Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA

“PENISTAAN AGAMA OLEH AHOK”

DISUSUN OLEH

 HELMA ROZALSA ABSAR


 M.RAMADHAN SAPUTRA
 PELANGI SASIH OKTOBAR
 RISA ANJANI
 TIFFANY NUR IZZATI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

MAN 1 BANDAR LAMPUNG


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji-puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh
limpahan rahmat dan karunia-Nya, tugas ini yang berjudul “Penistaan Agama Oleh Ahok”
dengan baik. Adapun tujuan dan maksud kami membuat tugas ini adalah sebagai salah satu
pemenuhan tugas Bahasa Indonesia. Sekaligus pula penulis sampaikan rasa terima kasih
kepada segenap pihak yang sudah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang terdapat pada tugas ini.
Dengan demikian, kami sungguh-sungguh mengharapkan kritik dan saran bagi segenap pihak
buat kami jadikan sebagai bahan evaluasi demi meningkatkan kinerja untuk selanjutnya.

Bandar Lampung, 25 Oktober 2017


DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
BAB I...........................................................................................................................................
PENDAHULUAN........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................
C. TUJUAN..................................................................................................................................
BAB II..........................................................................................................................................
PEMBAHASAN..........................................................................................................................
A. KRONOLOGI KEJADIAN KASUS......................................................................................
B. PANDANGAN BERSALAH ATAS KASUS........................................................................
C. PANDANGAN TIDAK BERSALAH ATAS KASUS...........................................................
D. KELANJUTAN TERKINI KASUS........................................................................................
DAFTAR PUSAKA.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di akhir Tahun 2016 publik di gegerkan lagi dengan mencuat nya berita video yang dianggap
penghinaan islam oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) selaku gubernur DKI pada
saat beliau berpidatu dihadapan masyarakat di kepulauan seribu, tepatnya pada Tanggal 27
September 2016  pada saat beliau kunjungan kerja ke daerah kepulauan seribu.
Masalah ini mencuat sehingga menjadi berita hangat setelah di unggahnya penggalan video
pidato bapak gubernur tersebut di media sosial oleh Buni Yani.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Kronologi Kejadian Kasus


2.      Bagaimana Pendapat Bersalah atas Kasus
3.      Bagaimana Pendapat Tidak Bersalah atas Kasus
4.      Bagaimana Kelanjutan Kasus

C.    Tujuan

1.      Untuk dapat mengetahui bagaimana Kronologi Kejadian Kasus


2.      Untuk dapat mengetahui bagaimana Pendapat Bersalah atas Kasus
3.      Untuk dapat mengetahui bagaimana Pendapat Tidak Bersalah atas Kasus
4.      Untuk dapat mengetahui bagaimana Kelanjutan Kasus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kronologis Kejadian Kasus

Jagat media sosial jadi riuh karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok), yang membahas penggunaan surat Al Maidah ayat 51, dalam suasana
menjelang Pemilihan Gubernur DKI 2017. Sekedar catatan, ayat itu memang kerap menjadi
materi kampanye untuk mengarahkan warga muslim DKI agar tidak memilih Ahok. Semisal
ketika dipakai Hizbut Tahrir Indonesia dan Gema Pembebasan dalam kasus video
#TolakPemimpinKafir, beberapa waktu silam.
Adapun pernyataan Ahok yang jadi sorotan termuat dalam pidatonya di hadapan warga
Kepulauan Seribu, pekan lalu (27/9). Saat itu, Ahok menjelaskan program kerja sama
Pemerintah Provinsi DKI dan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta dalam bidang
perikanan--termasuk memberikan bantuan 4.000 benih ikan kerapu. Dalam pidatonya, Ahok
menjelaskan bahwa warga tak perlu takut soal kelanjutan program bantuan itu, bila dirinya
tak terpilih dalam Pilgub DKI 2017. Lebih kurang, Ahok menjamin program itu akan tetap
berjalan, apa pun hasil Pilgub kelak. "Jadi enggak usah pikiran. 'Akh! Nanti kalau enggak
kepilih, pasti Ahok programnya bubar'. Enggak! Saya masih terpilih (menjabat) sampai
Oktober 2017," kata Ahok.
Setelahnya, terseliplah pernyataan dia soal penggunaan surat Al Maidah ayat 51 jelang
Pilgub DKI 2017. "Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu
enggak pilih saya. Dibohongin pakai surat Al Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak
bapak ibu." Pernyataan itulah yang jadi bola liar di jagat daring.

B.     Pandangan Bersalah Atas Kasus

Ahok kembali melontarkan pernyataan yang melecehkan Al Qur'an. Ahok menyebut surat
Al Maidah ayat 51 dipakai membohongi warga untuk tidak memilihnya dengan ancaman
neraka. "Kalau bapak ibu ga bisa pilih saya, ya kan, dibohongin pakai surat Al Maidah 51,
macam-macam itu. Itu hak bapak ibu. Ya, jadi kalo bapak ibu merasa, ga milih nih karena
saya takut neraka, dibodohin gitu ya gapapa" kata Ahok sewaktu berkunjung di Kepulauan
Seribu dan diunggah ke Youtube pada Senin (26/9/2016) lalu.
Pernyataan Ahok ini langsung menuai kecaman keras dari umat Islam. Sebab Ahok
dinilai telah melecehkan Al Quran dan memusuhi umat Islam. Tokoh anti PKI Alfian
Tanjung melalui akun Facebook pribadinya mengungkapkan bahwa pernyataan Ahok
tersebut semakin jelas memperlihatkan bahwa Ahok memusuhi Islam.
"Sudah semakin Jelas, Basuki Podomoro ini memang musuh Islam," tulis Alfian Tanjung,
Rabu (5/10/2016), seperti dikutip Islamedia.
Tak terhitung jumlah netizen yang mengecam dan memprotes pernyataan Ahok tersebut.
Ada pula yang menilai Ahok panik.“Ahok mulai panik, hasil survey suaranya mulai menurun
terus,,, biarkan dia berkata terus seperti itu,dan suaranya semakin anjlok,” kata Kang Uli.

C.    Pandangan Tidak Bersalah Atas Kasus

Mantan Ketua Umum GP Ansor, Nusron Wahid menyatakan, Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak melakukan penistaan agama dalam kunjungannya di
Kepulauan Seribu. Nusron, mengaku sudah melihat secara tuntas rekaman video selama
kegiatan Ahok di Pulau Seribu yang berdurasi satu jam. Dari rekaman utuh satu jam itu, tidak
ada satu pun rangkaian kalimat di mana Ahok melakukan penistaan agama.
Salah satu Ketua PBNU ini berdalih justru calon petahana gubernur DKI Jakarta itu
memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih secara cerdas. Ahok kata dia, mengedukasi
warga agar jangan mau dibohongi oleh orang yang mempolitisasi agama dalam hal ini
dengan menggunakan ayat Alquran dalam surat Al Maidah. "Jadi, yang dituju atau dimaksud
Ahok adalah orang yang membohongi. Bukan berarti ayat Al Maidah yang bohong. Justru
Ahok menempatkan ayat suci secara sakral. Bukan alat agitasi, dan kampanye yang
mendeskreditkan," kata Nusron, Jumat (7/10/2016). Nusron berpendapat, video yang
disebarkan dan menuduh Ahok telah menistakan Alquran sengaja dipotong sehingga
menimbulkan mispersepsi dan intepretasi yang bias dan dikembangkan di masyarakat. "Cara-
cara seperti ini sungguh picik, tidak fair, dan tidak beradab.
Cara-cara ini sangat tidak sesuai akhlaqul karimah," tegas mantan Ketua Umum PB PMII
ini. Menurut Nusron, kalau memang Ahok melakukan kesalahan dalam statemennya, di
dalam acara tersebut dihadiri media massa yang luas. Logikanya, saat itu juga pasti sudah ada
yang memberitakan dan mempersoalkan. Bahkan, masyarakat Kepulauan Seribu yang hadir
juga pasti komplain kalau memang betul Ahok melakukan seperti apa yang dituduhkan. "Tapi
ini sudah lebih dari seminggu berlalu, baru dimunculkan dengan dipotong secara tidak utuh.
Jadi sungguh mengada-ada, dan ada unsur kesengajaan dengan memotong rekaman untuk
dijadikan bahan menyerang Ahok," paparnya. Jadi, menurut Nusron, orang yang menuduh
Ahok ini dalam bahasa agama masuk kategori "kalimatu haqqin wa uridu biha al bathil" (ayat
Alquran benar, tapi digunakannya tidak benar karena jadikan alat politisasi). Sebab mereka
menggunakannya untuk kepentingan menghasut agar tidak memilih Ahok. "Padahal, asbabun
nuzul (sebab turunnya suatu ayat) tidak ada kaitan dengan kepemimpinan gubernur hari ini,"
tutur Nusron.

D.    Kelanjutan Terkini Kasus

Setelah demo pada tanggal 04 Bulan Nopember kemarin kepolisian menindak lanjuti dan
menetapkan Bpk. Basuki Cahya sebagai tersangka, dan Gelar perkara terkait kasus dugaan
penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan
dilakukan pada Selasa (15/11/2016) di ruang rapat utama (rupatama) Mabes Polri.
Gelar perkara akan dilakukan secara terbuka terbatas, mengingat kapasitas ruangan.
Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto mengatakan, gelar perkara
akan menentukan kelanjutan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok.
"Kalau tindak pidana akan ditindaklanjuti oleh penyidik," kata Ari di kantor Bareskrim di
kompleks Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Dalam gelar perkara, pihaknya akan mengundang para pelapor dan terlapor. (Baca:
Gelar Perkara Kasus Ahok, Bareskrim Undang Pihak Pelapor dan Terlapor)
Ari menuturkan, gelar perkara akan dilaksanakan selama satu hari. Selesai gelar perkara, kata
dia, penyidik akan melakukan analisis. "Selesai gelar perkara, lalu kami analisis secepatnya.
Nanti kalau sehari selesai, Rabu besoknya bisa diketahui dan disampaikan," ucap Ari.
Ari menyebutkan, gelar perkara akan menghadirkan 34 saksi ahli dari kedua belah pihak.
Saat ini, lanjut Ari, pihaknya sedang menyusun hasil wawancara dari berbagai pihak.
Gelar perkara terbuka untuk kasus Ahok diungkap Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian
seusai bertemu Presiden Joko Widodo. Jokowi pun mengakui memerintahkan Polri untuk
melakukan gelar perkara terbuka. Kepolisian lalu menelaah keabsahan gelar perkara terbuka.
Hingga akhirnya, Komjen Ari Dono mengungkap bahwa gelar perkara akan dilakukan
terbuka terbatas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tepatnya pada Tanggal 27 September 2016  pada saat beliau kunjungan kerja ke daerah
kepulauan seribu Pak Ahok mengeluarkan statement yang dianggap oleh sebagian kalangan
sebagai penistaan agama. Ahok dianggap menistakan agama karena bukan hak nya sebagai
warga non muslim mengatakan bahwa alquran berbohong dalam sudut pandang yang kontra
terhadap pak ahok.
Namun ada juga kalangan yang mengatakan bahwa ini bukan sebuah penistaan agama
dilihat dari bahasa yang digunakan dan tafsiran dari ayat yang bersangkutan yang memang
multi tafsir. Namun walaupun demikian kasus ini tetap berlanjut dan kepolisian sudah
menetapkan ahok menjadi tersangka atas kasus dugaan penistaan agama ini.

B.     Saran

Sebagai seorang muslim yang mencintai agamanya pasti dimana ada hal yang
menyinggung terhadap agama maupun ajaran yang dianutnya akan bereaksi terhadap hal
tersebut, tetapi juga sebagai manusia yang berakal kita harus selektif menerima berita
menelusuri kebenarannya serta menkaji dulu permasalahannya sebelum kita menentukan
sikap.
DAFTAR PUSTAKA

http://nasional.kompas.com/read/2016/11/11/20155621/gelar.perkara.akan.tentukan.kelanjuta
n.kasus.ahok
https://www.tempo.co/topik/tokoh/628/Ahok--Basuki-Tjahaja-Purnama
https://www.merdeka.com/peristiwa/disinggung-soal-hilangnya-kata-pakai-buni-yani-naik-
pitam.html
http://kabarsurade.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai