Anda di halaman 1dari 10

KEMAS 11 (1) (2015) 43-52

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

KARAKTER GIZI REMAJA PUTRI URBAN DAN RURAL DI PROVINSI


JAWA TENGAH

Vilda Ana Veria Setyawati, Maryani Setyowati.

Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesi

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Sejak tahun 2010 westernisasi menjadi kiblat remaja dalam berbagai bidang, dianta-
Diterima 9 April 2015 ranya gaya hidup dan perilaku makan baik di daerah urban maupun rural. Penelitian
Disetujui 2 Juli 2015 ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakter gizi pada antara remaja putri ur-
Dipublikasikan Juli 2015
ban dan rural. Rancangan cross sectional digunakan untuk mengumpulkan data dalam
Keywords: variabel karakter remaja gizi remaja putri urban dan rural. Lokasi penelitian ini di Kota
Nutritioonal characters; Semarang dan Kabupaten Sragen. Responden yang diambil dari masing-masing wilayah
Young women; Urban; Rural sejumlah 48 orang. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner
terstruktur untuk variabel body image, pengetahuan gizi, dan perilaku makan. Instru-
DOI men untuk mengetahui status gizi adalah digital scale dan mocrotoise dan dikategorikan
http://dx.doi.org/10.15294/ berdasarkan kategori Asia. Penelitian dilakukan selama Bulan Agustus dan September
kemas.v11i1.3463 2014. Analisis data menggunakan software SPSS. Uji statistik yang digunakan adalah in-
dependent t test dan mann whitney untuk mengetahui perbedaan karakter gizi pada re-
maja urban dan remaja rural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
pada body image (p=0,28), pengetahuan gizi (p=0,87), dan perilaku makan (p=0,14),
sedangkan pada status gizi ada perbedaan (p=0,0001).

YOUNG WOMEN NUTRITIONAL CHARACTERS AT URBAN AND RURAL IN


CENTRAL JAVA

Abstract
Since 2010 westernization be the center of a teenager in a her life, including lifestyle and
eating behavior in both urban and rural areas. This study aims to determine the difference
between the character of nutrition in urban and rural adolescent girls. Cross-sectional
design was used to collect data in the variable character teenage girls nutrition urban
and rural. The location of this research in Semarang City and Sragen. Respondents were
drawn from each region some 48 people. Collecting data by interviews using a structured
questionnaire for variable body image, nutrition knowledge and eating behavior. The
instrument to determine the nutritional status were a digital scale and mocrotoise.
Nutritional status categorized Asian. The study was conducted during the months of August
and September 2014. Data were analyzed using SPSS software. The statistical test used
was the independent t test and Mann Whitney to determine differences in the character of
nutrition in adolescents urban and rural adolescents. The results showed that there was no
difference in body image (p = 0.28), nutritional knowledge (p = 0.87), and eating behavior
(p = 0.14), whereas this got difference in nutritional status (p = 0, 0001).

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia
Jalan Nakula I no 1-5
Email: vera.herlambang@gmail.com
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri

Pendahuluan pada tahun 2011 berdasarkan hasil penjaringan


Remaja putri mengalami percepatan peserta didik TA 2011/2012 pada remaja usia
pertumbuhan lebih cepat dibandingkan 16 tahun dari 16.579 anak, sebesar 3,71%
remaja pria, karena tubuhnya memerlukan berstatus gizi lebih (Aini, 2012). Akibat yang
persiapan menjelang usia reproduksi, seperti berlanjut ke depannya, status gizi lebih akan
menstruasi dan kehamilan. Mereka memiliki menjadi obesitas. Penelitian lain yang juga
rasa keingintahuan yang tinggi dan lebih dilakukan di Semarang tahun 2013 pada remaja
mudah terpengaruh oleh hal-hal baru. di salah satu Universitas swasta di Jawa Tengah
Pengaruh yang paling besar berasal dari menunjukkan bahwa 41 % remaja berstatus gizi
kelompok teman-teman sebayanya. Karena tidak normal (Matin, 2013).
kurangnya pengetahuan di bidang gizi, Body image negatif atau persepsi citra
sehingga munculah body image negatif dan tubuh yang buruk merupakan gangguan serius
perilaku makan yang belum sesuai dengan gizi yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental,
seimbang. Remaja putri yang sehat tercermin perilaku makan dan keterbatasan aktifitas
dari karakter gizi yang sehat. Salah satu yang fisik. Body image negatif dapat mendorong
utama adalah karakter gizi yang meliputi body seseorang melakukan perilaku kontrol berat
image, pengetahuan gizi, perilaku makan, dan badan yang tidak sehat dan eating disorder.
status gizi. Remaja putri merupakan periode Pengetahuan gizi memegang peranan penting
kritis yang harus selalu dipantau kesehatannya. dalam penggunaan pangan. Semakin tinggi
Alasan utama yang menjadi dasar adalah pengetahuan gizi seseorang, maka akan semakin
remaja putri akan menjadi seorang ibu yang memperhitungkan jenis dan jumlah makanan
melahirkan anak, sehingga diharapkan dapat yang dipilih untuk dikonsumsi. Tingkat
dilahirkan anak-anak yang berkualitas dari ibu pengetahuan gizi seseorang berpengaruh
yang sehat. terhadap sikap dan perilaku dalam memilih
Sejak tahun 2010, westernisasi menjadi makanan, yang menentukan mudah tidaknya
kiblat remaja dalam berbagai bidang, seseorang memahami manfaat kandungan gizi
diantaranya gaya hidup dan perilaku makan. dari makanan yang dikonsumsi. Dengan sikap
Salah satu negara yang menjadi kiblat remaja dan perilaku makan yang kurang baik akan
adalah Korea. Dengan masuknya “Korean mengakibatkan status gizi yang kurang bagi
wave” atau demam korea, remaja-remaja remaja tersebut.
mengidolakan tokoh-tokoh penyanyi dan artis Sebuah provinsi terdiri dari daerah
dari negara tersebut. Mereka berusaha untuk perkotaan (urban) dan daerah pedesaan (rural).
meniru apa yang melekat pada artis Korea, Remaja yang tinggal dikedua wilayah tersebut
yaitu tubuh yang super langsing. Sehingga tentunya memiliki karakter yang berbeda.
muncul body image negatif di kalangan Dalam kasus ini terkait dengan akses informasi,
remaja, bahwa tubuh yang ideal adalah tubuh remaja urban lebih cepat melakukan akses
yang super langsing. Demi mendapatkannya, terhadap informasi dibanding remaja yang
remaja rela melakukan diet ketat tanpa disertai tinggal di wilayah rural, sehingga remaja urban
pengetahuan gizi yang cukup, sehingga lebih cepat menerima westernisasi yang sudah
muncullah perilaku makan yang tidak sesuai dijelaskan di atas dan lebih dahulu juga menjadi
dengan prinsip-prinsip gizi. Apabila hal ini pengikutnya. Akan tetapi survei kualitatif
diteruskan, akan berpengaruh pada kualitas singkat yang dilakukan pada beberapa remaja
kesehatan dan gizi remaja yang seharusnya yang tinggal di rural, dengan bekal berupa alat
disiapkan dengan matang sebagai seorang komunikasi canggih seperti handphone, baik
calon ibu. remaja urban maupun rural, memiliki idola
Penelitian di Semarang tahun 2008, ada yang sama yaitu artis cantik dengan tubuh super
25% remaja dengan jenjang pendidikan SMA, langsing. Akibatnya, terjadi penyimpangan
memiliki status gizi di bawah normal. Pada karakter gizi pada mereka.
penelitian yang sama juga didapatkan data Tujuan dari penelitian ini adalah
bahwa sebesar 48,9% remaja putri memiliki mengetahui perbedaan karakter gizi antara
pengetahuan gizi yang kurang. Sebaliknya remaja urban dan remaja rural, dengan

44
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52

mengukur nilai body image, pengetahuan gizi image, pengetahuan gizi, dan perilaku makan.
dan perilaku gizi, serta menghitung status gizi Hasil dari pengisian kuesioner diberikan
masing-masing. penilaian dan dikategorikan. Kategori body
image dibagi menjadi dua yaitu puas (>mean
Metode skor T standar) dan tidak puas (<mean skor T
Penelitian ini merupakan penelitian satndar).Kategori pengetahuan gizi yaitu baik
kuantitatif yang membandingkan dua (>80% jawaban benar), cukup (60-80% jawaban
kelompok sampel penelitian dengan rancangan benar), kurang (<60%jawaban benar). Kategori
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perilaku makan yaitu sudah menjalankan
remaja putri di Provinsi Jawa Tengah. Lokasi perilaku makan yang baik (total skor ≥
penelitian ini di Kota Semarang dan Kabupaten 80% jawaban benar dari seluruh item yang
Sragen. Semarang merupakan kota dengan ditanyakan) dan belum menjalankan perilaku
pertumbuhan ekonomi yang cepat karena makan yang baik(total skor< 80% jawaban
mobilitas tinggi dan terletak di wilayah pantai benar dari seluruh item yang ditanyakan).
utara sehingga karakter remaja putri lebih Kuesioner yang dipakai sebagai instrumen
mudah terpapar westernisasi. Sedangkan Sragen penelitian sudah melewati uji validitas dan
merupakan kabupaten yang memiliki suasana reliabilitas pada 20 responden. Sedangkan
desa dengan karakter remaja yang masih sedikit instrumen untuk mengetahui status gizi adalah
terpengaruh westernisasi. Responden yang digital scale dan mocrotoise dan dihitung indeks
diambil dari masing-masing wilayah sejumlah massa tubuhnya lalu dikategorikan berdasarkan
48 orang, sehingga totalnya sejumlah 96 orang. kategori Asia. Penelitian dilakukan selama
Pengambilan responden dengan teknik simple Bulan Agustus dan September 2014. Analisis
random sampling. Kriteria responden yaitu usia data menggunakan software SPSS. Uji statistik
16-21 tahun, aktif sebagai siswa SMA, menetap yang digunakan adalah independent t test dan
dan tercatat sebagai warga di wilayah penelitian, mann whitney untuk mengetahui perbedaan
tidak menderita penyakit kronis. Pengumpulan karakter gizi pada remaja urban dan remaja
data primer dengan wawancara menggunakan rural.
kuesioner terstruktur untuk variabel body

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Individu


Karakteristik Rerata Kota Rural Uji
No
gizi total n % n % rerata beda
1 Status gizi 19,8±3,3 19,08±3,5 21,07±2,9 0,0001a
Gizi kurang 23 47,9 9 18,8
Normal 20 41,2 27 56,2
Overweight 3 6,2 6 12,5
Obesitas 2 4,2 5 10,4
2 Body image 50,7±0,001 50,9±9,2 48,6 0,28b
Puas 37 77,1 17 35,4
Tidak puas 11 22,9 31 64,6
3 Pengetahuan gizi 66,7±12,4 66,3±13,2 66,1±11,7 0,87b
Baik 8 16,7 6 12,5
Cukup 25 52,1 30 62,5
Kurang 15 31,2 12 25
4 Perilaku makan 43,5±8,2 44,8±7,01 43,2±9,2 0,14b
Baik 0 0 0
Belum baik 48 100 48 100
Sumber : data primer
a
independent t test
b
mann whitney

45
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri

Tabel 2. Tabulasi Silang Antara Body Image dan Status Gizi


Variabel Status gizi Total
Underweight Normal Overweight Obesitas
Tidak puas 1 17 7 3 28
1,0% 17,7% 7,3% 3,1% 23,2%
Body image
Puas 33 29 2 4 68
34,4% 30,2% 2,1% 4,2% 70,8%
Total 34 46 9 7 96
35,4% 47,9% 9,4% 7,3% 100.0%
Sumber : data primer
Hasil dan Pembahasan 50,9±9,2, sedangkan pada remaja putri rural
Remaja adalah satu dari beberapa 48,6. Rerata pengetahuan gizi pada remaja
golongan yang termasuk golongan rentan gizi. putri urban sebesar 66,3±13,2 dan remaja putri
Pada kelompok umur tersebut berada pada rural sebesar 66,1±11,7. Rerata perilaku makan
suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan remaja putri urban sebesar 44,8±7,01 dan
yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah remaja putri rural sebesar 43,2±9,2. Walaupun
yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. dilihat dari rerata menunjukkan perbedaan
Menurut Notoatmojo (2003), pertumbuhan ketiga karakter gizi antara kedua kelompok,
anak remaja juga sangat pesat kemudian tetapi tidak terlihat adanya perbedaan pada
kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olahraga ketiga variabel karakter gizi (p>0,05).
juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, Ukuran keberhasilan seseorang dalam
apabila konsumsi makanan tidak seimbang menerapkan gizi seimbang adalah status gizi.
dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan Tidak hanya itu saja, penilaian kesehatan
dan kegiatan-kegiatannya maka akan terjadi pertama secara klinis adalah ukuran badannya.
defisiensi yang akhirnya dapat menghambat Orang yang terlalu kurus ataupun terlalu gendut
pertumbuhannya. Masalah gizi pada remaja cenderung berkorelasi dengan memiliki suatu
akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan gangguan kesehatan. Hasil yang berbanding
masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi terbalik ditunjukkan pada Tabel 1, sebagian
belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, remaja urban mengalami “underweight”
penurunan kesegaran jasmani. Banyak (47,9%) dan sebagian remaja rural justru gizi
penelitian telah dilakukan menunjukkan normal (59,2%). Dengan demikian, justru ada
kelompok remaja menderita/mengalami kemungkinan terjadi pergeseran pengertian
banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut karakter gizi yang ideal menurut remaja
antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas putri urban. Hal ini sangat ironis apabila
normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar mengingat remaja kota biasanya identik
antara 40%–88%, sedangkan prevalensi remaja dengan kemudahan mengakses informasi
dengan IMT kurus berkisar antara 30%–40%. dibandingkan remaja rural. Beberapa literatur
Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. menjelaskan bahwa justru dengan kemudahan
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab akses informasi, remaja kota terpapar beberapa
yang mempengaruhi masalah gizi tersebut informasi yang kurang tepat mengenai diet,
membantu upaya penanggulangannya dan sehingga ditemukan jumlah remaja gizi kurang
lebih terpengaruh dan terfokus. lebih banyak.
Berdasarkan data Tabel 1, terdapat Hasil yang berkebalikan ditunjukkan
perbedaan antara remaja urban dan rural pada pengukuran body image, yaitu pada remaja
variabel status gizi (p=0,0001). Rerata status kota sebagian besar merasa puas (77,1%)
gizi pada remaja putri urban sebesar 19,08±3,5, dengan bentuk tubuhnya, sedangkan remaja
dimana nilai ini lebih rendah dibanding remaja rural sebagian besar (64,6%) merasa tidak puas
putri rural yaitu 21,07±2,9. Namum keduanya dengan bentuk tubuhnya. Sehingga secara
masih termasuk dalam status gizi normal. garis besar remaja yang normal tidak puas
Rerata body image pada remaja urban yaitu dengan bentuk tubuhnya, tetapi remaja yang

46
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52

gizi kurang justru merasa tidak puas dengan tengah (15-17 tahun), (3) remaja akhir (18-21
bentuk tubuhnya (Tabel 2). Padahal seharusnya tahun) (Dariyo A, 2004). Pengamatan secara
remaja putri berstatus gizi normal agar kualitas kualitatif, remaja awal memiliki kesamaan
hidupnya lebih baik. Dengan kualiatas hidup sebagian sifat seperti anak-anak, remaja akhir
yang baik diharapkan akibat prestasinya juga sudah memiliki sifat mendekati orang dewasa,
baik. sedangkan remaja tengah merupakan masa
Hasil pengukuran variabel pengetahuan remaja yang memiliki sifat paling murni
gizi menunjukkan bahwa sebagian besar sebagai seorang remaja.Berdasarkan sifat-sifat
memiliki pengetahuan yang cukup, remaja remaja tersebut, mereka menciptakan pola
putri kota (52,1%) dan remaja rural (62,5%). makan bukan bertujuan untuk memenuhi
Akan tetapi memiliki pengetahuan yang cukup gizi tetapi hanya untuk sekedar sosialisasi agar
belum tentu perilaku makan yang dilakukan tidak kehilangan status. Remaja melakukannya
sudah baik. Hasil menunjukkan perilaku untuk kesenangan agar bisa berinteraksi
makan baik semua remaja putri rural maupun dengan teman sebayanya tanpa memikirkan
kota belum menjalankan perilaku makan gizi dan dampaknya bagi tubuh mereka.
dengan baik (100%) (Tabel 1). Kebiasaan makan yang kurang baik
Periode remaja adalah masa transisi pada remaja dan keinginan untuk terlihat
atau peralihan dari periode anak-anak ke langsing, seringkali menimbulkan gangguan
periode dewasa. Ada beberapa karakteristik makan (eating disorder). Gangguan pola makan
yang melekat pada diri seorang remaja pada yang umum diderita khususnya oleh remaja
umumnya, yaitu karakter fisiologis dan putri adalah bulimia dan anorexsia nervosa.
psikologis. Dari sisi fisiologis, remaja putri Pada remaja putri ini pada umumnya ingin
akan mengalami pubertas yang menyebabkan mempunyai bentuk badan yang lebih langsing,
munculnya tanda seks sekunder, yaitu ramping dan menarik walaupun itu tidak
payudara mulai membesar, kulit mejadi lebih normal. Untuk mencapai hal tersebut mereka
halus, pertumbuhan pinggul yang membesar, tidak segan-segan melakukan hal-hal yang justru
tinggi bertambah, dan suara lebih halus. Dari tidak mereka sadari dapat membahayakan diri
sisi psikologis, remaja mengalami puncak dan kesehatannya. Agar tampak langsing dan
emosionalitasnya. Perkembangan emosi menarik mereka tidak meninggalkan makan
remaja pada tahap awal menunjukkan sisi pagi, mengurangi frekuensi makan bahkan
sensitif, reaktif, emosinya bersifat negatif melakukandiet yang berlebihan. Hampir 50 %
dan temperamental. Sedangkan remaja akhir remaja terutama remaja tengah, tidak sarapan.
sudah mulai mampu mengendalikan sifat- Penelitian lain membuktikan masih banyak
sifat tersebut. Remaja yang berkembang di remaja sebesar 89% yang meyakini kalau
lingkungan yang kurang kondusif, cenderung sarapan memang penting, namun yang sarapan
memiliki kematangan emosi yang kurang. secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah
Sehingga sering memunculkan akibat negatif melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih
berupa tingkah laku melawan, keras kepala, memilih makanan ringan.
berkelahi, suka menggangu, suka melamun, Terobsesi menjadi langsing bahkan
pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi tidak mengkonsumsi makanan sama sekali
obat penenang, minuman keras, atau obat akan membuat masalah bagi diri sendiri. Hal
terlarang. Sedangkan remaja yang tinggal ini tidak berkaitan dengan makanan yang
di lingkungan yang kondusif dan harmonis dikonsumsi namun penilaian terhadap diri
dapat membantu kematangan emosi remaja sendiri yang mengakibatkan munculnya pola
menjadi memiliki cinta, kasih sayang, simpati, makan yang tidak sesuai gizi seimbang. Akan
altruis, menghormati orang lain, tidak mudah tetapi, setelah menjadi langsing tidak akan
tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, menghentikan pola makan tidak sehat ini jika 
menghadapi kegagalan secara sehat dan mereka tidak menyukai dirinya sendiri. Orang
bijak. Usia remaja berkisar dari usia 13 tahun tua perlu waspada akan hal ini, bantulah agar
sampai 21 tahun, terbagi menjadi 3 tahap yaitu fakta ini disadari dan jelaskan bahwa hal yang
(1) remaja awal (13-14 tahun), (2) remaja mereka lakukan untuk mendapatkan tubuh

47
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri

yang ramping tanpa dasar yang benar memiliki yang dilengkapi berbagai aplikasi. Bahkan
resiko kesehatan. Jika keadaan ini memburuk sampai mengubah sesuatu yang positif menjadi
orang tua memerlukan pendampingan dokter negatif, yaitu remaja rural yang sebagian besar
dan konselor supaya tidak memperburuk memiliki status gizi normal, justru tidak puas
keadaan yang dialami anak. dengan bentuk tubuhnya sekarang (tabel
Komposisi tubuh antara remaja putri 2). Penelitian ini tidak menjelaskan apakah
dan putra tidaklah sama. Remaja putra remaja di rural tersebut tidak puas karena
cenderung mengembangkan massa ototnya, ingin menambah berat badan atau mengurangi
sedangkan remaja putri mengembangkan berat badannya. Akan tetapi, melihat fenomena
lemak tubuhnya 1,5 – 2 kali lebih banyak pada remaja putri, kemungkinan besar mereka
daripada otot tubuh. Kecenderungan yang ingin mengurangi berat badannya. Belum
terjadi pada perkembangan komposisi tubuh lagi ditambah pengaruh “peer group” di
ini menyebabkan persepsi body image yang lingkunganya sekolah. Hubungan persahabatan
berbeda pada mereka. Hasil penelitian juga secara emosional menyediakan keamanan dan
menyebutkan kebanyakan remaja putra ingin kenyamanan bagi remaja putri untuk saling
menaikan berat badan, sedangkan remaja berbagi informasi. Pada umumnya hubungan
putri ingin menurunkan berat badan. Persepsi sesama teman juga membentuk cara pandang
remaja ini terbentuk akibat gaya hidup sehingga yang sama terhadap suatu hal, khususnya
mengakibatkan pola makan remaja yang tidak pendapat tentang tubuh ideal. Sehingga
sesuai dengan diet yang seimbang. memunculkan “appearance comparison” yaitu
Body image merupakan gabungan dari membanding-bandingkan bentuk tubuhnya
sikap dan persepsi seseorang terhadap tubuhnya denganteman sebayanya. Tingkat pentingnya
dan gambaran mental yang seseorang miliki bentuk tubuh “ideal” (dalam persepsi
tentang tubuhnya yang meliputi dua komponen. mereka) berada pada kategori tinggi yang
Kedua komponen body image yang dimaksud menyebabkan remaja putri ini berusaha untuk
adalah komponen perseptual (meliputi ukuran, mendapatkannya dengan cara apapun.
bentuk, berat badan, karakteristik, gerakan, Selain westernisasi, pengaruh media
dan tampilan tubuh) dan komponen sikap (apa audiovisual juga berkontribusi besar dalam
yang dirasakan tentang tubuh dan bagaimana karakter gizi remaja putri. Banyaknya sinetron
perasaan ini mengarahkan pada tingkah laku). remaja, media massa, fashion dan produk
Arah body image dipengaruhi oleh banyak kesehatan juga turut serta dalam mendukung
hal, dan yang paling utama yaitu lingkungan. citra tubuh yang bebas gemuk, bahkan hampir
Remaja putri umumnya memiliki body imageke menyerupai barbie. Menurut Tambunan (2002),
arah negatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian citra tubuh pada remaja dibentuk
remaja lebih puas apabila tubuhnya kurang gizi berdasarkan pengalaman yang didapat orang
(Tabel 2). tua, public figure dan teman sekelompok
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, yang memberikan gagasan tentang nilai dari
sejak tahun 2010 fenomena “girl band” sangat sebuah tubuh Sehingga, sebagian besar remaja
menjamur di kalangan remaja dengan kiblat beranggapan bahwa mereka akan mendapatkan
girl band Korea. Mereka menjadi sosok idola kepercayaan diri yang tinggi apabila mereka
remaja putri masa kini. Sehingga memunculkan memiliki tubuh yang sempurna, seperti halnya
persepsi bahwa kecantikan seorang perempuan remaja yang ingin terlihat langsing dan kurus
adalah seperti mereka yang memiliki tubuh karena mereka beranggapan bahwa menjadi
tinggi, kaki kecil panjang, badan super langsing, kurus akan membuat mereka bahagia, sukses
wajah tirus, dan perut rata. Apabila dilihat dan populer (Tambunan, 2002).
sekilas, orang-orang yang ada di girl band Beberapa cara dilakukan untuk
ini termasuk dalam golongan “underweight”. mendapatkan bentuk tubuh ideal, salah
Muncullah pertanyaan, bagaimana seorang satunya adalah diet. Arti istilah diet yang benar
remaja bisa mengidolakan mereka? Jawabannya menurut ilmu gizi adalah mengatur jumlah
adalah mudahnya mengakses informasi baik makanan yang dikonsumsi sesuai dengan
remaja urban maupun rural dengan handphone kebutuhan energi harian. Tentunya apabila

48
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52

kurang gizi jumlah energi harus ditambah, dan individu dalam proses komunikasi. Media sosial
sebaliknya apabila gizi lebih jumlah energi harus menggunakan komunikasi tatap muka dalam
dikurangi. Kebutuhan gizi masing-masing bentuk komunikasi antar personal maupun
individu tidak sama, tergantung dari beberapa komunikasi kolektif. Disini proses keterlibatan
hal. Diantaranya jenis kelamin, aktivitas fisik, anggota menjadi sangat krusial. Media rakyat
dan umur. Tentunya antara remaja putri dan ini digambarkan sebagai media yang murah,
putra, lebih banyak remaja putra. Akan tetapi, mudah, bersifat sederajat, dialogis, sesuai dan
istilah diet yang beredar di kalangan remaja sah dari segi budaya, bersifat setempat, lentur
putri adalah membatasi makanan. Arahnya menghibur dan sekaligus memasyarakat juga
adalah meminimalkan makanan yang masuk. sangat dipercayaoleh kalangan masyarakat
Bahkan ada yang melakukan diet ekstrim rural yang kebetulan menjadi kelompok
sehari hanya makan buah saja. Akibatnya tubuh sasaran utama. Jenis media sosial setiap
akan kekurangan gizi walaupun pada akhirnya tahun bertambah dengan kelebihan dan
tubuh “ideal” yang mereka inginkan tercapai. kekurangannya masing-masing.
Perilaku makan seperti ini mengarah kepada Perilaku makan remaja urban dan rural
kelainan makan “anoreksia nervosa”. Akibat menunjukkan hasil negatif, artinya semua
jangka panjang dari diet ini adalah tubub sudah remaja yang menjadi responden penelitian
terbiasa menolak makanan, sehingga tidak ini belum menjalankan perilaku makan baik
hanya kurang gizi derajat ringan, tetapi juga sesuai pesan umum gizi seimbang (Tabel
kurang gizi derajat berat. 1). Seharusnya ada korelasi positif antara
Peran pengetahuan gizi pada kasus pengetahuan yang cukup dengan perilaku
masalah gizi remaja putri sangat penting. makan yang positif. Ada bebepa faktor di
Sebenarnya baik pada remaja urban dan luar penelitian yang mempengaruhi perilaku
rural, sebagian besar memiliki pengetahuan makan remaja putri. Perilaku merupakan suatu
yang cukup yang masing-masing 52,1 % dan kegiatan atau aktivitas seseorang. Perilaku
62,5 % (Tabel 1) sehingga perilaku diet yang kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
buruk bisa dicegah dengan pendampingan seseorang terhadap stimulas yang berkaitan
dari lingkungan,baik lingkungan keluarga dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
maupun sekolah. Apabila dilihat, remaja rural kesehatan, makanan serta lingkungan.
justru memiliki pengetahuan yang cukup lebih Teori perilaku yang selalu menjadi dasar
banyak. Sehingga menepis anggapan bahwa penelitian kesehatan adalah Teori Blum, yang
remaja rural memiliki akses informasi kurang menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi
dibanding remaja urban. Kemajuan teknologi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik
yang sangat pesat dewasa ini telah mengubah (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan,
kehidupan masyarakat di semua wilayah. dan perilaku. Perilaku makan adalah cara
Teknologi yang semakin mutakhir tersebut seseorang berpikir, berpengetahuan dan
menawarkan berbagai kemudahan serta gaya berpandangan tentang makananApayang ada
hidup baru yang terkadang justru meninggalkan dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan
pola pola lama yang bersifat tradisional. dalam bentuk tindakan makan dan memilih
Manusia jaman sekarang tergantung dengan makana. Jika keadaan itu terus menerus
TV, radio, surat kabar, juga internet, terbukti berlangsung maka tindakan tersebutakan
dengan menjamurnya warung-warung internet menjadi kebiasaan makan. Kebiasaan makan
baik di kota besar maupun kota-kota kecil. adalah tingkah laku manusia atau kelompok
Dengan biaya yang relatif murah dunia dapat manusia dalam memenuhi kebutuhan akan
dijelajah di depan monitor. Remaja putri rural makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
maupun urban, memiliki kemudahan akses pemilihan makanan. Kebiasaan makan akan
informasi melalui media sosial.Media sosial dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
adalah wahana komunikasi atau pertukaran kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi,
informasi yang telah terpola dalam kehidupan lingkungan alam dan sejak dahulu makanan
sosial suatu komunitas masyarakat. Media juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan
sosial menuntut keterlibatan secara fisik persahabatan.

49
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri

Secara nasional rata-rata kecukupan itu menjadi perhatian penuh, sebab sarapan
konsumsi energi penduduk usia 16-18 tahun pagi akan memberikan kontribusi penting akan
berkisar antara 69,5% - 84,3%, dan sebanyak54,5 beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti
% remaja mengonsumsi energi dibawah protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain
kebutuhan minimal. Rata-rata kecukupan kebiasaan tidak sarapan pagi, saat ini remaja
konsumsi protein remaja berkisar antara 88,3% lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan
- 129,6%, dan remaja yang mengonsumsi siap saji (fast food). Orang tua mempunyai
dibawah kebutuhan minimal sebanyak 35,6%. peranan penting dalam membentuk kebiasaan
Di perkotaan, rata – rata remaja kekurangan makananak-anak, khususnya sewaktu masih
670 kilo kalori energi dan 1,2 gram protein. Di usia balita. Pada waktu anak menginjak usia
Sumatera Utara remaja yang mengkonsumsi remaja, kebiasaan makan dipengaruhi oleh
energi di bawah kebutuhan minimal sebanyak lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial,
51,5 % dan protein sebanyak 21,2 % (Riskesdas dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah
2010). Dampak gangguan makan pada anak (Field, 2001).
dan remaja tergantung pada berat dan lamanya Kebiasaan makan keluarga
gangguan makan yang terjadi. Jika gangguan mempengaruhi kebiasaan makan seorang
terjadi dalam waktu beberapa hari saja dapat remaja. Asupan makanan yang sudah menjadi
menyebabkan remaja kekurangan energi akan hidangan sehari-hari, membentuk kesukaan
tetapi bila berlangsung lama dapat berakibat remaja terhadap makanan sehat atau tidak
hambatan pertumbuhan dan perkembangan sehat. Keluarga yang sering menyajikan fast
bahkan kematian. food untuk anak mereka, cenderung memiliki
Perilaku makan remaja adalah suatu anak-anak remaja yang memiliki pola makan
tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang buruk yaitu kesukaan terhadap “fast
yang dilakukan oleh remaja dalam rangka food”. Dibandingkan dengan keluarga yang
memenuhi kebutuhan makan yang merupakan jarang atau tidak menyajikan makanan siap
kebutuhan fisiologis dasar. Hal ini merupakan saji untuk anak remaja mereka. Ketersediaan
reaksi terhadap stimulus yang berasal dari makanan siap saji di rumah berhubungan
dalamdirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi, dengan peningkatan konsumsi makanan asin
dapat dikatakan bahwa perilaku makan menjadi dan makanan siap saji pada remaja. Hasil
kebutuhan untuk menunjukkan eksistensinya penelitian Endriani (2012), menyatakan bahwa
sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna tingkat pengeahuan ibu, pendidikan ibu,
melakukan interaksi dengan orang lain. Perilaku pendapatan keluarga, serta tingkat konsumsi
makan tidak baik yang sering dilakukan remaja energi dan protein berhubungan dengan
meliputitidak makan terutama makan pagi status gizi. Secara khusus, perhatian ekstra
atau sarapan, kegemaran makan snacks dan perlu diberikan untuk remaja putri yang akan
kembang gula serta soft drinks. Makanan kecil menjadi calon ibu untuk mencapai status gizi
umumnya dikonsumsi pada waktu sore hari kesehatan yang optimal. Dengan status gizi
setelah pulang dari sekolah, makanan cepat saji yang optimal pertumbuhan dan perkembangan
sangat digemari, baik yang langsung dibeli atau remaja lebih sempurna. Status gizi remaja tidak
makanan yang dibawa dari rumah makanan hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi akan
modern ini dikonsumsi sebagai bagian dari life tetapi dipengaruhi pula faktor budaya seperti
style (gaya hidup). Makanan ini mengandung kebiasaan makan. Kebiasaan yang buruk
zat gizi yang tinggi energi, lemak, serta protein, pada remaja memungkinkan terjadinya gizi
gemar mengonsumsi minuman ringan (soft kurang maupun obesitas. Perilaku konsumsi
drink). Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak gizi seimbang merupakan keseimbangan zat-
sarapan pagi. Mereka sering menggantikan zat gizi yang dikonsumsi oleh remaja putri
makan pagi dengan makan siang yang berlebih dalam setiap hidangan makanan yang meliputi
atau memakan makanan kecil yang tinggi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif mineral. Untuk mendapatkan sumber daya
banyak. Ada sekitar 60% anak Indonesia tidak manusia yang berkualitas adalah dengan cara
sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah dan meningkatkan status gizi masyarakat termasuk

50
KEMAS 11 (1) (2015) 43-52

remaja putri yang tercermin dalam perilaku Pada masa pertumbuhan tubuh remaja sangat
makan sehari-hari. membutuhkan protein, vitamin dan mineral.
Sedikit sekali yang diketahui tentang Jika remaja cukup makan, maka remaja tersebut
asupan pangan remaja. Meski asupan kalori tidak akan sakit. Ada jenis-jenis makanan
dan protein sudah tercukupi, namun elemen tertentu yang sangat penting bagi gadis
lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin remaja. Ketika ia mulai mendapat menstruasi,
ternyata masih kurang. Penelitian terhadap tiap bulan ada sejumlah darah yang keluar.
masyarakat miskin di Kairo menunjukkan Remaja putri tersebut akan menghadapi resiko
asupan besi sebagian besar remaja putri tidak anemia yang tinggi. Pada remaja putri perlu
mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. mempertahankan status gizi yang baik, dengan
Di negara yang sedang berkembang, sekitar cara mengkomsumsi makanan yang seimbang
27% remaja lelaki dan 26% remaja putri karena sangat dibutuhkan pada saat haid,
menderita anemia, sementara di negara maju terbukti pada saat haid tersebut terutama pada
angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan
dan 7%. nutrisi. Apabila hal ini diabaikan maka
Pola makan yang salah dengan dampakanya akan terjadi keluhan- keluhan
tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan
meningkatkan berat badan yang lebih dan hal selama siklus haid.
ini secara langsung akan meningkatkan status Pada uji perbedaan keempat variabel
gizi pada kondisi lebih. Penerapan pola makan diantara kelompok kota dan rural, hanya
seperti ini tentunya akan meningkatkan kerja variabel status gizi yang menunjukkan adanya
organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa perbedaan. Hal ini menjadi pertimbangan
(kemampuan tubuh untuk menetralisir pada bahwa remaja putri rural maupun kota harus
keadaan semula) dalam rangka pengeluaran mendapatkan pendidikan gizi. Perlu dibuat
kelebihan tersebut. Dalam hal ini akan sebuah model pendidikan gizi yang menarik
berdampak pada fungsi sistem hormonal pada karena remaja putri tersebut tidak mendapat
tubuh. Adanya gangguan pada fungsi hormonal pendidikan gizi di sekolahnya.
tubuh tersebut akan mempengaruhi kerja-kerja
organ tubuh secara maksimal termaksud organ Penutup
seksual perempuan baik berupa peningkatan Ada perbedaan status gizi, tetapi tidak
progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri ada perbedaan body image, pengetahuan gizi,
akan berdampak pada gangguan siklus haid dan perilaku makan antara remaja putri rural
yang terlalu panjang atau pendek. dan urban. Rerata status gizi pada remaja
Penelitian RIna (2008), menyatakan putri urban sebesar 19,08±3,5, dimana nilai
bahwa kebiasaan makan fast food berisiko ini lebih rendah dibanding remaja putri rural
terjadi obesitas. Kebiasaan makan yang yaitu 21,07±2,9. Namum keduanya masih
diperoleh semasa remaja akan berdampak pada termasuk dalam status gizi normal. Rerata
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, body image pada remaja urban yaitu 50,9±9,2,
setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan sedangkan pada remaja putri rural 48,6. Rerata
besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, pengetahuan gizi pada remaja putri urban
kondisi yang menyebabkan mereka tidak sebesar 66,3±13,2 dan remaja putri rural sebesar
mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja 66,1±11,7. Rerata perilaku makan remaja putri
memerlukan lebih banyak besi dan wanita urban sebesar 44,8±7,01 dan remaja putri rural
membutuhkan lebih banyak lagi untuk sebesar 43,2±9,2. Walaupun dilihat dari rerata
menggantikan besi yang hilang bersama haid menunjukkan perbedaan ketiga karakter gizi
setiap bulannya. antara kedua kelompok, tetapi tidak terlihat
Salah satu hal yang paling penting adanya perbedaan pada ketiga variabel karakter
yang harus dilakukan remaja agar selalu gizi (p>0,05). Perilaku makan remaja putri
sehat bukan hanya untuk saat sekarang tetapi baik rural maupun urban perlu diperbaiki
juga menunjang kesehatan seumur hidupnya dengan pendampingan orang tua dan pihak
adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi. sekolah dengan alasan semua remaja putri

51
Vilda Ana Veria Setyawati & Maryani Setyowati / Karakter Gizi Remaja Putri

belum menjalankan perilaku makan yang baik Field, A.E., et al. 2001. Peer, Parent, and Media
menurut pesan umum gizi seimbang. Influence On the Development of Weight
Concernsand Frequent Dieting Among
Ucapan Terima Kasih Preadolescent and Adolescent Girls and Boys.
Pediatrics, 107, 54-60. Maret 3, 2014. http://
Ucapan terima kasih kepada Dinas
www.pediatrics.org
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah yang telah Matin, S.S., & Setyawati, V.A.V. 2013. Body Mass
membiayai penelitian ini untuk tahun anggaran Index (BMI) sebagai Salah Satu Faktor yang
2014. Semoga memberikan manfaat untuk Berkontribusi Terhadap Prestasi Belajar
peningkatan kualitas kesehatan remaja putri Remaja (Studi pada Mahasiswa Fakultas
Jawa Tengah khususnya di bidang gizi. Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro).
Jurnal Visikes 12(2) : 170-175.
Daftar Pustaka Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Aini, S,N. 2012. Faktor Risiko yang Berhubungan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja Rina R, Oktia Woro. 2008. Kebiasaan Makan Fast
Perkotaan. Unnes Journal of Public Health. Food, Konsumsi Serat, dan Status Obesitas
1(2) : 2-8. pada Remaja Putri. Jurnal Kemas, 3(2): 185-
Andriani Elisa Pahlevi. 2012. Determinan Status 195
Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal RISKESDAS. 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun
Kemas, 7 (2). 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan
Dariyo, A. 2004.Psikologi Perkembangan Remaja. Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Bogor : Ghalia Indonesia RI.

52

Anda mungkin juga menyukai