Manajemen Resiko
( MANAJEMEN RESIKO COVID-19 )
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
Covid- 19 merupakan keluarga besar dari virus SARS and MERS yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Virus ini merupakan virus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia, yangkemudian pertama kali
diidentifikasi di kota Wuhan, China Desember 2019.
Virus corona dapat ditularkan antara hewan ke manusia dan manusia ke manusia. Gejala
klinis akan muncul setelah 2-14 hari setelah terinfeksi, namun dapat menular meski belum
menunjukkan gejala infeksi. Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan
(droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin.
Metode standar diagnosis adalah uji reaksi berantai polymerase transkipsi-balik (rRT-PCR)
dari usapnasofaring atau sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2 hari.
Pemeriksaan anti bodi dari sampel serum darah juga dapat digunakandengan hasil dalam
beberapa hari. Infeksi juga dapat diagnosis dari kombinasi gejala, factor risiko, dan pemindaian
tomografiterkomputasi pada dada yang menunjukkangejala pneumonia.
Penyebaran epidemi yang berlanjut kenegara – negara lain, mengakibatkan penularan lokal
dan menimbulkan wabah dinegara yang terjangkit. Bahkan data dari Global Cases by the Center
for System Science and Engineering atau CSSE at Johns Hopkins University, hingga saat ini
sudah ada 198ribu orang didunia yang terinfeksi corona, hampir 8ribu meninggal dunia dan
81ribu berhasil dipulihkan. Dalam hal ini beberapa negara yang terkena kasus terbesar dari
virus corona setelah China adalah seperti Italia, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan
bahkan telah menjangkiti negara Indonesia.
PEMBAHASAN
➢ Pengertian resiko
1. Smish (1990), Manajemen Resiko didefenisikan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset
dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
2. Clough and Sears (1994), Manajemen resiko didefenisikan sebagai suatu
pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang
menimbulkan kerugian.
3. William, et.al. (1995), Manajemen Resiko juga merupakan suatu aplikasi
dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasikan, mengukur,
dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.
4. Dorfman (1998), Manajemen Resiko dikatakan sebagai suatu proses logis
dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
➢ Pegertian covid-19
Covid- 19 merupakan keluarga besar dari virus SARS and MERS yang
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Virus ini merupakan virus
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia, yangkemudian
pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan, China Desember 2019.
Berdasarkan aspek low politics, Corona merupakan bagian dari International non
convenstional security. Misalnya, dari sisi ekonomi wabah corona dapat diasumsikanada
kolerasinya dengan perang dagang antara dua economic great powers, yaitu Amerika Serikat
(USA) dan China.
Jika pandemic Covid-19 diasumsikan sebagai Biochemical Weapon dalam antara USA
vs China sekalipun, faktanya corona hadir justru saat ekonomi dunia sedang mengalami
ketidakpastian. Kemunculan corona jelas menghambat export-import di seluruh dunia dan
memukul sector pariwisata di hampir semua negara. Terutama negara-negara yang
mengandalkan perolehan devisa uatamanya dari sektor pariwisata.
Sepertinya halnya ‘ nuclear war’ dampak corona meluas tanpa pandang bulu dan
menghantam perekonomian semua negara. Tak ada satu pun negara yang bebas dari corona dan
tak ada negara yang sector perekonomiannya aman akibat pandemic virus tersebut. Termasuk
USA tentunya yang sector ekonominya juga bergantung pada perkembangan ekonomi dunia.
Sifat dan dimensi penyebaran wabah corona yang lintas batas negara, maka meskipun
beberapa negara melakukan lockdown, penangan corona tetap memerlukan kerjasama
antarnegara seluruh dunia. Yakni, dengan bersama-sama brusaha menemukan vaksin untuk
mengatasi covid-19 yang di koordinir oleh WHO sehingga manfaatnya bias dirasakan oleh
seluruh umat manusia.
Lockdown itu untuk Indonesia dampak negatifnya jauh lebih besar dari negara lain
karenabanyak yang di sector informal. Pedagang bakso tidak bias jualan bakso. Berapa ribu
masyarakat Indonesia yang jualan bakso, yang jualan ketoprak, yang jualan pecel, yangjualan
siomay dan yang buka warung. Otomatis mereka akan kehilangan income. Itu sebabnya jika
lockdown terjadi, pemerintah harus menyiapkan bantuan langsung tunai kepada masyarakat
menengah ke bawah yang bekerja di sector informal.
Lalu, apakah Indonesia perlu mengikuti jejak Malaysia dan negara lain yang
memutuskan untuk lockdown karena virus corona?. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
David Sumual mengatakan secara tidak langsung Indonesia terutama Jakarta sudah menerapkan
semi lockdown. Mengingat sejumlah pekerjaan dan kegiatan belajar dilakukan dari rumah. Kita
tidak ingin lockdown, yang bisa kita lakukan sekarang ini adalah isolasi secara terbatas. Tapi ini
harus diikuti dengan benar-benar kedisiplinan masyarakat karena sebenarnya virus corona ini
bukan masalah mematikan atau tidak, tapi lebih kepada virus ini sangat cepat menular.
Pengamat Ekonomi David Samual menambahkan, sebelum menetapkan lockdown,
pemerintah harus menyiapkan pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari
sisi logistik pangan terutama, harus ada persiapan kalau mau dilakukan (lockdown). Selain itu,
juga harus disiapkan penyediaan alat-alat kesehatan yang memadai di sejumlah rumah sakit.
Mengingat jika terjadi lockdown lalu lintas barang kemungkinan akan terganggu.
"Harus ada stimulus fiskal dari pemerintah terutama untuk penyediaan alat-alat kesehatan dalam
rangka persiapan. Misalnya lockdown kalau alat kesehatannya nggak ada repot juga. Jadi
memastikan dulu rumah sakitnya siap, dari jumlah rumah sakitnya, jumlah kamarnya, terus alat-
alat kesehatannya," terang David.
Dalam melakukan pengukuran terhadap resiko akibat lockdown serta wabah penyakit ini
dapat dikur dengan :
Mitigasi merupakan suatu kegiatan mengurangi risiko bencana agar tidak muncul
kepanikan ataupun korban. Setiap upaya mitigasi memerlukan persepsi yang sama dari semua
pihak, baik jajaran pemerintah maupun unsur masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya
pedoman dalam penyelenggaraan mitigasi bencana yang dapat dituangkan dalam bentuk standar
pelaksanaan atau kebijakan. Penyelenggaraan mitigasi bencana dapat dilakukan dengan
beberapa langkah teknis yang perlu disampaikan ke masyarakat agar fenomena ini teratasi
secara tepat dan tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat yaitu :
I.Masyarakat
Karyawan Resiko Rajin cuci Harus Resiko Kurang
Perusahaan Tinggi tangan, dilakukan penyebaran nyaman saat
menggunakan covid 19 pada bekerja
masker dan karyawan
sarung tangan menjadi kecil Biaya
saat bekerja, membeli
serta masker,
menggunakan sarung
hand sanitizer tangan, serta
hand
sanitizer
menjadi
besar
II.Tempat
Umum Sangat Menutup Harus Mengurangi Liburan
Tempat Beresiko tempat wisata, segera penyebaran masyarakat
liburan, wisata, liburan dan dilakukan covid 19 menjadi
dan rekreasi rekreasi dan dalam terbatas
jangka
waktu yang Penghasilan
berkala masyarakat
yang bekerja
pada tempat
itu turun