3463 8310 1 PB PDF
3463 8310 1 PB PDF
Abstract
Since 2010 westernization be the center of a teenager in a her life, including lifestyle and
eating behavior in both urban and rural areas. This study aims to determine the difference
between the character of nutrition in urban and rural adolescent girls. Cross-sectional
design was used to collect data in the variable character teenage girls nutrition urban
and rural. The location of this research in Semarang City and Sragen. Respondents were
drawn from each region some 48 people. Collecting data by interviews using a structured
questionnaire for variable body image, nutrition knowledge and eating behavior. The
instrument to determine the nutritional status were a digital scale and mocrotoise.
Nutritional status categorized Asian. The study was conducted during the months of August
and September 2014. Data were analyzed using SPSS software. The statistical test used
was the independent t test and Mann Whitney to determine differences in the character of
nutrition in adolescents urban and rural adolescents. The results showed that there was no
difference in body image (p = 0.28), nutritional knowledge (p = 0.87), and eating behavior
(p = 0.14), whereas this got difference in nutritional status (p = 0, 0001).
Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia
Jalan Nakula I no 1-5
Email: vera.herlambang@gmail.com
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri
44
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52
mengukur nilai body image, pengetahuan gizi image, pengetahuan gizi, dan perilaku makan.
dan perilaku gizi, serta menghitung status gizi Hasil dari pengisian kuesioner diberikan
masing-masing. penilaian dan dikategorikan. Kategori body
image dibagi menjadi dua yaitu puas (>mean
Metode skor T standar) dan tidak puas (<mean skor T
Penelitian ini merupakan penelitian satndar).Kategori pengetahuan gizi yaitu baik
kuantitatif yang membandingkan dua (>80% jawaban benar), cukup (60-80% jawaban
kelompok sampel penelitian dengan rancangan benar), kurang (<60%jawaban benar). Kategori
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perilaku makan yaitu sudah menjalankan
remaja putri di Provinsi Jawa Tengah. Lokasi perilaku makan yang baik (total skor ≥
penelitian ini di Kota Semarang dan Kabupaten 80% jawaban benar dari seluruh item yang
Sragen. Semarang merupakan kota dengan ditanyakan) dan belum menjalankan perilaku
pertumbuhan ekonomi yang cepat karena makan yang baik(total skor< 80% jawaban
mobilitas tinggi dan terletak di wilayah pantai benar dari seluruh item yang ditanyakan).
utara sehingga karakter remaja putri lebih Kuesioner yang dipakai sebagai instrumen
mudah terpapar westernisasi. Sedangkan Sragen penelitian sudah melewati uji validitas dan
merupakan kabupaten yang memiliki suasana reliabilitas pada 20 responden. Sedangkan
desa dengan karakter remaja yang masih sedikit instrumen untuk mengetahui status gizi adalah
terpengaruh westernisasi. Responden yang digital scale dan mocrotoise dan dihitung indeks
diambil dari masing-masing wilayah sejumlah massa tubuhnya lalu dikategorikan berdasarkan
48 orang, sehingga totalnya sejumlah 96 orang. kategori Asia. Penelitian dilakukan selama
Pengambilan responden dengan teknik simple Bulan Agustus dan September 2014. Analisis
random sampling. Kriteria responden yaitu usia data menggunakan software SPSS. Uji statistik
16-21 tahun, aktif sebagai siswa SMA, menetap yang digunakan adalah independent t test dan
dan tercatat sebagai warga di wilayah penelitian, mann whitney untuk mengetahui perbedaan
tidak menderita penyakit kronis. Pengumpulan karakter gizi pada remaja urban dan remaja
data primer dengan wawancara menggunakan rural.
kuesioner terstruktur untuk variabel body
45
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri
46
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52
gizi kurang justru merasa tidak puas dengan tengah (15-17 tahun), (3) remaja akhir (18-21
bentuk tubuhnya (Tabel 2). Padahal seharusnya tahun) (Dariyo A, 2004). Pengamatan secara
remaja putri berstatus gizi normal agar kualitas kualitatif, remaja awal memiliki kesamaan
hidupnya lebih baik. Dengan kualiatas hidup sebagian sifat seperti anak-anak, remaja akhir
yang baik diharapkan akibat prestasinya juga sudah memiliki sifat mendekati orang dewasa,
baik. sedangkan remaja tengah merupakan masa
Hasil pengukuran variabel pengetahuan remaja yang memiliki sifat paling murni
gizi menunjukkan bahwa sebagian besar sebagai seorang remaja.Berdasarkan sifat-sifat
memiliki pengetahuan yang cukup, remaja remaja tersebut, mereka menciptakan pola
putri kota (52,1%) dan remaja rural (62,5%). makan bukan bertujuan untuk memenuhi
Akan tetapi memiliki pengetahuan yang cukup gizi tetapi hanya untuk sekedar sosialisasi agar
belum tentu perilaku makan yang dilakukan tidak kehilangan status. Remaja melakukannya
sudah baik. Hasil menunjukkan perilaku untuk kesenangan agar bisa berinteraksi
makan baik semua remaja putri rural maupun dengan teman sebayanya tanpa memikirkan
kota belum menjalankan perilaku makan gizi dan dampaknya bagi tubuh mereka.
dengan baik (100%) (Tabel 1). Kebiasaan makan yang kurang baik
Periode remaja adalah masa transisi pada remaja dan keinginan untuk terlihat
atau peralihan dari periode anak-anak ke langsing, seringkali menimbulkan gangguan
periode dewasa. Ada beberapa karakteristik makan (eating disorder). Gangguan pola makan
yang melekat pada diri seorang remaja pada yang umum diderita khususnya oleh remaja
umumnya, yaitu karakter fisiologis dan putri adalah bulimia dan anorexsia nervosa.
psikologis. Dari sisi fisiologis, remaja putri Pada remaja putri ini pada umumnya ingin
akan mengalami pubertas yang menyebabkan mempunyai bentuk badan yang lebih langsing,
munculnya tanda seks sekunder, yaitu ramping dan menarik walaupun itu tidak
payudara mulai membesar, kulit mejadi lebih normal. Untuk mencapai hal tersebut mereka
halus, pertumbuhan pinggul yang membesar, tidak segan-segan melakukan hal-hal yang justru
tinggi bertambah, dan suara lebih halus. Dari tidak mereka sadari dapat membahayakan diri
sisi psikologis, remaja mengalami puncak dan kesehatannya. Agar tampak langsing dan
emosionalitasnya. Perkembangan emosi menarik mereka tidak meninggalkan makan
remaja pada tahap awal menunjukkan sisi pagi, mengurangi frekuensi makan bahkan
sensitif, reaktif, emosinya bersifat negatif melakukandiet yang berlebihan. Hampir 50 %
dan temperamental. Sedangkan remaja akhir remaja terutama remaja tengah, tidak sarapan.
sudah mulai mampu mengendalikan sifat- Penelitian lain membuktikan masih banyak
sifat tersebut. Remaja yang berkembang di remaja sebesar 89% yang meyakini kalau
lingkungan yang kurang kondusif, cenderung sarapan memang penting, namun yang sarapan
memiliki kematangan emosi yang kurang. secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah
Sehingga sering memunculkan akibat negatif melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih
berupa tingkah laku melawan, keras kepala, memilih makanan ringan.
berkelahi, suka menggangu, suka melamun, Terobsesi menjadi langsing bahkan
pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi tidak mengkonsumsi makanan sama sekali
obat penenang, minuman keras, atau obat akan membuat masalah bagi diri sendiri. Hal
terlarang. Sedangkan remaja yang tinggal ini tidak berkaitan dengan makanan yang
di lingkungan yang kondusif dan harmonis dikonsumsi namun penilaian terhadap diri
dapat membantu kematangan emosi remaja sendiri yang mengakibatkan munculnya pola
menjadi memiliki cinta, kasih sayang, simpati, makan yang tidak sesuai gizi seimbang. Akan
altruis, menghormati orang lain, tidak mudah tetapi, setelah menjadi langsing tidak akan
tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, menghentikan pola makan tidak sehat ini jika
menghadapi kegagalan secara sehat dan mereka tidak menyukai dirinya sendiri. Orang
bijak. Usia remaja berkisar dari usia 13 tahun tua perlu waspada akan hal ini, bantulah agar
sampai 21 tahun, terbagi menjadi 3 tahap yaitu fakta ini disadari dan jelaskan bahwa hal yang
(1) remaja awal (13-14 tahun), (2) remaja mereka lakukan untuk mendapatkan tubuh
47
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri
yang ramping tanpa dasar yang benar memiliki yang dilengkapi berbagai aplikasi. Bahkan
resiko kesehatan. Jika keadaan ini memburuk sampai mengubah sesuatu yang positif menjadi
orang tua memerlukan pendampingan dokter negatif, yaitu remaja rural yang sebagian besar
dan konselor supaya tidak memperburuk memiliki status gizi normal, justru tidak puas
keadaan yang dialami anak. dengan bentuk tubuhnya sekarang (tabel
Komposisi tubuh antara remaja putri 2). Penelitian ini tidak menjelaskan apakah
dan putra tidaklah sama. Remaja putra remaja di rural tersebut tidak puas karena
cenderung mengembangkan massa ototnya, ingin menambah berat badan atau mengurangi
sedangkan remaja putri mengembangkan berat badannya. Akan tetapi, melihat fenomena
lemak tubuhnya 1,5 – 2 kali lebih banyak pada remaja putri, kemungkinan besar mereka
daripada otot tubuh. Kecenderungan yang ingin mengurangi berat badannya. Belum
terjadi pada perkembangan komposisi tubuh lagi ditambah pengaruh “peer group” di
ini menyebabkan persepsi body image yang lingkunganya sekolah. Hubungan persahabatan
berbeda pada mereka. Hasil penelitian juga secara emosional menyediakan keamanan dan
menyebutkan kebanyakan remaja putra ingin kenyamanan bagi remaja putri untuk saling
menaikan berat badan, sedangkan remaja berbagi informasi. Pada umumnya hubungan
putri ingin menurunkan berat badan. Persepsi sesama teman juga membentuk cara pandang
remaja ini terbentuk akibat gaya hidup sehingga yang sama terhadap suatu hal, khususnya
mengakibatkan pola makan remaja yang tidak pendapat tentang tubuh ideal. Sehingga
sesuai dengan diet yang seimbang. memunculkan “appearance comparison” yaitu
Body image merupakan gabungan dari membanding-bandingkan bentuk tubuhnya
sikap dan persepsi seseorang terhadap tubuhnya denganteman sebayanya. Tingkat pentingnya
dan gambaran mental yang seseorang miliki bentuk tubuh “ideal” (dalam persepsi
tentang tubuhnya yang meliputi dua komponen. mereka) berada pada kategori tinggi yang
Kedua komponen body image yang dimaksud menyebabkan remaja putri ini berusaha untuk
adalah komponen perseptual (meliputi ukuran, mendapatkannya dengan cara apapun.
bentuk, berat badan, karakteristik, gerakan, Selain westernisasi, pengaruh media
dan tampilan tubuh) dan komponen sikap (apa audiovisual juga berkontribusi besar dalam
yang dirasakan tentang tubuh dan bagaimana karakter gizi remaja putri. Banyaknya sinetron
perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). remaja, media massa, fashion dan produk
Arah body image dipengaruhi oleh banyak kesehatan juga turut serta dalam mendukung
hal, dan yang paling utama yaitu lingkungan. citra tubuh yang bebas gemuk, bahkan hampir
Remaja putri umumnya memiliki body imageke menyerupai barbie. Menurut Tambunan (2002),
arah negatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian citra tubuh pada remaja dibentuk
remaja lebih puas apabila tubuhnya kurang gizi berdasarkan pengalaman yang didapat orang
(Tabel 2). tua, public figure dan teman sekelompok
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, yang memberikan gagasan tentang nilai dari
sejak tahun 2010 fenomena “girl band” sangat sebuah tubuh Sehingga, sebagian besar remaja
menjamur di kalangan remaja dengan kiblat beranggapan bahwa mereka akan mendapatkan
girl band Korea. Mereka menjadi sosok idola kepercayaan diri yang tinggi apabila mereka
remaja putri masa kini. Sehingga memunculkan memiliki tubuh yang sempurna, seperti halnya
persepsi bahwa kecantikan seorang perempuan remaja yang ingin terlihat langsing dan kurus
adalah seperti mereka yang memiliki tubuh karena mereka beranggapan bahwa menjadi
tinggi, kaki kecil panjang, badan super langsing, kurus akan membuat mereka bahagia, sukses
wajah tirus, dan perut rata. Apabila dilihat dan populer (Tambunan, 2002).
sekilas, orang-orang yang ada di girl band Beberapa cara dilakukan untuk
ini termasuk dalam golongan “underweight”. mendapatkan bentuk tubuh ideal, salah
Muncullah pertanyaan, bagaimana seorang satunya adalah diet. Arti istilah diet yang benar
remaja bisa mengidolakan mereka? Jawabannya menurut ilmu gizi adalah mengatur jumlah
adalah mudahnya mengakses informasi baik makanan yang dikonsumsi sesuai dengan
remaja urban maupun rural dengan handphone kebutuhan energi harian. Tentunya apabila
48
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52
kurang gizi jumlah energi harus ditambah, dan individu dalam proses komunikasi. Media sosial
sebaliknya apabila gizi lebih jumlah energi harus menggunakan komunikasi tatap muka dalam
dikurangi. Kebutuhan gizi masing-masing bentuk komunikasi antar personal maupun
individu tidak sama, tergantung dari beberapa komunikasi kolektif. Disini proses keterlibatan
hal. Diantaranya jenis kelamin, aktivitas fisik, anggota menjadi sangat krusial. Media rakyat
dan umur. Tentunya antara remaja putri dan ini digambarkan sebagai media yang murah,
putra, lebih banyak remaja putra. Akan tetapi, mudah, bersifat sederajat, dialogis, sesuai dan
istilah diet yang beredar di kalangan remaja sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur
putri adalah membatasi makanan. Arahnya menghibur dan sekaligus memasyarakat juga
adalah meminimalkan makanan yang masuk. sangat dipercayaoleh kalangan masyarakat
Bahkan ada yang melakukan diet ekstrim rural yang kebetulan menjadi kelompok
sehari hanya makan buah saja. Akibatnya tubuh sasaran utama. Jenis media sosial setiap
akan kekurangan gizi walaupun pada akhirnya tahun bertambah dengan kelebihan dan
tubuh “ideal” yang mereka inginkan tercapai. kekurangannya masing-masing.
Perilaku makan seperti ini mengarah kepada Perilaku makan remaja urban dan rural
kelainan makan “anoreksia nervosa”. Akibat menunjukkan hasil negatif, artinya semua
jangka panjang dari diet ini adalah tubub sudah remaja yang menjadi responden penelitian
terbiasa menolak makanan, sehingga tidak ini belum menjalankan perilaku makan baik
hanya kurang gizi derajat ringan, tetapi juga sesuai pesan umum gizi seimbang (Tabel
kurang gizi derajat berat. 1). Seharusnya ada korelasi positif antara
Peran pengetahuan gizi pada kasus pengetahuan yang cukup dengan perilaku
masalah gizi remaja putri sangat penting. makan yang positif. Ada bebepa faktor di
Sebenarnya baik pada remaja urban dan luar penelitian yang mempengaruhi perilaku
rural, sebagian besar memiliki pengetahuan makan remaja putri. Perilaku merupakan suatu
yang cukup yang masing-masing 52,1 % dan kegiatan atau aktivitas seseorang. Perilaku
62,5 % (Tabel 1) sehingga perilaku diet yang kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
buruk bisa dicegah dengan pendampingan seseorang terhadap stimulas yang berkaitan
dari lingkungan,baik lingkungan keluarga dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
maupun sekolah. Apabila dilihat, remaja rural kesehatan, makanan serta lingkungan.
justru memiliki pengetahuan yang cukup lebih Teori perilaku yang selalu menjadi dasar
banyak. Sehingga menepis anggapan bahwa penelitian kesehatan adalah Teori Blum, yang
remaja rural memiliki akses informasi kurang menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi
dibanding remaja urban. Kemajuan teknologi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik
yang sangat pesat dewasa ini telah mengubah (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan,
kehidupan masyarakat di semua wilayah. dan perilaku. Perilaku makan adalah cara
Teknologi yang semakin mutakhir tersebut seseorang berpikir, berpengetahuan dan
menawarkan berbagai kemudahan serta gaya berpandangan tentang makananApayang ada
hidup baru yang terkadang justru meninggalkan dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan
pola pola lama yang bersifat tradisional. dalam bentuk tindakan makan dan memilih
Manusia jaman sekarang tergantung dengan makana. Jika keadaan itu terus menerus
TV, radio, surat kabar, juga internet, terbukti berlangsung maka tindakan tersebutakan
dengan menjamurnya warung-warung internet menjadi kebiasaan makan. Kebiasaan makan
baik di kota besar maupun kota-kota kecil. adalah tingkah laku manusia atau kelompok
Dengan biaya yang relatif murah dunia dapat manusia dalam memenuhi kebutuhan akan
dijelajah di depan monitor. Remaja putri rural makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
maupun urban, memiliki kemudahan akses pemilihan makanan. Kebiasaan makan akan
informasi melalui media sosial.Media sosial dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
adalah wahana komunikasi atau pertukaran kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi,
informasi yang telah terpola dalam kehidupan lingkungan alam dan sejak dahulu makanan
sosial suatu komunitas masyarakat. Media juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan
sosial menuntut keterlibatan secara fisik persahabatan.
49
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri
Secara nasional rata-rata kecukupan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan
konsumsi energi penduduk usia 16-18 tahun pagi akan memberikan kontribusi penting akan
berkisar antara 69,5% - 84,3%, dan sebanyak54,5 beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti
% remaja mengonsumsi energi dibawah protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain
kebutuhan minimal. Rata-rata kecukupan kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja
konsumsi protein remaja berkisar antara 88,3% lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan
- 129,6%, dan remaja yang mengonsumsi siap saji (fast food). Orang tua mempunyai
dibawah kebutuhan minimal sebanyak 35,6%. peranan penting dalam membentuk kebiasaan
Di perkotaan, rata – rata remaja kekurangan makananak-anak, khususnya sewaktu masih
670 kilo kalori energi dan 1,2 gram protein. Di usia balita. Pada waktu anak menginjak usia
Sumatera Utara remaja yang mengkonsumsi remaja, kebiasaan makan dipengaruhi oleh
energi di bawah kebutuhan minimal sebanyak lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial,
51,5 % dan protein sebanyak 21,2 % (Riskesdas dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah
2010). Dampak gangguan makan pada anak (Field, 2001).
dan remaja tergantung pada berat dan lamanya Kebiasaan makan keluarga
gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan mempengaruhi kebiasaan makan seorang
terjadi dalam waktu beberapa hari saja dapat remaja. Asupan makanan yang sudah menjadi
menyebabkan remaja kekurangan energi akan hidangan sehari-hari, membentuk kesukaan
tetapi bila berlangsung lama dapat berakibat remaja terhadap makanan sehat atau tidak
hambatan pertumbuhan dan perkembangan sehat. Keluarga yang sering menyajikan fast
bahkan kematian. food untuk anak mereka, cenderung memiliki
Perilaku makan remaja adalah suatu anak-anak remaja yang memiliki pola makan
tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang buruk yaitu kesukaan terhadap “fast
yang dilakukan oleh remaja dalam rangka food”. Dibandingkan dengan keluarga yang
memenuhi kebutuhan makan yang merupakan jarang atau tidak menyajikan makanan siap
kebutuhan fisiologis dasar. Hal ini merupakan saji untuk anak remaja mereka. Ketersediaan
reaksi terhadap stimulus yang berasal dari makanan siap saji di rumah berhubungan
dalamdirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi, dengan peningkatan konsumsi makanan asin
dapat dikatakan bahwa perilaku makan menjadi dan makanan siap saji pada remaja. Hasil
kebutuhan untuk menunjukkan eksistensinya penelitian Endriani (2012), menyatakan bahwa
sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna tingkat pengeahuan ibu, pendidikan ibu,
melakukan interaksi dengan orang lain. Perilaku pendapatan keluarga, serta tingkat konsumsi
makan tidak baik yang sering dilakukan remaja energi dan protein berhubungan dengan
meliputitidak makan terutama makan pagi status gizi. Secara khusus, perhatian ekstra
atau sarapan, kegemaran makan snacks dan perlu diberikan untuk remaja putri yang akan
kembang gula serta soft drinks. Makanan kecil menjadi calon ibu untuk mencapai status gizi
umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari kesehatan yang optimal. Dengan status gizi
setelah pulang dari sekolah, makanan cepat saji yang optimal pertumbuhan dan perkembangan
sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau remaja lebih sempurna. Status gizi remaja tidak
makanan yang dibawa dari rumah makanan hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi akan
modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari life tetapi dipengaruhi pula faktor budaya seperti
style (gaya hidup). Makanan ini mengandung kebiasaan makan. Kebiasaan yang buruk
zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein, pada remaja memungkinkan terjadinya gizi
gemar mengonsumsi minuman ringan (soft kurang maupun obesitas. Perilaku konsumsi
drink). Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak gizi seimbang merupakan keseimbangan zat-
sarapan pagi. Mereka sering menggantikan zat gizi yang dikonsumsi oleh remaja putri
makan pagi dengan makan siang yang berlebih dalam setiap hidangan makanan yang meliputi
atau memakan makanan kecil yang tinggi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif mineral. Untuk mendapatkan sumber daya
banyak. Ada sekitar 60% anak Indonesia tidak manusia yang berkualitas adalah dengan cara
sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan meningkatkan status gizi masyarakat termasuk
50
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52
remaja putri yang tercermin dalam perilaku Pada masa pertumbuhan tubuh remaja sangat
makan sehari-hari. membutuhkan protein, vitamin dan mineral.
Sedikit sekali yang diketahui tentang Jika remaja cukup makan, maka remaja tersebut
asupan pangan remaja. Meski asupan kalori tidak akan sakit. Ada jenis-jenis makanan
dan protein sudah tercukupi, namun elemen tertentu yang sangat penting bagi gadis
lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin remaja. Ketika ia mulai mendapat menstruasi,
ternyata masih kurang. Penelitian terhadap tiap bulan ada sejumlah darah yang keluar.
masyarakat miskin di Kairo menunjukkan Remaja putri tersebut akan menghadapi resiko
asupan besi sebagian besar remaja putri tidak anemia yang tinggi. Pada remaja putri perlu
mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. mempertahankan status gizi yang baik, dengan
Di negara yang sedang berkembang, sekitar cara mengkomsumsi makanan yang seimbang
27% remaja lelaki dan 26% remaja putri karena sangat dibutuhkan pada saat haid,
menderita anemia, sementara di negara maju terbukti pada saat haid tersebut terutama pada
angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan
dan 7%. nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka
Pola makan yang salah dengan dampakanya akan terjadi keluhan- keluhan
tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan
meningkatkan berat badan yang lebih dan hal selama siklus haid.
ini secara langsung akan meningkatkan status Pada uji perbedaan keempat variabel
gizi pada kondisi lebih. Penerapan pola makan diantara kelompok kota dan rural, hanya
seperti ini tentunya akan meningkatkan kerja variabel status gizi yang menunjukkan adanya
organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa perbedaan. Hal ini menjadi pertimbangan
(kemampuan tubuh untuk menetralisir pada bahwa remaja putri rural maupun kota harus
keadaan semula) dalam rangka pengeluaran mendapatkan pendidikan gizi. Perlu dibuat
kelebihan tersebut. Dalam hal ini akan sebuah model pendidikan gizi yang menarik
berdampak pada fungsi sistem hormonal pada karena remaja putri tersebut tidak mendapat
tubuh. Adanya gangguan pada fungsi hormonal pendidikan gizi di sekolahnya.
tubuh tersebut akan mempengaruhi kerja-kerja
organ tubuh secara maksimal termaksud organ Penutup
seksual perempuan baik berupa peningkatan Ada perbedaan status gizi, tetapi tidak
progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri ada perbedaan body image, pengetahuan gizi,
akan berdampak pada gangguan siklus haid dan perilaku makan antara remaja putri rural
yang terlalu panjang atau pendek. dan urban. Rerata status gizi pada remaja
Penelitian RIna (2008), menyatakan putri urban sebesar 19,08±3,5, dimana nilai
bahwa kebiasaan makan fast food berisiko ini lebih rendah dibanding remaja putri rural
terjadi obesitas. Kebiasaan makan yang yaitu 21,07±2,9. Namum keduanya masih
diperoleh semasa remaja akan berdampak pada termasuk dalam status gizi normal. Rerata
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, body image pada remaja urban yaitu 50,9±9,2,
setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan sedangkan pada remaja putri rural 48,6. Rerata
besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, pengetahuan gizi pada remaja putri urban
kondisi yang menyebabkan mereka tidak sebesar 66,3±13,2 dan remaja putri rural sebesar
mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja 66,1±11,7. Rerata perilaku makan remaja putri
memerlukan lebih banyak besi dan wanita urban sebesar 44,8±7,01 dan remaja putri rural
membutuhkan lebih banyak lagi untuk sebesar 43,2±9,2. Walaupun dilihat dari rerata
menggantikan besi yang hilang bersama haid menunjukkan perbedaan ketiga karakter gizi
setiap bulannya. antara kedua kelompok, tetapi tidak terlihat
Salah satu hal yang paling penting adanya perbedaan pada ketiga variabel karakter
yang harus dilakukan remaja agar selalu gizi (p>0,05). Perilaku makan remaja putri
sehat bukan hanya untuk saat sekarang tetapi baik rural maupun urban perlu diperbaiki
juga menunjang kesehatan seumur hidupnya dengan pendampingan orang tua dan pihak
adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi. sekolah dengan alasan semua remaja putri
51
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri
belum menjalankan perilaku makan yang baik Field, A.E., et al. 2001. Peer, Parent, and Media
menurut pesan umum gizi seimbang. Influence On the Development of Weight
Concernsand Frequent Dieting Among
Ucapan Terima Kasih Preadolescent and Adolescent Girls and Boys.
Pediatrics, 107, 54-60. Maret 3, 2014. http://
Ucapan terima kasih kepada Dinas
www.pediatrics.org
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang telah Matin, S.S., & Setyawati, V.A.V. 2013. Body Mass
membiayai penelitian ini untuk tahun anggaran Index (BMI) sebagai Salah Satu Faktor yang
2014. Semoga memberikan manfaat untuk Berkontribusi Terhadap Prestasi Belajar
peningkatan kualitas kesehatan remaja putri Remaja (Studi pada Mahasiswa Fakultas
Jawa Tengah khususnya di bidang gizi. Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro).
Jurnal Visikes 12(2) : 170-175.
Daftar Pustaka Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Aini, S,N. 2012. Faktor Risiko yang Berhubungan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja Rina R, Oktia Woro. 2008. Kebiasaan Makan Fast
Perkotaan. Unnes Journal of Public Health. Food, Konsumsi Serat, dan Status Obesitas
1(2) : 2-8. pada Remaja Putri. Jurnal Kemas, 3(2): 185-
Andriani Elisa Pahlevi. 2012. Determinan Status 195
Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal RISKESDAS. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun
Kemas, 7 (2). 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan
Dariyo, A. 2004.Psikologi Perkembangan Remaja. Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Bogor : Ghalia Indonesia RI.
52