Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan
teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap
harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan
tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh
pekerja Rumah Sakit.
Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh
masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia
(SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar
Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan
kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan
maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
memenuhi standar.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat
perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang
ditimbulkan oleh proses pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana,
prasarana, obat-obatan dan logistik lainnya yang ada di lingkungan Rumah Sakit
sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja
Rumah Sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitarnya.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan
pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan
dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang dikenal dengan
Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bancana. Standar K3RS
sebagai acuan lebih komprehensif karena di dalamnya terdapat Standar
Kesehatan Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang mencakup standar

1
penanggulangan kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana.Standar K3RS
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah
Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu
parameter penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang
undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai
sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS
tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada
kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas,
organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang
bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan
program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar
Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan
bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di
RumahSakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga
kerjanya.Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping
keselamatan kerja.Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari
berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut
untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya

2
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah
Sakit dapat dihindari.
K3RS merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit, khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM Rumah
Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar Rumah Sakit. Hal
ini secara tegas dinyatakan di dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 yakni “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun
sekali”. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam
akreditasi Rumah Sakit, disamping standar pelayanan lainnya.
Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang
No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa “Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan”, yang mana persyaratan-persyaratan tersebut salah satunya harus
memenuhi unsur K3 di dalamnya. Dan bagi Rumah Sakit yang tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau
tidak diperpanjang izin operasional Rumah Sakit (pasal 17).
a. Data dan fakta K3RS :
1. Secara Global :
WHO : Dari 35 juta pekerja kesehatan :
• 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta
terpajan virus HBC dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS).
• Dapat terjadi : 15,000 HBC, 70,000 HBB & 1000 kasus HIV.
• Lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
• 8–12% pekerja Rumah Sakit, sensitif terhadap lateks.
ILO (2000); Kematian akibat penyakit menular yang berhubungan
dengan pekerjaan : Laki-laki 108, 256 dan perempuan 517, 404.
2. Di luar negeri :
• USA : (per tahun) 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B
47 positif HIV dan Setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk
jarum dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan).

3
• SC-Amerika (1998) mencatat frekuensi angka KAK di Rumah
Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka
KAK terbesar adalah cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick
injuries).
• Staf wanita Rumah Sakit yang terpajan gas anestesi, secara
signifikan meningkatkan abortus spontan, anak yang dilahirkan
mengalami kelainan kongenital (studi restrospektif di Rumah
Sakit Ontario terhadap 8.032 orang, tahun 1981-1985).
• 41% perawat Rumah Sakit mengalami cedera tulang belakang
akibat kerja (occupational low back pain), (Harber P et al,1985).
3. Indonesia :
• Gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg.
Keluhan subyektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja.
Penderita terbanyak usia 30-49 : 63.3 %. (instalasi bedah sentral
di RSUD di Jakarta 2006).
• 65.4% petugas pembersih suatu Rumah Sakit di Jakarta menderita
Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan (2004).
• Penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka
KAK NSI mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan.
• Prevalensi gangguan mental emosional 17,7% pada perawat di
suatu Rumah Sakit di Jakarta berhubungan bermakna dengan
stressor kerja.
• Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada Pekerja
Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua
kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan. (Gun
1983).
Berdasarkan data-data yang ada Insiden akut secara signifikan lebih besar
terjadi pada Pekerja RS dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori
(jenis kelamin, ras, umur, dan status pekerjaan) (Gun 1983). Pekerja RS berisiko
1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas penularan HIV setelah
luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko penularan HBV

4
setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27 - 37: 100. Risiko
penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung HCV 3 - 10 :
100

b. Keadaan dan Masalah di Rumah Sakit


Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor kimia (antiseptik, reagent, gas
anestesi); faktor ergonomi(lingkungan kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang
salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor
psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat
mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis
kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati);
faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik
(panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem
produksi sel darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan
pasien gawat darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber bahaya yang
ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat
risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK.
Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat dikelompokkan, seperti
dalam tabel berikut :

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses
pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancer.

5
2. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.
b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,
pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
d. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
f. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

C. Ruang Lingkup
Standar K3RS mencakup: prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan
K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS,
pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan,
pengawasan, pencatatan dan pelaporan.

D. Batasan Operasional
1. Manajemen K3RS
Adalah : upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja,
tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/ pengantar orang sakit maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit
2. Pengembangan kebijakan K3RS
Adalah : merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan. (setiap 3
tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan kebutuhan) maupun
revitalisasi organisasi K3RS.
3. Pembudayaan perilaku K3RS
Adalah : Upaya Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah
Sakit, baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun pengantar
pasien/pengunjung Rumah Sakit termasuk penyebaran brosur, poster,
pamlet,dll termasuk promosi kesehatan

6
4. Pengembangan SDM K3RS
Adalah : upaya peningkatan kapasitas petugas di bidang K3RS melalui
Upaya pendidikan dan latihan baik dalam maupun luar daerah melalui
kegiatan seminar, pelatihan lanjutan, workshop dll.
5. Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standar Prosedur
Operasional (SPO)
Adalah : menyusun standar pedoman pelaksanaan pelayanan yang
berhubungan dengan K3RS
6. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
Adalah : Upaya Pemetaan daerah yang dianggap beresiko atau berbahaya
yang belum melaksanakan K3RS maupun yang sudah melakukan
termasuk evaluasi lingkungan melalui observasi,wawancara sumber daya
manusia Rumah Sakit.
7. Pelayanan Kesehatan Kerja
Adalah : Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
prasarana dan peralatan Rumah Sakit, termasuk pembinaan pengawasan
perlengkapan keselamatan, maupun dalam hal pengadaan pemeliharaan
sarana dan prasarana alat kesehatan.
8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan
gas
Adalah : Upaya Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas.
9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
Adalah : Upaya Inventarisasi bahan racun berbahaya, barang berbahaya,
membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan
penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan Lembar Data
Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar
Data Keselamatan Bahan (LDKB); lembar informasi dari pabrik tentang
sifat khusus (fisik/kimia) dari bahan, cara penyimpanan, risiko pajanan
dan cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.

7
10. Pengembangan manajemen tanggap darurat
Adalah : menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya, membentuk
tim tanggap darurat, menetapkan prosedur pengendalian, pelatihan dll);
11. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3
Adalah : Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta
penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana dan
pembuatan pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
12. Review program tahunan
Adalah : Upaya internal audit K3 dengan menggunakan intrumen self
assessment maupun umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara,
observasi maupun survey.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 tentang Sistem Manajemen
K3.
6. Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
7. Keputusan Menkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
432/Menkes/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;

8
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Dalam upaya melaksanakan pelayanan K3RS di Rumah Sakit


Kecamatan Mandau Maka diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan
atau yang telah mendapatkan pelatihan khusus dibidang K3RS. Rumah
Sakit Kecamatan Mandau merupakan Rumah Sakit dengan klas C apabila
mengacu kepada standar pelayanan K3RS ketersediaan tenaga yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan belum merata, perlu kiranya
melakukan kegiatan peningkatan sumber daya yang ada baik itu jumlah
maupun kualitas ketenagaan guna melaksanakan program pelayanan K3RS
lebih optimal.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses
dimana Rumah Sakit berkomitmen pada kebijakan pelayanan K3RS
melalui pengembangan kemampuan petugas dibidang K3RS sehingga
tujuan pelayanan kesehatan diberikan dapat tercipta pada lingkungan yang
aman dan sehat.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan organisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi
pengembangan kontribusi.
Sumber daya manusia dalam melaksanakan Pelayanan di dalam
Tim K3RS antara lain :

No Nama Jabatan Kualifikasi Jumlah


yang ada
Formal / Unsur Jabatan Sertifikat
1. Ketua Tim K3 Tenaga Kesehatan - 1 orang
-

10
2. Sekretaris Tim Tenaga Kesehatan - 2 orang
K3
3. Anggota Tim Perawat 12 orang
K3RS Teknisi - BHD
Kepegawaian & Diklat
Satpam
Tenaga Kesehatan
Umum dan Rumah Tangga
4. Tenaga Seluruh karyawan RS -
pendukung (setingkat KaRu)

B. STRUKTUR ORGANISASI K3RS


Di RS Citra Husada terdapat Tim Keselamatan Kerja, Kebakaran
dan Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit. Dibentuknya Tim K3RS
tersebut dilandaskan pada keinginan untuk mencapai tujuan organisasi
dalam manajemen K3 yang sebaik mungkin serta lingkungan kerja yang
aman dan nyaman, dan juga untuk menjaga kondisi kesehatan dan
keselamatan kerja yang baik. Untuk melaksanakan kebijakan keselamatan
kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana dibentuk Tim Keselamatan
Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit yang diketuai
oleh seorang dokter. Awal mula dibentuknya Tim K3RS adalah untuk
memenuhi syarat akreditasi rumah sakit sehingga direksi mengeluarkan
pembentukan Tim K3RS pada tanggal ... Februari ....
Semua pengurus inti dari tim K3 diikutkan program pelatihan K3
secara rutin yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja,
Depertemen Kesehatan maupun instansi lain. Sedangkan bagi staf
pendukung disediakan pelatihan pemadaman kebakaran yang dilakukan
setiap tahunnya di rumah sakit.

11
Adapun tugas–tugas pokok Tim Keselamatan Kerja, Kebakaran
dan Kewaspadaan Bencana yaitu:
a. Menyusun program dan mengkoordinasikan program dengan unit kerja
terkait rumah sakit.
b. Melakukan monitoring dan evaluasi program Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan–kegiatan terkait program
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana.
d. Menyusun dan menetapkan pedoman pelaksanaan program
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana.

Fungsi - fungsi Tim K3RS :


a. Mengkoordinasi kegiatan pengamanan peralatan medik, radiasi dan
limbah radioaktif, pengamanan peralatan berat non medik, pengamanan
dan kesehatan karyawan, pengamanan sanitasi rumah sakit, pelayanan
keselamatan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja.
b. Pengaturan, pengawasan dan pengendalian hal – hal yang berkaitan
dengan K3 berikut dengan peralatan yang sudah ada di rumah sakit.

Wewenang Tim K3RS :


a. Menyusun dan mengumpulkan kebijakan program yang berhubungan
dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
b. Mengatur dan mengelola Sumber Daya Manusia yang berhubungan
dengan K3.
c. Menguasai dan mengevaluasi serta mengendalikan seluruh aset rumah
sakit, pasien, karyawan dan pengunjung.

Tanggung jawab Tim K3RS :


a. Terselenggaranya dan terlaksananya program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3).
b. Terciptanya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit.

12
Adapun bagan susunan organisasi Tim K3RS di RS Citra Husada
secara lengkap terdapat di lampiran 1. Berikut ini susunan organisasi Tim
K3RS yang ada di RS Citra Husada dapat dilihat pada Gambar 1.

PELINDUNG
Direktur
dr.Susilo Wardhani S, MM

KETUA TIM K3RS


drg.Ongky Hidayat Pratama Putra

SEKRETARIS TIM K3RS


Brigitta Bika Indiati, S.KM
Ita Apriliana, Amd. AK

Koordinator Koordinator Koordinator


Bag. Pengamanan Bag. Pelayanan Kesehatan Kerja, Bag. Penanganan &
Peralatan Medik & Non Pencegahan Penyakit Akibat & Keselamatan Serta
Medik Kesehatan Lingkungan Kerja Kewaspadaan Bencana

Ali Ridho Alifi Wardatus Soleha, S.KM Yusuf Wibisono, SE

M. Imron Nanang Wulid Hadi Wijaya


M. Yusuf, S.Kom M. Yunus M. Nur Habibie
Agenk Supriyadi, S.Pd Ratih Ika Maharani, S.KM
Etty Rochayati, SE

Gambar 1. Struktur Organisasi Tim K3RS RS Citra Husada Jember

13
Kebijakan K3

a. Segenap managerial mempunyai komitmen bahwa rumah sakit


dibangun, dilengkapi dengan peralatan, dijalankan dan dipelihara
sedemikian rupa untuk memberikan pelayanan kesehatan, menjaga
keamanan dan mencegah kebakaran serta persiapan menghadapi bencana
(banjir, gempa, angin puting beliung, ancaman bom).
b. Bahwa hal tersebut diatas bertujuan untuk menjamin dan menjaga
keselamatan hidup pasien, pegawai dan pengunjung.
c. Komitmen dan tujuan tersebut merupakan suatu Kebijakan Keselamatan
Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan bencana (K3).
d. Ketetapan tentang Kebijakan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana telah ditetapkan dengan Peraturan Direktur RS
Citra Husada Jember No: 06.09/ RSCH/ Per.Dir/ VI/ 2017 yang
seluruhnya mengacu pada peraturan-peraturan sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 /Menkes/SK/VIII/2001
tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Lingkungan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang Sistem Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja.
7. Peraturaan Menteri Kesehatan Nomor 472/Menkes/Per/V/1996 tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
8. Permenaker Nomor Per 02/MEN/1980 tentang Pemeriksaan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
9. Permenaker Nomor Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melaporkan
Penyakit Akibat Kerja.

14
10. Permenaker Nomor Per 04/MEN/1983 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
11. Permenaker Nomor Per 02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik.
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/V/2002 tentang
Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1335/Menkes/SK/X/2002
tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel
Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit.

C. PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM K3RS


Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) K3RS
merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan. Direktur Dan
Manajemen serta Tim K3RS memegang peranan penting dalam
membangun kepedulian dan memotivasi pekerja dengan menjelaskan
nilai-nilai organisasi dan mengkomunikasikan komitmennya pada
kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen
K3 dari prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan
komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan
dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses: rekruitmen, seleksi,
penempatan, orientasi, pengkajian, pelatihan dan pengembangan
kompetensi/keahlian lainnya, rotasi dan mutasi, serta hukuman dan
penghargaan (reward & punishment).
Dalam ini Rumah Sakit Citra Husada Jember dalam upaya
pengembangan SDM melalui pendidikan dan latihan hendaknya memuat
unsur- unsur antaranya :
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan SDM Rumah Sakit yang dituangkan
dalam matriks pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
3. Ditetapkannya program dan jadwal pelatihan di bidang K3.

15
4. Ditetapkannya program simulasi atau latihan praktek untuk semua
SDM Rumah Sakit di bidang K3.
5. Harus ada kegiatan keterampilan melalui seminar, workshop,
pertemuan ilmiah, pendidikan lanjutan yang dibuktikan dengan
sertifikat.
6. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi
atau perundang-undangan.
7. Pelatihan untuk sekelompok SDM Rumah Sakit yang menjadi sasaran.
8. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima.
9. Evaluasi pelatihan yang telah diterima.

16
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar
Rumah Sakit.
Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai
komponen yang ada di Rumah Sakit. Hal tersebut dapat berjalan dengan baik jika
seluruh komponen rumah sakit, mulai dari pimpinan sampai dengan staf
pelaksana mempunyai komitmen, pemahaman, perhatian dan kesadaran, yang
menjadi budaya dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah
sakit.
Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal.Hal ini
dikarenakan masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
Adapun standar pelayana K3RS yang perlu diberikan adalah sebagai
berikut :
A. Program Pelayanan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah
Sakit :
1.) Pemeriksaan darah yang meliputi HbsAg, Anti-HCV dan HIV
2.) Untuk unit lain yang beresiko, dilaksanakan foto thorax
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
1.) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
sekurang-kurangnya 2 tahun.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :
1.) SDM Rumah Sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu
mengenai gangguan-gangguan kesehatan perlu dilakukan
pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan

17
2.) Pemeriksaan kesehatan kesehatan khusus diadakan pula
apabila terdapat keluhan-keluhan diantara SDM Rumah Sakit,
atau atas pengamatan dari Tim K3RS.
2. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan
fisik SDM Rumah Sakit
a. Pemberian imunisasi bagi SDM Rumah Sakit;
b. Pembinaan psikologis.
3. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan
kerja dan memberikan bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental. Yang diperlukan antara lain :
a. Informasi umum Rumah Sakit dan fasilitas atau sarana yang terkait
dengan K3
b. Informasi tentang risiko dan bahaya khusus di tempat kerjanya
c. SPO kerja, SPO peralatan, SPO penggunaan alat pelindung diri dan
kewajibannya
d. Orientasi K3 di tempat kerja
e. Melaksanakan pendidikan, pelatihan ataupun promosi/penyuluhan
Kesehatan kerja secara berkala dan berkesinambungan sesuai
kebutuhan dalam rangka menciptakan budaya K3.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM
Rumah Sakit yang menderita sakit
a. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus
5. Melakukan koordinasi dengan tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien.
a. Pertemuan koordinasi
b. Pembahasan kasus
c. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial
6. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
a. Melakukan pemetaan (mapping) tempat kerja untuk mengidentifikasi
jenis bahaya dan besarnya risiko

18
b. Melakukan identifikasi SDM Rumah Sakit berdasarkan jenis
pekerjaannya, lama pajanan dan dosis pajanan
c. Melakukan analisa hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
d. Melakukan tindak lanjut analisa pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus (dirujuk ke spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan
pemberian istirahat kerja)
7. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan
dengan kesehatan kerja, pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik,
kimia, biologi, psikososial dan ergonomi).
8. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang
disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di
wilayah kerja Rumah Sakit

B. Program Pelayanan Keselamatan Kerja


Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang diberikan sangat erat
hubungannya dengan sarana, prasarana termasuk peralatan kerja hal ini
terlihat dari kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan.
a. Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil
kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan Rumah Sakit.
b. Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-
anak, dan orang usia lanjut.
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan
Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai

19
kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil petugas/operator sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah Sakit).
e. Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin
dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan
selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan.
f. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis dan harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai.
g. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan,
peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh
Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian
fasilitas kesehatan yang berwenang.
h. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus
memenuhiketentuan dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
i. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta
peralatan kesehatan.
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
SDM Rumah Sakit
a. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap
peralatan kerja dan SDM Rumah Sakit
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan
mengendalikan risiko ergonomik.
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja
yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial.
b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,
ergononomi dan psikososial secara rutin dan berkala.
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan
lingkungan kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair

20
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan
prasarana sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi :
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus
f. Sterilisasi/desinfeksi
g. Perlindungan radiasi
h. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja :
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri
(APD)
c. Membuat SPO peralatan keselamatan kerja dan APD
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan
penggunaan peralatan keselamatan dan APD.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM
Rumah Sakit.

21
BAB IV
LOGISTIK

A. PEMENUHAN KEBUTUHAN ALAT TULIS KANTOR


Pemenuhan akan kebutuhan alat tulis ataupun cetakan dapat diperoleh dari
Logistik, dengan menggunakan form yang tersedia yaitu Form Permintaan
Barang. Permintaan barang untuk Tim K3RS harus dipisahkan sehingga
pengontrolan untuk hal tersebut mudah.
Pemenuhan akan kebutuhan alat tulis ataupun cetakan dapat diperoleh dari
Logistik, dengan menggunakan form yang tersedia yaitu Form Permintaan
Barang. Permintaan barang dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada yaitu setiap
tanggal 20.
Selain itu untuk permintaan barang diluar keperluan sehari – hari seperti
seragam untuk karyawan harus langsung ke logistik sehingga dapat langsung di
realisasikan sesuai dengan jumlah permintaan yang ada.

B. PROSEDUR PERMINTAAN
PERMINTAAN KE LOGISTIK
Prosedur permintaan ke logistik adalah suatu permintaan alat tulis kantor
yang akan digunakan untuk pelayanan pada karyawan dan dibuat oleh petugas
yang sedang bertugas, serta diserahkan ke bagian logistik umum untuk didapatkan
penggantinya.
Adapun prosedurnya sebagai berikut
- Petugas mencatat keperluan alat tulis kantor yang sudah digunakan atau yang
dibutuhkan untuk pelayanan terhadap karyawan pada formulir permintaan.
- Formulir tersebut diberikan pada petugas logistik untuk dilakukan pendataan.

22
BAB V
KESELAMATAN KERJA

KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang
berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan akibat kelalaian petugas yang
dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam
proses pelayanan terhadap karyawan ataupun penyelenggaraan pelatihan
dikarenakan pekerjaan yang terorganisir dengan baik, dikerjakan sesuai dengan
prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin kebersihannya serta istirahat
yang cukup.
Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan
tiba-tiba dan tidak direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada
peralatan maupun dapat melukai petugas.

A. PENGERTIAN
Keselamatan Kerja (Safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian dan kesengajaan.

B. TUJUAN
Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja tahun 1970, Syarat-syarat
keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan
tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

23
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.

C. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip keselamatan kerja di Sub Bagian Kepegawaian dan Diklat adalah :
1. Pengendalian Teknis, mencangkup :
 Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
 Ruangan harus cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan
ruangan dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang
memenuhi syarat.
 Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat
penyimpanan yang praktis.
 Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggungjawab
dan terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan
kerja dari pegawai.
4. Volume kerja yang dibebankan sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
5. Perawatan pada peralatan dilakukan secara kontinyu sehingga
peralatan tetap dalam kondisi yang layak.
6. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.

24
7. Adanya fasilitas pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.
8. Adanya petunjuk penggunaan peralatan keselamatan kerja.

D. PROSEDUR KESELAMATAN KERJA


Keamanan kerja di ruang pelayanan karyawan ini terlaksana apabila
sesuai prosedur kerja sebagai berikut :
1. Menggunakan alat kaki/sepatu agar tidak tersengat
listrik/bagian dari alat yang tajam (isi staples, paku payung).
2. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah
dan angkatlah dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang
tersebut.
3. Semua peralatan listrik yang tidak dipergunakan
termasuk lampu harus dimatikan bila tidak diperlukan.
4. Semua kabel – kabel harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak melukai, tidak membuat tersandung, tidak membuat
tersengat petugas ataupun karyawan yang lain.
5. Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan
kemampuan.
6. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang.
7. Menyimpan file/seragam milik karyawan pada lemari
yang telah disediakan dengan cara menutup secara perlahan – lahan,
sehingga jari tangan tidak terjepit lemari.
8. Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan lantai
yang licin akibat pekerjaan rutin pemeliharaan sarana RS.
9. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik di
tempat yang mudah dijangkau.

25
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek


yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang
digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Definisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi.
Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat
perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
a. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang
yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat performance atau
kondisi tersebut.
b. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
c. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau
mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut :
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik

26
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output
daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk
situasi dan kelompok daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah
dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada
aspek yang dipilih untuk dimonitor
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat
menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara
mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan tren yang menuju kebaikan

27
BAB VII
PENUTUP

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) ini merupakan


pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan K3RS dan
dapat menggantikan peran standar K3RS terdahulu yang dikenal dengan
Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bencana. Standar K3RS
sebagai acuan lebih komprehensif karena didalamnya terdapat Standar Kesehatan
Kerja dan Standar Keselamatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan
kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana.
Standar K3RS yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 diharapkan dapat diterapkan di seluruh Rumah
Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu
parameterpenilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang
undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Diharapkan dengan dengan adanya standar ini, pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dapat dilaksanakan dan sebagai pedoman dalam
melaksanakan program K3RS yang lebih baik lagi dan yang selama ini sudah
dijalankan oleh Kementerian Kesehatan dapat ditingkatkan hasilnya. Untuk SDM
Rumah Sakit, diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam memahami
masalah-masalah K3RS dan dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap
akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya ”sehat dalam bekerja”.
Tentu saja pedoman ini masih jauh dari sempurna, dan kami
mengaharapkan masukan dari berbagai pihak-pihak terkait guna penyempurnaan
dimasa yang akan dating dan atas kerjasama dari berbagai pihak kami
mengucapkan terima kasih.
Direktur Rumah Sakit Citra Husada Jember

28
(dr. Susilo Wardhani S, MM)

29

Anda mungkin juga menyukai