Disusun oleh :
Muhammad Rizaldi
195020500111027
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan pertolongannya
sehingga penulis dapat menyusun makalah tentang “Syarat-Syarat dan Macam-
Macam Jual Beli Serta Implementasinya dalam Ekonomi” dengan sebaik-baiknya.
Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Teman-teman yang
telah menjadi tempat berdiskusi terkait tema makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang telah
ada ataupun menjadi ilmu baru dalam kajian ilmu ekonomi islam. Penulis juga
berusaha membuat makalah ini secara rinci dan terstruktur dengan bahasa yang lugas
sehingga mempermudah pembaca untuk memahaminya.
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk memperbaiki makalah ini kedepannya. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat menjadi bacaan menarik dan memberi banyak manfaat bagi para pembaca.
Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Manfaat Makalah……………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..2
2.1 Syarat-Syarat Jual Beli dan Implementasinya dalam Ekonomi………………2
2.2 Macam-Macam Jual Beli dan Implementasinya dalam Ekonomi……………4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..6
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...6
3.2 Saran………………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...7
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
Kemudian yang kedua adalah tentang objeknya Yang dimaksud objek
jual beli adalah benda yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli.
Benda tersebut harus memenuhi syarat-syarat:
A. Suci barangnya
Maksudnya, barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang
dikualifikasi sebagai benda najis, atau digolongkan sebagai benda
yang diharamkan. Jadi tidak semua barang dapat diperjual belikan.
B. Dapat di manfaatkan
Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentunya sangat relatif,
sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek
jual beli merupakan barang yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk
dikonsumsi, (beras,buah-buahan,dll),dinikmati keindahannya (perabot
rumah, bunga, dll.) serta dipergunakan untuk keperluan yang
bermanfaat seperti kendaraan, dll.
C. Milik orang yang melakukan Akad
Orang yang melakukan perjanjian jual beli adalah pemilik sah barang
tersebut atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang.
D. Mampu menyerahkan
Penjual baik sebagai pemilik maupun sebagai kuasa dapat
menyerahkan barang yang dijadikan sebagai objek jual beli dengan
bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang
kepada pembeli.
E. Mengetahui
Melihat sendiri keadaan barang baik mengenai hitungan, takaran,
timbangan atau kualitasnya.
F. Barang yang diakadkan di tangan
Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum di
tangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) dilarang sebab bisa
3
jadi barang tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana
telah diperjanjikan.
Selanjutnya yang ketiga adalah terkait Ijab dan Qobul. Ijab qabul itu diadakan
dengan maksud untuk menunjukkan adanya suka rela timbal balik terhadap
perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang bersangkutan. Menurut ulama
yang mewajibkan lafal, lafal itu diwajibkan memenuhi beberapa syarat, yaitu
sebagai berikut :
4
A. Jual Beli Salam (Bai῾ as-Salām )
Salam secara terminologi adalah transaksi terhadap sesuatu
yang dijelaskan sifatya dalam tanggungan dalam suatu tempo
dengan harga yang diberikan kontan di tempat transaksi. Jual
beli jenis ini dibolehkan oleh syariat, meskipun barang yang
dijual masih belum terwujud pada saat akad. Dalil yang
menunjukkan bahwa jual beli ini syar‟i (Sesuai dengan syariat)
ialah nash. Imam ash-Shadiq a.s berkata, “Tidak apa-apa jual
beli “as-Salām” jika engkau terangkan sifat-sifat barang yang
engkau jual, panjang dan lebarnya, dan pada hewan jika
engkau jelaskan (sifat) gigi-gigiya.
B. Jual Beli Istiṣna῾(Bai῾ Al-Istiṣna῾)
Dalam kitab al-Mishbaah al-Muniir, Mukhtaar ash-Shihaah
dan al-Muhiith disebutkan bahwa secara bahasa Istiṣna῾ berarti
thalabus shun‟ah (meminta dibuatkan barang). Akad Istiṣna῾
tercapai dengan terjadinya ijab dan qabul dari pemesan dan
pengrajin. Pembeli disebut dengan pemesan, sedangkan
penjual disebut pengrajin dan barang yang dibuat disebut
barang pesanan. Misalnya, jika dua orang sepakat untuk
membuat sepatu, wadah, pakaian, perkakas rumah tangga dan
sebagainya. Akad ini menyerupai akad Salām (membeli barang
dalam tanggungan dengan harga kontan), karena akad ini
merupakan jual beli barang yang tidak ada saat akad.
Akan tetapi, akad Istiṣna῾memiliki perbedaan dengan akad
Salām dari sisi ketidakharusan penyerahan harga barang
(modal) secara kontan, penjelasan masa pembuatan ataupun
waktu penyerahan.
5
BAB III
3.1 Kesimpulan
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin telah mengatur segala aspek di dunia
ini dengan sangat konkrit dan jelas dalam Al-Quran, Hadist, Qiyas, dan kesepakatan
para ulama. Berdasarkan pada pemaparan makalah ini, penulis melihat pentingnya
umat muslim memahami syarat dan macam jual beli agar tidak terjerumus ke dalam
hal-hal yang terlarang dalam syariat Islam. Sebagai mahasiswa yang berkonsentrasi
dalam bidang ekonomi islam sudah selayaknya untuk memahami dan mendalami
terkait syarat-syarat dan macam-macam jual beli dan implementasinya dalam
ekonomi agar penulis dapat memahami, mengkaji, dan berperan aktif dalam
mendakwahkan ekonomi Islam dan nantinya dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata atau bermuamalah sehingga dapat menghasilkan kemaslahatan yang
lebih besar lagi.
3.2 Saran
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga penulis sangat menerima kritik, masukan, dan saran yang konstruktif.
6
DAFTAR PUSTAKA
Suharwadi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam,Jakarta: Sinar Grafika, 2000, hlm. 130.