Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

FONOLOGI

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata KuliahKonsep Dasar Indonesia
Dosen Pengampu:
Dr. E. Kosasih, M. Pd.

Oleh:

KELOMPOK 1

Sri Fitrianti (1901064)


Tisya Annisa Yuliandini (1904947)
Dinda Dwi Laila Ismi (1905170)
Regita Ayu Cahyani (1905264)
Lutfi Fauziah (1905945)
Nurlaelasari (1905953)
Gina Anggraini (1908305)

PROGRAM STUDI S.1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya. Kami dapat menyusun dan menyelesaikanmakalah yang
berjudul “Fonologi ” dengan lancar.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru Konsep Dasar Bahasa Indonesia Dr. E. Kosasih, M.Pd yang telah
membimbing kami dalam menulis makalah ini, sehingga kami mampu
menyelesaikannya dengan baik. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

                                                                       Tasikmalaya, 25 Februari 2020

                                                                          

Penulis,

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fonologi.......................................................................................3
2.2 Kajian Fonologi..............................................................................................4
2.2.1 Kajian Fonemik.......................................................................................4
2.2.2 Kajian Fonetik.........................................................................................5
2.3 Gejala Fonologi Bahasa Indonesia...............................................................10
2.4 Fonologi di Kurikulum 2013 dan Penerapannya..........................................12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk
tujuan komunikasi. Oleh karena itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya
mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan
mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.

Pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa sangat diperlukan sebagai


fondasi utama dalam mempelajari tata bahasa, apalagi bagi siswa SD yang sudah
seharusnya memiliki fondasi kokoh dalam tata bahasa. Dengan fondasi itu akan
membantu siswa dalam meminimalkan kekeliruan dan atau kesalahan dalam
melafalkan dan atau menuliskan fonem-fonem bahasa tertentu.

Kekeliruan dalam melafalkan dan menuliskan bunyi bahasa adakalanya


akan mengakibatkan makna kata yang dibangun oleh bunyi bahasa tersebut akan
berubah. Dengan pengetahuan yang memadai tentang fonologi itu, diharapkan
setiap siswa akan memiliki fondasi yang kokoh di bidang ilmu bunyi. Oleh karena
itu, pembelajaran fonologi di SD ini memiliki peran penting sebagai fondasi
dalam membantu para siswa mengelola bahasanya.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah


Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf”
walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah
yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan  penyesuaian
dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau

1
fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi
khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan.

Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang
fonologi. Sebagai calon pendidik selayaknya memahami kajian tentang fonologi
ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis
merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan
kajian fonologi, beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian
fonemik, gejala fonologi Bahasa Indonesia.

                                                                                              

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:

1.2.1  Apa yang dimaksud fonologi?

1.2.2  Apa saja jenis kajian fonologi?

1.2.3  Bagaimana gejala fonologi?

1.2.4  Bagaimana fonologi di kurikulum 2013 dan penerapannya?

1.3    Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1.3.1   Menjelaskan pengertian fonologi

2
1.3.2   Menjelaskan jenis kajian fonologi

1.3.3   Menjelaskan gejala fonologi

1.3.4   Menjelaskan fonologi di kurikulum 2013 dan penerapannya

1.4      Manfaat Penulisan

Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1.4.1   Meningkatkan pemahaman tentang fonologi

1.4.2   Meningkatkan pemahaman kajian fonologi

1.4.3   Meningkatkan pemahaman gejala fonologi

1.4.4   Meningkatkan pemahaman penerapan fonologi di kurikulum 2013

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fonologi

Di dalam penyelidikan, bunyi-bunyi bahasa itu banyak ragamnya. Karena


itu bunyi-bunyi tersebut diklasifikasikan ke dalam klasifikasi tertentu, ilmu yang
mempelajari seluk beluk bunyi bahasa serta merumuskannya secara teratur dan
sistematis tersebut dinamakan fonologi.

3
Istilah fonologi berasal dari bahasa Yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos =
‘ilmu’. Secara harfiah, fonologi adalah ilmu bunyi.Fonologi merupakan bagian
dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang pertama bunyi
bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem
yang disebut tata fonem (fonemik).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa fonologi adalah


bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa
Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi
bahasa.

Menurut Abdul Chaer (2003:102)Berdasarkan etimologi “fonologi”


terbentuk dari kata “fon” yang berarti “bunyi” dan “logi” berarti sebagai “ilmu”.
Maka, umumnya bisa di bilang Fonologi memiliki arti Ilmu yang mempelajari
bunyi bahasa yang di pakai oleh manusia. Menurut Keraf (1984) Fonologi bisa di
artikan bagian dari tatanan bahasa yang mempelajari dari bunyi-bunyi bahasa.

Sedangkan menurut Verhaar (1988) mengatakan bahwa fonologi adalah


bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi dalam suatu bahasa
tertentu yang menurut fungsinya untuk membedakan makna leksikal. Salah satu
aspek di dalamnya adalah masalah distribusi fonem.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang ilmu


bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya dan
perubahannya. Bidang kajian fonologi yaitu bunyi bahasa sebagai satuan terkecil
dari ujaran dengan gabungan bunyi dan membentuk suku kata.Fonologi mengkaji
bunyi bahasa secara umum dan fungsional.

4
2.2KajianFonologi

2.2.1 Kajian Fonemik


Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang
bersifat fungsional, artinya satuan fonem memiliki fungsi untuk membedakan
makna. Dalam hal ini perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan
bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan
demikian fonemisasi itu diantaranya:

1. Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan


2. membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.

Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat


fungsional atau fonem, biasanya dilakukan melalui “ kontras pasangan minimal”.

Dalam hal ini pasangan minimal ialah pasangan bentuk-bentuk bahasa


yang terkecil dan bermakna dalam sebuah bahasa (biasanya berupa kata tunggal)
yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda.

Sekurang-kurangnya ada empat premis untuk mengenali sebuah fonem,


yakni :

1. bunyi bahasa dipengaruhi lingkungannya,


2. bunyi bahasa itu simetris,
3. bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas
fonem yang berbeda, dan
4. bunyi bahasa yang bersifat komplementer harus dimasukkan ke dalam
kelas fonem yang sama.

Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia itu berupa
runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu dapat
mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti.
Contoh:

B A B i ‘binatang berkaki empat’

5
↓ ↓

P A P i sebutan lain untuk ayah

Pada contoh di atas, kata babi memiliki dua konsonan [b] yang
menjadi awal suku kata pertama dan kedua sedangkan kata papi memiliki
konsonan [p] sebagai awal suku kata pertama dan keduanya. Selain kedua bunyi
itu, bunyi lainnya dan posisi/urutan bunyi lain itu sama. Perbedaan bunyi [b] dan
[p] pada posisi/urutan yang sama dapat mengubah makna kata.

2.2.2 Kajian Fonetik

Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa


memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna
atau tidak.Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki penghasilan, penyampaian, dan
penerimaan bunyi bahasa; ilmu interdisipliner linguistik dengan fisika, anatomi,
dan psikologi (Kridalaksana, 1995: 56). Kemudian, menurut urutan proses
terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan menjadi adanya tiga jenis fonetik, yaitu
fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis


mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi diklasifikasikan.
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena
alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya,
intensitasnya, dan timbrenya. Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana
mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.

1.   Klasifikasi Bunyi

a.   Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam  saluran suara.

6
1)    Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.
Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.

2)    Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat ucap. Dalam hal ini terjadi artikulasi.

3) Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan,


tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan
murni.

b. Berdasarkan jalan keluarnya arus udara.

1)   Bunyi nasal, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara ke 
luar melalui rongga mulut dan membuka jalan agar arus udara dapat keluar
melalui rongga hidung.

2)   Bunyi oral, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan jalan mengangkat ujung
anak tekak mendekati langit-langit lunak untuk menutupi rongga hidung,
sehingga arus udara keluar melalui mulut.

c.  Berdasarkan ada tidaknya ketegangan arus udara saat bunyi di artikulasikan.

1)    Bunyi keras (fortis), yaitu bunyi bahasa yang pada waktu di artikulasikan
disertai ketegangan kuatarus.

2)   Bunyi lunak (lenis), yaitu bunyi yang pada waktu di artikulasikan tidak
disertai ketegangan kuatarus.

d. Berdasarkan lamanya bunyi pada waktu diucapkan atau diartikulasikan

1)   Bunyi panjang

7
2)   Bunyi pendek

e.Berdasarkan derajat kenyaringannya

Bunyi dibedakan menjadi bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring. Derajat
kenyaringan ditentukan oleh luas atau besarnya ruang resonansi pada waktu bunyi
diucapkan. Makin luas ruang resonansi saluran bicara waktu membentuk bunti,
makin tinggi derajat kenyaringannya. Begitu pula sebaliknya.

f.   Berdasarkan perwujudannya dalam suku kata

1) Bunyi tunggal, yaitu bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata
(semua bunyi vokal atau monoftong dan konsonan).
2) Bunyi rangkap, yaitu dua bunyi atau lebih yang terdapat dalam satu suku
kata. Bunyi rangkap terdiri dari:
 Diftong (vocal rangkap) : [ai], [au] dan [oi].
 Klaster (gugus konsonan) : [pr], [kr], [tr] dan [bl].

g.    Berdasarkan arus udara

1)   Bunyi egresif, yaitu bunyi yang di bentuk dengan cara mengeluarkan arus
udara dari dalam paru-paru. Bunyi egresif di bedakan menjadi :

 Bunyi egresif pulmonik : di bentuk dengan mengecilkan ruang paru-


paru,otot perut dan rongga dada.
 Bunyi egresif glotalik : terbentuk dengan cara merapatkan pita suara
sehingga glottis dalam keadaan tertutup.

2)   Bunyi ingresif, yaitu bunyi yang di bentuk dengan cara menghisap udara
ke dalam paru-paru.

8
 Ingresif glotalik : pembentukannya sama dengan egresif glotalik tetapi
berbeda pada arus udara.
 Ingresif velarik : di bentuk dengan menaikkan pangkal lidah di
tempatkan pada langit-langit lunak. Kebanyakan bunyi bahasa
Indonesia merupakan bunyi egresif.

2. Pembentukan Vokal, Konsonan, Diftong, dan Kluster

a.  Pembentukan Vokal

Vokal dibedakan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang


bergerak, bentuk bibir, dan strikturnya. Berikut ini jenis-jenis vokal berdasarkan
cara pembentukannya, yakni:

1) Berdasarkan bentuk bibir : vokal bulat, vokal netral, dan vokal tak bulat;
2) Berdasarkan tinggi rendahnya lidah : vokal tinggi, vokal madya (sedang),
dan vokal rendah;
3) Berdasarkan bagian lidah yang bergerak : vokal depan, vokal tengah, dan
vokal belakang;
4) Berdasarkan strikturnya : vokal tertutup, vokal semi-tertutup, vokal semi-
terbuka, dan vokal terbuka.

b.  Pembentukan Konsonan

Pembentukan konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni daerah


srtikulasi, cara artikulasi, keadaan pita suara, dan jalan keluarnya udara. Berikut
ini klasifikasi konsonan tersebut:

9
1) Berdasarkan daerah artikulasi: konsonan bilabial, labio dental,
apikodental, apikoalveolar, palatal, velar, glotal, dan laringal;
2) Berdasarkan cara artikulasi : konsonan hambat, frikatif, getar, lateral,
nasal, dan semi-vokal;
3) Berdasarkan keadaan pita suara : konsonan bersuara dan konsonan tak
bersuara;
4) Berdasarkan jalan keluarnya udara : konsonan oral dan konsonan nasal.

c. Pembentukan Diftong

Vokal dibagi menjadi dua, yaitu monoftong atau vokal tunggal yang
meliputi a, i, u, e, o dan diftong atau vokal rangkap, yang meliputi ai, au, oi.

Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat
diucapkan berubah kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak
pada cara hembusan nafasnya.

Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika


memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang
bergerak, serta strikturnya. Namun, yang dihasilkan bukan dua buah bunyi,
melainkan hanya sebuah bunyi karena berada dalam satu silabel.

Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut:

1) Diftong /au/, pengucapannya [aw].


Contohnya : [harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
[himbaw] /himbau/
[pulaw] /pulau/
2) Diftong /ai/, pengucapannya [ay].
Contohnya : [santay] /santai/
[sungay] /sungai/
[cukay] /cukai/
[landay] /landai/

10
[lambay] /lambai/
3) Diftong /oi/, pengucapannya [oy].
Contohnya : [amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
[koboy] /koboi/

Namun perlu diketahui bahwa tidak semua gabungan dua huruf vokal itu
disebut diftong. Hal ini dikarenakan diftong dalam bahasa Indonesia hanya terdiri
dari [ai], [au], dan [oi]. Meskipun ada juga kata-kata yang tersusun oleh dua
gabungan huruf vokal tersebut, tetapi bukan termasuk diftong. Itulah keunikan
diftong, membuat orang berpikir terlebih dahulu sebelum menyatakan apakah
sepatah kata itu tersusun dari diftong atau hanya deret vokal.

Sebagai contoh, kata pulau dan daun. Jika dilakukan pemenggalan pada
kata pulau maka akan menjadi [pu] [lau]. Berbeda halnya dengan kata daun, jika
dilakukan pemenggalan maka akan menjadi [da] [un]. Pemenggalan pada
kata pulau, gabungan huruf vokal [au] terletak dalam satu silabel, sedangkan pada
kata daun, gabungan huruf vokal [au] terletak dalam berbeda silabel. Meskipun
sama-sama gabungan huruf vokal [au] akan tetapi berbeda. Dari situlah kita akan
tahu mana kata yang merupakan diftong dan deret vokal. Jika terletak dalam satu
silabel maka itu adalah diftong, sedangkan jika terletak dalam beda silabel maka
itu adalah deret vokal.

d. Pembentukan Kluster

Gugus atau kluster adalah deretan konsonan yang terdapat bersama pada
satu suku kata. Kluster muncul dalam bahasa Indonesia sebagai akibat pengaruh
struktur fonetis unsur serapan. Namun, pada umumnya kluster bahasa Indonesia
seputar kombinasi berikut :

1) Gugus konsonan pertama : /p/,/b/,/t/,/k/,/g/,/f/,/s/ dan /d/.


2) Gugus konsonan kedua : /l/,/r/ dan /w/.
3) Gugus konsonan ketiga : /s/,/m/,/n/ dan /k/.
4) Jika dua konsonan yang berderetnya, maka konsonan pertama dimulai dari
/p/,/t/, dan lain-lain, serta yang kedua /l/,/r/, atau /w/

11
Contohnya : /pl/ [pleno] /pleno/
/bl/ [blaƞko] /blangko/
/pl/ [pleonasme] /pleonasme/
/fr/ [frustasi] /frustasi/
Dan begitu seterusnya hingga konsonan kedua /r/ dan /w/.
5) Jika tiga konsonan berderet, maka konsonan pertama selalu /s/, yang kedua
/t/,/p/ dan /k/ dan yang ketiga adalah /r/ atau /l/.
Contohnya : /spr/ [sprey] /sprei
/skr/ [skripsi] /skripsi/
/skl/ [sklerosis] /sklerosis/
/str/ [strategi] /strategi/

2.3Gejala Fonologi Bahasa Indonesia

1. Penambahan Fonem

Penambahan fonem pada suatu kata pada umumnya berupa penambahan


bunyi vokal. Penambahan ini dilakukan untuk kelancaran ucapan.

Contoh: meN- + pakai = Memakai

meN- + pukul = Memukul

2. Penghilangan Fonem

Penghilangan fonem adalah hilangnya bunyi atau fonem pada awal, tengah
dan akhir sebuah kata tanpa mengubah makna. Penghilangan ini biasanya berupa
pemendekan kata.

Contoh: Pena = Pen

Hilang = Ilang

12
3. Perubahan Fonem

Perubahan fonem adalah berubahnya bunyi atau fonem pada sebuah kata
agar kata menjadi terdengar dengan jelas atau untuk tujuan tertentu. Umpanya,
dalam proses prefikasi {ber} pada kata <ajar> dan prefikasi {ter} pada kata
<anjur>, bunyi [r] pada prefix {ber} berubah menjadi bunyi [i].

Contoh: {ber} + {ajar} = [belajar]

{ter} + {anjur} = [telanjur]

4. Kontraksi

Kontraksi adalah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih


fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem.

Contoh: Tetapi = tapi

Baharu = baru

5. Analogi

Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh


yang sudah ada (Keraf, 1987:133).

Contoh: Dansa - dance (inggris)

Fajar - fajr (arab)

13
Insan - insan (arab)

6. Fonem Suprasegmental

Fonem vokal dan konsonan merupakan fonem segmental karena dapat


diruas-ruas. Fonem tersebut biasanya terwujud bersama-sama dengan ciri
suprasegmentalseperti tekanan, jangka dan nada. Disamping ketiga ciri itu, pada
untaian terdengar pula ciri suprasegmental lain, yakni intonasi dan ritme.

a) Jangka, yaitu panjang pendeknya bunyi yang di ucapkan. Tanda […]

b) Tekanan, yaitu penonjolan suku kata dengan memperpanjang


pengucapan, meninggikan nada dan memperbesar intensitas tenaga
dalam pengucapan suku kata tersebut.

c) Jeda atau sendi, yaitu cirri berhentinya pengucapan bunyi.

d) Intonasi, adalah cirri suprasegmental yang berhubungan dengan naik


turunnya nada dalam pelafalan kalimat.

e) Ritme, adalah ciri suprasegmental yang berhubungan dengan pola


pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.

Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan nada dalam bahasa Indonesia tidak
membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang dalam hal
tekanan, dan nada akan terasa janggal.

14
2.4 Fonologi di Kurikulum 2013 dan Penerapannya
Pemetaan Materi Bahasa Indonesia

dalam Kurikulum 2013

KD KD
Kelas Materi Pokok
Pengetahuan Keterampilan
3.1 4.1 -
3.2 4.2 -
3.3 4.3 Lambang bunyi vokal dan konsonan
3.4 4.4 -
3.5 4.5 Pelafalan Bahasa yang tepat
I 3.6 4.6 -
3.7 4.7 -
3.8 4.8 -
3.9 4.9 -
3.10 4.10 -
3.11 4.11 Pelafalan puisi atau syair lagu
3.1 4.1 -
3.2 4.2 -
3.3 4.3 -
3.4 4.4 -
3.5 4.5 Pelafalan teks puisi
II
3.6 4.6 -
3.7 4.7 -
3.8 4.8 -
3.9 4.9 -
3.10 4.10 -
3.1 4.1 -
3.2 4.2 -
3.3 4.3 -
3.4 4.4 -
3.5 4.5 -
III
3.6 4.6 -
3.7 4.7 -
3.8 4.8 -
3.9 4.9 -
3.10 4.10 -
IV 3.1 4.1 -
3.2 4.2 -
3.3 4.3 -
3.4 4.4 -
3.5 4.5 -
3.6 4.6 Pelafalan puisi
3.7 4.7 -
3.8 4.8 -

15
3.9 4.9 -
3.10 4.10 -
3.1 4.1 -
3.2 4.2 -
3.3 4.3 -
3.4 4.4 -
V 3.5 4.5 -
3.6 4.6 Pelafalan pantun
3.7 4.7 -
3.8 4.8 -
3.9 4.9 -
3.1 4.1 -
3.2 4.2 -
3.3 4.3 -
3.4 4.4 -
3.5 4.5 -
VI
3.6 4.6 -
3.7 4.7 -
3.8 4.8 -
3.9 4.9 -
3.10 4.10 -

Penerapan pembelajaran fonologi pada setiap kelas, guru harus mampu


menentukan atau mencermati komponen–komponen tersebut, serta berpedoman
pada hal yang terkait. Misalnya, melalui aspek mendengarkan dan berbicara yang
dianggap sesuai dengan uraian yang tertulis dalam lajur kompetensi dasar.
Sehingga seorang guru harus bisa mengembangkan bahan apa dan bagaimana
untuk menentukan langkah pembelajarannya. Dalam hal ini, tentu saja tidak
berarti seorang guru dapat semaunya untuk menentukan fonem apa saja yang akan
diajarkan pada kelas-kelas tertentu.

1.  Prinsip-prinsip Pembelajaran Fonologi

Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam


implementasi pembelajaran fonologi bahasa Indonesia di SD yaitu sebagai
berikut:

16
a.  Pembelajaran dimulai dari yang mudah ke yang sukar, yang sederhana ke
yang kompleks. Khusus dalam pembelajan fonem atau huruf, di kelas
rendah (satu dan dua) dapat dimulai dari fonem-fonem vokal dan konsonan
yang bilabial dan labiodental. Misalnya, fonem atau huruf a, i, u, e, o, m,
n, b, p, serta disesuaikan dengan kemampuan perkembangan siswa
(dimulai dari kelas satu). Pada akhir kelas satu diharapkan siswa telah
mengenal semua huruf yang melambangkan fonem-fonem atau bunyi-
bunyi bahasa Indonesia.

b. Pembelajaran fonem diwujudkan melalui empat aspek keterampilan


berbahasa.Empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Untuk kelas tinggi bisa melalui aspek
kebahasaan.

c.  Pembelajaran dilaksanakan secara terpadu atau tematik, khususnya di


kelas rendah.Pembelajaran terpadu disini yaitu, terpadu antara aspek
bahasa itu sendiri (connected). Namun, dalam setiap pertemuan guru harus
memberi penekanan pada satu aspek (yang menjadi titik fokus) dalam
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1)   Melalui aspek membaca permulaan

Kegiatan pembelajaran fonem di kelas rendah (kelas satu dan dua),


dapat dimulai dari membaca kalimat sederhana, kata, suku kata, yang
mengandung fonem /r/, /s/, kemudian dilanjutkan dengan latihan ucapan
atau lafal  dan intonasi yang benar. Kemudian pembelajaran dapat
dilanjutkan dengan menuliskan fonem-fonem atau huruf tersebut dengan
bentuk dan ukuran yang benar.

2)   Melalui menyimak

17
Siswa menyimak ucapan guru, kemudian siswa diminta menirukan
ucapan lafal /i/, i – ni  na-ni. Perhatikan bibir siswa ketika mengucapkan
fonem tertentu, misalnya fonem /u/ bentuk bibir bulat, /a/ bentuk bibir
bundar, dan fonem /i/ bentuk bibir melebar ke samping. Sehingga jika
masih ada siswa yang belum benar dalam ucapan atau bentuk bibirnya
diminta untuk mengulangi kembali ucapan tersebut, guru harus
membimbing untuk memberi contoh.

3)   Untuk kelas tinggi

Pembelajaran intonasi, dapat melalui membaca teknik dan


membaca indah. Pelaksanaan pembelajaran ini didahului oleh siswa untuk
menyimak contoh pembacaan yang benar. Hal ini dapat dilakukan melalui
kaset atau oleh guru. Kemudian siswa berlatih membaca teks dengan
intonasi yang benar. Latihan dapat dilakukan secara bertahap, misalnya
berbaris, kemudian bertiga dan akhirnya satu per satu ke depan kelas.

Dalam hal ini guru harus memilih materi bacaan yang sesuai dengan
fokus, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Misalnya untuk
membaca indah, contoh materi bacaannya yaitu dapat berupa puisi atau fiksi yang
sesuai untuk siswa SD dan kelas yang bersangkutan.

Contoh pembelajaran fonologi tentang vokal dan konsonan di SD kelas 1

Uraian Kegiatan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran

1) Dengan mendengarkan contoh dari guru, siswa dapat menyanyikan


lagu“a-b-c” dengan benar.
2) Setelah bernyanyi dan berlatih, siswa dapat memasangkan kartu
namateman sesuai orangnya dengan tepat.

18
3) Dengan permainan kartu huruf, siswa dapat mencari dan
menyebutkanhuruf vokal (a, i, u, e, o) yang hilang dari nama temannya.

2. Media/Alat Bantu dan Sumber Belajar

 Kartu nama panggilan teman.


 Kartu-kartu huruf dari a-z minimal sebanyak 3 set (atau
disesuaikandengan jumlah kelompok yang dibentuk) dan bisa dikalungkan
di leher.
 Kartu-kartu huruf vokal (a, i, u, e, o) minimal sebanyak 3 set
(ataudisesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk) dan bisa
dikalungkan di leher.
 Alat musik (jika ada) untuk mengiringi siswa bernyanyi.
 Buku siswa.

3. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembuka

1) Guru memberi salam pembuka.


2) Guru lalu bertanya kepada siswa, “Apakah tadi kalian sudah berpamitan
kepada orang tua masing-masing saat hendak ke sekolah?”
Gurumengingatkan kembali pentingnya berpamitan dengan orang tua
saathendak ke luar rumah. Misal, saat hendak ke sekolah, bermain, atau
yanglainnya.
3) Pada awal pelajaran, guru menyampaikankepada siswa mereka akan
belajarmengenal huruf.
4) Agar dapat mengenal huruf dengan baik,guru menulis huruf a-z pada
selembarkarton/kertas berukuran lebar. Kertas/karton itu lalu ditempel di
papan tulis.

19
5) Siswa diajak untuk bernyanyi lagu “a-b-c”sambil guru menunjukkan huruf
yangdimaksud pada lembar kertas.
6) Ulangi sekali lagi. Tunjuk salah satu siswa untuk menunjukkan huruf a-
zsaat teman yang lain bernyanyi lagu “a-b-c”.
7) Untuk membantu menguatkan siswa tentang konsep huruf, merekaberlatih
mengidentifikasi nama tokoh di buku dengan melihat huruf-hurufnya.
8) Setelah selesai berlatih, siswa diminta untuk membentuk
beberapakelompok.
9) Setiap kelompok mendapatkan kartu nama sesuai dengan nama-namasiswa
yang tergabung di kelompok tersebut.
10) Setiap anggota kelompok bekerjasama untuk memasang kartu nama pada
masing-masing siswa di kelompok tersebut degan tepat.
11) Minta setiap siswa memperhatikan huruf-huruf “a, i, u, e, o”
yangmenyusun nama mereka.
12) Minta setiap kelompok berdiri secara bergiliran sambil memegang
kartunama masing-masing agar siswa di kelompok lain dapat
memperhatikan huruf-huruf “a, i, u, e, o” yang menyusun nama semua
siswa di kelas.
13) Guru lalu mengajak semua kelompok bermain kartu huruf penyusunnama.
Setiap kelompok mendapatkan satu set kartu huruf a-z dan satuset kartu
huruf “a, i, u, e, o”.
14) Guru menunjuk kelompok untuk maju ke depan kelas. Minta
kelompoktersebut memilih 2 nama siswa anggotanya untuk ditebak huruf
“a, i, u, e,o”.
15) Beberapa siswa anggota kelompok tersebut berdiri berjajar.
Merekamengalungkan huruf sesuai nama yang akan ditebak, tapi tanpa
huruf “a,i, u, e, o” (lihat buku siswa halaman 14).
16) Guru menunjuk kelompok lain untuk menebak huruf “a, i, u, e, o”
yanghilang dari nama tersebut.
17) Kelompok yang bertugas menebak harus mencari huruf “a, i, u, e, o”
darikartu huruf “a, i, u, e, o” yang telah dibagikan dan menyebutkan huruf
“a, i,u, e, o” yang hilang dengan suara keras. Setelah itu, kartu huruf yang

20
tadidisebutkan dikalungkan ke leher teman yang sedang berdiri berjajar
agarmenjadi nama siswa yang lengkap.
18) Setelah dua nama dari kelompok yang mendapat giliran maju telahselesai
ditebak, giliran kelompok yang menebak untuk maju ke depankelas. Lalu
kelompok yang lain lagi akan menebak huruf “a, i, u, e, o” darinama siswa
yang hilang. Begitu seterusnya hingga semua kelompokmendapat giliran
maju untuk bermain.
19) Setelah bermain kartu huruf, siswa kembali ke tempat duduk
masingmasing.
20) Guru dan siswa bersama-sama menyanyikan lagu “a-b-c” dan
menyebutkan kembali huruf “a, i, u, e, o”.

Kegiatan Penutup

21) Kegiatan ditutup dengan diskusi mengenai kegiatan hari ini.


Siswamenceritakan perasaan dan kesulitannya saat bermain kartu huruf.
22) Guru memberi salam penutup. Siswa berpamitan dan memberi
salamkepada guru saat pulang.
23) Setelah pulang ke rumah, siswa memberi salam saat masuk ke
dalamrumahnya dan bercerita kepada orang tua tentang kegiatan
yangdilakukan di kelas pada hari itu.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fonologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek
kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik)
dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fonem (fonemik). Ada
beberapa gejala fonologi Bahasa Indonesia yaitu Penambahan Fonem,

21
Penghilangan Fonem, Perubahan Fonem, Kontraksi, Analogi. Fonem
Suprasegmental. Dan pembelajaran fonologi kurikulum 2013 sudah mulai
dipelajari mulai dari SD kelas awal sampai kelas tinggi, namun jumlahnya sedikit.
Materi ajar Fonologi di kurikulum 2013 yang dipelajari yaitu lambang bunyi
vokal dan konsonan, felafalan pantun, serta felafalan puisi.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu kita Sebagai calon
pendidik harus mampu memahami salah satu bagian dari ilmu bahasa yaitu
fonologi agar dapat menjalankan pembelajaran dengan baik terutama dalam
pembelajaran bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Chaer. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Keraf, Gorys. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. (2002). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Supriyadi, dkk. (1992). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.

22
Verhaar, Prof. Dr. J.W.M. 1988. Pengantar Linguistik, Yogyakarta: Gajah Mada
UniversityPress.

23

Anda mungkin juga menyukai