Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FISIOTEAPI KESEHATAN WANITA

Disusun oleh:
QUSAY EKZA ASSEFIZEN (5181009)

SEKLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2019/2020
Konsepsi

Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah
peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma.
Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus
menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel telur sehingga siap untuk dibuahi.
Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang ditumpahkan ke dalam forniks posterior, dengan jumlah
spermatozoon sekitar 200-500 juta. Gerakan sperma dari serviks terus melintasi uterus
menuju tuba falopi. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran
(degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi
pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian
pembelahan dan tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma di dalam rongga
uterus dan tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut.

Spermatozoa yang dapat melintasi zona pellusida dan masuk ke dalam vitellus pada saat
fertilisasi hanya satu. Pada keadaan normal, sel tubuh mempunyai 46 buah kromosom,
masing-masing ovum dan sperma memiliki 23 kromosom terdiri dari 22 kromosom tubuh
(autosom) dan 1 kromosom seks. Kedua inti akan menyatu pada saat fertilisasi, sehingga
ovum memiliki 46 kromosom, bersatunya sel sperma dan sel telur membentuk zigote.
Zigot akan mengalami pembelahan sekitar 30 jam pasca konsepsi. Proses pembelahan
menjadi 2 sel disebut blastomer. Blastomer akan berjalan menuju uterus dan terus melakukan
pembelahan menjadi 4 sel, kemudian membelah lagi menjadi 8 sel dan akhirnya zigot
menjadi 12-16 blastomer yang menyerupai buah murbai yang disebut morula. Perjalanan
zigot hingga memasuki kavum uteri memerlukan waktu sekitar 3 hari.
Melihat perkembangan anak dari waktu ke waktu menjadi momen berharga bagi orang tua.
Perkembangan tumbuh kembang anak idealnya sesuai dengan pertambahan usianya.
Memperhatikan pertumbuhan buah hati secara berkala/teratur membuat lebih mudah
menyadari tahapan perkembangan anak, terutama pada masa periode emasnya. Hal ini juga
bisa membantu orang tua menentukan stimulasi tepat untuk optimalkan tumbuh kembang
buah hati.
Langkah awal yang bisa di lakukan adalah mengetahui apa saja pencapaian yang umumnya
dicapai anak pada usia tertentu. Perkembangan yang sebaiknya di perhatikan tak lain mulai
dari perkembangan fisik, motorik halus dan motorik kasar, verbal, dan sosialisasi (Deteksi
Dini dan Stimulasi Dini, Kemenkes).

1. Bayi Usia 0-1 Tahun


Ketika berusia 0-1 tahun, pertumbuhan bayi cenderung cepat, . Memasuki bulan-bulan
tertentu, pun sangat mungkin dibuat makin takjub dengan kecepatan tumbuh kembang
motoriknya. Hanya saja, dari kognitif dan psikologisnya, masih sulit untuk melihat jelas
tumbuh kembangnya.
Asupan nutrisi menjadi kunci utama dalam mengoptimalkan tumbuh kembang bayi di usia 0-
1 tahun. Selain itu, interaksi dengan orang-orang terdekat, khususnya Bunda, juga akan sangat
menentukan tumbuh kembang buah hati. Berikut adalah pencapaian-pencapaian bayi 0-1
tahun secara umum.

2. 1-3 Bulan
Akan mengalami masa adaptasi di usia 1-3 bulan setelah kelahiran. Tidak berbeda jauh
dengan orang dewasa, dalam proses adaptasi ini bayi sangat mungkin merasa tidak nyaman.
Ketidaknyamanan itulah yang berujung pada tangisan.
Hal lain yang mungkin membuat resah adalah jika anaki sulit tidur malam pada bulan-bulan
pertama usianya. tidak perlu khawatir karena itu juga merupakan proses adaptasinya setelah 9
bulan dalam kandungan Bunda. Proses adaptasi untuk tidur malam biasanya akan berlangsung
hingga 3 bulan usianya. Maka, bersiap-siaplah pula untuk begadang mengasuh anak pada
malam hari.
Selain proses adaptasi tersebut, banyak pencapaian buah hati yang akan emukan ketika
usianya 0-3 bulan. Pada usia ini, bayi akan mulai bisa membedakan cahaya dan suara. Karena
itulah, ia sudah bisa pula mengenali orang-orang terdekatnya. Perhatikan pula bagaimana
anak mencari sumber suara ketika muncul suara berisik. Ini karena kepekaan indra
pendengarannya sudah mulai terasah pada usia 3 bulan.
Untuk lebih mempercepat kemampuan penglihatan dan pendengarannya, Bunda sebaiknya
sering mengajak anak mengobrol. Meskipun dia belum mengerti, ia akan lebih mengenali
suara . Cobalah pula untuk mengajak bayi bercermin agar ia bisa mengenali perbedaan wajah
tiap orang, termasuk wajahnya sendiri.
Pada usia ini, gerakan bayi memang masih terbatas. anak cenderung hanya mampu
menggerak-gerakkan kaki dan tangannya. Memasuki usia 2 bulan, bayi umumnya juga sudah
mulai menggenggam secara pelan. Sering-seringlah untuk memberikan jari untuk ia genggam
guna melatih motorik tangan dan jari-jarinya.

3. 3-6 Bulan
Melewati usia 3 bulan, bayi umumnya sudah lebih beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Ia pun sudah lebih mengenali wajah-wajah orang terdekatnya. Jadi, akan sering mendapatinya
bayi tersenyum begitu melihat wajah ibu. Namun, ketika bertemu orang asing, mungkin ia
akan gelisah karena tidak merasa dekat dan kenal. Ekspesi wajah bayi menjadi lebih beragam
ketika usianya memasuki 3 bulan ke atas.
Dalam periode 3-6 bulan ini, buah hati juga akan lebih banyak memperlihatkan pencapaian
motoriknya. Gerakan bayi akan lebih banyak. Karena itu, Bunda pun sebaiknya lebih ekstra
dalam menjaga kondisi lingkungan sekitar buah hati.
Salah satu pencapaian yang umumnya bayi lakukan pada usia ini adalah mencapai posisi
tengkurap. Tangannya pun bergerak lebih banyak untuk meraih benda-benda di sekitarnya.
Keaktifan ini harus Bunda sikapi dengan benar-benar menjauhkan barang yang bisa
melukainya dari jangkauan buah hati.
Memasuki usia hampir 6 bulan, bahkan bayi cenderung sudah mulai bisa duduk dengan
bantuan tangannya. Namun, karena tulang belakangnya kemungkinan belum terlalu kuat, kita
harus selalu memperhatikannya. Bisa jadi buah hati tiba-tiba terjatuh ketika sedang mencoba
duduk.
Pada usia ini, kemampuan bahasa bayi juga mulai terbentuk. Dari suara-suara yang ia kenal,
anak akan mencoba menirukannya dalam bentuk gumaman. Artinya, anak sebenarnya hendak
berinteraksi. Untuk itulah, ibu sebaiknya menyediakan waktu lebih untuk menanggapi
gumaman anak.

4. 6-9 Bulan
Gumaman bayi akan semakin banyak di usia 6-9 bulan. Bahkan, beberapa gumamannya
sudah membentuk kata. Jangan kaget ketika ia sudah bisa mengucapkan kata “mama” atau
“papa” pada periode ini.
Gerak bayi pun akan semakin banyak pada usia ini. Anak sudah bisa tengkurap, dan bahkan
berguling untuk berpindah dari satu sisi tempat tidur ke sisi lainnya. Tulang belakangnya
sudah lebih kuat sehingga memungkinkan buah hati duduk lebih stabil. Bahkan bayi akan bisa
mulai berdiri sebentar pada periode ini. Momen-momen bayi merangkak umumnya akan
dapati ketika usia buah hati 6-9 bulan.
Beberapa gigi bayi akan mulai tumbuh dalam periode ini. Alasan inilah yang membuat buah
hati cenderung menggigit barang-barang di sekitarnya pada usia ini. Pastikan semua barang
yang ada di sekelilingnya tidak berbahaya ketika masuk ke dalam mulut .

5. 9-12 Bulan
Ocehan anak sudah makin beragam di usia 9-12 bulan. Ia pun sudah mulai mengerti
penggunaan kata-kata yang diucapkan. Ia mungkin mulai berkata “nggak”  atau “mau”
terhadap hal yang ia suka atau tidak. Kata-katanya yang makin beragam akan sangat
bergantung dengan kata-kata yang sering didengarnya.
Buah hati juga mungkin mulai berteriak-teriak memanggil kehadiran Bunda. Pada periode ini,
sisi psikologis makin terlihat dari emosi bayi. Umumnya, bayi akan merasa makin lekat
dengan pengasuhnya dan Bunda.
Gerak bayi pun akan berkembang makin jauh. Dari hanya bisa merangkak, ia kemungkinan
sudah akan mulai bertatih di periode ini. Ia akan sering mencoba berjalan beberapa langkah
dengan berpegangan dengan benda-benda besar di sekelilingnya. Kemungkinan terjatuh
sangat besar karena itulah Bunda sebaiknya ekstra mengawasi
.
6. Anak Usia 1-3 Tahun
Memasuki usia 1 tahun ke atas, Bunda tidak hanya mendapati tumbuh kembang bayi yang
kencang dari sisi motoriknya. Sisi psikologi yang termasuk emosi anak pun akan semakin
tampak para masa ini.
Asupan nutrisi tetap memegang peranan besar dalam tumbuh kembang anak usia 1-3 tahun.
Di sisi lain perlakuan Bunda terhadap berbagai pencapaianya pun akan sangat menentukan.
Berikut ini beberapa pencapaian anak di usia 1-3 tahun yang umumnya akan akan di dapat.

7. 1-2 Tahun
Gerak anak akan semakin beragam. anak akan mulai bisa berjalan lebih stabil. Untuk
mempercepat proses belajar berjalannya, Bunda bisa membantu dengan memapahnya dulu.
Ini akan membantu meningkatkan kepercayaan diri buah hati karena sudah bertatih dengan
bantuan benda.
Dari sisi kebahasaan, kosakata anak akan semakin banyak. Momen meniru masih menjadi
andalannya. Bunda sebaiknya bijak memilih kata-kata yang diucapkan saat berada di sekitar
buah hati karena ia mulai memahami arti kata-kata.
Anak juga sudah mulai bisa merangkai 2-3 kata yang memiliki arti. Dari sinilah orang tua
bisa memperhatikan apakah anak mengalami keterlambatan berbicara atau tidak. Apabila
kosakatanya masih terlalu sedikit dan belum mampu merangkai dua kata sampai usia 2 tahun,
sebaiknya lebih sering mengajaknya berbicara agar kosakatanya bertambah.
Sebaiknya juga mulai melatih kemandiriannya seiring bertambah aktifnya buah hati. Cobalah
untuk mengajarkan toilet training ketika anak berusia 1,5 tahun. Kemampuannya mengerti
ucapan orang juga harus manfaatkan untuk mengajarkan apa yang baik dan dan tidak baik.
Pada usia ini, anak pun akan semakin ekspresif. Ia juga bisa semakin bergantung kepada ibu
dan menolak hal-hal yang tidak disukainya. Perkenalkan buah hati kepada dunia yang lebih
luas. Ajaklah ia bermain ke taman atau ke tempat banyak anak-anak seusianmya bermain.
Biarkan mereka berinteraksi untuk menumbuhkan rasa empati anak.

8. 2-3 Tahun
Dari sisi motorik, anak usia 2-3 tahun umumnya sudah bisa berjalan stabil bahkan berlari.
Anak pun akan mulai melompat pada kisaran usia ini.
Psikologis anak akan tampak lebih jelas memasuki periode ini. Bukan cuma menolak atau
senang menerima sesuatu, anak pun sangat mungkin menunjukkan gejala tantrum. Ini
merupakan sikap emosional anak yang berlebihan ini terjadi karena ia ingin keinginannya
terpenuhi.
Bunda sebaiknya menghadapi buah hati dengan tegas dan tidak langsung memenuhi
keinginannya. Membiarkan tantrum anak agar berhenti sendiri pun dapat menjadi pilihan.
Pada usia ini, buah hati juga akan mulai bisa berpura-pura. Ada kemungkinan pula tantrum
yang dilakukan hanya bagian dari sandiwara.
Tantrum pun bisa disebabkan anak sulit mengutarakan keinginannya kepada Bunda.
Keterbatasan bahasa bisa menjadi kendalanya. Cobalah bacakan buku cerita sebelum tidur
untuk melatih kemampuan berbahasa buah hati agar ia mampu mengutarakan isi hatinya
sehingga emosinya bisa terjaga. Pada usia ini, sebaiknya Bunda makin sering mengajak anak
bermain dengan anak-anak seusianya untuk membantu melatih emosinya.

Selain anak bertumbuh secara fisik, mereka juga akan berkembang. Beberapa ranah
perkembangan anak dapat dilihat melalui perkembangan intelektual, perkembangan
psikososial, juga perkembangan moral. Hal ini dapat dirangkum ke dalam tugas
perkembangan yang harus dilalui oleh semua orang, sesuai dengan kelompok usianya.
Menurut Havighurst (1976), tugas perkembangan yang perlu dipenuhi pada usia anak-
anak/usia sekolah adalah sebagai berikut :
Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir dan Anak Sekolah (6-12 tahun) ;
a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis.
c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
Tugas Perkembangan Masa Remaja (12-21 tahun) ;
a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
f. Memilih dan mempersiapkan karier.
g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi
warga negara.
i. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
j. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam
berperilaku.

Berdasarkan tugas perkembangan yang dijabarkan oleh Havighurst (1976), anak-anak


memerlukan bantuan dari lingkungan untuk membantu mereka memenuhi tugas
perkembangannya. Salah satu pihak yang membantu dan turut berperan dalam perkembangan
anak adalah sekolah. Anak usia sekolah menghabiskan sekitar 1/3 hari mereka di sekolah.
Guru dalam hal ini yang akan memberikan materi-materi mempunyai peran penting untuk
memfasilitasi hal-hal yang diperlukan anak di sekolah. Perkembangan intelektual dapat
dicapai melalui proses belajar mengajar secara formal di sekolah, berdasarkan kurikulum
pendidikan yang telah dirumuskan.

Di samping itu, anak-anak akan berkembang secara psikososial, melalui proses interaksinya
dengan lingkungan, juga beberapa mata pelajaran yang membantu anak memiliki
pengetahuan mengenai kehidupan bermasyarakat dan bagaimana bersikap menjadi makhluk
sosial. Secara moral pun, sekolah memiliki tanggung jawab untuk bisa membantu anak
berkembang dan memiliki nilai moral yang baik. Dalam menyampaikan materi-materi
tersebut, lingkungan perlu menyesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Hal ini
dilakukan agar apa yang disampaikan memang sesuai dengan kesiapan perkembangan anak.
Banyak dampak negatif yang akan muncul apabila anak melewatkan tugas-tugas
perkembangannya. Beberapa tugas perkembangan anak menjadi terhambat sebelum tugas
perkembangan sebelumnya terpenuhi. Anak dapat pula menjadi kurang dewasa dalam
menyikapi karena mereka melewati hal yang membuat mereka mempersiapkan sesuatunya.
Sebagai contoh, 8 tahapan perkembangan psikososial menurut Erikson (1963), anak usia
sekolah sedang berada di tahapan industry vs. inferioritas (usia 6-12 tahun).

Tahap ini menunjukkan bahwa lingkungan anak bertambah luas, yang semula di rumah,
bersama keluarga, anak pada tahapan ini memiliki lingkungan baru, yaitu lingkungan sekolah.
Pada usia ini, anak dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil melalui
tuntutan yang berada di lingkungan sekolahnya. Anak yang sudah terlibat dalam interaksi
sosial akan mulai mengembangkan rasa keberhasilannya terhadap apa yang di capai.
Kemampuan akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang juga
kemampuan sosialnya dalam berinteraksi. Dukungan dari orang tua dan gurunya akan
membangun perasaan kompeten atau mampu serta kepercayaan diri, dan pencapaian
sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman baru (tahap industry).
Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi dan kurangnya dukungan membuat anak
menjadi rendah diri, dan tidak kompeten. Apabila anak gagal dalam tahapan ini, yaitu anak
menjadi merasa rendah diri dan merasa dirinya tidak mampu, maka ke depannya anak akan
sulit dalam menghadapi permasalahan secara positif dan secara optimis. Hal ini sejalan
dengan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) menurut tahapan perkembangan psikoseksual
Freud, berada pada fase latent, dimana anak melakukan pengalihan energi seksual kepada
pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahapan ini sangat penting dalam pengembangan
keterampilan sosial, komunikasi, dan kepercayaan diri.

Maka dari itu, peranan sekolah, terutama guru di sekolah pada anak usia sekolah ini sangat
besar. Kurikulum dan proses belajar perlu disesuaikan dan memperhatikan kondisi
perkembangan anak, agar dapat mempersiapkan anak bertumbuh dan berkembang menjadi
anak yang sukses di masa depannya. Namun, apa yang akan terjadi ketika anak tidak
mendapatkan cukup pengawasan baik dari guru di sekolah, ataupun orang tua di rumah?
Anak-anak secara nalurinya akan mulai mengeksplor dunia di sekelilingnya. Mereka dipenuhi
dengan rasa ingin tahu yang besar. Dengan bakat itulah, anak-anak menjadi rentan terhadap
hal-hal yang negatif dari lingkungan. Pengawasan yang dilakukan baik dari guru maupun
orang tua sama pentingnya dengan pengajaran yang hendak diberikan kepada anak. Di
samping anak perlu mendapatkan wawasan mengenai cara bersikap dan berperilaku, namun
juga ada proses pengawasan yang dilakukan oleh lingkungan.

Kurangnya wawasan, terlebih lagi dengan tidak adanya pengawasan kepada anak, mereka
dapat saja terpengaruh oleh hal-hal buruk. Anak-anak dapat tumbuh menjadi negatif. Sebagai
contoh berdasarkan yang telah dijabarkan di atas, anak usia 6-12 tahun sedang dalam masa
pembentukan kepercayaan diri, dan pengembangan interaksi sosial. Apabila lingkungan
kurang melakukan pengawasan terhadap pencapaian anak, maka apabila anak gagal melewati
tahapan ini dengan baik, maka dapat mengakibatkan anak dapat menjadi depresi, merasa
dirinya tidak mampu, tidak cocok dengan lingkungan sosial, dan kemudian memilih untuk
bermain game online, mengurangi interaksi dengan lingkungan, melakukan pelarian kepada
makanan, dan sebagainya.

Seringkali kita mendengar berita mengenai anak SMP/SMA yang sudah melakukan hubungan
seksual dengan lawan jenis. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangan psikoseksual
Freud, anak-anak usia 12 tahun ke atas, atau dalam hal ini mulai dari usia SMP, berada pada
fase genital, dimana anak mulai mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.
Apabila pada tahapan ini anak tidak mendapatkan pengawasan dan wawasan yang cukup
mengenai seksual dan segala hal di dalamnya, dengan sangat mungkin akan terjadi hal-hal
yang tidak kita inginkan.

Pada beberapa kasus kekerasan anak sekolah, ataupun adanya geng-geng motor di kalanganan
siswa, jika kita tilik melalui tahapan perkembangan psikososial menurut Erikson (1963), anak
usia 12-20 tahun berada pada tahap identitas vs. kebingungan identitas. Anak akan melakukan
berbagai cara untuk mencari jati diri mereka, dan mulai mengenal diri mereka sendiri. Banyak
kasus anak-anak yang terlibat geng motor adalah untuk mencari jati diri mereka. Kekerasan
yang terjadi adalah untuk membuktikan sifat yang ada pada diri mereka. Anak-anak yang
mendapatkan fasilitas yang baik dan dukungan yang positif dari lingkungan baik sekolah
maupun rumah dalam membantu mereka mengenali diri sendiri akan mengantar mereka
kepada keberhasilan dan pembentukan diri yang positif (tahap identitas, sebaliknya, jika gagal
akan menimbulkan kebingungan identitas).

Lingkungan yang baik akan menghasilkan anak yang baik pula, dan manusia adalah makhluk
sosial, tidak akan lepas dari interaksinya dan hubungannya dengan orang lain dan lingkungan.
Pentingnya pemberian wawasan dan pengawasan kepada anak yang terus mengeksplor untuk
perkembangannya menjadi tanggung jawab kita semua agar mereka dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik.
Masa Dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah masa
remaja. Pengertian masa dewasa ini dapat dihampiri dari sisi biologis, psikologis, dan
pedagosis (moral-spiritual).
Dari sisi biologis, masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan
individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan
untuk bereproduksi (berketurunan).

Dari sisi psikologis, masa ini dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan individu yang
ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau kematangan, yaitu:

1.      kestabilan emosi, mampu mengendalikan perasaan tidak lekas marah, sedih, cemas,
gugup, frustasi, atau tidak mudah tersinggung;
2.      memiliki kesadaran realitas yang cukup tinggi mau menerima kenyataan, tidak mudah
melamun apabila mengalami kesulitan, dan tidak menyalahkan orang lain atau keadaan
apabila menghadapi kegagalan;
3.      bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang berbeda; dan
4.      bersikap optimis dalam menghadapi kehidupan.
Sementara dari sisi pedagosis, masa dewasa ini ditandai dengan:
1.      rasa tanggung jawab terhadap semua perbuatannya, dan juga terhadap kepeduliannya
memelihara kesejahteraan hidup dirinya sendiri dan orang lain;
2.      berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai agama;
3.      memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi diri dan keluarganya; dan
4.      berpartisifasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Batasan Usia Perkembangan Masa Dewasa


1.      Masa Dewasa Awal
Masa ini terentang sejak tercapainya kematangan secara hukum (sekitar usia 18/20 tahun)
sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara biologis, masa ini merupakan puncak pertumbuhan
fisik yang prima, sehingga dipandang sebagai usia yang tersehat dari populasi manusia secara
keseluruhan. Kesehatan fisik ini akan terpelihara dengan baik, apabila didukung oleh
kebiasaan-kebiasaan positif, seperti makan yang teratur dan tidak berlebihan, tidak merokok,
tidak meminum minuman keras atau mengkonsumsi narkoba, tidur yang teratur, dan
berolahraga. Secara psikologis, pada usia ini tidak sedikit diantara mereka yang kurang
mampu mencapai kematangan. Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah yang

dihadapinya dan tidak mampu mengatasinya. Masalah-masalah itu diantaranya:


1.      kesulitan mencari kerja;
2.      susah mencari jodoh;
3.      keinginan untuk menikah namun belum mempunyai pencaharian; dan
4.      kesulitan yang dialami setelah menikah.
2.      Masa Dewasa Madya
Masa ini pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Pada
usia ini, aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra, seperti
tidak sedikit orang yang menggunakan kacamata untuk membaca, atau mengalami sakit
dengan penyakit tertentu yang sebelumnya tidak teralami (seperti rematik, jantung, dsb.).

Istilah lansia (lanjut usia) umumnya digunakan untuk pria dan wanita yang telah berusia
lanjut. Berdasarkan pengertian secara umum, seseorang disebut lansia apabila usianya 65
tahun ke atas.
Terdapat batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur orang yang masuk dalam
kategori lansia, diantaranya adalah 60 tahun (UU No. 13 Tahun 1998) dan 60-74 tahun
(WHO).
Lansia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh gagalnya seorang dalam mempertahankan
kesetimbangan terhadap kesehatan dan kondisi stres fisiologis. Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual.
Selain pengertian lansia secara umum diatas, terdapat juga beberapa pengertian lansia
menurut para ahli.
Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young old (65-
74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65
tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih
dari 80 tahun (very old).
Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun ke atas.
Berbeda dengan pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah
mencapai usia 60-74 tahun. Kemudian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan
masuk usia lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

Anda mungkin juga menyukai