Anda di halaman 1dari 1

Pada suatu malam minggu aku dan 2 saudara perempuanku, Bella dan Winda duduk bertiga di ruang

tengah. Kita duduk bersama sambil menonton tv dan meembicarakan tentang hewan peliharaan.
Setelah saat acara televisi selesai, lalu kita melanjutkan perbincangan kita tentang hewan
peliharaan. Karena sudah lama sekali kita tidak memiliki hewan peliharaan. Tiba tiba mbak Winda,
kakak pertamaku mengajak kita berdua untuk memiliki kelinci. Kita berdua setuju, karena mungkin
biasanya kita memelihara kucing saja. Sudah 6 tahun kita punya kucing, karena mungkin kita juga
ingin mengganti suasana saja untuk mengganti hewan peliharaan kita menjadi kelinci. Di malam itu
kita juga berencana untuk pergi ke Pasty hewan untuk melihat kelinci - kelinci disana.

Pagi harinya sekitar jam 8 kita bertiga bersiap – siap berangkat. Kita hanya bertiga, ibu dan ayah
pada saat itu ingin beristirahat dan santai – santai di rumah. Sesampainya di Pasty, kita langsung
menuju ke penjual yang menjual kelinci. Disana bapak yang menjual kelinci menggunakan mobil pick
uo berwarna hitam dengan kandang bambu besar diatasnya yang berisi banyak sekali kelinci kecil.
Kita bertiga senang melihat kelinci – kelinci itu. Setelah melihat dan bermain – main kita
memutuskan untuk membeli kelinci kecil berwarna abu – abu yang sangat hiperaktif dalam berlari.
Pada saat itu kami membeli kelinci itu seharga Rp35000. Kita bertiga tidak membeli kandang untuk
kelinci karena kita sudah memiliki bekas kandang kucing yang dulu kita pelihara.

Di perjalanan menuju ke Rumah Aku, Mbak Winda dan Bella berhenti di Pasar untuk membeli
sayuran yang akan kita berikan ke kelinci baru kita. Lalu kita pulang ke Rumah. Sesampainya dirumah
kita langsung memberi nama kelinci kecil itu bernama Roki. Kita bertiga memberi makan dan
bermain bersama Roki hingga larut malam. Setelah beberapa minggu dan liburan semester tiba Aku
dan keluargaku pergi ke Rumah Nenek. Kita bertiga membawa Roki kesana. Karena Rumah nenek
ada halaman yang luas, Roki berlari – lari kesana kemari. Aku pun menangkap Roki dan
membawanya ke tengah halaman. Aku bermain dengan Roki pada saat itu.

Pada saat bermain, aku melihat gerobak tangan. Aku berpikir untuk meletakkan Roki diatasnya lalu
aku akan mendorongnya. Aku pikir Roki akan duduk dengan tenang dan membiarkanku
mendoronganya berkeliling halaman rumah. Tapi tidak, Roki ribut setelah beberapa saat aku
mendorong. Roki ingin turun dari gerobak tangan. Saat aku i ngin sempat berhenti dan
menurunkanya, Roki malah loncat sendiri bersamaan dengan aku meletakkan tumpuan gerobak.
Tidak tau kenapa pada saat Roki mendarat dari loncatanya ia tiba tiba pincang. Aku kebingungan dan
sempat mengira bahwa Roki pura – pura pincang. A

Anda mungkin juga menyukai