Anda di halaman 1dari 6

9.

4 Asas Pengelolaan Sumber Daya Alam

Adapun asas-asas yang mencakup secara jelas mengenai sumber daya alam dalam hal
pengelolaan yaitu:

1. Asas Tanggung Jawab Negara

Asas tanggung jawab negara merupakan perwujudan dari prinsip negara sebagai
organisasi kekuasaan (politik), berkewajiban melindungi warga negara atau
penduduknya, teritorial dan semua kekayaan alam serta harta benda dari negara dan
penduduknya. Asas ini relevan dengan   pendapat pakar politik negara Adolf Markel
yang mengatakan bahwa segala yang berbau kepentingan umum harus dilindungi dan
dijamin secara hukum oleh negara. Dewasa ini hampir  tidak ada suatu kekuasaan
yang tidak diikuti oleh tanggung jawab dan kewajiban. Sebab bila tidak, hal demikian
mengarah kepada Negara totaliter. Dengan demikian kekuasaan akan diikuti
kemudian, baik dengan kewajiban maupun tanggung jawab, karena keduanya
memiliki hubungan konsekuensi. Dalam sistem pengelolaan lingkungan, negara
memiliki kekuasaan atas semua sumber daya alam, dengan kata lain negara melalui
pemerintah berwenang mengatur, mengendalikan, dan mengembangkan segala hal
yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan. Berangkat dari amanat konstitusi
tersebut, telah terbit berbagai undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan
sumber daya alam, diantaranya yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang
peraturan dasar pokok-pokok agraria Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup, Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang
pemerintahan daerah, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang, dan masih banyak lagi aturan yang mengatur lebih terperinci mengenai
pengelolaan sumber daya alam. Sampai saat sekarang pengaturan tentang bagaimana
pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sudah dilakukan sejak berdirinya Negara
Republik Indonesia. Selain pasal 33 UUD 1945 yang merupakan ketentuan pokok
juga kita mempunyai seperangkat Undang-Undang yang mengatur  tentang hal
tersebut Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria,
Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan pokok Kehutanan, kemudian
dicabut dan digantikan dengan Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan. Undang-Undang no. 11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok
Pertambangan yang direncanakan akan diganti dalam waktu yang segera, Undang-
Undang No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan, berikut seperangkat ketentuan
pelaksanaannya disamping peraturan Perundangundangan lingkungan yang telah kita
sebutkan diatas. Selain itu ditemukan pada seperangkat ketetapan MPR yang
mengatur tentang hal ini seperti TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang pembaharuan
Agraria dan Pengelolaan sumber daya alam. Kekuasaan yang maha luas yang dimiliki
oleh negara terhadap bumi, air, udara, dan segala sesuatu yang terkandung di atasnya
sesuai asas konstitusional, tentu pula mereflesikan adanya tanggung jawab yang
sangat besar pula, yang dimaksud dalam hal ini bukan berarti milik negara melainkan
untuk mengatur keadilan, keberlanjutan, dan fungsi sosial sumber daya alam untuk 
sebesar-besarnya kesejahteraan rakyatt. Penguasaan negara juga dimaksudkan untuk 
menghilangkan pemusatan penguasaan oleh seseorang atau sekelompok orang atas
sumber daya alam, yang dapat mengancam tercapainya kesejahteraan rakyatt dan
hilangnya fungsi sumber  daya alam.

2. Asas Manfaat

Asas manfaat, mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan


lingkungan hidup. Asas manfaat ini diartikan sebagai sebuah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya, ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup
generasi kini serta generasi mendatang. Asas ini   bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat yang merata berdasarkan prinsip kebersamaan dan
keseimbangan untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi, konflik  sosial, dan
budaya.   Namun, dalam kemanfaatan dalam arti ekonomi dan politik berlum terlalu
membawa kemanfaatan bagi masyarakat khususnya masyarakat adat. Hal tersebut
dibuktikan dengan  beberapa kebijakan ekonomi, khususnya dalam alokasi dan
pengelolaan sumberdaya alam, yang hanya memihak kepentingan modal ini nyata-
nyata telah berdampak sangat luas terhadap kerusakan alam dan kehancuran ekologis.
Korban pertama dan yang utama dari kehancuran ini adalah masyarakat adat yang
hidup di dalam dan sekitar hutan, di atas berbagai jenis mineral   bahan tambang,
mendiami pesisir dan mencari penghidupan di laut. Kebijakan sektoral yang ekstraktif
(kuras cepat sebanyak-banyaknya, jual murah secepatnya) tidak memberi kesempatan
bagi kearifan adat untuk mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan,
sebagaimana yang telah dipraktekkan selama ratusan atau bahkan ribuan tahun.
Pengetahuan dan kearifan lokal dalam mengelola alam sudah tidak mendapat tempat
yang layak dalam usaha produksi, atau   bahkan dalam kurikulum pendidikan formal.
Dunia farmakologi tidak mencoba mengangkat kearifan masyarakat adat di bidang
tumbuhan obat sebagai bagian utama bidang perhatiannya. Ramuan tradisional, jamu
dan sejenisnya dianggap sekunder atau malah diremehkan. Padahal telah terbukti
ketika sistem pengobatan modern gagal memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan,
jamu dan teknik-teknik pengobatan tradisional lainnya lalu menjadi alternatif yang
dapat diandalkan. Selain mengambil alih secara langsung sumberdaya ekonomi
primer berupa tanah dan sumberdaya alam di dalamnya, pemerintah melalui berbagai
kebijakan perdagangan hasil bumi secara sistematis mengendalikan kegiatan ekonomi
masyarakat adat. Pemberian monopoli kepada asosiasi atau perusahaan tertentu dalam
perdagangan komoditas yang diproduksi masyarakat adat, seperti rotan dan sarang
burung walet, telah menempatkan pemerintah sebagai "pelayan" bagi para pemilik
modal untuk merampas pendapatan yang sudah semestinya diperoleh masyarakat
adat. Di bidang politik, bila dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat
lainnya sebagai unsur pembentuk Bangsa Indonesia, masyarakat adat menghadapi
situasi yang lebih sulit lagi. Kondisi ini bermuara pada politik penghancuran sistem
pemerintahan adat yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus sepanjang
pemerintahan rejim Orde Baru. Upaya penghancuran ini secara gamblang bisa dilihat
dari pemaksaan konsep desa yang seragam di seluruh Indonesia sebagaimana diatur
dalam UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Sistem desa, dengan segala
perangkatnya seperti LKMD dan RK/RT, secara "konstitusional" menusuk  "jantung"
masyarakat adat, yaitu berupa penghancuran atas sistem pemerintahan adat.
Akibatnya kemampuan (enerji dan modal sosial) masyarakat adat untuk mengurus
dan mengatur dirinya sendiri secara mandiri menjadi punah. Mekanisme pengambilan
keputusan yang ada di antara institusi-institusi adat digusur secara paksa sehingga
yang tersisa ditangan para pemimpin adat hanya peran dalam upacara seremonial
semata-mata. Peran pinggiran ini, di hampir seluruh   pelosok nusantara, masih harus
di atur, dan dikendalikan oleh Bupati dan Camat dengan menerbitkan Surak
Keputusan (SK). Kehancuran sistem-sistem adat ini menjadi lebih diperparah lagi
dengan kebijakan militerisasi kehidupan pedesaan lewat konsep pembinaan teritorial
TNI dengan masuknya Bintara Pembina Desa (BABINSA) sebagai salah satu unsur
kepemimpinan desa. Dengan kebijakan-kebijakan ini bisa dikategorikan bahwa
negara telah melakukan  pelanggaran hak-hak sipil dan politik masyarakat adat
selama lebih dari 20 tahun, termasuk hak  asal-usul dan hak-hak tradisional yang
dilindungi oleh UUD 1945. Dengan warisan rejim lama yang demikian maka dalam
upaya melakukan revitalisasi nilai-nilai lokal ini yang harus dilakukan adalah
memulihkan kerusakan pranata-pranata sosial masyarakat adat yang sedemikian
parah, sebagai akibat dari sistem desa Orde Baru (UU No. 5 Tahun 1979). Upaya-
upaya pemulihan (recovery) terhadap pranata (kelembagaan) adat/lokal merupakan
tantangan terbesar yang harus menjadi prioritas utama bagi semua pihak yang
berpihak pada kearifan tradisional, baik di kalangan pemerintah maupun dalam
elemen-elemen gerakan masyarakat sosial, khususnya gerakan masyarakat adat di
Indonesia.

3. Asas Keadilan

Prinsip keadilan meliputi aspek-aspek kesejahteraan rakyat, pemerataan, pengakuan


kepemilikan masyarakat adat, pluralisme hukum, dan perusak membayar. Asas
keadilan ini bertujuan untuk   perwujudan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya
alam yang menjamin keadilan antar dan intra generasi. Asas ini bertujuan untuk
mewujudkan perlindungan hukum bagi masyarakat adat dan masyarakat lainnya
dalam pengelolaan sumber daya alam.

4. Asas Keseimbangan

Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang


serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi
peningkatan kesejahteraan manusia. Pengertian pelestarian mengandung makna
tercapainya kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang dan peningkatan
kemampuan tersebut. Hanya dalam lingkungan yang serasi dan seimbang dapat
dicapai kehidupan yang optimal.

5. Asas Berkelanjutan

Asas berkelanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan


tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu
generasi, untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka
kemampuan lingkungan hidup, harus dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan
lingkungan hidup menjadi tumpuannya dalam meningkatkan   pembangunan.Asas
berkelanjutan (  sustainabl e pr inci pl e) diadopsi dari prinsip ekologi  pembangunan
berkelanjutan (environmental  sustainabl e devel opment ) yang dihasilkan oleh KTT
Rio. Prinsip keberlanjutan meliputi aspek-aspek kelestarian, kehatihatian,
perlindungan optimal keanekaragaman hayati, keseimbangan, dan keterpaduan. Asas
ini betujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi sumber daya alam yang
berkelanjutan. Konsideran UU No. 23 Tahun 1997 antara lain menjelaskan tentang
mengapa kita harus melaksanakan µPembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan
Lingkungan Hidup´ seperti pada   pertimbangan huruf b, bahwa dalam rangka
mendaya-gunakan sumberdaya alam untuk  memajukan kesejahteraan umum seperti
diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan
Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang  berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh
dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.

https://www.scribd.com/doc/29900396/Asas-Asas-Pengelolaan-Sumber-Daya-Alam

Anda mungkin juga menyukai