TINJAUAN PUSTAKA
A. Insentif
1. Pengertian Insentif
Insentif adalah imbalan yang langsung dibayarkan kepada karyawan
karena prestasi melebihi standar yang ditentukan (Panggabean, 2002:77).
Insentif adalah uang maupun barang yang diberikan kepada karyawan ,
diluar gaji/upah pokok, berdasarkan kinerja individu. (Marwansyah, 2010 :
9). Sedangkan dalam keputusan Menkes RI No. 132 tahun 2006 , insentif
adalah pemberian imbalan diluar gaji baik yang bersifat material maupun
non material terhadap tenaga kesehatan sebagai kompensasi atas
pencapaian prestasi kerja dalam waktu tertentu.
2. Tujuan insentif
Menurut Sutrisno (2011) tujuan diberikannya insentif yaitu:
a. Menghargai prestasi kerja
b. Menjamin keadilan
c. Mempertahankan karyawan
d. Memperoleh karyawan yang bermutu
e. Pengendalian biaya
f. Memnuhi peraturan
a. Bonus tahunan
Banyak perusahaan menggantikan peningkatan pendapatan karyawan
berdasarkan jasa dengan pemberian bonus kinerja tahunan, setengah
tahunan atau triwulan. Umumnya bonus ini lebih sering dibagikan
sekali dalam setahun.
b. Insentif langsung
Tidak seperti sistem bayaran berdasarkan kinerja lain, bonus langsung
tidak berdasarkan pada rumus, kriteria kinerja khusus, atau tujuan.
Imbalan kinerja kadang-kadang disebut bonus kilat ini dirancang untuk
mengakui kontrisbusi luar biasa karyawan.
c. Insentif individu
Insentif individu adalah bentuk bayaran insentif paling tua dan paling
populer. Dalam jenis program ini, standar kinerja individu ditetapkan
dan dikomunikasikan sebelumnya, dan penghargaan didasarkan pada
output individu.
d. Insentif tim
Insentif tim berada di antara program individu dan program seluruh
organisasi seperti pembagian hasil dan pembagian laba. Sasaran kinerja
disesuaikan secara spesifik dengan apa yang perlu dilaksanakan tim
kerja. Secara strategis, insentif menghubungkan tujuan individu dengan
tujuan kelompok kerja (biasanya sepuluh orang atau kurang), yang pada
gilirannya biasanya dihubungkan dengan tujuan-tujuan finansial.
e. Pembagian keuntungan
Program pembagian keuntungan terbagi dalam tiga kategori. Pertama,
program distribusi sekarang menyediakan persentase untuk dibagikan
tiap triwulan atau tiap tahun kepada karyawan. Kedua, program
distribusi yang ditangguhkan menempatkan penghasilan dalam suatu
dana titipan untuk pensiun, peberhentian, kematian, atau cacat. Ketiga,
program gabungan sekitar 20% perusahaan dengan program pembagian
keuntungan mempunyai program gabungan.
f. Bagi hasil
Program bagi hasil (gainsharing) biasanya melibatkan seluruh karyawan
dalam satu unit atau perusahaan.
4. Indikator Insentif
Menurut Sarwoto (2010:156), adapun indikator insentif dapat dibagi
menjadi dua golongan:
a. Insentif Material
1. Insentif dalam bentuk uang,
Bonus uang yang diberikan sebagai balas jasa atas hasil kerja yang
telah dilaksanakan, biasanya diberikan secara selektif dan khusus
kepada para pekerja yang berhak menerima dan diberikan secara
sekali terima tanpa suatu ikatan di masa yang akan datang.
Perusahaan yang menggunakan sistem insentif ini biasanya
beberapa persen dari laba yang melebihi jumlah tertentu
dimasukkan kedalam sebuah dana bonus, kemudian dana tersebut
dibagi-bagian para pihak yang menerima bonus.
a) Komisi merupakan jenis bonus yang dibayarkan kepada pihak
yang menghasilkan penjualan yang baik, biasanya dibayarkan
kepada bagian penjualan dan diterimakan kepada pekerja bagian
pejualan.
b) Profit share merupakan salah satu jenis insentif tertua.
Pembayarannya dapat diikuti bermacam-macam pola, tetapi
biasanya mencakup pembayaran berupa sebagian dari laba
bersih yang disetorkan kedalam sebuah dana dan kemudian
dimasukkan kedalam daftar pendapatan setia peserta.
c) Kompensasi program balas jasa yang mencakup pembayaran di
kemudian hari, antara lain berupa dana pensiun dan kontraktual..
2. Insentif dalam bentuk jaminan sosial
Insentif dalam bentuk ini biasanya diberikan secara kolektif, tanpa
unsur kompetitif dan setiap karyawan dapat memperolehnya secara
sama rata dan otomatis. Bentuk insentif sosial ini antara lain:
a) Pembuatan rumah dinas
b) Pengobatan secara cuma-cuma
c) Berlangganan surat kabar atau majalah secara gratis
d) Kemungkinan untuk membayar secara angsuran oleh pekerja
atas barang-barang yang dibelinya dari koperasi anggota
e) Cuti sakit yang tetap mendapat pembayaran gaji
f) Biaya pindah
g) Pemberian tugas belajar untuk mengembangkan pengetahuan
b. Insentif non material insentif non material ini dapat diberikan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1. Pemberian gelar (title) secara resmi
2. Pemberian tanda jasa atau medali
3. Pemberian piagam penghargaan
4. Pemberian pujian lisan maupun tulisan secara resmi ataupun secara
pribadi
5. Ucapan terima kasih secara formal atau informal
a. Aspek legal
Yang dimaksud dengan aspek legal adalah hal-hal yang terkait dengan
kebijakan ataupun peraturan tentang insentif yang akan diberikan.
b. Serikat pekerja
Aspek serikat pekerja terkait dengan proses tawar menawar penetapan
insentif antara pegawai dengan suatu organisasi atau perusahaan,
c. Kebijakan perusahaan
Perusahaan memiliki kebijakan tersendiri mengenai insentif yang akan
diberikan kepada pegawainya.
d. Keadilan
Suatu perusahaan harus melakukan prinsip keadilan bagi setiap
pegawainya dalam pemberian insentif berdasarkan prestasi kerja yang
telah mereka capai.
B. Kinerja perawat
1. Pengertian kinerja
a) Variabel individu
Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan
dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel
kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang
memengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis
mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.
b) Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson
(1987), banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,
pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel
psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar
merupakan hal yang komplek dan sulit untuk diukur, juga
menyatakan sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari
variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan bergabung
dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan
keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.
3. Indikator Kinerja
Menurut Wibowo (2007), mengemukakan bahwa ada tujuh indikator
kinerja yaitu:
a. Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin di
capai dimasa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukan
arah kemana kinerja harus dilakukan. Untuk mencapai tujuan, di
perlukan kinerja individu, kelompok, dan organisasi.kinerja individu
maupun organisasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
b. Standart
Standart merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan
dapat di capai.Tanpa standart, tidak dapat diketahui kapan suatu
tujuan dicapai. Kinerja seseorang dikatakan berhasil apabila mampu
mencapai standart yang di tentukan atau disepakati bersama antara
atasan dan bawahan.
c. Umpan balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk ajuan
kinerja,standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik
dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat
dilakukan dperbaikan kinerja.
d. Alat dan Sarana
Alat dan srana merupakan sumber daya yang dapat di pergunakan
untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat dan
sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa
alat dan sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan
tujuan tidak dapat diselesaikan sebagaimana seharusnya. Tanpa alat
tidak mungkin dapat melakukan pekerjaan.
e. Kompetensi
Kompetensi merupakan salah satu persyaratan utama dalam kinerja.
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk menjalankan pekerjaan yang diberikan. Kompetensi
memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan
pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
f. Motif
Motif merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Manajer memfasilitasi motivasi kepada karyawan dengan intensif
berupa uang, memberikan pengakuan , menetapkan tujuan menantang,
menetapkan standart terjangkau, meminta umpan balik, member
kebebasan melakukan pekerjaan termasuk waktu melakukan
pekerjaan, menyediakam sumber daya yang diperlukan dan
menghapuskan tindakan yang mengakibatkan disintensif.
g. Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukan prestasi
kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanya
kekurangan kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu
dan kemampuan untuk memenuhi syarat.
Sedangkan menurut, Hasibuan (2006) yang menjadi indikator kinerja
yaitu:
a. Kesetiaan
Kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan
menjaga dan membela organisasi, di dalam maupun di luar
pekerjaannyadari rongrongan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.
b. Prestasi kerja
Hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan
karyawan tersebut dari uraian jabatannya.
c. Kejujuran
Kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjianbaik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti
kepada para bawahannya.
d. Kedisplinan
Kedisiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada
dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang dibebankan
kepadanya.
e. Kreativitas
Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk
menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja bekerja lebih berdaya
guna dan berhasil guna.
f. Kerjasama
Kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan
lainnyasecara vertikal maupun horizontal, baik sidalam maupun diluar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
g. Kepemimpinan
Kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang
kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain ataupun
bawahannya untuk bekerja secara efektif.
h. Kepribadian
Karyawan dari sikap prilakau, kesopanan dan periang, disukai,
memeberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik,
serta berpenampilan simpatik dan wajar.
i. Prakarsa
Kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri
utuk menganalisis,menilai, menciptakan, memberi alas an,
mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelesaian
masalah yang dihadapinnya.
j. Kecakapan
Kacakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermaca-
macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan
kebijaksaan dan di dalam situasi manajemen.
k. Tanggung jawab
Kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan
kebijaksanaannya pekerjaaan dan hasil kerjanya saran dan
prasarananya.
C. Dokumentasi keperawatan
1. Pengertian dokumentasi keperawtan
a) Data demografi
b) Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fifik
c) Formulir persetujuan
d) Diagnosa
e) Pengobatan
f) Catatan perkembangan berkesinambungan
g) Cacatan perawat
h) Catatan laboratorium
i) Laporan rontgen
j) Ringkasan pasien pulang
3. Tujuan dokumentasi keperawatan
Dengan menetahui apa tujuan dari dokumentasi keperawata, petugas
praktik keperawatan dapat menjalankan seluruh proses keperawatan
dengan baikdan penuh tanggung jawab. Menurut tri prabowo (2017),
tujuan utama dari pendokumentasian keperawatang sebagai berikut:
a) Sebagai sarana komunikasi
Dokumentasi keperawatan dapat diguakan sebagai sarana komunikasi
yang akurat dan lengkap dalam beberapa hal seperti berikut:
1. Membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Dengan dokumentasi proses keperawatan yang sistematis
dan teratu, masing-masing anggota tim keperawatan dapat
mengetahui apa saja yang sudah dilakukan oleh tiap angota tim, serta
rencana apa saja yang akan dilakukan.
2. Mencegah pengulangan informasi terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan lainnya.
3. Dengan membiasakan diri untuk mencatat setiap proses keperawatan
yang akan dilakukan , dapat mengurangi kesalahan tindakan
keperawatan yang mungkin terjadi.
4. Membantu perawat agar menggunakan waktu secara efisien. Dengan
melakukan dokumentasi ,perawat tidak akan melakukan tindakan
secara berulang
b) Menunjukkan akuntabilitas (mekanisme pertanggung-gugatan)
1. Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai settle concer atau
menjawab ketidak puasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang
diterima.
2. Dokumentasi tertulis dapat juga menjadi alat perlindungan pasien
dari tindakan malpraktik yang mungkin dilakukan oleh tenaga
keperawatan. Hal ini dapat membuat pasien merasa nyaman dengan
tindakan yang akan ia terima.
3. Dengan catatan dokumentasi, perawat dapat melindungin dirinya
sendiri, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
4. Catatan dokumentasi merupakan dokumen yang legal, serta memiliki
dasar hukum yang sah yang dapat digunakan sebagai bukti.
5. Berbagai catatan tertulis mampu menjadi dasar bagi seluruh perawat
untuk memberikan data tentang tanggung jawab, serta kewenangan
profesi.
c) Sebagai kegiatan penelitian
Berbagai infonmasi dalam dokumentasi keperawatan dapat dijadikan
sewbagai bahan dalam melakukan penelitian. Dengan adanya kegiatan
penelitian , dapat meningkatkan kualitas berbagai pelayanan kesehatan
dan perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan
d) Sebagai sarana pendidikan
Dengan melakukan dokumentasi keperawatan secara sistematis, dapat
menjadi modal bagi mahasiswa keperawatan untuk memperluas
pengetahuannya. Melalui pencatatan tersebut, mahasiswa dapat
mengetahui berbagai tanda dan gejala , komplikasi, dan berbagai
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
e) Sebagai sarana pembayaran
Dengan pencatatan dokumentasi, pasien yang mendapatkan tindakan
pengobatan, dapat mengklaim pihak asuransi untuk mendapatkan uang
pengganti pengobatan, sesuai dengan hak pasien.
f) Sebagai jaminan kualitas pelayanan
Dengan melakukan pencatatan dokumentasi secara sistematis, dapat
memantau seluruh proses keperawatan yang telah dilakukan perawat.
Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, kualitas pelayanan pun dapat
terjaga. Dokumen tersebut sekaligus menjadi alat kontrol terhadap
kinerja perawat, dan institusi kesehatan itu sendiri
g) Sebagai bahan akreditasi institusi keperawatan
Dalam pengakreditasian institusi keperawatan, dokumentasi
keperawatan merupakan salah satu bahan penilaian.
i. Mengidentifikasi status kesehatan pasien
Dokumen keperawatan yang tercatat sangat bermanfaat bagi
penyembuhan pasien yang sedang dirawat. Dengan dokuemn
keperawatan yang tercatat, para petugas keperawatan beserta tim, dapat
menentukan dengan seksama berbagai kebutuhan asuhan keperawatan
pasien.
4. Tahapan pendokumentasian asuhan keperawatan
Dalam pendokumentasian keperawatan, perawat melakukukan
dokumentasi melalui proses keperawatan. Tahap-tahap pendokumentasian
proses keperawatan menurut Tri Prabowo (2011) adalah sebgai berikut:
I. Dokumentasi pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dalam melakukan asuhan
keperawtan. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang
dibutuhkan, baik wawancara dengan pasien atau keluarga.
a. Tujuan dokumentasi pengkajian keperawatan:
1. Mengumpulkan, mengobservasi, serta mencatat berbagai data
yang menjelaskan respon tubuh akibat masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi kebutuhan pasien terhadap masalah
keperawatana yang akan memengaruhi layanan keperawatan
3. Menjamin adanya informasi dasar
4. Mengidentifikasi karakteristik dari kondisi pasien
5. Menyajikan data yang cukup bagi kebutuhan pasien
6. Menjadi dasar bagi pencatatan rencana keperawatan yang efektif
b. Jenis pengkajian keperawatan
Ada tiga jenis pengkajian keperawatan yang menjadi pola umum
dari proses keprawatan. Pengakajian awal dimulai ketika pasien
mulai dilakukan asuhan keperawatan. Fase ini dilakukan dengan
cara mengisi formulir data dasar keperawatan. Ada tiga jenis
pengkajian keperawatan yang menjadi pola umum dari proses
keperawatan.
1. Tanya jawab
Format ini semacam format wawancara atau tanya jawab antara
petugas keperawatan dengan pasien. Dalam tahap ini perawat
yang bertugas mencatat berbagai respon klien terhadap
pertanyaan yang diajuakan dalam formulirpertanyaan.
2. Check list
Format ini umumnya bersifat terbuka, dengan menggunakan
format ini, semua data yang ingin diketahui sudah tertera di
dalam lembar pertanyaan.
3. Daftar pertanyaan (kuesioner)
Format ini disususn agar pasien dan keluarga dapat mengisi
sendiri berbagai pertanyaan yang ada pada lembar pertanyaan
c. Pedoman umum dokumentasi pengkajian
1. Sebaiknya selalu menggunakan format yang sistematis untuk
memudahkan pemahaman
2. Petugas keperawatan melakukan pengkajian terhadap respon
pasien yang berhubungan dengan kesehatan serta
penatalaksanaan kesehatan.
3. Tanyakan dan catat juga riwayat pengobatan yang pernah
dilakukan oleh pasien.
4. Seluruh data dimasukkan kedalam format pengkajian
5. Mengelompokkan berbagai data dalam kategori respons pasien
misalnya, aktivitas, koping, nutrisi, eliminasi, komunikasi, dab
lain-lain.
6. Mengelompokkan data subjektif dan data objektif
II. Fase diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah sebuah pernyataan yang tegas dan
sesuai denga fakta yang terjadi di lapangan. Melakukan pencatatan
diagnosa keperawatan harus tenaga keperawatan yang mempunidan
profesional. Pedoman menulis dokumentasi diagnosa keperawtan:
1. Diagnosa keperawatan memuat pernyataan singakat, ringkas, tegas,
dan jelas. Pernyataan tersbut adalah catatan keputusan perawat
tentang berbagai respons pasien terhadap berbagai masalah
kesehatan yang dialami.
2. Diagnosa keperawatan bersifat akurat
3. Diagnosa keperawatan berbeda dengan diagnosa medis
4. Diagnosa keperawatan harus selalu memberi arah pada asuhan
keperawatan
5. Jangan lupa mencatat berbagai hal yang berhubungan dengan
diagnosa aktual serta potensial dan resiko. Menggunakan istilah
yang konsisten
6. Menuliskan seluruh prose diagnosa keperawatan dalam format
yang telah ditetapkan.
III. Fase perencanaan
Dokumentasi perencanaan keperawatan adalah kegiatan pencatatan
atau penulisan mengenai berbagai tindakan perencanaan yang akan
dilakukan kepada pasien. Sejumlah pencatatan yang perlu dibuat
dalam perencanaan berupa berbagai cara memecahkan sejumlah
masalah kesehatan yang dihadapi pasien.
D. Kerangka konsep
E. Hipotesis