Anda di halaman 1dari 11

AYO MENULIS

JUMAT, 26 NOVEMBER 2010

INOVASI DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN

Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan sebuah organisasi yang bergerak atau berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Sebagai sebuah organisasi atau lembaga, sekolah terdiri dari berbagai elemen atau unsur yang berkait
satu sama lain dan saling mendukung terhadap pencapaian tujuan pendidikan di suatu sekolah.
Beberapa elemen yang sangat mendukung terhadap pencapaian visi dan misi organisasi sekolah meliputi
siswa, guru, kepala sekolah, sarana prasarana, kurikulum, orang tua siswa, komite sekolah, dan
masyarakat. Berdasarkan pemantauan penulis selama ini, beberapa sekolah belum memberdayakan
semua unsur hingga tercipta iklim sekolah yang kondusif. Akibatnya, kondisi proses belajar mengajar di
sekolah belum efektif dan berhasil secara maksimal. Proses dalam mengelola input belum menghasilkan
output seperti yang diharapkan bersama oleh semua elemen sekolah.

Misalnya, prosentase kelulusan belum 100%, nilai mata pelajaran nasional belum menggembirakan
(rendah), prestasi siswa baik bidangb akademik maupun non akademik belum maksimal, tingkat
kedisiplinan dan etika siswa juga masih kurang.

Permasalahan mendasar lainnya yang sangat mendesak untuk segera diatasi adalah rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia ini. Sementara itu, mutu pendidikan yang rendah sangat berpengaruh secara
signifikan terhadap rendahnya sumber daya manusia (SDM) masyarakat Indonesia. Dampak lebih lanjut
yaitu rendahnya daya saing kemampuan kerja di berbagai aspek kehidupan. Tentu saja hal ini akan
mengurangi tingkat pendapatan penduduk dibandingkan dengan kualitas tenaga kerja dari negara lain.

Karena itu, pihak sekolah perlu mengadakan langkah efektif guna mencarikan solusi akan berbagai
kendala yang terjadi dalam penyelenggaraan sekolah selama ini. Inovasi dalam organisasi dipandang
perlu agar penyelenggaraan sekolah ke depan lebih baik dan meningkat lagi.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan inovasi dalam
organisasi sekolah sebagai berikut?

Inovasi dalam hal apa sajakah yang perlu dilakukan dalam suatu organisasi sekolah?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini disamping untuk memenuhi tugas mata kuliah Managemen Pendidikan, juga
bertujuan agar :

1. memberikan sumbang surung dalam mengatasi berbagai permasalahan di dunia pendidikan


khususnya dalam penyelenggaraan sekolah.

2. sebagai wacana dalam melakukan inovasi bagi pihak sekolah yang ingin mengembangkan dan
meningkatkan mutu maupun prestasi di sekolah.

3. agar kualitas pendidikan di Indonesia lebih meningkat dan sdm masyarakat Indonesia juga lebih
maju

D. Pembahasan

1. Pengertian Inovasi
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai
sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967)
mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan
instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan
tertentu.

Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan
kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine),
pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk
dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.

Apabila dalam melakukan inovasi organisasi sekolah dipandang kurang berhasil karena salah satu
unsur belum berperan dengan baik, maka dilakukan upaya difusi inovasi. Difusi didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu
tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe
komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai
suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem
sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi
adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat
berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Dalam hal ini adalah ide-ide baru
dan kreatif yang dilakukan oleh salah satu unsure atau lebih organisasi sekolah dalam rangka mencapai
tujuan sekolah, seperti inovasi yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, inovasi dalam pengembangan
kurikulum, inovasi dalam memanage semua elemen sekolah, inovasi dalam pemberdayaan seluruh
potensi dan lingkungan sekolah, dan lain-lain.

2. Inovasi dalam bidang pendidikan

Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas selama
beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran
Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif(CBSA) dan sebagainya.

a.Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)

Proyek ini bertujuan untuk mencoba bentuk sistem persekolahan komprehensif dengan nama “Sekolah
Pembangunan”. Kerangka sistem itu secara umum digariskan dalam Surat Keputusan Menteri P dan K
Nomor 0172 Tahun 1971. Dalam Surat Keputusan tersebut, terdapat beberapa pokok pikiran sebagai
berikut (Hasbullah, 2005:
1). Adanya integrasi antara sekolah dan masyarakat serta pembangunan.

2). Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja produktif.

3). Sekolah menghasilkan manusia terdidik dengan pengertian kesadaran ekologi, baik lingkungan sosial,
fisik, maupun biologis.

4). Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan, merangsang sesuai dengan tuntutan
zaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi,
dan kesadaran ekologi.

5). Sekolah menciptakan keseimbangan fisik emosional intelektual, kultural, dan spiritual, serta
keseluruahn pembangunan masyarakat.

6). Sekolah memberi sumbangan bagi ketahanan nasional dan ikut serta dalam
pembangunanmasyarakat.

b.Pengajaran dengan Sistem Modul

Sistem pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar mengajar di
sekolah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan waktu, dana, fasilitas, dan tenaga secara tepat
guna dalam mencapai tujuan secara optimal.

1). Program yang disusun untuk murid meliputi Lembaran Kegiatan Siswa (LKS), Lembaran Kerja, Kunci
Lembaran Kerja, Lembaran Test, Lembaran Jawaban, dan KunciJawaban.

2). Pedoman yang disusun untuk para pengajar yang disebut “Pedoman Guru” berisi penjelasan
mengenai topik yang dibahas (tujuan dan materi). Jenis-jenis kegiatan belajar dan alat-alat yang
digunakan, serta petunjuk tentang cara menggunakan alat pelajara dan evaluasi.

3). Murid dan Peranannya dalam Pengajaran Sistem Modul

Para siswa mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk
di dalam lembaran kegiatan siswa, menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melaksanakan tugas-tugas
yang harus diselesaikan, dan mengecek apakah penyelesaian setiap tugas benar atau tidak.

4). Peranan Guru dalam Sistem Pengajaran Modul

Dalam sistem pengajaran modul ini tugas utama guru adalah mengorganisasi dan mengatur proses
belajar, antara lain:

5). Menyiapkan situasi belajar yang sesuai.

6). Membantu para siswa yang mengalami kesulitan di dalam memahami isi modul atau melaksanakan
tugas.
7). Melaksanakan penilaian terhadap setiap siswa.

c.Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang
dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman
belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA
menuntut keterlibatan mental vang tinggi, sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan
dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif, pembelajar akan memiliki
penguasaan konsep dan prinsip.

Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka
kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat
menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga
mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses
perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat
menciptakan siswa belajar aktif (Hendra, 2009).

3. Cara mengatasi kendala inovasi pendidikan

Untuk mengatasi masalah-masalah dan kendala dalam pelaksanaan inovasi pendidikan di Indonesia
antara lain adalah sebagai berikut:

1.Guru

Guru merupakan pemeran utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, peran guru di sekolah
memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu pendidikan. Guru adalah seorang manajer
yang mengelola proses pembelajaran, merencanakan, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas
pembelajaran bersama siswa, dan melakukan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa (Yamin,
2007: 73). Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan sosok yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru adalah
sebagai fasilitator (guide in the side) yang harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak
dicapai, dengan cara yang lebih baik.
Kewibawaan guru sebetulnya terletak pada diri guru itu sendiri. Ada beberapa hal yang dapat
membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar
sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti administrator—misalnya,
kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, dan pengalaman dan keterampilan guru itu
sendiri.

Dengan demikian, dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi
pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi
keberhasilan suatu inovasi pendidikan.

Dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat, karena guru mempunyai
peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, dan sekaligus sebagai teman. Oleh karena itu,
seorang guru seharusnya tidak saja hanya memiliki hard skills tetapi juga soft skills.

Dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik, berikut ini diuraikan
beberapa tambahan peranan yang baru bagi guru dan merupakan inovasi dari peran guru, yaitu:

• Menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik adalah:

1. memahami dan mengetahui secara jelas ke arah mana peserta didik secara kognitif dikehendaki akan
berkembang. Dalam hal ini, guru hendaknya mengetahui tingkat kemampuan berpikir yang dituntut
untuk dikembangkan oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

2. menggunakan analogi dan metaphor, sehingga peserta didik dapat lebih memahami penjelasan guru.

3. mengembangkan mekanisme yang tidak berbahaya dan juga tidak menakutkan untuk terjadinya
dialog tidak langsung antara guru dan peserta didik.

• Mengembangkan pertanyaan yang bersifat “memaksa” peserta didik untuk menguraikan apa yang
sebenarnya sedang mereka pelajari. Hendaknya guru benar-benar menghindari pertanyaan, seperti
“Apakah ada pertanyaan?” Guru hendaknya juga memberikan berbagai kesempatan kepada peserta
didik untuk membuat kesimpulan/dan atau menjelaskan materi yang baru saja selesai dibahas. Peserta
didik juga haruslah dikondisikan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat penetrasi.

• Menggunakan alat/sarana visual untuk membantu peserta didik agar dapat “melihat” bagaimana
informasi dapat dihubungkan dan mengajarkan kepada peserta didik cara-cara penggunaan sarana/alat
visual.

• Mendorong pembentukan kelompok-kelompok belajar dan memfungsikannya. Kelompok belajar


dapat dibentuk dalam berbagai bentuk tergantung pada besarnya kelas, mata pelajaran, dan
pendapat/pemikiran guru.

2.Peserta didik
Peserta didik atau siswa adalah obyek utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga
memegang peranan yang sangat dominan. Mereka adalah suatu komponen masukan dalam sistem
pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan
intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa
ada paksaan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan peserta didik atau siswa dalam proses inovasi
pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung
jawab bersama harus dilaksanakan dengan konsekuen.

Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena
siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan
bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan
melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi atau penolakan terhadap inovasi yang
diterapkan.

Berikut ini adalah karakteristik model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, yaitu sebagai
berikut:

1. guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran ketimbang sebagai penyaji
pengetahuan,

2. pengelolaan kelas yang lebih kondusif terhadap kegiatan dan interaksi peserta didik yang mengarah
pada pengalaman belajar yang produktif,

3. peserta didik aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran ketimbang hanya duduk
manis dan pasif selama kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas.

4. membutuhkan investasi waktu dan energi untuk menerapkan model pembelajaran yang berfokus
pada peserta didik.

Pelaksanaan inovasi tentang peserta didik atau siswa tidak terlepas dari inovasi tentang guru itu sendiri.
Terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan agar pelaksanaan pembelajaran yang berfokus
kepada peserta didik berhasil, yaitu:

1. mengubah paradigma guru menjadi fasilitator pembelajaran;

2. komitmen guru dalam menyediakan waktu dan tenaga untuk membelajarkan peserta didik tentang
berbagai materi pengetahuan;

3. kesediaan guru untuk mencoba menerapkan pendekatan baru dalam mengelola kelas, dan melihat
secara kritis usaha penerapan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik;
4. inisiatif guru untuk bergabung dengan kelompok masyarakat pengembang strategi pembelajaran yang
berfokus pada peserta didik.

3.Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan
susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan
yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 1999: 18).

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan
perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh
karena itu, kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar
mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan
yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti
program-program yang ada di dalamnya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan
tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya
sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan
dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.

Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel
sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi siswa, sehingga memberikan peluang untuk terjadinya
proses pembelajaran maju berkelanjutan, baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam
situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran (guide in the side) sesuai dengan
peran-peran sebagaimana dikemukakandiatas.

4.Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses
pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja
fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa
adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan
baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan
perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan,
fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja,
perpustakaan,dansebagainya.

5.LingkupSosialMasyarakat
Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan
tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan inovasi
pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam
pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat
menjadi lebih baik, terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan
masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka
tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan
membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

6.Teknologi dan Informasi Komunikasi dalam Media Pembelajaran

Pendidikan di era informasi ini merupakan pendidikan yang berbasis teknologi informasi dan
telekomunikasi. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya penggunaan teknologi dalam proses
pembelajaran. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk
dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Hal ini dapat ditempuh dengan
memanfaatkan teknologi.

Perkembangan teknologi seperti kita saksikan dewasa ini, seperti portofolio elektronik, game dan
simulasi komputer, buku digital, wireless dan mobile computing merupakan tantangan dan sekaligus
peluang bagi organisasi pendidikan. Pendidikan dengan meningkatkan pendayagunaan SDM dan
teknologi informasi dan telekomunikasi diyakini akan dapat meningkatkan keunggulan proses belajar
mengajar, sehingga pada gilirannya nanti akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,
sehingga mampu bersaing di kancah global.

E. Simpulan

Inovasi merupakan perubahan yang direncanakan oleh organisasi dengan kegiatan yang berorientasi
pada pengembangan dan penerapan gagasan-gagasan baru agar menjadi kenyataan yang bermanfaat
dan menguntungkan. Proses inovasi dapat dianalogikan sebagai proses pemecahan masalah yang di
dalamnya terkandung unsur kreativitas. Dalam hal inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan
pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya,
seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti kepala sekolah, guru dan siswa.

Keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu faktor tertentu saja, tetapi juga oleh
masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak
selamanya berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain adalah penolakan para
pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun
pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu
inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti, karena para pelaksana dan pencipta sama-sama
terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu, mereka masing-masing
bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.

Tantangan di era globalisasi dan informasi perlu dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan
pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Harus diakui bahwa keunggulan proses
belajar mengajar dapat dikembangkan melalui proses inovasi pendidikan dengan paradigma baru, yaitu
pendidikan dengan mendayagunakan SDM, teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu diperlukan
suatu penyebarluasan (difusi) agar semua pihak, baik insan pendidikan maupun masyarakat umum
dapat terlibat secara langsung melakukan gerakan pembaruan (inovasi) pendidikan.

Referensi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasbullah. (2005). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hendra, A. (2009). “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)”, tersedia di


http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/04/cara-belajar-siswa-aktif- cbsa.html

Unknown di Jumat, November 26, 2010

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Beranda

Lihat versi web

MENGENAI SAYA
Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai