Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai tugas untuk melaksanakan
kebijakan publik, memberikan pelayan publik yang professional, dan
berkualitas serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Hal tersebut tertuang
dalam undang-undang No. 5 tahun 2014.
ASN diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dilakukan melalui pendidikan.
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, peran pendidik sebagai Aparatur
Sipil Negara (ASN) sangat penting. Ditegaskan dalam UU Nomor 5 Tahun
2014 untuk mewujudkan tujuan nasional dibutuhkan pegawai ASN yang dapat
menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintah, dan tugas
pembangunan tertentu. ASN harus memiliki kualifikasi kompetensi dan kinerja
yang dibutuhkan sesuai dengan jabatannya masing-masing. Aparatur Sipil
Negara (ASN) harus memiliki komitmen dalam melayani masyarakat. Pendidik
sebagai seorang ASN harus memegang teguh lima nilai-nilai dasar ASN dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Lima nilai-nilai dasar ASN tersebut, yaitu
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan antikorupsi
(ANEKA). Nilai-nilai dasar inilah yang menjadi pedoman seorang pendidik guna
menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”. Pencapaian kesuksesan dalam dunia pendidikan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari kualitas tenaga pendidik atau PNS. Pendidik yang
berkualitas dan berkompeten akan mampu menghasilkan peserta didik yang
berkualitas dan berkompeten pula.

1
Namun, kenyataan di lapangan saat ini, ASN didapati citra yang buruk.
Untuk itu, perlu upaya-upaya strategis dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan dan
pelatihan Dasar PNS. Dasar hukum pelatihan dasar PNS tertuang dalam UU
Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan LAN No. 21 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelanggaraan Pelatihan Dasar dan Peraturan LAN No. 22
tentang pelatihan dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III. Dalam
Peraturan tersebut, ditetapkan bahwa salah satu jenis pelatihan yang
strategis untuk mewujudkan PNS yang profesional seperti tersebut di atas
adalah Pelatihan Dasar. Pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan membentuk
nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan dalam
membentuk karakter PNS yang kuat sehingga mampu bersikap dan bertindak
profesional dalam melayani masyarakat. Pola baru ini adalah sistem on/off
kampus yang terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: pembelajaran klasikal,
aktualisasi nilai-nilai dasar di tempat kerja, dan trakhir evaluasi hasil
aktualisasi. Pada Pelatihan Dasar ini calon pegawai negeri sipil diharapkan
mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara
mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas
sehingga peserta merasakan manfaatnya secara langsung. Pada prajabatan
golongan III ini, CPNS diharapkan dapat menginternalisasi nilai-nilai dasar
profesi PNS dimulai dengan membuat Rancangan Aktualisasi (RA) yang
selanjutnya akan di aktualisasikan ke tempat tugas masing-masing. Saat ini
penulis diamanahkan bertugas di MTsN 1 Cilacap.
MTs Negeri 1 Cilacap merupakan Madrasah Tsanawiyah Negeri
Kabupaten Cilacap. Salah satu misi MTsN 1 Cilacap adalah “Terwujudnya
manusia yang berpotensi, berjiwa islami dan berakhlak terpuji”. Untuk
mewujudkan hal tersebut, perlu adanya pengoptimalan maupun pembaharuan
proses kegiatan belajar mengajar, baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan,
termasuk media dan metode, evaluasi, serta tindak lanjut pembelajaran.
Proses belajar mengajar yang baik dan berkualitas akan dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik sehingga membentuk insan
yang berkarakter, manusia yang cerdas baik secara intelektual, emosional
maupun spiritual.

2
Berdasarkan tujuan di atas, penulis menemukan sesuatu yang belum
optimal di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi, serta peningkatan
kreativitas di kelas. Penggunaan metode maupun media pembelajaran pun
masih kurang bervariasi. Begitu juga penulis amati dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di MTsN 1 Cilacap. Pelajaran bahasa Indonesia yang
selama ini dipandang sebagai mapel yang membosankan, tetapi bisa menjadi
momok dalam UN khususnya. Peserta didik perlu mendapatkan perhatian
dalam pembelajarannya agar pembelajaran yang dilakukan tidak hanya
monoton menggunakan metode dan media yang sama dari mulai perencanaan
hingga evaluasi. Akibatnya, peserta didik kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Berkaitan hal tersebut penulis membuat rancangan aktualisasi yang
berjudul “Peningkatan Kreativitas Peserta Didik Melalui Pembuatan Madding Kelas
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Mts Negeri 1 Cilacap”. Melalui kegiatan
aktualisasi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kreativitas peserta didik
dalam menggali potensi diri.
B. Identifikasi Isu
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan
isu- isu sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
2. Rendahnya kreativitas belajar peserta didik dalam pembelajaran.
3. Rendahnya kesadaran peserta didik dalam mengerjakan tugas harian.
4. Peserta didik kurang terampil dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5. Peserta didik belum mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar.

Tabel 1.1 Identifikasi Isu

No. Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Kondisi Yang


Ini Diharapkan
1 2 3 4 5

1. Kurang optimalnya Manajemen ASN Peserta didik Peserta didik

3
keaktifan peserta pasif dalam berperan aktif
didik dalam kegiatan kegiatan dalam
pembelajaran. pembelajaran. kegiatan
pembelajaran.

2. Rendahnya Manajemen ASN Kreativitas Meningkatnya


kreativitas belajar peserta didik kreativitas
peserta didik dalam yang masih peserta didik
pembelajaran. rendah dalam
kegiatan
pembelajaran
melalui
pembuatan
mading kelas

3. Rendahnya Manajemen ASN Terlambat Peserta didik


kesadaran peserta dalam mengerjakan
didik dalam mengerjakan dan
mengerjakan tugas tugas. megumpulkan
harian. tugas tepat
waktu.

4. Peserta didik kurang Manajemen ASN Peserta didik Peserta didik


terampil dalam berkomunikasi terampil
berkomunikasi menggunakan dalam
menggunakan bahasa berkomunikasi
Bahasa Indonesia daerah. menggunakan
yang baik dan benar. bahasa
Indonesia
yang baik dan
benar.

5. Peserta didik belum Manajemen ASN Nilai peserta Peserta didik


mampu mencapai didik yang mampu
tujuan belajar atau belum mencapai nilai
hasil belajar. memenuhi KKM (kriteria
4
KKM (kriteria ketuntasan
ketuntasan minimal)
minimal)

Analisis Penetapan Isu


Penentuan isu dilakukan melalui analisis dengan menggunakan alat
bantu penetapan kriteria isu. Analisis isu bertujuan untuk menetapkan
kualitas isu dan menentukan prioritas isu yang perlu diangkat untuk
diselesaikan melalui gagasan kegiatan yang dilakukan. Analisis isu
dilakukan dengan pendekatan APKL yaitu Aktual, Problematik,
Kekhalayakan dan Layak. Analisis APKL merupakan alat bantu untuk
menganalisis ketepatan dan kualitas isu dengan memperhatikan tingkat
aktual, problematik, kekhalayakan dan layak dari isu-isu yang ditemukan
di lingkungan unit kerja. Setelah diperoleh analisis APKL, peneliti
memilih isu yang menjadi prioritas utama yang selanjutnya akan
diidentifikasi.
Tabel 1.2 Parameter APKL

No Indikator Keterangan
1 Aktual ( A ) Isu yang sering terjadi atau dalam proses kejadian
sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat.
2 Problematik ( P ) Isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan segera solusinya
3 Kekhalayakan ( K ) Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil

4 Layak ( L ) Isu yang masuk akal, pantas dan realistis serta


relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya
Berikut ini beberapa isu di MTsN 1 Cilacap yang akan ditentukan
kelayakannya menggunakan metode APKL, untuk lebih jelasnya lihat tabel
berikut ini:
5
Tabel 1.3 Identifikasi Isu dengan Metode APKL

Kriteria
No Isu
A P K L
1. Kurang optimalnya keaktifan 3 4 4 4 15 Memenuhi
peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.

2. Rendahnya kreativitas belajar 4 4 5 5 18 Memenuhi


peserta didik dalam
pembelajaran.

3. Rendahnya kesadaran 4 5 4 4 17 Memenuhi


peserta didik dalam
mengerjakan tugas harian.

4. Peserta didik kurang terampil 3 3 3 3 12 Tidak memenuhi


dalam berkomunikasi
menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan
benar.

5. Peserta didik belum mampu 3 4 3 3 13 Tidak memenuhi


mencapai tujuan belajar atau
hasil belajar.

Kriteria
penentuan:
Aktual
1: pernah benar-benar terjadi
2: benar-benar sering terjadi
3: benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
6
4: benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran
5: benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Khalayak
1: tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2: sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak
3: cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4: menyangkut hajat hidup orang banyak
5: sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik
1: masalah sederhana
2: masalah kurang kompleks
3: masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi
4: masalah kompleks
5: masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Kelayakan
1: masuk akal.
2: realistis.
3: cukup masuk akal dan realistis.
4: masuk akal dan realistis.
5: masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Analisis Prioritas Isu Menggunakan USG
Berdasarkan metode APKL dari tabel di atas diperoleh 3 (tiga) isu
utama yang terpilih, yaitu” Kurang optimalnya keaktifan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran”,“Rendahnya kreativitas belajar peserta didik dalam
pembelajaran,”, dan “Rendahnya kesadaran peserta didik dalam
mengerjakan tugas harian”. Isu tersebut kemudian dianalisis lagi dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
Tabel 1.4 Tabel penjelasan USG

No Komponen Keterangan
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu
7
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah- masalah lain kalu masalah
3 Growth Seberapa
penyebab kemungkinan
isu tidak isu dipecahkan
tersebut menjadi
(bisa
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan.

Parameter yang digunakan untuk menentukan prioritas


yaitu mengguna-kan skala pada tabel berikut :
Tabel 1.5 Parameter USG

Urgency / Seriousness / Growth /


Nilai Mendesak Kegawatan Pertumbuhan
1 Isu tidak mendesak Isu tidak begitu serius untuk di Isu lamban
untuk segera bahas karena tidak berdampak Berkembang
diselesaikan ke hal yang lain
Isu kurang Isu kurang serius untuk segera Isu kurang cepat
Mendesak
2 dibahas karena Berkembang
untuk segera
Diselesaiakn tidak kurang
berdampak ke hal yang lain
3 Isu cukup Isu cukup serius untuk segera Isu cukup cepat
Mendesak
dibahas karena berkembang,
untuk segera
Diselesaikan akan berdampak ke hal yang segera dicegah
4 Isu mendesak Isu
lain serius untuk segera dibahas Isu cepat
untuk segera berkembang untuk
karena akan berdampak ke hal
Diselesaikan segera dicegah
5 Isu sangat yang
Isu lain serius untuk
sangat Isu sangat cepat
mendesak untuk
segera dibahas karena akan berkembang untuk
segera diselesaikan
berdampak ke hal yang lain segera dicegah

Hasil analisis USG terkait isu-isu di MTsN 1 Cilacap disajikan


dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.6 Identifikasi Isu dengan Metode USG

8
Kriteria
No. Isu Jumlah Peringkat
U S G
1 2 3 4 5 6 7
1. Kurang optimalnya 3 3 3 9 3
keaktifan peserta
didik dalam kegiatan
pembelajaran

1 2 3 4 5 6 7
2. Rendahnya 3 4 4 11 1
kreativitas belajar
peserta didik dalam
pembelajaran

3 Rendahnya 4 3 3 10 2
kesadaran peserta
didik dalam
mengerjakan tugas
harian

C. Dampak Jika tidak diselesaikan


Setelah melalui tahap analisis dengan metode USG, penulis dapat
mengidentifikasi isu yang menjadi prioritas, yaitu “Rendahnya kreativitas
belajar peserta didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di MTsN 1
Cilacap, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.”. Jika hal itu terus
berlangsung, dampak yang akan ditimbulkan, diantaranya:
1. Rendahnya kreativitas dan inovasi peserta didik dalam pembelajaran
bahasa Indonesia dan tidak tercapainya visi dan misi madrasah yaitu
“Terwujudnya manusia yang berpotensi, berjiwa islami dan berakhlak
9
terpuji” dan Menyiapkan Sumber daya manusia yang professional. Dan
juga berkaitan dengan nilai-nilai dasar ASN yaitu ANEKA
2. Terbatasnya ruang imajinasi peserta didik
3. Peserta didik takut mengalami kegagalan sehingga menutup kreativitas
peserta didik.
4. Tertutup terhadap hal baru sehingga menghambat potensi siswa yang
berkaitan denga visi madrasah yaitu “Terwujudnya manusia yang
berpotensi, berjiwa islami dan berakhlak terpuji”
5. Rendahnya rasa percaya diri peserta didik sehingga potensi siswa tidak
terpublikasi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada rancangan aktualisasi
ini adalah:
1. Bagaimana upaya meningkatkan kreativitas peserta didik melalui
pembuatan madding kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di MTs
N 1 Cilacap?
2. Bagaimana keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan dengan
substansi mata diklat Nilai-nilai Dasar PNS (ANEKA) serta Peran dan
Kedudukan PNS dalam NKRI (Pelayanan Publik, WoG, dan Manajemen
ASN)?
3. Bagaimana kontribusi antara visi, misi, dan penguatan nilai
organisasi dengan hasil kegiatan dari isu yang diangkat?
E. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada rancangan aktualisasi ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kreativitas peserta didik melalui pembuatan madding
kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di MTs N 1 Cilacap.
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan dengan
substansi mata diklat Nilai-nilai Dasar PNS (ANEKA) serta Peran dan
Kedudukan PNS dalam NKRI (Pelayanan Publik, WoG, dan Manajemen
ASN).
3. Untuk mengetahui kontribusi antara visi, misi, dan penguatan nilai
organisasi dengan hasil kegiatan dari isu yang diangkat.
F. Manfaat
Manfaat dari rancangan aktualisasi ini yaitu :
10
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS
a. Menyelesaikan tugas rancangan aktualisasi pelatihan dasar CPNS
tahun 2019.
b. Kegiatan aktualisasi dapat digunakan sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) di
satuan kerja masing-masing.
c. Membentuk PNS profesional dan berkarakter melalui
kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS (ANEKA).
2. Bagi MTsN 1 Cilacap, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
a. Kegiatan aktualisasi dapat menjadi sumbangan bagi terwujudnya
visi dan misi madrasah.
b. Kegiatan aktualisasi dapat menjadi sumbangan dalam
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan di madrasah.
3. Bagi Peserta Didik
a. Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam pelajaran
bahasa Indonesia.
b. Menemukan potensi peserta didik.
c. Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik terhadap kemampuan
yang dimiliki dengan menampilkan hasil kreativitas yang dilakukan.
4. Bagi Rekan Guru Mata Pelajaran
a. Kegiatan aktualisasi memberikan motivasi kepada sesama guru mata
pelajaran untuk berinovasi dengan memanfaatkan berbagai metode
dan inovasi dalam rangka menunjang kegiatan pembelajaran.
b. Mengoptimalkan kegiatan perbaikan dan pengayaan sebagai bentuk
pelaksanaan tugas dan fungsi pokok guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
5. Bagi Masyarakat
a. Orang tua/ wali akan merasa puas dengan optimalnya hasil belajar dan
penguasaan peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap madrasah seiring
dengan peningkatan mutu pelayanan pendidikan melalui aktualisasi
nilai-nilai dasar PNS (ANEKA).

11
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara

Bela negara merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat


perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu
kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut. Dilihat dari segi fisik, bela negara
merupakan upaya pertahanan yang dilakukan dalam menghadapi ancaman,
12
serangan, dan agresi dari pihak-pihak yang dapat mengancam keberadaan
negara. Namun, dari segi non fisik, diartikan sebagai sebagai upaya
yang dilakukan dalam rangka berperan aktif untuk memajukan bangsa dan
negara yang dapat dilakukan melalui berbagai bidang, misalnya pendidikan,
kesehatan, moral, social, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang ada di dalamnya.
Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan
hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 27 ayat 3, menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Begitu pula dengan seorang
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai bagian dari warga masyarakat tentu
memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Seorang ASN harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS,
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi di unit kerja masing-
masing. Peran ASN dalam memajukan bangsa dan negara melalui pelayanan
di masing-masing institusi merupakan salah satu wujud dari bela negara.
Dengan melaksanakan kewajiban bela negara tersebut, bukti dan proses
bagi ASN untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti kepada nusa,
bangsa, serta kesadaran untuk mengorbankan diri guna membela negara.
1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara
Wawasan kebangsaan ialah cara pandang bangsa Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan
lingkungannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di
tengah-tengah lingkungan nusantara (Latif, et al, 2015: 3). Pemaknaan dan
internalisasi wawasan kebangsaan bagi penyelenggaraan pemerintahan dan
aparatur terkait adalah lahirnya kesadaran berbangsa dan bernegara yang
sesuai dengan kepribadian bangsa seperti diamanatkan oleh UUD 1945.
Munculnya kesadaran wawasan kebangsaan yang terinternalisasi
dalam diri PNS pada gilirannya akan menggerakkan kesadaran bela negara.
Peraturan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016
tentang Pedoman Pembinaan Kesadaran Bela Negara merumuskan nilai-nilai
bela negarai: 1) Cinta Tanah Air, 2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara, 3)
Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, 4) Rela berkorban untuk
Bangsa dan Negara, serta 5) Memiliki Kemampuan awal Bela Negara
(Basseng, 2019: 90). Dalam Modul I (Konsepsi Bela Negara), ada tambahan
nilai dasar bela negara, yaitu mempunyai Semangat Untuk Mewujudkan
Negara yang Berdaulat, Adil dan Makmur (Basseng, 2019: 91).

2. Analisis Isu Kontemporer


Dalam analisis Urie Brofenbrenner, ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), masyarakat di level lokal dan regional (community/culture), nasional
(society), dan dunia (global). Keempat level lingkungan stratejik tersebut
disajikan dalam gambar berikut ini (Idris, et al, 2019: 9).

13
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi Kinerja PNS

Teori di atas menjelaskan bahwa globalisasi memaksa semua bangsa


(negara) untuk berperan aktif dalam menghadapi perubahan. Perubahan
global ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan
membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas negara.
Pemicunya adalah berkembang pesatnya teknologi informasi global, di mana
setiap informasi dari satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang
tidak lama berselang oleh orang di penjuru dunia lainnya (Idris, et al, 2019: 9-
10).
Dalam situasi seperti itu, PNS dihadapkan pada pengaruh eksternal
dan internal yang kian lama menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara
(Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus
dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya
setiap PNS mengenal dan memahami secara intens terkait dengan isu-isu
kritis yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut di
antaranya; bahaya paham radikalisme/terorisme, bahaya narkoba, cyber
crime, money laundry, korupsi, proxy war (Idris, et al, 2019: 11).

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara dapat disandarkan kepada penjelasan Pasal 9
Ayat (1), UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Upaya bela negara
didefinisikan sebagai “Sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia,
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa” (Basseng, 2019: 89).
Definisi di atas menegaskan bahwa bela negara dapat diwujudkan dalam
bentuk sikap dan perilaku CPNS dan warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada negara, meyakini ideologi negara yang ia cintai dan menunjukkan sikap
taat terhadap peraturan perundang-undangan yang diatur oleh negara dalam
rangka menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara
yang ditunjukkan oleh setiap warga negara pada hakikatnya merupakan bentuk
kehormatan bukan kewajiban bahkan paksaan, melainkan harus dilakukan dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab, serta rela mengorbankan kepentingan
pribadi atau golongan demi mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara
(Basseng, 2019: 89).
Dalam kehidupan sehari-hari, bela negara dapat ditunjukkan misalnya
dengan:
a. Komitmen untuk rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga dengan menaati

14
aturan terkait.
b. Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga
pelatihan) dan aturan-aturan yang berlalu.
c. Mengedepankan toleransi, saling menghargai dan mengamalkan Pancasila
dan UUD 1945 (lingkungan masyarakat).
Berpartisipasi aktif dalam menjaga kedamaian dan kedaulatan negara
dengan mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).

B. Nilai Dasar PNS


Didalam menjalankan tugasnya, seorang ASN dituntut untuk mampu
bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, yaitu
mencetak PNS dengan mengedepankan penguatan nilai-nilai dan
pembangunan karakter. Oleh karena itu, seorang PNS harus mampu
menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Harapannya karakter
PNS akan kuat, sehingga berkompeten dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Adapun nilai- nilai dasar PNS adalah sebagai berikut:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Akuntabilitas seorang ASN dapat dikatakan terwujud apabila
dapat memenuhi indikator-indikator: kepemimpinan, transparansi,
integritas, tanggung jawab, keadilan, kejelasan, keseimbangan,
konsistensi, dan kepercayaan. Penjelasan lebih lengkapnya sebagai
berikut:
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas
ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab : Kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada
sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi
tujuan dan hasil yang diharapkan.
15
i. Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar


terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila. Ada lima nilai dasar dari nasionalisme yang
harus diperhatikan, yaitu:
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbedabeda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.

16
6) Mengembangkan sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.

b. Sila Kedua:Kemanusiaan yang adil dan beradab


1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia


1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara
dan bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat,setiap
manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
17
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan
hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia


1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode etik profesi
dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang- Undang ASN, melalui indikator sebagai berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
18
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepa,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi, dan kinerja yang berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Profesionalisme: bertindak secara profesional sesuai dengan
profesi yang dijabat dalam menjaga kualitas pelayanan.
b. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi
tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target
(rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu, dan alokasi sumber
daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.
c. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat efisiensi
diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan
untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
d. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam (internal)
untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi
dalam layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter dan mindset baru sebagai aparatur
penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya,
bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
e. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi
salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu
berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah
19
dan tujuan untuk kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi
puas dalam pelayanan.

5. Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi dikatakan sebagai
kejahatan yang luar biasa karena dampaknya yang luar biasa yaitu
mampu merusak tatanan kehidupan dalam ranah pribadi, keluarga,
masyarakat maupun ranah kehidupan yang lebih luas lagi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan pakar
telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi. Ada 9
(sembilan) nilai- nilai anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri. Seseorang yang dapat berkata jujur
dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri dari
perbuatan curang.
b. Peduli
Adanya kepedulian terhadap orang lain menjadikan seseorang
memiliki rasa kasih sayang antar sesama. Pribadi dengan jiwa
social yang tinggi tidak akan tergoda untuk mmeperkaya diri sendiri
dengan cara yang tidak benar.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter pada diri seseorang untuk
tidak mudah bergantung kepada pihak lain. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan
terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan
dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-
besarnya.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani

20
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan.

i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Adil merupakan
kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain sesuai
dengan hak dan kewajibannya.

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka
diundangkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. PNS memegang peranan besar dalam
kelaancaran pemerintahan dan pembangunan, maka PNS memiliki peran
dan kedudukan yang sangat penting dalam berjalannya sistem
pemerintahan serta pelayanan lembaga negara kepada masyarakat.
Kedudukan ASN dalam NKRI,
yaitu
1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur
egara.
2. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yg ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan dan Parpol.
3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri,
namun demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas pemerintahan dan
penyelenggaraan pembangunan tugas umum nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Setiap kegiatan yang dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik
berupa penghargaan maupun sanksi, semestinya sebagai PNS kita tidak
boleh melalaikan kewajiban kita di kantor. Dengan adanya Peraturan
Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3
dijelaskan tentang kewajiban selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;

21
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada
hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik- baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier;
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan


yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu
jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara,
2014).

2. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu,
22
WoG dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
dengan menunjuk sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan
yang relevan (Suwarno
& Sejati, 2016).

WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik


bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama
dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu
(Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia adalah:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik
dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih baik,
selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.
3. Pelayanan Publik

LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk


kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD
dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa
publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh
sektor swasta karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-
excludable, serta cara mengkonsumsinya dapat dilakukan secara
kolektif. Perkembangan paradigma pelayanan: Old Public
Administration (OPA), New Public Management (NPM) dan seterusnya
menjadi New Public Service (NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan. Fundamen Pelayanan Publik yaitu:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai
hal- hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan
datang.
23
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.

BAB III
PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi

1. Sejarah MTs Negeri 1 Cilacap

Nama Madrasah : MTsN 1 Cilacap

Tahun Berdiri : 1971

Nomor NPSN : 20363388

SK Madrasah : NOMOR : 16 TAHUN 1971

Status Madrasah : Negeri

Akreditasi : A

Luas Tanah : 9.007 m2

Luas Bangunan : 1.238 m2

Alamat : Jalan raya pahonjean no.11


Majenang, Cilacap 53257
Telepon / Fax : (0280)621557

Website / E-mail : http://www.mtsnmajenang.sch.id

: mtsnmajenang@jateng.kemenag.go.id.

24
Gambar 3.1. Gedung MTs Negeri 1 Cilacap Tampak Depan

25
MTs Negeri 1 Cilacap merupakan salah satu Madrasah
Tsanawiyah yang ada di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
MTsN 1 Cilacap menerima peserta didik baru untuk pertama kalinya pada
tahun pelajaran
1971/1972. Dengan lokasi madrasah di Jalan Pahonjean, No.11,
Majenang, Kabupaten Cilacap. MTsN 1 Cilacap memiliki karakteristik
disiplin, berprestasi, terampil, berbudaya lingkungan, dan berakhlakul
karimah. Saat ini jumlah rombel belajar di MTsN 1 Cilacap ada 24 rombel.
Rombel tersebut terbagi, yaitu kelas VII ada 8 rombel, kelas VIII ada 8
rombel, dan kelas IX ada 8 rombel. Dari 8 rombel per tingkatan, 2 rombel
diisi oleh kelas Program Khusus yaitu kelas prestasi dan takhasus yang
mengutamakan prestasi akademik dan keagamaan.

2. Visi, Misi, Nilai, dan Tujuan Madrasah

a. Visi MTs Negeri 1 Cilacap


“Terwujudnya manusia yang berpotensi, berjiwa islami dan berakhlak
terpuji”

b. Misi MTs Negeri 1 Cilacap


1) Menyiapkan Sumber daya manusia yang professional
2) Unggul dalam keimanan dan ketaqwaan
3) Unggul dalam prestasi dan layanan profesional

c. Nilai MTs Negeri 1 Cilacap


Berdasarkan visi, misi, dan tujuan MTsN 1 Cilacap, Kabupaten
Cilacap, Provinsi Jawa Tengah mengandung nilai-nilai yang
dikembangkan, yaitu
1. Ikhlas beraamal;
2. Amanah;
3. Professional;
4. Beriman dan bertaqwa;
5. Berakhlakul karimah;
6. Kebersamaan;
7. Keteladanan; dan
8. Taat azaz (aturan).

d. Tujuan MTs Negeri 1 Cilacap


1) Mencetak peserta didik menjadi insan yang disiplin dalam
belajar, beribadah, dan bekerja.
2) Menyiapkan peserta didik meraih prestasi akademik
dan nonakademik.
3) Menyiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan untuk
bekal hidup di masyarakat.
4) Menyiapkan peserta didik terampil dalam berbahasa.
5) Membiasakan peserta didik untuk gemar membaca.
6) Menyiapkan peserta didik agar memiliki jiwa dan panggilan
hati serta peduli terhadap pelestarian lingkungan dengan
melakukan upaya pencegahan terjadinya pencemaran,
kerusakan serta perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

26 29
7) Menghasilkan peserta didik yang sopan dan santun dalam berbicara
dan berperilaku.
8) Menghasilkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
9) Membiasakan peserta didik bersikap dan berprilaku sopan
santun dan saling menghargai.

B. Tugas Jabatan Peserta Diklat

1. Tugas Aparatur Sipil Negara


Berdasarkan UU ASN Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 11, tugas Aparatur Sipil
Negara adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Negara;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Kewajiban ASN adalah sebagai berikut:


a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggungjawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan
dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar
kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

2. Jabatan Fungsional Guru

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi (Permenegpan RB) No. 16 tahun 2009 menjelaskan
bahwa jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai
ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan
kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil
Guru adalah pendidik profesional yang menduduki jabatan pelaksana
teknis fungsional di bidang pembelajaran/bimbingan dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
27 29
pendidikan menengah serta tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
madrasah.

3. Tugas Pokok dan Tugas Fungsional Guru Mapel

Tugas guru dijelaskan dalam BAB XI Pasal 39 ayat (2) Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
20 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta
Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, yaitu
a. Merencanakan pembelajaran;
b. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu;
c. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
d. Membimbing dan melatih peserta didik;
e. Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
f. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok
yang sesuai dengan beban kerja guru;
g. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan.

Tugas guru secara lebih terperinci dijelaskan dalam Permendiknas


Nomor 35 Tahun 2010 tentang petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya, diantaranya :
a. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;
b. Menyusun silabus pembelajaran;
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;
e. Menyusun alat ukur soal sesuai mata pelajaran;
f. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran
di kelasnya;
g. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;
h. Melaksanakan pembelajaran, perbaikan dan pengayaan dengan
memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;
i. Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya (khusus guru kelas);
j. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat madrasah dan nasional;
k. Membimbing guru pemula dalam program induksi;
l. Membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstra kurikuler proses
pembelajaran;
m. Melaksanakan pengembangan diri;
n. Melaksanakan publikasi ilmiah dan/ atau karya inovatif;
o. Melakukan presentasi ilmiah.

Lebih lanjut Sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai, disebutkan


bahwa tugas guru, meliputi:
a. Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran;
b. Mengevaluasi dan menilai hasil pembelajaran;
c. Menganalisis hasil pembelajaran;
d. Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian.

28 29
Fungsi guru yang dimaksudkan di sini juga termasuk dalam tugas
guru yang sudah dijabarkan di atas, namun terdapat beberapa fungsi lain
yang terkandung dalam poin D dan E Pasal 20 Undang-Undang Nomor
14Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta poin a, b, dan c Pasal 40
ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni :
a. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
b. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru serta nilai-nilai agama dan etika
c. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik, lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

29 29
STRUKTUR ORGANISASI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 CILACAP
TAHUN 2019

Kepala
Madrasah
Moch. Makhrus, S.Pd, M.Pd

Komite Kaur TU
Madrasah
Mustholih, S.Pd.I
Warkim Huda
Wijaya, BA.

Waka Kurikulum Waka Humas Waka Kesiswaan Waka Sar Pras

Drs. H. Muttasir,M.Pd Darul Rahmadi, S.Pd H. Okah Solihun,S.Pd.,M.Si


Imtkhanah, S.Pd

KoordMGMP Koord MGMP Koord Koord MGMP Guru Mapel Guru Guru
Agama Wali
Pkn MGMP Bhs Pembimbing KET
kelas
IPS Guru K E
T
Guru

Siswa
Gambar 3.1 Struktur Organisasi MTs

29

Anda mungkin juga menyukai