Gandi Baru Stengah
Gandi Baru Stengah
PEMBAHASAN
2.1 GRANULOMETRI
Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah salah satu dari
sekian banyak metoda yang sering dipakai untuk menganalisa batuan sedimen klastik.
Dalam granulometri ini lebih mengutamakan bagaimana sebaran butiran batuan sedimen
klastik tersebut. Metoda – metoda perhitungan secara statistik sering pula banyak dipakai, hal ini
sebernarnya hanya untuk mengetahui apakah dengan metoda statistik tersebut kita dapat melihat
adanya bentuk kurva yang sangat khas atau proses tertentu.
Friedman ( 1979 ), mengatakan analisa besar butir dapat dipakai untuk mengetahui proses –
proses selama sedimentasi dan dapat dipakai untuk menginterpretasikan lingkungan
pengendapan dan bahkan analisa besar butir sama pentingnya dengan metode – metode yang
lain.
(Allen, 1970 dan Visher, 1965).
Analisis granulometri dilakukan berdasarkan :
Data dari metode granulometri, dimana data merupakan analisis ayak.
Mencari kelainan dan kurva normal, berdasarkan plot data yang diproses dari analisis ayak.
Menafsirkan nilai-nilai granulometri, dimana ini akan memberikan gambaran akan :
a. Parameter lingkungan pengendapan (berdasarkan Friedman, 1979 dalam prinsip-prinsip
sedimentasi, Koesoemadinata)
b. Energi local yang setiap saat berganti dan kembali.
Berdasarkan metode Fisher (1969), dimana dinyatakan bahwa dalam suatu lingkungan
pengendapan akan terjadi lebih dari satu proses sedimentasi. Akibat proses sedimentasi yang
banyak akan menyebabkan pencampuran populasi sehingga mengakibatkan kurva frekuensi
penyebaran menjadi tidak normal.
Maka untuk menguraikan populasi yang majemuk menjadi populasi yang normal adalah
dengan pengeplotan pada kertas “Normal Probability”. Penyebaran titik yang merupakan
persentase komulatif dari besar butir tertentu dapat diuraikan menjadi garis patah-patah yang
lurus, yang akan memperlihatkan suatu populasi dari suatu proses sedimentasi yang tertentu.
Didalam metode analisa granulometri skala butir yang dipakai adalah skala yang penggunaannya
hampir bersifat universal oleh sedimentologist adalah skala Udden – Wentworth, yang pertama
kali diusulkan oleh udden pada tahun 1898 dan dimodifikasikan serta diperluas tahun 1922.
Skala Udden – Wentworth adalah skala logaritmis phi, yang mengijinkan data ukuran butir
untuk dinyatakan dalam unit untuk nilai yang sama untuk kepentingan kalkulasi statistik dan
perencanaan grafis.
Dalam makalah ini akan dilakukan pemisahan ukuran butir dari suatu contoh pasir lepas.
Seperti diketahui analisis ini untuk mengetahui koefisien sortasi, skewness dan kurtosis. Untuk
mengetahiu harga-harga tersebut dapat dilakukan dengan cara grafis dan matematis.
Metode untuk analisa granulometri telah berkembang dengan pesat. Beberapa metode yang umum
dipakai adalah metode pengayakan butir “wire – mess“. Metode pengayakan ini mengukur dimensi
intermediate antara partikel, Sebab ukuran partikel intermediate dapat atau tidak nya suatu partikel
melewati ukuran mess tertentu. Metode lain adalah dengan analisa pipet yang digunakan dalam
menghitung percepatan pengendapan partikel. Dalam metode ini, butir akan mengendap melalui suatu
kolam air dalamtemperatur tertentu dalam suatu tabung, dan waktu yang diperlukan prtikel mengendap
kita ukur. Dalam metode ini, pengendapan partikel dipengaruhi oleh bentuk partikel.
Besar butir rata – rata merupakan fungsi ukuran butir dari suatu populasi sedimen (missal
pasir kasar, pasir sedang, dan pasir halus). Besar butir rata – rata dapat juga menunjukkan
kecepatan turbulen atau sedimentasi dari suatu populasi sedimen. Dalam klasifikasi sedimen
berdasarkan ukuran dapat menggunakan skala wentworth.
20 – 2 mm Kerikil (Pebbles)
1. Creeping (rayapan tanah) yaitu gerakan massa tanah sepanjang bidang batas dengan
batuan induknya. Gerakannya sangat lambat, tidak dapat diikuti dengan pengamatan mata
langsung. Baru diketahui setelah nampak adanya pohon atau tiang listrik/telpon yang
miring.
2. Rolling, partikel partikel tersebut tertransportasikan dengan cara menggelinding di dasar
sungai.
3. Saltasi, partikel – partikel tertransportasikan dengan cara melompat – lompat pada dasar
sungai.
4. Mekanisme suspended load, Material material sedimen tertransportasikan oleh sungai
dengan cara melayang layang di atas dasar sungai oleh turbulensi air. Material yang
terangkut dengan cara ini umumnya berukuran butir lanau sampai lempung.
5. Mekanisme dissolved load
Umumnya material yang tertransportasikan dengan cara ini merupakan larutan hasil
pelapukan kimia, misalnya ion – ion bikarbonat, kalsium, potassium, sodium, klorit, dan
sulfat.
Proses deposisi berlangsung apabila sungai tidak dapat lagi mentrasportasikan material –
material yang dibawanya. Menurut (Thornbury, 1964), hal tersebut dapat terjadi karena
beberapa hal, antara lain :
a. Penurunan kecepatan aliran sungai.
b. Adanya hambatan disepanjang channel, misalnya akibat adanya aliran lava atau gerakan
massa.
c. Penambahan material – material yang ditransportasikan sungai.
d. Berkurangan debit aliran akibat perubahan iklim.
e. Proses deposisi yang berlangsung secara terus – menerus dapat membentuk dataran banjir,
braided streams, endapan gosong, alluvial fan, dan delta.
f. Hasil pengendapan oleh angin yang tebal dan luas dan terdiri dari butir-butir kuarts,
feldspar, mika dan kalsit berukuran butir lempung, lanau dan pasir.
g. Gerakan Massa, yaitu proses berpindahnya tanah atau batuan disebabkan oleh gaya
gravitasi bumi. Gerakan massa ada beberapa macam yaitu :
1. Mudflow (aliran lumpur) yaitu gerakan massa yang relatif cair dan gerakannya relatif
cepat. Sebagai contohya adalah aliran lahar
2. Debris Flow (aliran bahan rombakan) yaitu gerakan massa bahan rombakan yang
kering dan bersifat lepas. Gerakannya relatif cepat.
3. Rock Fall (jatuhan batuan) dan debris fall (jatuhan bahan rombakan) yaitu gerakan
massa batuan atau bahan rombakan yang jatuh bebas karena adanya tebing terjal
menggantung, Gerakannya cepat.
4. Debris slide dan Rock slide (Geseran bahan rombakan dan geseran batuan) yaitu
gerakan massa batuan atau bahan rombakan yang menggeser sepanjang bidang rata dan
miring, misalnya di sepanjang permukaan bidang lapisan batuan.
5. Slump adalah geseran melalui bidang lengkung
6. Subsidence (Amblesan) adalah gerakan massa tanah atau batuan yang relatif vertikal
secara perlahan – lahan
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar butir adalah salah
satu dari sekian banyak metoda yang sering dipakai untuk menganalisa batuan
sedimen klastik.Dalam granulometri ini lebih mengutamakan bagaimana sebaran
butiran batuan sedimen klastik tersebut. Metoda – metoda perhitungan secara
statistik sering pula banyak dipakai, hal ini sebernarnya hanya untuk mengetahui
apakah dengan metoda statistik tersebut kita dapat melihat adanya bentuk kurva
yang sangat khas atau proses tertentu.
2. Ukuran butir partikel sedimen penting dalam beberapa hal. Ukuran butir
mencerminkan :
Resistensi partikel terhadap pelapukan, erosi dan abrasi. Partikel-partikel
yang lunak seperti batugamping dan fragmen-fragmen batuan makin lama
makin mengecil, bahkan partikel kuarsa yang besar dan resistensi akan
terabrasi dan berubah ukurannya.
Proses transportasi dan deposisi seperti kemampuan air angina untuk
menggerakakn dan mengendapkan partikel.
3. Cara grafis
Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil pengayakan dan
penimbangan yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk mengetahui parameter-
parameter statistiknya. Kurva kumulatif dibedakan menjadi dua, yaitu kurva
kumulatif aritmetik (arithmetic ordinate) dan kurva kumulatif probabilitas
(probability ordinate).Kurva kumulatif aritmetik digambarkan secara smooth
melewati semua data (kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic
dapat terbaca. Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk
mengetahui probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan untuk
membaca parameter statistic lebih akurat karena mengurangi interpolasi dan
ekstrapolasi dalam penggambaran. Tetapi yang sering digunakan adalah kurva
kumulatif aritmetik karena lebih mencerminkan distribusi ukuran butirnya.
Kurva kumulatif dibuat dengan absis ukuran butir dalam millimeter ( untuk
kertas semilog) atau unit phi dan ordinat prosentase berat (skala 1 – 100%).
Cara Skewnes
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila
Sk berharga positif maka sediment yang bersangkutan mempunyai jumlah butir
halus lebih banyak dari jumlah butir yang kasar dan sebaliknya jika berharga
negative maka sediment tersebut mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak
dari jumlah butir yangh halus.
Kurtosis.
Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah
terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K digunakan
rumus yang diajukan oleh Folk (1968), yaitu :