Bab 1-3 Lili
Bab 1-3 Lili
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai tugas untuk melaksanakan
kebijakan publik, memberikan pelayan publik yang professional, dan
berkualitas serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Hal tersebut tertuang
dalam undang-undang No. 5 tahun 2014.
ASN diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dilakukan melalui pendidikan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, peran pendidik sebagai Aparatur
Sipil Negara (ASN) sangat penting. Ditegaskan dalam UU Nomor 5 Tahun
2014 untuk mewujudkan tujuan nasional dibutuhkan pegawai ASN yang dapat
menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintah, dan tugas
pembangunan tertentu. ASN harus memiliki kualifikasi kompetensi dan kinerja
yang dibutuhkan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Aparatur Sipil
Negara (ASN) harus memiliki komitmen dalam melayani masyarakat. Pendidik
sebagai seorang ASN harus memegang teguh lima nilai-nilai dasar ASN dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Lima nilai-nilai dasar ASN tersebut, yaitu
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan antikorupsi
(ANEKA). Nilai-nilai dasar inilah yang menjadi pedoman seorang pendidik guna
menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”. Pencapaian kesuksesan dalam dunia pendidikan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari kualitas tenaga pendidik atau PNS. Pendidik yang
berkualitas dan berkompeten akan mampu menghasilkan peserta didik yang
berkualitas dan berkompeten pula.
1
Namun, kenyataan di lapangan saat ini, ASN didapati citra yang buruk.
Untuk itu, perlu upaya-upaya strategis dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan dan
pelatihan Dasar PNS. Dasar hukum pelatihan dasar PNS tertuang dalam UU
Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan LAN No. 21 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelanggaraan Pelatihan Dasar dan Peraturan LAN No. 22
tentang pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III. Dalam
Peraturan tersebut, ditetapkan bahwa salah satu jenis pelatihan yang
strategis untuk mewujudkan PNS yang profesional seperti tersebut di atas
adalah Pelatihan Dasar. Pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan membentuk
nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan dalam
membentuk karakter PNS yang kuat sehingga mampu bersikap dan bertindak
profesional dalam melayani masyarakat. Pola baru ini adalah sistem on/off
kampus yang terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: pembelajaran klasikal,
aktualisasi nilai-nilai dasar di tempat kerja, dan trakhir evaluasi hasil
aktualisasi. Pada Pelatihan Dasar ini calon pegawai negeri sipil diharapkan
mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara
mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas
sehingga peserta merasakan manfaatnya secara langsung. Pada prajabatan
golongan III ini, CPNS diharapkan dapat menginternalisasi nilai-nilai dasar
profesi PNS dimulai dengan membuat Rancangan Aktualisasi (RA) yang
selanjutnya akan di aktualisasikan ke tempat tugas masing-masing. Saat ini
penulis diamanahkan bertugas di MTsN 1 Cilacap.
MTs Negeri 1 Cilacap merupakan Madrasah Tsanawiyah Negeri
Kabupaten Cilacap. Salah satu misi MTsN 1 Cilacap adalah “Terwujudnya
manusia yang berpotensi, berjiwa islami dan berakhlak terpuji”. Untuk
mewujudkan hal tersebut, perlu adanya pengoptimalan maupun pembaharuan
proses kegiatan belajar mengajar, baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan,
termasuk media dan metode, evaluasi, serta tindak lanjut pembelajaran.
Proses belajar mengajar yang baik dan berkualitas akan dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik sehingga membentuk insan
yang berkarakter, manusia yang cerdas baik secara intelektual, emosional
maupun spiritual.
2
Berdasarkan tujuan di atas, penulis menemukan sesuatu yang belum
optimal di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi, serta peningkatan
kreativitas di kelas. Penggunaan metode maupun media pembelajaran pun
masih kurang bervariasi. Begitu juga penulis amati dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di MTsN 1 Cilacap. Pelajaran bahasa Indonesia yang
selama ini dipandang sebagai mapel yang membosankan, tetapi bisa menjadi
momok dalam UN khususnya. Peserta didik perlu mendapatkan perhatian
dalam pembelajarannya agar pembelajaran yang dilakukan tidak hanya
monoton menggunakan metode dan media yang sama dari mulai perencanaan
hingga evaluasi. Akibatnya, peserta didik kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Berkaitan hal tersebut penulis membuat rancangan aktualisasi yang
berjudul “Peningkatan Kreativitas Peserta Didik Melalui Pembuatan Madding Kelas
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Mts Negeri 1 Cilacap”. Melalui kegiatan
aktualisasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kreativitas peserta didik
dalam menggali potensi diri.
B. Identifikasi Isu
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan
isu- isu sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
2. Rendahnya kreativitas belajar peserta didik dalam pembelajaran.
3. Rendahnya kesadaran peserta didik dalam mengerjakan tugas harian.
4. Peserta didik kurang terampil dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5. Peserta didik belum mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar.
3
keaktifan peserta pasif dalam berperan aktif
didik dalam kegiatan kegiatan dalam
pembelajaran. pembelajaran. kegiatan
pembelajaran.
No Indikator Keterangan
1 Aktual ( A ) Isu yang sering terjadi atau dalam proses kejadian
sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat.
2 Problematik ( P ) Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya
3 Kekhalayakan ( K ) Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil
Kriteria
No Isu
A P K L
1. Kurang optimalnya keaktifan 3 4 4 4 15 Memenuhi
peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
Kriteria
penentuan:
Aktual
1: pernah benar-benar terjadi
2: benar-benar sering terjadi
3: benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
6
4: benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran
5: benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Khalayak
1: tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2: sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak
3: cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4: menyangkut hajat hidup orang banyak
5: sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik
1: masalah sederhana
2: masalah kurang kompleks
3: masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi
4: masalah kompleks
5: masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Kelayakan
1: masuk akal.
2: realistis.
3: cukup masuk akal dan realistis.
4: masuk akal dan realistis.
5: masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Analisis Prioritas Isu Menggunakan USG
Berdasarkan metode APKL dari tabel di atas diperoleh 3 (tiga) isu
utama yang terpilih, yaitu” Kurang optimalnya keaktifan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran”,“Rendahnya kreativitas belajar peserta didik dalam
pembelajaran,”, dan “Rendahnya kesadaran peserta didik dalam
mengerjakan tugas harian”. Isu tersebut kemudian dianalisis lagi dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
Tabel 1.4 Tabel penjelasan USG
No Komponen Keterangan
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu
7
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah- masalah lain kalu masalah
3 Growth Seberapa
penyebab kemungkinan
isu tidak isu dipecahkan
tersebut menjadi
(bisa
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan.
8
Kriteria
No. Isu Jumlah Peringkat
U S G
1 2 3 4 5 6 7
1. Kurang optimalnya 3 3 3 9 3
keaktifan peserta
didik dalam kegiatan
pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7
2. Rendahnya 3 4 4 11 1
kreativitas belajar
peserta didik dalam
pembelajaran
3 Rendahnya 4 3 3 10 2
kesadaran peserta
didik dalam
mengerjakan tugas
harian
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada rancangan aktualisasi
ini adalah:
1. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas peserta didik melalui
pembuatan madding kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di MTs
N 1 Cilacap?
2. Bagaimana keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan dengan
substansi mata diklat Nilai-nilai Dasar PNS (ANEKA) serta Peran dan
Kedudukan PNS dalam NKRI (Pelayanan Publik, WoG, dan Manajemen
ASN)?
3. Bagaimana kontribusi antara visi, misi, dan penguatan nilai
organisasi dengan hasil kegiatan dari isu yang diangkat?
E. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada rancangan aktualisasi ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kreativitas peserta didik melalui pembuatan madding
kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di MTs N 1 Cilacap.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan dengan
substansi mata diklat Nilai-nilai Dasar PNS (ANEKA) serta Peran dan
Kedudukan PNS dalam NKRI (Pelayanan Publik, WoG, dan Manajemen
ASN).
3. Untuk mengetahui kontribusi antara visi, misi, dan penguatan nilai
organisasi dengan hasil kegiatan dari isu yang diangkat.
F. Manfaat
Manfaat dari rancangan aktualisasi ini yaitu :
10
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS
a. Menyelesaikan tugas rancangan aktualisasi pelatihan dasar CPNS
tahun 2019.
b. Kegiatan aktualisasi dapat digunakan sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) di
satuan kerja masing-masing.
c. Membentuk PNS profesional dan berkarakter melalui
kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS (ANEKA).
2. Bagi MTsN 1 Cilacap, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
a. Kegiatan aktualisasi dapat menjadi sumbangan bagi terwujudnya
visi dan misi madrasah.
b. Kegiatan aktualisasi dapat menjadi sumbangan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di madrasah.
3. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam pelajaran
bahasa Indonesia.
b. Menemukan potensi peserta didik.
c. Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik terhadap kemampuan
yang dimiliki dengan menampilkan hasil kreativitas yang dilakukan.
4. Bagi Rekan Guru Mata Pelajaran
a. Kegiatan aktualisasi memberikan motivasi kepada sesama guru mata
pelajaran untuk berinovasi dengan memanfaatkan berbagai metode
dan inovasi dalam rangka menunjang kegiatan pembelajaran.
b. Mengoptimalkan kegiatan perbaikan dan pengayaan sebagai bentuk
pelaksanaan tugas dan fungsi pokok guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
5. Bagi Masyarakat
a. Orang tua/ wali akan merasa puas dengan optimalnya hasil belajar dan
penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap madrasah seiring
dengan peningkatan mutu pelayanan pendidikan melalui aktualisasi
nilai-nilai dasar PNS (ANEKA).
11
BAB II
LANDASAN TEORI
13
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi Kinerja PNS
14
aturan terkait.
b. Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga
pelatihan) dan aturan-aturan yang berlalu.
c. Mengedepankan toleransi, saling menghargai dan mengamalkan Pancasila
dan UUD 1945 (lingkungan masyarakat).
Berpartisipasi aktif dalam menjaga kedamaian dan kedaulatan negara
dengan mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Akuntabilitas seorang ASN dapat dikatakan terwujud apabila
dapat memenuhi indikator-indikator: kepemimpinan, transparansi,
integritas, tanggung jawab, keadilan, kejelasan, keseimbangan,
konsistensi, dan kepercayaan. Penjelasan lebih lengkapnya sebagai
berikut:
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab : Kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada
sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan.
15
i. Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme
16
6) Mengembangkan sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
3. Etika Publik
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode etik profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang- Undang ASN, melalui indikator sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
18
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepa,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi, dan kinerja yang berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Profesionalisme: bertindak secara profesional sesuai dengan
profesi yang dijabat dalam menjaga kualitas pelayanan.
b. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target
(rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu, dan alokasi sumber
daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
c. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan
untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
d. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
e. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi
salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu
berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah
19
dan tujuan untuk kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi
puas dalam pelayanan.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi dikatakan sebagai
kejahatan yang luar biasa karena dampaknya yang luar biasa yaitu
mampu merusak tatanan kehidupan dalam ranah pribadi, keluarga,
masyarakat maupun ranah kehidupan yang lebih luas lagi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan pakar
telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi. Ada 9
(sembilan) nilai- nilai anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri. Seseorang yang dapat berkata jujur
dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri dari
perbuatan curang.
b. Peduli
Adanya kepedulian terhadap orang lain menjadikan seseorang
memiliki rasa kasih sayang antar sesama. Pribadi dengan jiwa
social yang tinggi tidak akan tergoda untuk mmeperkaya diri sendiri
dengan cara yang tidak benar.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter pada diri seseorang untuk
tidak mudah bergantung kepada pihak lain. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan
dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-
besarnya.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani
20
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Adil merupakan
kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain sesuai
dengan hak dan kewajibannya.
21
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik- baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier;
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu
jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara,
2014).
2. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu,
22
WoG dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
dengan menunjuk sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan
yang relevan (Suwarno
& Sejati, 2016).
BAB III
PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
A. Profil Organisasi
Akreditasi : A
: mtsnmajenang@jateng.kemenag.go.id.
24
Gambar 3.1. Gedung MTs Negeri 1 Cilacap Tampak Depan
25
MTs Negeri 1 Cilacap merupakan salah satu Madrasah
Tsanawiyah yang ada di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
MTsN 1 Cilacap menerima peserta didik baru untuk pertama kalinya pada
tahun pelajaran
1971/1972. Dengan lokasi madrasah di Jalan Pahonjean, No.11,
Majenang, Kabupaten Cilacap. MTsN 1 Cilacap memiliki karakteristik
disiplin, berprestasi, terampil, berbudaya lingkungan, dan berakhlakul
karimah. Saat ini jumlah rombel belajar di MTsN 1 Cilacap ada 24 rombel.
Rombel tersebut terbagi, yaitu kelas VII ada 8 rombel, kelas VIII ada 8
rombel, dan kelas IX ada 8 rombel. Dari 8 rombel per tingkatan, 2 rombel
diisi oleh kelas Program Khusus yaitu kelas prestasi dan takhasus yang
mengutamakan prestasi akademik dan keagamaan.
26 29
7) Menghasilkan peserta didik yang sopan dan santun dalam berbicara
dan berperilaku.
8) Menghasilkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
9) Membiasakan peserta didik bersikap dan berprilaku sopan
santun dan saling menghargai.
28 29
Fungsi guru yang dimaksudkan di sini juga termasuk dalam tugas
guru yang sudah dijabarkan di atas, namun terdapat beberapa fungsi lain
yang terkandung dalam poin D dan E Pasal 20 Undang-Undang Nomor
14Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta poin a, b, dan c Pasal 40
ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni :
a. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
b. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru serta nilai-nilai agama dan etika
c. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik, lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
29 29
STRUKTUR ORGANISASI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 CILACAP
TAHUN 2019
Kepala
Madrasah
Moch. Makhrus, S.Pd, M.Pd
Komite Kaur TU
Madrasah
Mustholih, S.Pd.I
Warkim Huda
Wijaya, BA.
KoordMGMP Koord MGMP Koord Koord MGMP Guru Mapel Guru Guru
Agama Wali
Pkn MGMP Bhs Pembimbing KET
kelas
IPS Guru K E
T
Guru
Siswa
Gambar 3.1 Struktur Organisasi MTs
29