Anda di halaman 1dari 6

HARUS OPTIMIS

Namanya Butet, ia seorang gadis yang rajin dan pintar. Sekarang, ia duduk di bangku
SMA. Dia mempunyai mimpi untuk menjadi seorang dokter. Namun, terkadang ia
harus memendam mimpinya itu, karena kondisi perekonomian keluarganya. Ibu dan
Kakaknya berkali-kali membujuk Butet untuk berhenti sekolah. Akan tetapi, ayahnya
tiada henti memberikan semangat kepada Anita untuk mewujudkan mimpinya itu.

“Syaloom…” Ucapnya sepulang sekolah. Ketika ia akan masuk rumah.


“Syaloom… Kamu baru pulang?” Tanya Devi kakak Butet.
“Iya, Kak” Jawab Anita.
“Ganti baju sana cepat!!… Jangan lupa jual kue-kue ini sampai habis!” Perintah Devi.
“Baiklah, aku ganti baju dulu sebentar Kak…” Jawab Butet.

Setelah selesai, Butet pun berkeliling di daerah kampungnya untuk menjajakan kue-
kue itu. Dengan harapan, kue-kue itu habis terjual. Setelah berkeliling kampung
cukup lama, akhirnya ada beberapa orang yang membeli kue Anita. Sang mentari pun
mulai terbenam, tetapi kue-kue Butet masih tersisa cukup banyak. Akhirnya, Anita
memberikan sisa kue-kue tersebut kepada fakir miskin. Namun, setiba di rumah Butet
justru dimarahin ibu dan kakaknya.

“Mana penghasilanmu hari ini?” Tanya ibu kepada Anita.


“Ini bu, penghasilan jualan kue hari ini” Jawab Anita sambil memberikan uangnya.
“Apa???.. Cuma segini hasil jualanmu? Padahal, kue-kue ini sudah habis!” Ucap
Devi dengan ekspresi marah.
“Maafkan aku bu, sebenarnya kue-kue ini masih tersisa cukup banyak, tetapi aku
berikan sisa kue-kue ini kepada fakir miskin” Ucap Butet sambil menangis.
“Apa???.. Kita buat makan saja susah!! Malah kau beri kepada orang lain” Kata Ibu.
“Sudalah bu, jangan marahin Anita terus apa yang dia lakukan baik…” Ucap ayah.

Butet berlari menuju kamarnya sambil menangis.Tidak lupa pula, ia selalu berdoa
agar mimpinya tercapai menjadi dokter dan keluarganya selalu diberi keberkahan.
Setelah selesai, Butet selalu rajin belajar setiap hari. Walaupun, setelah seharian ia
beraktvitas, tetapi ia tidak pernah mengenal kata lelah. Ia percaya bahwa rasa
lelahnya hari ini adalah awal dari semua impiannya agar menjadi nyata.

Waktu menunjukan pukul 21.00 WIB, Butet langsung menarik selimutnya untuk
tidur. Keesokan harinya, sebelum Butet berangkat sekoah, ia meminta uang untuk
biaya ujian akhir semesternya. Namun, malah terjadi pedebatan.
“Bu… Minggu depan Butet ada ujian semester, Butet mau minta uang buat ujian
semesteran nanti dua siswa terbaik akan mendapat beasiswa, boleh tidak?” Ucap
Butet.
“Butet, sebaiknya kamu berhenti sekolah saja!! kamu bantuin ibu jualan kue-kue
keliling daripada kamu kamu sekolah buang-buang uang saja” Ucap Devi.
“Benar kata kakakmu nak, kalau kamu bantuin ibu jualan kue keliling, hasilnya bisa
langsung kita nikmati” kata ibu.
“Jangan dengarkan ucapan ibu dan kakakmu nak, kamu harus terus sekolah sampai
cita-citamu tercapai, pendidikan itu penting, lebih baik kamu pergi sekolah saja ini
uang untuk membayar ujian kamu nak mudah-mudahan cukup…” Ucap ayah dengan
tegas.

Butet pun berpamitan kepada orangtuanya dan ia langsung bergegas menuju sekolah.
Sepanjang perjalanan, ia selalu mengingat ucapan ibu dan kakanya tadi. Sebenarnya,
ia sangat sedih atas ucapan ibu dan kakanya tadi. Bahkan, ia menahan air matanya
karena ia tak mau terlihat sedih di depan ayahnya. Akan tetapi, keadaan semua ini
tidak memutuskan semangat Butet untuk meraih cita-citanya. Butet semakin yakin
bahwa ia bisa meraih mimpinya dan ia yakin bahwa apa yang terjadi pada dirinya
adalah sebuah tantangan agar cita-citanya bisa tercapai.

Sesampainya di sekolah, ia bingung karena uang untuk membayar ujianya masih


kurang cukup banyak. Akan tetapi, tiba-tiba Andi menghampiri Butet untuk
menawarkan pekerjaan tambahan kepadanya.
“Selamat pagi, Butet!” Sapa Andi.
“Pagi juga Andi!” Jawabnya.
“Kamu mau nggak jadi guru les aku? “ Tanya Andi.
“Apa??… Jadi guru les kamu Ndi, kamu jangan bercanda Ndi?” Ucap Butet.
“Aku gak bercanda Butet… Ini serius, memangnya kenapa?” Tanya Andi.

Awalnya, Butet tak percaya atas permintaan Andi. Di dalam hatinya ia bingung apa
yang harus ia jawab. Sepulang sekolah, ia harus membantu ibunya berjualan kue
keliling, itu yang membuat dia bingung kapan waktu untuk mengajari Andi. Namun,
Andi terus membujuk Butet agar ia mau menjadi guru les nya. Setela berfikir lama,
Butet pun bersedia untuk menjadi guru les Andi.
“Tapi Ndi… Sepulang sekolah, aku harus membantu ibuku berjualan kue keliling,
nanti kapan waktu aku untuk mengajari kamu? Apa sebaiknya kamu cari guru les lain
aja Ndi?” Tanyanya.
“Tenyata itu yang membuat kamu bingung, kamu ga usah khawatir nanti aku beli
semua kue-kue kamu untuk anak panti asuhan, yang penting kamu kamu mau jadi
guru les aku, kamu itukan murid terpandai di sekolah bahkan, kamu pernah menjuarai
banyak perlombaan mangkanya, aku ingin kamu menjadi guru les aku” Jawab Andi.
“Baiklah, aku mau jadi guru les kamu Andi” Kata Butet.
“Andi… Andi kamu sadar donk! Butet itu cewek kampungan masa iya dia jadi guru
les kamu? Apa itu engga salah?“ Kata Sintia.
“Diam kamu Sintia!! Pergi Sana!!” Kata Andi Dengan ekspresi marah.
Sintia pun pergi meninggalkan Andi dan Butet. Tak lama kemudian, bel masuk pun
berbunyi. Anita dan Andi bergegas untuk masuk kelasnya.

Jam pertama hari ini adalah matematika. Seperti biasanya, ada ulangan matematika
mendadak hari ini. Butetpun mendapatkan nilai seratus, sedangkan Andi dan Shintia
mendapat nilai lima puluh.
Setelah beberapa saat, bel istirahat pun berbunyi. Pak Lukman, Wali kelas Butet
memanggil Butet untuk segera menuju ke ruang guru. Butet pun langsung
bergegas menuju ke ruang guru.

“Permisi pak..” Ucapnya sambil mengetuk pintu.


“Iya…., silahkan masuk” Jawab Pak Lukman.
“Maaf pak, ada apa bapak memanggil saya ke ruangan bapak?” Tanya Butet.
“Begini Butet, ujian semester akan diadakan minggu depan sedangkan kamu belum
membayar uang ujian itu, maafkan bapak seandainya kamu belum bisa membayar
uang ujian itu, kamu tidak bisa mengikuti ujian semester tersebut” Kata Pak Lukman.
“Baiklah Pak, saya akan berusaha membayar uang ujian, agar bisa mengikuti ujian
semester tersebut” kata Butet.
“Iya Bapak sangat mengharapkan kamu bisa mengikuti ujian semester tersebut,
selama ini nilai-nilai ulangan harian kamu sangat memuaskan” Ucap Pak Lukman.
“Iya Pak, kalau begitu saya pamit keluar dulu, Ucap Anita sambil bersalaman dengan
Pak Lukman.
“Iya nak” Jawab Pak Lukman.
Di dalam hati kecilnya, ia sangat sedih dan bingung karena sampai hari ini uang
untuk membayar ujian semesternya masih kurang cukup banyak.

Bel masuk pun berbunyi, pertanda jam istirahat telah berakhir, Butet segera menuju
ke kelasnya. Ketika ia masuk ke kelasnya, ia terlihat sering melamun. Andi pun
merasa ada yang aneh dengan Butet. Semenjak dia keluar dari ruangan Pak Lukman,
ia menjadi sering melamun di kelasnya. Akhirnya, Andi pun bertanya dan
menghampiri Butet. Namun, sayangnya Butet tetap saja tidak mau menceritakan apa
yang terjadi pada dirinya.
“Kamu kenapa Tet? Semenjak keluar dari ruangan Pak Lukman, kamu kok jadi sering
melamun?” Tanya Andi dengan penasaran
“Aku nggak apa-apa kok Andi, oh iya… nanti soreh aku ke rumah kamu Andi”
Jawabnya sambil mengalihkan pembicaraan.
“Iya donk, sudah pasti itu jadi” Jawab Andi.

Beberapa saat kemudian, bel pulangpun berbunyi. Butet pun langsung bergegas untuk
pulang kerumahnya. Sesampainya dirumah, ia membereskan kue-kue jualanya. Tanpa
merasa lelah, ia langsung menuju ke rumah Andi. Sebelum ia menuju ke rumah Andi,
ia menceritakan kepada Ayah, Ibu dan Kakaknya bahwa mulai hari ini ia menjadi
guru lesnya Andi.
“Ibu, Ayah, Kak devi sebelum Butet berangkat, Butet mau menceritakan suatu hal
bahwa mulai hari ini Butet akan menjadi guru les Andi” Ucap Butet.
“Apa?? Kamu akan menjadi guru les andi, lalu bagaimana dengan kue-kue ini?”
Tanya Ibu dan Devi dengan ekspresi terkejut.
“Ibu dan Kak Devi nggak usah khawatir kata Andi semua kue-kue ini akan dia beli
sampai habis, karena Andi akan memberikan kue-kue ini untuk anak-anak panti
asuhan” Jawab Butet.
“Oh ya, bagus donk kita akan mendapatkan keuntungan lebih besar, iya engga bu?”
Kata Devi.
“Iya tentu, benar kata kakakmu Butet” Ucap Ibu
“Butet, bapak izinkan kamu untuk menjadi guru les Andi, tetapi bapak pesan sama
kamu, jangan terlalu capek nanti kamu bisa jatuh sakit” Pesan Bapak.
“Iya Pak.. Butet selalu ingat pesan bapak, yasudah kalau begitu Anita pamit dulu
assalamualaikum” Ucap Butet
“Waalaikumsalam” Jawab Bapak
Butet pun langsung bergegas menuju rumah Andi dengan berjalan kaki. Ia rela
berjalan kaki walaupun jarak dari rumahnya ke rumah Andi cukup jauh. Dia merasa
senang jika bisa berbagi ilmu dengan orang lain.

Tak lama kemudian, Butet pun akhirnya sampai di rumah Andi.


“Hai Andi…” Ucapnya.
“Hai , silahkan masuk! Kue-kuenya kamu taruh di meja makan saja, karena akan
segera dikirim ke panti asuhan…” Jawab Andi.
“Iya makasih, hari ini kamu mau bahas mengenai soal materi yang mana?” Tanya
Butet
“Aku mau ngebahas soal biologi siapa tau kita bisa dapet beasiswa kedokteran
nantinya dan soal matematika ulangan kemarin” Jawab Andi.
“Ya Sudah aku jelasin dulu nanti latihan soalnya kamu coba dulu ya” Kata Butet.

Setelah berapa kali Butet menjelaskan materi, Andi pun akhirnya mengerti sedikit
demi sedikit. Bahkan, soal yang ia kerjakan hampir semuanya benar semuanya.
Namun, Andi bingung karena melihat Butet yang sering melamun akhir-akhir ini.
“Butet, sebenarnya ada apa akhir-akhir ini kamu sering melamun?” Tanya Andi.
“Kayanya aku ga bisa ikut ujian semester besok, karena uang aku belum cukup umtuk
membayar uang ujian tersebut Andi…” Jawabnya.
“Apa?? Pokoknya kamu harus ikut Butet ujian semester itu sekaligus penentu
pemenang dua siswa terbaik untuk mendapatkan beasiswa kedokteran, urusan biaya
nanti aku yang urus kamu gak usah khawatir ” Kata Andi.
“Makasih banyak Andi, aku janji aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, aku
beruntung mempunyai teman sebaik kamu” Ucap Butet sambil tersenyum.
“Iya sama-sama ” Ucap Andi sambil membalas senyum Butet.
Keesokan harinya, Butet dan Andi mengikuti ujian semester tersebut. Sebelum
berangkat ke sekolah mereka meminta doa kepada kedua orangtuanya masing-
masing. Dengan harapan, mereka berdualah yang menjadi dua siswa terbaik
pemenang beasiswa kedokteran tersebut. Sesampainya di sekolah, Andi dan Butet
pun saling memberikan semangat satu sama lain. Rasa tegangpun nampak pada wajah
mereka berdua, Ketika memasuki ruangan ujian. Setelah kurang lebih 2 jam, Butet
dan Andipun keluar dari ruangan ujian tersebut, mereka berdua hanya bisa pasra
menunggu hasilnya.

Tiga hari kemudian, tepatnya saat upacara bendera, tiba saatnya pengumuman hasil
ujian semester tersebut. Hati Butet dan Andi semakin bertanya-tanya apa ia bisa
mendapatkan beasiswa tersebut. Beberapa saat kemudian, Bapak Kepala Sekolah
mengumumkan bahwa yang mendapatkan beasiswa kedokteran ke Jepang sekaligus
nilai ujian terbaik adalah Andi dan Butet. Awalnya, mereka berdua tak percaya,
hanya kebahagian yang menyelimuti mereka.Kedua orang tau mereka sangat bangga.
Ibu, Devi dan Sintia meminta maaf kepada Butet, karena selama ini sudah jahat
kepada Butet.

“Butet, ibu minta maaf sama ibu selalu berusaha agar kamu putus sekolah, tetapi
sekarang ibu malu melihat kamu sudah sukses” Ucap ibu sambil menangis.
“Maafin Kakak juga, Kakak selalu berbuat kasar sama kamu” Kata Devi.
“Aku juga minta maaf , aku selau merendahkan kamu Anita” Ucap Sintia.
“Sudalah Ibu, Kak Devi, Shintia yang berlalu biarlah berlalu aku sudah memaafkan
semua kesalahan kalian dari dulu” Ucap Butet.
“Terimah kasih Butet Kamu memang orang yang baik” Ucap Ibu, Devi dan Sintia.
“Kalian berdua memang pasangan yang sangat cocok, kalian memiliki hati yang baik
dan pintar, tetapi kalian tak pernah sombong. Ayo Andi nyatain perasaan kamu ke
Butet cepetan nanti kamu nyesel” Ucap Sintia sambil merayu Andi.

“Butet, sebenarnya semenjak pertama kali aku kenal kamu aku merasakan ada
germecik cinta di hatiku yang hanya bisa aku pendam selama ini. Namun, aku rasa ini
waktu yang sangat tepat untuk mengungkapkan isi hatiku. Aku cinta kamu Butet, apa
kamu mau menjadi pendamping hidupku? Setelah kita lulus kuliah nanti aku akan
langsung melamar kamu Butet” Ungkapan isi hati Andi.
“Iya Andi, aku pun merasakan hal yang sama apa yang kamu rasakan, tapi kita harus
menyelesaikan kuliah kita dulu” Jawab Butet dengan rasa bahagia.

Akhirnya, Andi dan Butet pun memfokuskan diri untuk menyelesaikan kuliahnya
terlebih dahulu. Lima tahun telah berlalu, akhirnya Andi dan Butet pun selesai
menyelesaikan kuliahnya di Jepang. Mereka pun sangat bersyukur karena impiannya
menjadi seorang dokter akhirnya tercapai. Sesuai janjinya ketika SMA, tanpa berfikir
panjang Andi pun segera melamar Butet. Beberapa bulan kemudian, Butet dan Andi
pun akhirnya menikah. Butet dan Andi pun tak pernah menyangka bahwa hasil
perjuanganya selama ini berbuah manis dan menghasilkan kebahagiaan yang luar
biasa.

Anda mungkin juga menyukai