Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KALORIMETRI (SISTEM TERBUKA)

1.1. Tujuan Percobaan


- Memahami teori kalorimetri sistem terbuka beserta pembuktian teorinya.
1.2. Tinjauan Pustaka
Kalorimetri merupakan pengukuran panas dimana perpindahan energi (panas)
yang dilibatkan pada perubahan suhu (Young, 2002). Kalorimeter merupakan alat yang
dirancang dapat mengisolasi sistem di dalamnya sehingga panas yang keluar dari benda
sama dengan panas yang masuk ke air dan wadahnya (Hesti, 2018).
Kalor merupakan suatu bentuk energi yang dapat berpindah berdasarkan
perbedaan suhu. Kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah.
Benda yang menerima kalor mengakibatkan suhunya bertambah atau wujud benda
berubah. Besar kalor yang diserap atau dilepas oleh suatu benda berbanding lurus
dengan:
- Massa benda (m)
- Kalor jenis benda (c)
- Perubahan suhu (Δt)
Jadi besarnya kalor yang diserap atau dilepaskan dirumuskan dengan:
Q = m.c. Δt....................................................... (1.1)
dengan m adalah massa benda (kg, gram), Δt merupakan kenaikan suhu antara t1 dengan
t2 (oC), dan c adalah kalor jenis benda (kal/gram oC) , (joule/kgK). Dalam sistem
Standart Internasional satuan kalor adalah joule. 1 kal = 4,2 joule dan 1 joule = 0,24 kal.
Satuan kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 oC air
murni yang massanya 1 gram.
Besaran-besaran lain dalam kalor terbagi menjadi 5 yaitu:
A. Kapasitas panas (C)
Kapasitas panas merupakan perbandingan antara jumlah kalor yang diterima
benda dengan kenaikan suhu atau benyak panas yang diperlukan untuk menaikkan
sejumlah zat tertentu sebanyak satu derajat.
Q
C = ........................................................... (1.2)
Δt
Dimana Δt merupakan kenaikan suhu (oC, K), Q merupakan kalor (kal, joule) dan
C merupakan kapasitas panas (kal/oC, joule/K (SI)).
B. Kalor jenis (c)
Kalor jenis merupakan perbandingan antara kapasitas panas dengan massa benda
atau banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu tiap satuan massa
benda tersebut sebanyak satu derajat.
c Q
C = = ..................................................... (1.3)
m m∆t
Dimana C merupakan kapasitas kalor (kal/oC, joule/K), m merupakan massa
benda (gram, kg), dan c merupakan kalor jenis benda (kal/gr oC, joule/kgK (SI)).
Kalor jenid hanya tergantung dari jenis benda saja.
C. Perubahan wujud zat
Ada tiga wujud zat yaitu padat, cair dan gas. Perubahan wujud zat dipengaruhi
oleh kalor. Perubahan wujud zat dapat digambarkan seperti dibawah ini.

Gambar 1.1 Perubahan wujud zat


Pada saat terjadi perubahan wujud zat suhunya tetap. Kalor yang diperlukan oleh
setiap satuan massa zat untuk mengubah wujudnya disebut kalor laten dansuhu
yang terjadi selama perubahan wujud zat disebut suhu transisi. Jumlah kalor yang
diperlukan atau dilepaskan selama proses perubahan wujud zat dirumuskan
dengan
Q = m.L ................................................. (1.4)
dimana Q merupakan kalor yang diserap atau dilepas (kal, joule), m merupakan
massa zat (gram, kg) dan L merupakan kalor laten (kal/gram, joule/K)
D. Jenis-jeis kalor laten
- Kalor lebur merupakan banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 gram
zat dari wujud padat menjai cair pada titik leburnya. Kalor lebur es adalah 80
kal/gram. Kalor lebur sama dengan kalor beku, titik lebur sama dengan titik
beku.
- Kalor didih merupakan banyaknya kalor yang diserap untuk mengubah 1 gram
zat dari wujud cair menjadi uap pada titik didihnya. Kalor didih sama dengan
kalor embun dan titik didih sama dengan titik embun (Widya, 2015).
Cara-cara perpindahan panas
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai perpindahan energi dari suatu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari perbedan temperatur antara daerah
tersebut. Perpindahan panas ada 3 cara yaitu:
a. Konduksi
Perpindahan panas konduksi merupakan perpindahan energi yang terjadi pada
media padat atau fluida yang diam sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Hal ini
merupakan perpindahan energi partikel yang lebih energi ke partikel yang kurang
energi pada benda akibat interaksi antara partikel-partikel. Energi ini dihubungkan
dengan pergerakan translasi, sembarang, rotasi dan getaran dari molekul-molekul.
Temperartur lebih tinggi berarti molekul lebih rendah (kurang energi). Untuk
konduksi panas untuk persamaan aliran dikenal persamaan Hukum Fourier. Jika
kondisi pada dinding datar, laju perpindahan panas satu dimensi adalah sebaga
berikut:
qkond = K.A.dT/dx ............................................. (1.5)
Keterangan :
- qkond = Laju perpindahan panas konduksi (W)
- K = Konduktivitas termal bahan (W/m.K)
- dT/dx = Temperature Gradient
- A = Luas permukaan perpindahan panas (m2)
- (-) = Perpindahan panas dari temperatur tinggi ke temperatur rendah.
b. Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah suatu perpindahan panas yang terjadi antara
suatu permukaan padat dan fluida yang bergerak atau mengalir akibat adanya
perbedaan temperatur.
Perpindahan konveksi dapat dibedakan menjadi:
- Konveksi bebas (Free Convection) atau Natural Convection yaitu konveksi
dimana aliran fluida terjadi bukan karena dipaksa oleh suatu alat, tetapi
disebabkan karena gaya apung (Buoyancy Force).
- Konveksi paksa (Force Convection) yaitu konveksi yang terjadi dimana aliran
fluida disebabkan oleh peralatan bantu seperti Fan, Blower dan lain-lain.
- Konveksi dengan fase yaitu sama seperti pendidihan (Boiling) dan pengembunan
(kondensasi).
Persamaan laju perpindahan panas konveksi bila TS,>T adalah:
qkonv = hA(TsT)................................................ (1.7)
Keterangan :
- qkonv = Besar laju perpindahan konveksi (W)
- h =Koefisien konveksi (W/m2K)
- A = Luasan permukaan perpindahan panas (m2)
- (Ts,T) = Perbedaan temperatur (K).
Persamaan tersebut disebut hukum Newton Pendingin atau Newton’s Law of
Cooling.
c. Radiasi
Radiasi thermal merupakan energi yang diemisikan oleh benda yang berada pada
temperatur tinggi dimana merupakan perubahan dalam konfigurasi elektron dari
atom.
Energi dari medan radiasi ditransportasikan oleh gelombang elektromagnetik
atau lainnya. Photon berasal dari energi dalam sebuah elektron yang memancar.
Pada perpidahan panas konduksi dan konveksi adalah mutlak membutuhkan
media. Sedangkan pada perpindahan panas radiasi tidak diperlukan media.
Perpindahan radiasi lebih efektif terjadi diruang hampa.
Laju perpindahan panas netto radiasi dirumuskan sebagai berikut:
qrad =  A(Ts4-Tsur4).......................................... (1.8)
Keterangan :
- qrad = Laju perpindahan panas radiasi (W)
-  = Emisivitas permukaan material
-  = Konstanta Stefan-Boltrmann (5,66910-8 W/m2K4)
- A = Luasan permukaan perpindahan panas (m2)
- Ts = Temperatur permukaan benda (K)
- Tsus = Temperatur Surrounding (K).
(Ricki, 2008).

Ada beberapa jenis kalorimeter disini hanya membaha tiga yaitu kalorimeter
aluminium, kalorimeter listrik dan kalorimeter bom.
1. Kalorimeter aluminium
Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bejana aluminium yang kalor jenisnya diketahui.
Bejana ini ditempatkan didalam bejana lain yang lebih besar, seperti gambar 1.2.
Agar kedua bejana ini tidak bersentuhan satu sama lain, sebuah cincin isolator
ditempatkan diantara keduanya. Kedua bejana ini dipisahkan oleh dinding penyekat
misalnya udara atau gabus. Untuk memperkecil pertukaran kalor dengan lingkungan,
kalorimeter ini dilengkapi dengan tutup kayu yang merupakan salah satu isolator
yang baik.

1
2

5
7
6
Gambar 1.2. Kalorimeter aluminium
Keterangan :
1. Termometer
2. Pengaduk
3. Tutup kayu
4. Cincin
5. Bejana dalam
6. Ruang udara
7. Bejana luar
Prinsip kerja kalorimeter aluminium. Pertama tentukan kalor jenis bahan yang di
panaskan sampai suhu tertentu. Selanjutnya, zat itu segera dimasukkan ke dalam
kalorimeter berisi air yang massa dan suhunya sudah diketahui. Kemudian diaduk
samapi sistem mencapai kesetimbangan termal. Dengan menggunakan asas Black,
kalor jenis zat dapat diketahui.

2. Kalormeter listrik
Kalorimeter ini digunakan untuk menentukan kalor jenis zat cair. Prinsip kerjanya
kalorimeter ini pertama sejumlah sampel zat cair yang massanya m kg yang
dimasukkan ke dalam bejana tembaga yang kapasitas kalornya diketahui misalnya C
J/K. Selanjutnya zat cair itu dipanaskan dengan menggunakan pemanas listrik yang
bekerja pada potensial V volt dan alur yang mengalir I ampere dalam waktu t sekon.
Kenaikan suhu ΔToC dalam selang waktu t sekon ini diukur dengan menggunakan
termometer yang dipasang pada kalorimeter tersebut. Energi listrik yang diberikan
selama t sekon ini adalah W= VIt joule. Dengan menganggap tidak ada kalor yang
hilang selama proses berlangsung, seluruh energi listrik ini diserap oleh kalorimeter
dan zat cair berdasarkan hukum kekekalan energi.

2
4
3
5 6

8
10
9

Gambar 1.3. Kalorimeter listrik


Keterangan:
1. Amperemeter 6. Termometer
2. Sumber tegangan 7. Tutup
3. Potensiometer 8. Cairan contoh
4. Voltmeter 9. Kalorimeter timah
5. Pengaduk kawat timah 10. Elemen pemanas
(Bambang, 2007).
3. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
dibebaskan pada pembakaran sempurna dalam oksigen berlebih suatu materi
atausampel zat. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup
dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api
listrik dari kawat logam yang terpasang dalam tabung. Kalormeter jenis ini masih
sulit dijumpai karena harganya yang relatif mahal.

Gambar 1.4. Kalorimeter bom


Keterangan :
1. Tutup tabung kalorimeter 8. Selang penghubung
2. Wadah tabung kalorimeter 9. Tabung gas oksigen
3. Pemanas 10. Stopkontak
4. Tabung bom 11. Kabel
5. Thermometer 12. Amperemeter
6. Penutup 13. Voltmeter
7. Pentil sepeda
Prinsip kerja kalorimeter bom pada volume konstan, yaitu pada waktu molekul-
molekul bereaksi secara kimia, kalor akan dilepaskan atau diambil dan perubahan
suhu pada fluida kolimeter diukur. Karena bejana ditutup rapat, volumenya tetap dan
tak ada kerja tekanan-tekanan yang dilakukan. Pada volume tetap, sulit dilakukan
karena memerlukan penggunaan bejana reaksi yang dirancang dengan baik sehingga
dapat tahan terhadap perubahan tekanan yang besar yang terjadi pada banyaknya
reaksi (Hesti, 2018).
Dari tiga jenis kalorimeter yang meliputi kalorimeter aluminium, kalorimeter
listrik, dan kalorimeter bom dapat disimpulkan bahwa menurut harganya kalorimeter
bom lebih mahal dibandingkan dengan yang lain. Menurut ketelitiaannnya kalorimeter
bom lebih teliti karena pada kalorimeter bom sistemnya benar-benar terisolasi sehingga
kenaikkan atau penurunan suhu air didalam kalorimter. Menurut cara kerjanya
kalorimeter aluminium lebih mudah digunakan karena prinsip kerjannya yang relatif
mudah dibandingkan jenis yang lain.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat dipertukarkan oleh sistem
dan lingkungan karena adanya perbedaan suhu. Menurut perjanjian Q bernilai postif
apabila sistem menerima kalor dari lingkungan dan Q bernilai negatif apabila sistem
melepaskan kalor ke lingkungan.

Gambar 1.5. Pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungan


Perubahan kalor sistem yang terjadi diberi tanda dQ, yang menandakan bahwa
perubahan kalor bergantung pada jalannya sistem sehingga kalor bukan fungsi keadaan.
Jika sistem tidak mengalami pertukaran kalor, dQ = 0, sistem ini disebut sistem
adiabatis (Ijang, 2000).
Berdasarkan hukum pertama termodinamika perubahan energi dalam (ΔU)
bergantung pada transfer kalor antara sistem dan lingkungan (q sis<0 dan qling>0) dan
kerja yang terjadi pada sistem (w).
ΔU = qsis + w.................................................... (1.9)
Jika diasumsikan bahwa hanya ada tekanan luar (Peks) dan volume konstan (ΔV=0)
maka kerja yang terjadi juga nol, maka;
ΔU = qsist..................................................... (1.10)
Pada kalorimeter bom jika proses berlangsung secara adiabatik, perubahan
temperatur yang terjadi bisa diukur. Jika kapasitas panas kalorimeter (Ckal) sebagai
lingkungannya diketahui maka jumlah panas yang dilepasnoleh bomb adalah:
-qsist=qling=CkalΔling.......................................... (1.11)
(Otong, 2017).
Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki temperatur tinggi
ke benda yang temperatur rendah. Energi adalah kekal sehingga benda yang memiliki
temperatur yang lebih tinggi akan melepaskan energi sebesar Q1 dan benda yang
memiliki temperatur yang lebih rendah akan menerima kalor sebesar Q 2, dengan berat
yang sama.
Qlepas = Qterima................................................ (1.12)
Q = m.c.ΔT.................................................. (1.13)
Persamaan (1.12) menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor
yang disebut sebagai hukum Asas Black. Pengukuran kalor dilakukan untuk
menentukan kalor jenis suatu zat. Jika kalor jenis sudah diketahui, kalor yang diserap
atau dilepaskan dapat ditentukan dengan mengukur perubahan temperatur zat tersebut
(Arip, 2009).
Dalam beberapa reaksi berlangsung lambat atau terjadi reaksi samping yang
menghasilkan zat-zat selain senyawa yang diharapkan. Dalam hal ini ∆H of dapat
ditentukan dengan cara pendekatan tidak langsung yang didasarkan pada hukum
penjumlahan kalor (Hukum Hess). Hukum Hess (Hess’s Law) dapat dinyatakan sebagai
berikut “Bila reaktan dirubah menjadi produk, perubahan entalpinya sama terlepas
apakah reaksi berlangsung dalam satu tahap atau beberapa tahap”. Dengan kata lain,
jika kita dapat membagi reaksi menjadi beberapa tahap reaksi dimana ∆H oreaksi dapat
diukur. Hukum Hess didasarkan pada H adalah fungsi keadaan. ΔH hanya bergantung
pada keadaan awal dan keadaan akhir (yaitu, hanya pada sifat reaktan dan produk)
(Raymond, 2010).
1.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- rumus kimia : H2O
- bau : tidak berbau
- bentuk : cair
- berat molekul : 18,02 g/mol
- densitas : 1 g/cm3
- pH : 7 (netral)
- titik didih : 100 ˚C
- titik leleh : 0 ˚C
- warna : tidak berwarna
B. Asam klorida
- rumus kimia : HCl
- bau : kuat
- bentuk fisik : liquid
- berat molekul : 36,46 g/mol
- densitas : 1,267 g/cm3
- pH :<1
- titik didih : 108,58oC
- titik lebur : -62,25oC
- warna : tidak berwarna
C. Natrium hidroksida
- rumus kimia : NaOH
- bau : tidak berbau
- bentuk : padat
- berat molekul : 40 g/mol
- densitas : 2,13 g/cm3
- pH : 13,5
- titik didih : 1388 ˚C
- titik leleh : 323 ˚C
- warna : putih

1.4. Alat dan Bahan


A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan yang digunakan:

- batang pengaduk - Aquadest


- Beakerglass - asam klorida

- Erlenmmeyer - natrium hidroksida

- gelas arloji
- karet penghisap
- labu ukur
- penangas air
- peralatan sistem
- pipet volum
- Thermometer

1.5. Prosedur Percobaan


A. Kalibrasi Alat
- Memasukkan 25 mL V1 mL air dingin dengan suhu normal ke dalam
kalorimetri bagian sistem dan amati suhunya Ts1
- Masukkan VL mL (VL = 2 x Vs1) air dinginke bagian lingkungan dan amati
suhunya (TL1)
- Memanaskan Vs2 mL air dingin dengan volume yang sama dengan V1 dengan
suhu normal sampai temperaturnya naik 15oC Ts2
- Mencampurkan air yang telah dipanaskan dengan suhu Ts2, ke dalam bagian
sistem kalorimetri yang telah berisi air dingin dengan suhu Ts2
- Mengaduknya keduanya hingga tercampur
- Menentukan suhu campuran di dalam sistem Ts2
- Menentukan suhu campur didalam sistem (Ts3) dan suhu bagian lingkungan
(TL3).
B. Penentuan perubahan entalpi penetralan
- Memasukkan 50 mL air dingin ke dalam lingkungan
- Menyamakan suhu natrium hidroksida dan asam klorida
- Mencampurkan 25 mL natrium hidroksida dan 25 mL asam klorida ke dalam
sistem
- Mengaduk hingga tercampur
- Menentukana suhu campuran didalam sistem dan suhu dibagian lingkungan.
1.6. Data pengamatan
A. Data pengamatan kalibrasi alat
Tabel 1.1 Data pengamatan kalibrasi alat
Suhu Suhu Keadaan Keadaan Setelah
No. Nama Bahan
(oC) (K) Awal Reaksi
Air dingin dalam
1. 28 oC 301 K Jernih Jernih
sistem (TS1)
Air dingin dalam
2. 28 oC 301 K Jernih Jernih
lingkungan (TL1)
Air setelah
3. 38 oC 311 K Jernih Jernih
dipanaskan (TS2)
Setelah dicampurkan
4. Air disistem (TS3) 32 oC 305 K Jernih Jernih
Air dingin di
5. 30 oC 303 K Jernih Jernih
lingkungan (TL3)

B. Data pengamatan perubahan entalpi penetralan


Tabel 1.2 Data pengamatan perubahan entalpi penetralan
No Suhu Suhu Keadaan Keadaan Setelah
Nama Bahan
. (oC) K Awal Reaksi
Air dingin dalam
1. 28 oC 302 K Jernih Jernih
lingkungan (TL1)
2. HCl 29 oC 302 K Jernih Jernih
o
3. NaOH 29 C 302 K Jernih Jernih
Setelah dicampurkan
4. Campuran disistem 38 oC 311 K Jernih Jernih
Campuran
5. 31 oC 304 K Jernih Jernih
dilingkungan

1.7. Dokumentasi Alat


3
2 1

Gambar 1.6. Alat kalorimeter


Keterangan :
1. Isolator
2. Lingkungan
3. Sistem

1.8. Persamaan reaksi


HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl(aq) + H 2O (aq)...........
(1.14)
(Asam klorida) (Natrium hidroksida) (Natrium klorida) (Air)
(Roni, 2008).
1.9. Pembahasan
- Berdasarkan percobaan yang berlaku sesuai dengan sistem teori terbuka terjadi
pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan linkungan.
- Mengetahui kalibrasi alat dengan penentuan harga k dalam percobaan.
Kalibrasi alat dilakukan dengan prosedur yaitu memasukkan 50 mL Aquadest
dingin dengan suhu normal (28oC) ke dalam bagian lingkungan, selanjutnya
memasukkan 25 mL Aquadest dingin dengan suhu normal ( 28oC) ke dalam
bagian sistem, kemudian masukkan Aquadest yang suhunya dinaikkan 15oC
dari suhu awal (Aquadest panas) sebanyal 25 mL ke sistem. Setelah itu
mengaduk campuran air panas dan air dingin yang berada di dalam sistem.
Kemudian menentukan suhu campuran didalam sistem dan lingkungan.
Perubahan sistem yaitu 4oC, kemudian perubahan suhu lingkungan sebesar 2oC
dan campuran yang didapat adalah sebesar
- Suhu Aquadest dinaikan karena terjadi perpindahan suhu dalam kalorimeter,
dimana zat yang memiliki suhu yang lebih tinggi akan melepaskan kalor dan
zat yang, memiliki suhu yang lebih rendah akan menerima kalor. Terjadi
perpindahan panas yang bersifat eksotermis. Pemanasan Aquadest berfungsi
untuk membandingkan suhu air panas dan suhu air dingin di dalam
kalorimeter. Pencampuran dan pengukuran berfungsi untuk membutikan fungsi
kalorimeter yaitu dapat menjaga/mempertahankan kalor.
- Pada praktikum proses kalibrasi alat terbukti teori hukum Asas Black, dimana
jumlah kalor yang diterima oleh sistem sama dengan jumlah kalor yang
dilepaskan oleh sistem. Zat yang memiliki suhu yang lebih tinggi akan
melepaskan kalor dan zat yang memiliki suhu yang lebih rendah akan
menerima kalor.
- Perubahan entalpi penetralan diperoleh dengan cara memasukkan Aquadest
dingin dengan suhu normal (28oC) ke dalam bagian lingkungan dan
menyamakan suhu NaOH dan HCl yang didapatkan suhunya 29 oC. Lalu
mencampurkan 25 mL NaOH dan 25 mL HCl kedalam sistem, mengaduk
hingga tercampur dan menentukan suhu campuran didalam sistem sebesar 38oC
dan suhu bagian lingkungan sebesar 31oC. Terjadi perpindahan panas yang
bersifat eksotermis.
1.10. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa pada sistem terbuka terjadi
pertukaran energi (panas dan kalor) dan benda dengan lingkungan. Sistem tidak dapat
terisolasi sepenuhnya dengan lingkungan karena terjadi sedikit pencampuran antara alat
(sistem dan lingkungan) dengan suhu luar. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan
jumlah energi atau entalpi penetralan sebesar -102264,632 J/mol bahwa nilai tersebut
termasuk kedalam perpindahan panas yang bersifat eksotermis.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2010. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga


Eduka, Tim Guru. 2014. Mega Bank Soal Matematika & Fisika. Jakarta: Cmedia
Freedman, Young. 2002. Fisika Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Gamma, Widya. 2015. Ringkasan Fisika. Bandung: Yrama Widya
Maulana, Aries. 2010. Buku Anti Remidial IPA Terpadu. Jakarta: PT Wahyumedia
Rohman, Ijang. 2000. Kimia Fisika 1. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia
Ruwanto, Bambang. 2007. Asas-Asas Fisika. Yogyakarta: PT. Ghala Indonesia
Saripudin, Aip. 2009. Praktis Belajar Fisika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Nurhilal, Otong. 2017. Desain Kalorimeter Bomb Biomassa dengan Metode Oksigen
Dinamika. Vol. 01. No. 02. Semarang: Universitas Padjadjaran (diakses pada
tanggal 9 April 2019)
Maryana, Roni. 2008.Proses Permunian Metana dari Biogas Menggunakan Larutan
NaOH dan KOH. ISSN 1410-5667. Yogyakarta: UPT Balai Pengembangan
Proses dan Teknologi Kimia LIPI (diakses pada tanggal 14 April 2019)
Murti, Made Ricki. 2008. Laju Pe,buangan Panas pada Radiator dengan Fluida
Campuran 80% RC pada rpm Konstan.VOL. 2. No.1. Bali: Universitas Undayana
(diakses pada tanggal 10 April 2019)
Safitri, Hesti Nikmah. 2018. Pengembangan Alat Praktikum Bom pada Pokok Bahasan
Kalor. ISSN 2252-6935. Semarang: Universitas Negeri Semarang (diakses pada
tanggal 9 April 2019)
Sobbich, Entjie Mochamad. 2008. Determinasi Nilai Interpolasi Densitas Air dengan
Metode Langsung dan Solusinya dengan Bantuan Matlab. Vol. 117 Serpong:
Puslit KIM-LIPI Puspitek (diakses pada tanggal 12 April 2019).

Anda mungkin juga menyukai