003. Virus flu
burung tersebut bertipe H7N7, 83 kasus terjadi dan 1 orang tewas.

Pada tahun 1997 virus flu burung tidak hanya ada pada binatang seperti burung, ayam, dan bebek
namun juga dilaporkan bahwa virus tersebut sudah menjangkiti manusia. Asia Tenggara sendiri
mulai ditemukannya virus flu burung subtipe H5N1 baik pada unggas maupun manusia yaitu
pada akhir 2003 dan awal 2004. Subtipe virus flu burung tersebut dilaporkan mulai mewabah di
Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Indonesia. Wabah pada tahun 2004 tidak hanya disebabkan
oleh virus subtipe H5N1. Infeksi virus oleh H7 dan H9 juga ditemukan di Pakistan, sedangkan di
Taiwan dan Cina ditemukan H5N2. Diperkirakan pada Desember 2006 flu burung jenis H5N1
sudah menyebar ke 53 negara hampir di seluruh benua. Seiring penularan flu burung yang
meluas dan mematikan bagi unggas maupun manusia kebijakan banyak diambil oleh pemerintah
negara bersangkutan. Kebijakan tersebut mencegah penyebaran flu burung yang mematikan
dengan memusnahkan banyak unggas yang diduga menderita flu burung.
Gambar 3.2 Flu Burung di Hongkong (Sumber: Okezone News)

Hebohnya wabah flu burung pada tahun 2000-an diawali di dekat Seoul, Korea pada 12
Desember 2003. Pada waktu itu di dekat Seoul terdapat laporan akan adanya unggas yang
terjangkit flu burung. Peristiwa itu mengawali hebohnya peristiwa wabah flu burung yang
merebak di Asia. Pada 5 Januari 2004 Vietnam melaporkan terjadinya wabah penyakit
pernapasan yang parah (severe respiratory illness) pada 11 anak, 7 diantaranya meninggal dunia
dan 2 dalam keadaan kritis (Aditama. 2006:3). Penelitian dilakukan di Hongkong untuk
mendeteksi penyebab wabah tersebut. Ternyata dari hasil penilitian tersebut membuktikan akan
adanya peran virus H5N1 dalam kasus di Vietnam tersebut. Kasus-kasus tersebut menyebabkan
penelitian-penelitian terkait flu burung terutama virus subtipe H5N1 terus berkembang.

WHO (World Health Organization) merilis laporan hasil penelitian jaringan laboratoriumnya
pada 22 Januari 2004. WHO menyatakan bahwa virus H5N1 yang menjadi wabah saat awal
tahun 2004 tersebut adalah berbeda dengan virus H5N1 pada kasus 1997 dan 2003 yang lalu. Hal
itu mengartikan bahwa virus H5N1 telah mengalami mutasi dan memungkinkan akan bermutasi
kembali pada masa mendatang. Beberapa kasus flu burung juga setelah diteliti tidak mempan
terhadap anti virus jenis M2 inhibitor, yaitu amantadine dan rimantadine (Aditama, 2006:4).
Kasus tersebut diantaranya adalah di Vietnam. PBB juga pernah mengeluarkan pernyataan
bahwa wabah flu burung lebih berbahaya daripada SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Penyakit flu burung terus mengalami perkembangan yang luas karena mutasinya yang
memperkuat virus flu burung tersebut.

Perkembangan penyakit flu burung di Asia Tenggara terus berkembang. Negara di Asia
Tenggara yang terjangkit flu burung antara lain adalah Indonesia, Thailand, Vietnam, dan
Kamboja. Pada akhir tahun 2003 memang pemerintah Indonesia dan Thailand sudah melakukan
pemusnahan massal unggas. Diduga unggas tersebut terjangkit flu burung dan virus new castle
(di Indonesia disebut penyakit tetelo). Tahun 2003 memang menjadi awal menularnya flu burung
di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada 2015 flu burung pada manusia masih mewabah di
dunia. Kasus tersebut dapat ditemukan di Afrika Utara dan Asia Timur. Ketika itu wabah flu
burung di Mesir malah bertambah luas. Negara yang paling tersiksa adalah China. Mereka
mengalami banyak strain virus yang mewabah dan terus meluas.

Kasus flu burung di dunia kini masih terjadi. Walaupun risiko flu burung menyerang manusia
kini lebih kecil kemungkinannya. Diberitakan oleh CNN Indonesia (10/03/2017), virus tipe H7
acuan influenza menyerang peternakan di Tennessee. Namun belum ada kasus virus flu burung
menyerang manusia pada peristiwa itu. Risiko manusia untuk terinfeksi flu burung memang
rendah, meskipun di Cina ada korban manusia yang tewas pada musim dingin ini di tengah
mewabahnya virus H7N9 (Darmayana, 2017). Kasus flu burung terus terjadi di Asia maupun
Eropa. Hingga kini flu burung masih menjadi ancaman bagi seluruh dunia.

Oleh Ahmad Zainudin


Jakarta, 2017

Sumber:

“Pandemi Virus Flu Burung H5N1” Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/8-news/general4/324-pandemi-virus-flu-
burung-h5n1 (diakses pada 27 Feb 2017)

Aditama, Yoga Tjandra. Flu Burung di Manusia. Jakarta: UI Press, 2006.

Darmayana, Hizkia. “Flu Burung Masih Hantui Dunia” CNN Indonesia.


http://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170309113747-255-198940/flu-burung-masih-hantui-
dunia/ (diakses pada 13 Maret 2017)
Sitepoe, Mangku. Kontroversi Menghadapi Penyakit Flu Burung di Indonesia. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI, 2010.

Setelah meninggalnya Toyotomi Hideyoshi terjadi pertentangan tentang siapa yang berhak
meneruskan kekuasaan Hideyoshi di antara para daimyo yang ada. Para Daimyo terpecah
menjadi dua kubu yaitu yang mendukung Tokugawa Ieyasu dan Mori Terumoto. Tokugawa
Ieyasu akhirnya berhasil mengalahkan saingannya dan kemenangannya di pertempuran
Sekigahara pada 1600 memastikan kemenangannya atas penguasaan di Jepang. Semenjak itulah
dimulai masa pemerintahan Tokugawa di Jepang. Walaupun nantinya Ieyasu sampai tahun 1615
baru berhasil mengalahkan semua lawannya. Setelah Tokugawa Ieyasu diangkat menjadi Shogun
pada 1603, pusat pemerintahan, politik, dan militer Jepang dipindahkan ke Edo (Tokyo). Sampai
tahun 1867 pemerintahan Tokugawa sudah berkuasa 15 orang keluarga Tokugawa sebagai
shogun yaitu Ieyasu (pendiri kekuasaan Tokugawa), Hidetori, Iemitsu, Ietsuma, Tsumayoshi,
Ienobu, Ietsogu, Yoshimune, Ieshige, Ieharu, Ienari, Ieyoshi, Iesada, Iemochi dan yang terakhir
adalah Yoshinobu.

Anda mungkin juga menyukai