Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SYARAT-SYARAT DAN MACAM-MACAM JUAL BELI SERTA


IMPLEMENTASINYA DALAM EKONOMI

Disusun oleh :
Muhammad Rizaldi
195020500111027

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan pertolongannya
sehingga penulis dapat menyusun makalah tentang “Syarat-Syarat dan Macam-
Macam Jual Beli Serta Implementasinya dalam Ekonomi” dengan sebaik-baiknya.
Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Teman-teman yang
telah menjadi tempat berdiskusi terkait tema makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah
ada ataupun menjadi ilmu baru dalam kajian ilmu ekonomi islam. Penulis juga
berusaha membuat makalah ini secara rinci dan terstruktur dengan bahasa yang lugas
sehingga mempermudah pembaca untuk memahaminya.
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk memperbaiki makalah ini kedepannya. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat menjadi bacaan menarik dan memberi banyak manfaat bagi para pembaca.
Amin.

Malang, 22 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Manfaat Makalah……………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..2
2.1 Syarat-Syarat Jual Beli dan Implementasinya dalam Ekonomi………………2
2.2 Macam-Macam Jual Beli dan Implementasinya dalam Ekonomi……………4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..6
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...6
3.2 Saran………………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...7

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama Rahmatan lil alamin yang berarti berkah / rahmat
bagi seluruh alam. Sebagai agama Rahmatan lil alamin semua aspek di bumi
ini tidak lepas dari ajaran-ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Quran,
Sunnah / Hadist, Qiyas, dan Ijma para ulama. Fiqh muamalah adalah salah
satu pondasi yang sangat penting untuk dipahami karena manusia adalah
makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dalam segala hal, salah
satunya jual beli pada jual beli terdapat syarat-syarat dan macam-macam jual
beli untuk mencegah perbuatan yang melanggar syariah Islam. Dimana materi
ini akan menjadi landasan pembelajaran kepada kita untuk dapat memehami
mata kuliah Fiqh I lebih baik dan memiliki wawasan lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


Dari beberapa pembahasan di atas, timbul beberapa permasalahan
untuk dibahas lebih konkrit pada bab selanjutnya yaitu :
1. Apa saja syarat-syarat jual beli dan bagaiamana implementasinya dalam
ekonomi?
2. Apa saja macam-macam jual beli dan bagaiamana implementasinya dalam
ekonomi?
1.3 Manfaat Makalah
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah mahasiswa dapat
memahami Syarat-Syarat dan Macam-Macam Jual Beli Serta
Implementasinya dalam Ekonomi dengan baik serta mahasiswa mampu
menjelaskan tentang syarat dan macam jual beli dengan baik dan menghindari
masyarakat dari transaksi-transaksi yang dilarang oleh syariah Islam.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Syarat-Syarat Jual Beli dan Implementasinya dalam Ekonomi


Jumhur ulama sesuai dengan rukun jual beli membagi syarat jual beli
yaitu terkait subjeknya, objeknya dan ijab qabul.
Yang pertama tentang subjeknya, yaitu kedua belah pihak yang melakukan
perjanjian jual beli adalah:
A. Berakal Sehat
Maksudnya, harus dalam keadaan tidak gila, dan sehat rohaninya atau
waras.
B. Dengan kehendaknya sendiri (tanpa paksaan)
Maksudnya, bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli salah satu
pihak tidak melakukan tekanan atau paksaan atas pihak lain, sehingga
pihak lain tersebut melakukan perbuatan jual beli bukan disebabkan
kemauan sendiri, tapi ada unsur paksaan. Jual beli yang dilakukan
bukan atas dasar kehendak sendiri tidak sah.
C. Kedua belah pihak tidak mubadzir
Keadaan tidak mubadzir, maksudnya pihak yang mengikatkan diri
dalam perjanjian jual beli bukanlah manusia yang boros (mubadzir).
Baligh atau Dewasa
Baligh atau dewasa menurut hukum Islam adalah apabila laki-laki
telah berumur 15 tahun, atau telah bermimpi (bagi laki-laki)dan haid
(bagi perempuan). Namun demikian, bagi anak-anak yang sudah dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,tetapi belum
dewasa (belum mencapai umur 15 tahun dan belum bermimpi atau
haid), menurut pendapat sebagian ulama diperbolehkan melakukan
perbuatan jual beli, khususnya barangbarang kecil yang tidak bernilai
tinggi.

2
Kemudian yang kedua adalah tentang objeknya Yang dimaksud objek
jual beli adalah benda yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli.
Benda tersebut harus memenuhi syarat-syarat:

A. Suci barangnya
Maksudnya, barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang
dikualifikasi sebagai benda najis, atau digolongkan sebagai benda
yang diharamkan. Jadi tidak semua barang dapat diperjual belikan.
B. Dapat di manfaatkan
Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentunya sangat relatif,
sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek
jual beli merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk
dikonsumsi, (beras,buah-buahan,dll),dinikmati keindahannya (perabot
rumah, bunga, dll.) serta dipergunakan untuk keperluan yang
bermanfaat seperti kendaraan, dll.
C. Milik orang yang melakukan Akad
Orang yang melakukan perjanjian jual beli adalah pemilik sah barang
tersebut atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang.
D. Mampu menyerahkan
Penjual baik sebagai pemilik maupun sebagai kuasa dapat
menyerahkan barang yang dijadikan sebagai objek jual beli dengan
bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang
kepada pembeli.
E. Mengetahui
Melihat sendiri keadaan barang baik mengenai hitungan, takaran,
timbangan atau kualitasnya.
F. Barang yang diakadkan di tangan
Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum di
tangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) dilarang sebab bisa

3
jadi barang tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana
telah diperjanjikan.

Selanjutnya yang ketiga adalah terkait Ijab dan Qobul. Ijab qabul itu diadakan
dengan maksud untuk menunjukkan adanya suka rela timbal balik terhadap
perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang bersangkutan. Menurut ulama
yang mewajibkan lafal, lafal itu diwajibkan memenuhi beberapa syarat, yaitu
sebagai berikut :

A. Keadaan ijab dan qabul berhubungan. Artinya ssalah satu dari


keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain dan belum berselang
lama.
B. Makna keduanya hendaklah sama walaupun lafal keduanya berlainan.
C. Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain, seperti
katanya, “kalau saya pergi, saya jual barang ini sekian”.
D. Tidak berwaktu, sebab jual beli berwaktu, seperti sebulan atau setahun
tidak sah.

2.2 Macam-Macam Jual Beli dan Implementasinya dalam Ekonomi


Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi
hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan
jual beli yang batal menurut hukum, dari segi obyek jual beli dan segi pelaku
jual beli. Sedangkan ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli
dapat dikemukakan pendapat Imam Taqqiyuddin bahwa jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu
melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan tersebut
ada ditempat akad. Kemudian jual beli benda yang hanya disebutkan sifat-
sifatnya dalam janji ialah jual beli Salam (pesanan), jual beli benda yang tidak
sah.
Ada macam-macam jual beli dengan menyebutkan sifat dan jenis-
jenisnya, yakni:

4
A. Jual Beli Salam (Bai῾ as-Salām )
Salam secara terminologi adalah transaksi terhadap sesuatu
yang dijelaskan sifatya dalam tanggungan dalam suatu tempo
dengan harga yang diberikan kontan di tempat transaksi. Jual
beli jenis ini dibolehkan oleh syariat, meskipun barang yang
dijual masih belum terwujud pada saat akad. Dalil yang
menunjukkan bahwa jual beli ini syar‟i (Sesuai dengan syariat)
ialah nash. Imam ash-Shadiq a.s berkata, “Tidak apa-apa jual
beli “as-Salām” jika engkau terangkan sifat-sifat barang yang
engkau jual, panjang dan lebarnya, dan pada hewan jika
engkau jelaskan (sifat) gigi-gigiya.
B. Jual Beli Istiṣna῾(Bai῾ Al-Istiṣna῾)
Dalam kitab al-Mishbaah al-Muniir, Mukhtaar ash-Shihaah
dan al-Muhiith disebutkan bahwa secara bahasa Istiṣna῾ berarti
thalabus shun‟ah (meminta dibuatkan barang). Akad Istiṣna῾
tercapai dengan terjadinya ijab dan qabul dari pemesan dan
pengrajin. Pembeli disebut dengan pemesan, sedangkan
penjual disebut pengrajin dan barang yang dibuat disebut
barang pesanan. Misalnya, jika dua orang sepakat untuk
membuat sepatu, wadah, pakaian, perkakas rumah tangga dan
sebagainya. Akad ini menyerupai akad Salām (membeli barang
dalam tanggungan dengan harga kontan), karena akad ini
merupakan jual beli barang yang tidak ada saat akad.
Akan tetapi, akad Istiṣna῾memiliki perbedaan dengan akad
Salām dari sisi ketidakharusan penyerahan harga barang
(modal) secara kontan, penjelasan masa pembuatan ataupun
waktu penyerahan.

5
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin telah mengatur segala aspek di dunia
ini dengan sangat konkrit dan jelas dalam Al-Quran, Hadist, Qiyas, dan kesepakatan
para ulama. Berdasarkan pada pemaparan makalah ini, penulis melihat pentingnya
umat muslim memahami syarat dan macam jual beli agar tidak terjerumus ke dalam
hal-hal yang terlarang dalam syariat Islam. Sebagai mahasiswa yang berkonsentrasi
dalam bidang ekonomi islam sudah selayaknya untuk memahami dan mendalami
terkait syarat-syarat dan macam-macam jual beli dan implementasinya dalam
ekonomi agar penulis dapat memahami, mengkaji, dan berperan aktif dalam
mendakwahkan ekonomi Islam dan nantinya dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata atau bermuamalah sehingga dapat menghasilkan kemaslahatan yang
lebih besar lagi.

3.2 Saran

Saran penulis bagi pembaca khususnya civitas akademika yang berkonsentrasi


dalam bidang ekonomi islam. Sudah selayaknya kita memperhatikan dan memahami
terkait Syarat dan Macam jual beli, karena merupakan landasan atau dasar dalam
bermuamalah. Tujuannya adalah untuk menghindari dari ambiguitas fiqh dalam
bermuamalah yang mengakibatkan salah interpretasi sehingga dapat merugikan
banyak manusia, karena sejatinya Islam memiliki salah satu prinsip yakni untuk
menciptakan social justice atau keadilan sosial untuk umat manusia.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga penulis sangat menerima kritik, masukan, dan saran yang konstruktif.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah,Jakarta:Rajawali Press,2010,hal.70

Suharwadi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam,Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. 130.

ZN Fahmy, 2016, Jual Beli dan Macam-Macamnya. Diakses


pada 22 Maret 2020, dari http://eprints.walisongo.ac.id/6833/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai