Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil
telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan
dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia
diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena
ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam
seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan
ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi
juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam
petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam
petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat
baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur
unggul.
Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola
kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain
selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa
Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian
dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu
memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang
kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur
murni).
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras
petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati orang
terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai
merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur
dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula..
Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat
dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul.
Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang
berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga
ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras.
Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras
itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika.
Pengembangan usaha ternak layer (ayam petelur) di Indonesia masih memiliki
prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein hewani masih kecil.
Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetapkan 55
g yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein hewani
(www.litbang.deptan.co.id). Hal itu berarti target konsumsi protein hewani
sekitar 11 g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani
penduduk Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh lebih rendah
dibanding Malaysia, Thailand dan Filipina.
Dalam dunia peternakan, kita tidak asing lagi dengan ayam yang sengaja diternakan
untuk dihasilkan daging atau telurnya, karena sudah banyak peternakan ayam yang menyebar
diseluruh Indonesia bahkan sampai diluar negeri, baik peternkan pabrik ataupun peternakan
individu. Seperti pada peternakan ayam petelur yang kami kunjungi, yang dimana peternakan
tersebut dimiliki individu. Adapun nama pemiliknya yaitu Rochman Hadi, peternakan ini terletak
di daerah Jalan Klogeng Gribig No 22.
Ayam itu sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu ayam jenis pedaging dan ayam jenis
petelur. Ayam jenis pedaging, pastinya dibudidayakan karena untuk dihasilkan daging dalam
jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik, sedangkan ayam petelur dibudidayakan untuk
dihasilkan telur dengan jumlah yang banyak dan kualitas yang baik. Dalam beternak, kita perlu
memperhatikan mulai dari pakan, kandang, penyakit serta pengobatannya, sifat genetikanya, asal
usulnya, vaksinasi dan sebagainya.
Kami melakukan kunjungan atau observasi ke peternak dengan maksut untuk mengetahui
situasi dalam membudidayakan ternak khususnya komoditi ayam petelur, yang dipilih oleh
peternaknya tersebut. Ayam Petelur tersebut dipilih untuk dijadikan pilihan dalam beternak
karena dirasa ayam petelur tersebut mampu untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup
dengan waktu yang cepat. Sehingga peternak tersebut memilih komoditi ayam petelur untuk
diternakan.
Dalam hal kandang yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu pendirian kandang yang
jauh dari pemukiman, tapi dekat dengan sumber pakan, air, dan pemasaran. Selain itu yang perlu
diperhatikan yaitu mengenai struktur atau desain kandang, bahan kandang yang dipakai,
memperhatikan sanitasi, sirkulasi udara, suhu pada kandang, kapasitas yang baik untuk jumlah
ternak yang dihuni didalamnya.
Dalam hal penyakit pada ayam petelur juga perlu diperhatikan karena sangat penting juga
dalam hal mengawinkan ternaknya, agar anakannya yang dihasilkan nanti dalam kulaitas yang
baik. Penyakit pada ayam umumnya sama, yaitu diantaranya penyakit tetelo, pilek atau flu, cacar
ayam dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari karya tulis ini, yaitu :
1. Apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ayam petelur?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi wirausaha di bidang budidaya unggas petelur?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan dalam budidaya ayam petelur.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi wirausaha di bidang budidaya unggas
petelur.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yaitu :
1. Bagi masyarakat, diharapkan agar memahami secara baik tentang budidaya unggas petelur ini
supaya mereka yang ingin memulai usaha di bidang ini dapat memperkecil kemungkinan
kerugian.
2. Bagi siswa, diharapkan agar dapat menerapkan karya tulis ini dalam kehidupan sehari-hari
untuk serta dapat mengembangkan karya tulis ini menjadi inovasi-inovasi yang lebih menarik.
3. Bagi guru, diharapkan agar dapat memberikan informasi mengenai budidaya unggas petelur ini
dalam proses belajar mengajar agar tercipta pembelajaran yang bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komponen biaya dalam suatu wirausaha terdiri atas biaya tetap dan tidak tetap. Biaya
tetap terdiri atas biaya pembuatan kandang dan pembelian peralatan kandang, sedangkan biaya
tidak tetap terdiri atas biaya bibit, pakan, dan obat-obatan. Berikut ini analisa usaha budidaya
puyuh petelur skala rumah tangga ( sekitar seribu ekor) dengan luas lahan 20 m persegi dan
waktu yang digunakan untuk mengelola sebanyak 30 menit hingga satu jam.
No Jenis Biaya Harga Biaya Banyaknya Total
.
Biaya Tetap
1. Sangkar produksi. @ Rp 600,000 5 Unit Rp 3,000.000
2. Puyuh betina siap bertelur @ Rp. 9,000 1.000 ekor Rp 9.000.000
3. Pakan selama 30 hari @ Rp 5.600 20 kg/hari Rp 3.360.000
Jumlah Rp 15.360.000
Biaya Tidak Tetap (Biaya per hari)
4. Pakan harian @ Rp 5.600 22 kg Rp 123.200
5. Biaya lain (Obat = 20%) @ Rp. 9,000 1.000 ekor Rp 12.300
Jumlah Rp 135.500
Pendapatan (Produksi 75-80%)
6. Telur @ Rp. 280 775 butir Rp 217.000
Pendapatan - Biaya = 217.000 - 135.500 = 81.500 - 12.300 = Rp. 69.200
BEP = Rp. 15.360.000 : Rp. 69.200 = 221 hari atau 7,4 bulan (Saat ini Puyuh mampu dipelihara hingga
18 Bulan Sudah Tercapai Break Event Point (titik Balik Modal)
BAB III
METODELOGI PENULISAN
A. Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan oleh penulis pada karya tulis ini adalah deskriptif analisis,
yakni dengan mendeskripsikan dan mengkaji mengenai problematika budidaya unggas petelur
dan perencanaan wirausaha di bidang budidaya unggas petelur dalam peternakan ayam petelur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Apa saja yang dapat menyebabkan keberhasilan dan kegagalandalam budidaya ayam
petelur?
Faktor Penentu Keberhasilan
Beberapa hal yang menjadi faktor keberhasilan dalam usaha ternak ayam ras petelur adalah
sebagai berikut.
1. Sifat ayam petelur biasanya memerlukan suasana tenang, pencahayaan yang cukup dan
perlakuan dari petugas kandang yang hati-hati.
2. Ayam ras sangat sensitif terhadap perubahan manajemen baik dalam hal pakan, tenaga kerja
maupun lingkungan sekitar, sehingga memerlukan pengawasan yang ketat.
3. Perubahan secara mendadak yang tidak diinginkan ternak akan dapat menurunkan produksi
telur sampai 50 %.
4. Menghadapi pasar yang semakin mengglobal, persaingan yang kemungkinan datang berasal dari
negara lain, sehingga perlu diwaspadai.
5. Pola konsumsi masyarakat sering fluktuatif harus selalu diantisipasi secermat mungkin.
6. Teknologi pemeliharaan ayam petelur memerlukan upaya sebaik-baiknya dalam hal menjaga
standar kebutuhan pakan baik kuantitas maupun kualitas, cahaya dan suasana lingkungan.
7. Usaha ayam ras petelur dituntut untuk selalu menghasilkan produk yang diinginkan konsumen
dalam hal warna, ukuran dan kualitas bahkan bentuk kemasan yang sesuai dengan tuntutan selera
masyarakat.
8. Adanya persaingan global, maka tuntutan untuk berproduksi dengan harga yang lebih murah
juga menjadi keharusan, sehingga perlu diantisipasi melalui penerapan atau pengenalan
teknologi (pakan, obat-obatan dan peralatan) yang efisien.
9. Kerjasama antara peternak kecil, menengah dengan perusahaan besar untuk menjamin
kelangsungan produksi dan pemasaran.
10. Mengantisipasi fluktuatif harga produksi dan sarana produksi dengan perencanaan dan
evaluasi jangka panjang.
Faktor Penyebab Kegagalan
Beberapa hal yang menjadi faktor kegagalan dalam usahaternak ayam ras petelur adalah
sebagai berikut.
1. Tidak cermat dalam manajemen pemeliharaan yang dapat mengakibatkan kematian tinggi atau
penurunan produktivitas dan kualitas.
2. Tidak mampu dalam mengantisipasi perubahan.
3. Sistem pengadaan pakan tidak memadai, seperti dalam pengangkutan dan penyimpanan pakan.
4. Penanganan kesehatan kurang teratur.
5. Memulai usaha pada saat yang tidak tepat karena tidak adanya upaya memprediksi situasi yang
fluktuatif atau keterbatasan kemampuan dalam strategi investasi.
6. Bagi pelaku yang baru memulai usaha, cederung tidak menguasai teknik peramalan yang cermat
serta kepercayaan berlebihan (over convident).
7. Penurunan harga secara mendadak yang sering terjadi karena produksi yang melimpah dari
wilayah lain.
B. Apa saja faktor yang mempengaruhi wirausaha di bidang budidaya unggas petelur?
Wirausaha sangat terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya
baik dari luar maupun faktor dari dalam perusahaan itu sendiri.
1. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Umum
Secara Umum faktor lingkungan sangat berpengaruh pada usaha agribisnis. Kondisi iklim
dan situasi suatu wilayah akan mempengaruhi kinerja perusahaan karena bagaimanapun juga
selain tergantung dari kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, kondisi iklim mempengaruhi
secara langsung pada usaha ayam petelur (layer).
b. Lingkungan Tugas
Perkembangan peternakan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Masyarakat telah
mengetahui betapa strategisnya bisnis bidang peternakan termasuk ayam petelur yang dibarengi
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi protein hewani dan
perkembangan industri makanan yang membutuhkan telur dalam pengolahannya seperti
cake,bakery dan cookies. Hal ini tentu saja menjadi angin segar mengingat sektor industri sudah
banyak yang colaps sehingga berwirausaha bidang peternakan dapat menjadi salah satu
pilihan. Konsekuensi dari hal ini sebagai peternak harus dapat bersaing di pasar. Ada 4 kaidah
yang dapat dilakukan peternak agar telur yang dihasilkan dapat layak jual yaitu genetik, nutrisi,
kesehatan dan manajemen.
Faktor Internal
a. Pemilik
Peternak merupakan subyek dari usaha peternakan. Kesuksesan usaha peternakan
ditentukan oleh kemampuan peternak dalam mengelola usahanya. Latar belakang pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman usaha adalah faktor penting yang hatus diperhatikan oleh peternak.
Selain itu faktor kultur atau budaya masyarakat harus diketahui oleh pemilik dan disesuaikan
dengan kultur budaya setempat dalam memilih komoditas yang akan diusahakan. Dalam usaha
layer seringkali dijumpai peternak yang belum benar dalam menghitung BEP yang tidak
mengikutkan biaya-biaya yang seharusnya dimasukkan dalam penghitungan sehingga tidak
optimal dalam kelangsungan usahanya.
b. Karyawan
Pada usaha peternakan, tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari keluarga sendiri
dan dari luar. Kecakapan pekerja sangat diperlukan dna pengetahuannya harus luas agar dpat
mengelola dengan baik. Pemilik harus selektif dalam memilih pekerja, mereka harus benar-
benar mempunyai kompetensi di bidang peternakan. Kegiatan pokok dari tenaga kerja adalah
pembersihan kandang dan pemberian pakan.
c. Lingkungan Kerja Fisik
Manajemen yang kurang maksimal pada akhirnya akan menghasilkan performa yang
tidak optimal. Sebagai contoh perkandangan, konstruksi yang salah menyebabkan sirkulasi yang
tidak lancar dan kurangnya cahaya yang masuk ke kandang sehingga ayam tidak nyaman dalam
berproduksi. Pengawasan kandungan obat ternak serta cemaran mikrobia, mikotoksin dan
senyawa lainnya pada pakan ternyata sering belum sesuai dengan ketentuan. Sehingga perlu
digalakkan sosialisasi tentang pentingnya mengikuti petunjuk penggunaan obat ternak baik yang
digunakan dalam pakan komersial maupun untuk pengobatan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Adapun beberapa simpulan dalam karya tulis ini, yakni sebagai berikut.
1. Sarana dan peralatan yang dibutuhkan dalam budidaya ayam petelur terdiri dari kandang dan
perlengkapan kandang, bibit, pakan, vitamin dan obat-obatan.
2. Wirausaha di bidang budidaya ayam petelur sangat terpengaruh oleh faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilannya baik dari luar maupun faktor dari dalam perusahaan itu sendiri.
3. Perencanaan usaha ini menyangkut pembuatan keputusan tentang apa yang akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan siapa yang akan melakukannya.
B. Saran
Adapun saran dalam karya tulis ini yakni sebagai berikut.
1. Bagi pemerintah diharapkan agar dapat memberikan sosialisasi bagi masyarakat tentang
budidaya unggas petelur ini agar mayarakat tau bagaimana tata cara yang baik dan benar dalam
peternakan unggas petelur.
2. Bagi masyarakat diharapkan agar mengetahui bagaimana berternak unggas untuk memperkecil
kemungkinan kerugian atau kegagalan.
3. Bagi pelajar diharapkan dapat memberi tahu masyarakat terdekat seperti tetangga tentang
budidaya unggar petelur ini.