Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gina Amalia Nurjanah

Nim : 1910104141

Kelas : D5

Prodi : Kebidanan Sarjana Terapan

Tugas : Paper Analisis Kasus Hiv/Aids Dalam Kehamilan,


Bersalin Dan Nifas

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi

KASUS HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN, BERSALIN DAN NIFAS

Liputan6.com, Jember - Jumlah kasus Orang dengan HIV/AID (ODHA) di


Kabupaten Jember Jawa Timur, setiap tahun terus bertambah. HIV (Human
Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome),
merupakan penyakit yang menggerogoti sistem kekebalan tubuh penderita.
Penularan di kabupaten Jember terus terjadi. Pada tahun 2018 saja, sudah
ditemukan 506 penderita ODHA baru. Sehingga jumlah total selama 14 tahun
terakhir, sejak ditemukan 1 kasus ODHA pada tahun 2004, kini total ODHA
Kabupaten Jember, sudah mencapai 4.018 penderita. Menurut Konselor
HIV/AIDS di Klinik VCT (Volluntary Consulting and Testing) RSD dr Soebandi
Jember, dr Justina Evy Tyaswati jumlah kunjungan pasien ODHA, di klinik VCT
RSD Dokter Subandi Jember, selama tahun 2018 ada sebanyak 5.729 pasien rawat
jalan. Sedangkan, yang melakukan rawat inap ada sebanyak 171 orang.

A. Pengertian HIV Dan AIDS

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang


menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat
virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu membutuhkan pengobatan.
Meskipun demikian,orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang
lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat
suntik dengan orang lain (KPAD Kab. Jember, 2015).
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS adalah suatu
penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV,
yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,
dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau
biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima
transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus
tersebut. (Kamus kedokteran Dorlan, 2002)

A. Faktor Penyebab
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui cairan tubuh.
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
3. Penggunaan narkoba suntik
B. Epidemiologi HIV/AIDS
Lebih dari 35 juta orang di seluruh dunia diketahui meninggal dunia
akibat HIV. Tahun 2015, 1.1 juta orang meninggal akibat berbagai kasus
terkait infeksi HIV. Ada sekitar 36.7 juta orang hidup dengan HIV, dengan
2.1 juta orang yang baru terdeteksi mengidap infeksi HIV di tahun 2015
secara global. Area subsaharan Afrika merupakan area dengan tingkat kasus
infeksi HIV tertinggi, yakni dengan 25.6 juta ODHA tahun 2015, area ini
Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko penularan HIV sebenarnya
tidak hanya terbatas pada sub populasi yang berperilaku risiko tinggi, tetapi
juga pada pasangan atau istrinya, bahkan anaknya. Tanpa upaya khusus,
diperkirakan pada akhir tahun 2016 akan terjadi penularan HIV secara
kumulatif pada lebih dari 26.977 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
HIV. Para ibu ini sebagian besar tertular dari suaminya (Kemenkes, 2013).

C. Kebijakan Pemerintah terhadap HIV/AIDS


Upaya pemerintah Indonesia dalam menanggapi peningkatan epidemi
HIV/AIDS pada populasi beresiko dan adanya gejala perluasan pada populasi
tertentu, Kementrian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 21 tentang penanggulangan HIV/AIDS. Peraturan ini mengatur
upaya-upaya promotif, preventif, konseling testing HIV/AIDS. Program
konseling dan tes HIV atau Voluntary Counselling and Testing (VCT)
dianggap sebagai pintu masuk bagi masyarakat untuk memperoleh akses ke
semua layanan HIV/AIDS.
D. Pengobatan HIV/AIDS
Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV,
namun ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis
obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan
unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah
virus HIV menghancurkan sel CD4. Beberapa jenis obat ARV, antara lain
Efaviren, Etravirine, Nevirapine, Lamivudin, Zidovudin.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor
jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan.
Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3-6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV
RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan tiap 3-4 bulan selama
masa pengobatan.
Pasien harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis menderita
HIV, agar perkembangan virus HIV dapat dikendalikan. Menunda
pengobatan hanya akan membuat virus terus merusak sistem kekebalan tubuh
dan meningkatkan risiko penderita HIV terserang AIDS. Selain itu, penting
bagi pasien untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Melewatkan
konsumsi obat akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan
memperburuk kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Boer, K., et al. 2010. Mode of Delivery in HIV-infected Pregnant Women and
Prevention of Mother-to-child Transmission: Changing Practices in Western
Europe. HIV Medicine, 11(6): 368- 78.

Elisa, Parwati D.M., Sriningsih I., 2012.Pengalaman Ibu yang Terdeteksi HIV
tentang Dukungan Keluarga Selama Persalinan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Universitas Negeri Semarang 8(1):35-41.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Laporan hasil estimasi
Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2012. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Marx, J. L. “New disease baffles medical community”. Science PubMed. 1982;


217 (4560): 618–21.

Scorviani V, Nugroho T, 2012, Mengungkap Tuntas 9 Jenis PMS Penyakit


Menular Seksual, cetakan ke dua, Yogyakarta, Nuha Medika.

Valerian, Clara M Dkk, 2011. Tatalaksana Infeksi HIV Dalam Kehamilan


Kementrian Kesehatan RI. Direktorat, Jenderal Pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan Pedoman Nasional Pencegahan penularan HIV
dari ibu Keanak . Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5547228/

Anda mungkin juga menyukai