Anda di halaman 1dari 47

Prasarana Transportasi

• Mata Kuliah: Sistem Transportasi

Jurusan Teknik Sipil - Universitas Sebelas Maret Surakarta


SISTEM MODA DALAM TRANSPORTASI
Dalam sistem transportasi dikenal beberapa moda, yakni :
1. Moda Kereta Api
2. Moda Jalan Raya
3. Moda Transportasi Udara
4. Moda Transportasi Air
5. Moda Transportasi Pipa
6. Moda Transportasi Conveyor

Masing-masing moda transportasi terdiri dari dua hal pokok yakni :


sarana dan prasarana yang merupakan dua pasangan yang harus ada
disamping manusia baik sebagai operator maupun penggunanya.
 Sarana pada dasarnya merupakan bagian dari sistem yang berfungsi
sebagai penggerak atau sesuatu yang dipakai oleh manusia untuk
menampung sesuatu yang akan diangkut baik itu manusia maupun
barang agar bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
 Sedangkan prasarana merupakan bagian dari sistem tempat sarana
itu bergerak atau melaksanakan aktivitasnya.

Pada hakekatnya prasarana dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :


1. Naturalways, yakni prasarana berupa alam yang diberikan oleh
Yang Maha Pencipta dan manusia tinggal memakainya langsung
sekalipun harus diberikan fasilitas tambahan.
Termasuk dalam kategori ini adalah :
o air, baik laut maupun sungai, sebagai prasarana angkutan air
dan
o udara sebagai prasarana angkutan udara.
Keduanya manusia tidak pernah menciptakan dan membangun.
Penyempurnaan diperlukan di sana-sini seperti :
• Dermaga sebagai tempat berlabuh kapal
• Mercusuar sebagai petunjuk arah perjalanan kapal
• Bandar Udara (Bandara) tempat mendarat (landing)maupun
mengudara (take off) pesawat
• Dll.
2. Builtways, yakni prasarana yang harus sepenuhnya dibangun dan
diusahakan oleh manusia dengan kemampuan teknologinya.

Sebagai contoh : jalan raya dan fasilitasnya (roadways) yang


dibangun sebagai tempat sarana angkutan jalan raya berjalan, jalan
rel dan fasilitasnya yang dibangun sebagai tempat sarana angkutan
kereta api berjalan, dsb.
JALAN RAYA ( ROADWAY)
o Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi moda jalan
raya
o jalan raya merupakan suatu area tanah yang dikhususkan untuk
dibangun fasilitas untuk melayani pergerakan angkutan jalan raya
o Jalan raya direncanakan dengan mengikuti kaidah perencanaan
geometrik dan perencanaan struktur perkerasan yang
memungkinkan kendaraan bisa berjalan dengan cepat,
aman,nyaman, selamat, dan selaras dengan lingkungan.

Menurut jenis perkerasannya jalan raya terdiri dari dua :


• Perkerasan sistem lentur ( flexible pavement)
• Perkerasan sistem kaku (rigid pavement)
Menurut fasilitasnya jalan dibedakan :
• Jalan tanpa median
• Jalan dengan median

Menurut kepemilikannya jalan dibagi menjadi dua, yakni:


• Jalan Pemerintah :
dibangun dan dipelihara oleh pemerintah
• Jalan Swasta :
dibangun,dikelola, dan dipelihara oleh swasta misalnya jalan
menuju ke perkebunan , pertambangan, dll. Sekalipun milik swasta
pembangunan jalan tersebut harus sesuai dengan petunjuk dan
peraturan pemerintah tentang jalan.
KLASIFIKASI JALAN
Menurut PP No. 34 Th. 2006 (Tentang Jalan) dan UU N0.38 Th.2004
(Tentang jalan), jaringan jalan dibagi :
o Menurut Sistem
 Sistem jaringan primer
 Sistem jaringan sekunder
o Menurut fungsinya dibagi menjadi :
 Arteri
 Kolektor
 Lokal
o Sementara menurut statusnya :
 Jalan Nasional
 Jalan Propinsi
 Jalan kabupaten
 Jalan Kota
 Jalan Lingkungan
KEWENANGAN PENYELENGGARAAN JALAN
Hubungan Simpul / Sistem Perkotaan dengan
Sistem Fungsi Status Fungsi Jalan pada sistem sekunder yang
Arteri merupakan kewenangan pemerintah kota
Nasional

Kolektor Provinsi
Primer
Sekunder Sekunder Sekunder
Primer
Lokal Kabupaten Kawasan I II III Perumahan

Lingkungan Lingkungan / Desa ( F1 )‫‏‬ (F2.1)‫‏‬ (F2.2)‫‏‬ (F2.3)‫‏‬

Arteri (F1)‫‏‬ - Arteri - - -

(F2.1) Arteri Arteri Arteri - Lokal


Kolektor
Sekunder Kota
(F2.2) - Arteri Kolektor Kolektor Lokal
Lokal
Lingkungan (F2.3) - - Kolektor Lokal Lokal

Perumahan - Lokal Lokal Lokal Lingkungan

Simpul PKN PKW PKL PKLing Persil

PKN Arteri Arteri Kolektor Lokal Lingkungan Hubungan Simpul / Sistem


Perkotaan dengan Fungsi
PKW Arteri Kolektor Kolektor Lokal Lingkungan Jalan pada sistem primer,
sebagai dasar
PKL Kolektor Kolektor Lokal Lokal Lingkungan
menentukan Kewenangan
PKLing Lokal Lokal Lokal Lokal Lingkungan Jalan

Persil Lingkungan Lingkungan Lingkungan Lingkungan Lingkungan


Sistem Penjenjangan Kota
(dalam Hubungannya dengan Fungsi Jalan dalam Jaringan Primer)

Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti struktur ruang wilayah


nasional dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi secara menerus pada :
o Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
o Pusat Kegaitan Wilayah (PKW),
o Pusat Kegiatan Lokal (PKL),
o Sampai ke Persil
JALAN ARTERI
PRIMER
PKN PKN

JALAN ARTERI
JALAN ARTERI PRIMER
PRIMER

JALAN KOLEKTOR PKW


PKW PRIMER

JALAN KOLEKTOR
JALAN KOLEKTOR PRIMER PRIMER

JALAN JALAN LOKAL PRIMER


LOKAL PKL PKL
PRIMER

JALAN JALAN LOKAL PRIMER


LOKAL
PRIMER

JALAN Pusat
LOKAL Kegiatan
PRIMER Di Bawah
PKL
Sistem Penjenjangan Kota
JALAN LOKAL PRIMER
(dalam Hubungannya dengan Fungsi Jalan
dalam Jaringan Primer)
PERSIL
Matrik Fungsi Jalan dalam Jaringan Primer
Matrik Fungsi Jalan dalam Jaringan Sekunder
PKN (Pusat Kegiatan Nasional)

a. Pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke


kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk
mendorong daerah sekitarnya
b. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional
atau melayani beberapa provinsi
c. Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasioanl atau
meliputi beberapa provinsi.
d. Simpul transportasi secara nasional atau meliputi beberapa
provinsi
e. Pusat jasa pemerintahan untuk nasional atau meliputi beberapa
provinsi.
f. Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional atau meliputi
beberapa provinsi.
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah)
a. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani provinsi
atau melayani beberapa kabupaten
b. Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk satu provinsi atau
meliputi beberapa kabupaten.
c. Simpul transportasi untuk satu provinsi atau meliputi beberapa
kabupaten
d. Pusat jasa pemerintahan untuk satu provinsi atau meliputi
beberapa kabupaten.
e. Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk satu provinsi atau meliputi
beberapa kabupaten.
.
PKL (Pusat Kegiatan Lokal)
a. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani kabupaten
atau melayani beberapa kecamatan
b. Pusat pengolahan/pengumpul barang untuk satu kabupaten atau
meliputi beberapa kecamatan.
c. Simpul transportasi untuk satu kabupaten atau meliputi beberapa
kecamatan
d. Pusat jasa pemerintahan untuk satu kabupaten atau meliputi
beberapa kecamatan.
e Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk satu kabupaten atau meliputi
beberapa kecamatan.
Sketsa Hipotesis
Hierarki Jalan
Perkotaan
Kawasan Perkotaan
Adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman
perkotaan,pemusatan dan distribusi pelayanan jasapemerintahan,
pelayanan social, dan kegiatan ekonomi (UU RI No. 24/1992)

Kawasan Primer
Adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer, yang
fungsinya dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan local.
Fungsi primer dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak
terbaurkan.Fungsi primer,sekunder kesatu, sekunder kedua, dan
seterusnya terikat dalam suatu hierarki
KawasanSekunder
• Adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder, yang
fungsinya dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal.
Fungsi ini dapat mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan
jasa yang bersifat pertahanan keamanan yang selanjutnya disebut
sebagai fungsi sekunder yang bersifat khusus. Fungsi primer dan
fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan. Fungsi
primer,sekunder kesatu, sekunder kedua, dan seterusnya terikat
dalam suatu hierarki

Fungsi Primer
• Fungsi primer kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota,dan
wilayah pengembangannya
Fungsi Sekunder

• Fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai


pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri

Wilayah
• Ruang yang merupakan kesatuan geografis besert segenap unsur
terkait, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
sdministratif dan/atau aspek fungsional (UU RI No. 24/1992)
Bagian-Bagian Jalan

• Lajur Lalu Lintas


• Bahu Jalan
• Badan Jalan
• Saluran Pembuang ( Drainase)
• Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
• Ruang Milik Jalan (Rumija)
• Ruang Pengawasan jalan (Ruwasja)
Potongan Melintang Jalan
As Jalan
ACWC 5 Cm

ACBC

Lapis Pondasi Atas (Agg. Base Class A )


Bahu Jalan Lajur Lalu lintas Lapis Pondasi Bawah (Agg.Base Class B)
Patok Rumija
Tanah Dasar (subgrade)
Agg. Class S=20 Cm
Tanah Asli Selected Embankmen= 35 Cm

Badan Jalan
0,5 m 0,5 m
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)

Ruang Milik Jalan (Rumija)

Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)

Gambar Contoh Penampang melintang jalan (Tanpa Median)


TINGKAT AKSES JALAN
Jalan dan Jalan Raya merupakan prasarana lalu lintas untuk
melakukan pergerakan dari moda transportasi dengan dua
fungsi yang berbeda, yakni:
• Untuk pergerakan menerus (through movement)
• Untuk menyediakan akses ke persil/pemukiman (land access)

Klasifikasi Fungsi
Jalan
dan Tingkat
Pelayanan yang
disediakan
Persentase Panjang Jalan Sesuai Kelas

Sumber: American Association of State Highway and Transportation


Officials A Policy on Geometric Design of Highways and Streets,
AASHTO, Washington DC, 1984
1. Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA)

Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) dibatasi oleh:


a. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua
sisi jalan,
b. Tinggi 5 meter di atas permukaan pada sumbu jalan, dan
c. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan
2. Ruang Milik Jalan (RUMIJA)
Ruang Ruang milik jalan (DAMIJA) dibatasi oleh lebar yang sama
dengan DAMAJA ditambah ambang pengaman konstruksi jalan
dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter.

3. Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA)


Ruang Ruang Pengawasan Jalan (DAWASJA) adalah ruang
sepanjang jalan di luar DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan
lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan sebagai berikut:
1) Jalan Arteri minimum 20 meter
2) Jalan Kolektor minimum 15 meter
3) Jalan Lokal minimum 10 meter
Untuk keselamatan pemakai jalan, DAWASJA di Ruang tikungan
ditentukan oleh jarak pandang bebas.
Penampang melintang jalan tipikal

Penampang melintang jalan tipikal yang dilengkapi


trotoar
4. Jalur Lalu Lintas
• Jalur lalu lintas (carriage way) merupakan bagian jalan
yang diperkeras yang difungsikan sebagai tempat lalu
lintas kendaraan atau tempat kendaraan berjalan yang
terdiri dari lajur-lajur lalu lintas (lane).
• Jalan 2 arah yang paling sederhana terdiri dari 2 lajur dan
disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah (2 way 2 lane)
• Jumlah lajur sangat tergantung dari kelas dan fungsi jalan,
volume lalu lintas yang melewati, dan tingkat pelayanan
yang diharapkan. Jalan-jalan perkotaan biasanya berlajur
lebih dari 1 dengan pembatas median diantaranya.
Lebar lajur lalu lintas bervariasi, ditentukan berdasarkan kriteria :
• Kendaraan Rencana yang Melewati.
Bina Marga mengambil kendaraan rencana berupa kendaraan
penumpang dengan lebar 1,7 m dan 2,5 m untuk kendaraan berat.
Lebar lajur merupakan lebar kendaraan rencana ditambah dengan
ruang bebas diantara kendaraan untuk keamanan dan kenyamanan.
• Kecepatan Rencana Jalan
Lebar lajur pada jalan dengan kecepatan rendah (lokal) sangat
berbeda dengan lebar lajur untuk jalan dengan kecepatan tinggi
(Arteri). Untuk jalan lokal 2 lajur 2 arah lebar lajur minimum diambil
adalah 2,75 m. Sedangkan jalan dengan kecepatan tinggi , lebar lajur
rencana berkisar antara 3,25 m sampai dengan 3,5 m.

28
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu
lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
Batas jalur lalu lintas dapat berupa:
1) Median;
2) Bahu;
3) Trotoar;
4) Pulau jalan; dan
5) Separator

Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur


Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur
peruntukannya.

Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan


kecil saling berpapasan. Papasan dua kendaraan besar yang terjadi
sewaktu-waktu dapat menggunakan bahu jalan

5. Lajur
1) Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi
oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati
suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
2) Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana,
yang dalam hal ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan.
1) Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI
berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana untuk
suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume
terhadap kapasitas yang nilainya tdk lebih dari 0,80
2) Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada
alinemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal
a) 2 – 3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton
b) 4 – 5% untuk perkerasan kerikil
Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan

Keterangan: **) = Mengacu pada persyaratan ideal


*) = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3.5 m, dimana n = jumlah
lajur/jalur
- = tidak ditentukan
Kemiringan Melintang Jalan Normal

Lebar Lajur Jalan Ideal


6. Bahu Jalan
1) Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu
lintas dan harus diperkeras

2) Fungsi bahu jalan adalah sbb:


 Untuk mendukung lapis perkerasan (pavement support)
 Sebagai tempat untuk menghindar dari kendaraan yang
sedang melaju pada saat darurat agar terhindar dari
kecelakaan
 Lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan
atau tempat parkir darurat
 Ruang bebas samping bagi lalu lintas

3) Kemiringan bahu jalan normal adalah 6 %


Bahu Jalan
7. Median
1) Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik
memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah

2) Fungsi median :
o Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah
o Ruang lapak tunggu penyeberangan
o Penempatan fasilitas jalan
o Tempat prasarana kerja sementara
o Penghijauan
o Tempat berhenti darurat (jika cukup luas)
o Cadangan lajur (jika cukup luas)
o Mengurangi silau dari sinar lampu kedaraan dari arah yang
berlawanan

3) Jalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi dengan


median
4) Median dapat dibedakan atas:
o Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang direndahkan.
o Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan
pemisah jalur yang ditinggikan.
5) Lebar minimum median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25 – 0,50
meter dan bangunan pemisah jalur.
6) Perencanaan median yang lebih rinci mengacu pada Standar
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
Lebar Minimum Median

Bentuk Median Lebar minimum (m)


Median ditinggikan 2,0
Median yang direndahkan 7,0
8. Fasilitas Pejalan Kaki
Fasilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur
lalu lintas kendaraan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan
kelancaran lalu lintas.

Jika fasilitas pejalan kaki diperlukan maka perencanaannya


mengacu pada Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan
Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Maret 1992.
Perkerasan Jalan
• Satu atau beberapa lapis material yang
dipadatkan diatas tanah dasar
• Dimaksudkan agar lalu lintas dapat berjalan
dengan lancar tanpa terhambat
ASPAL BETON
BATU PECAH BETON
SIRTU CTB/CTSB

TANAH DASAR TANAH DASAR


Lapis Pondasi dengan Bahan Pengikat (Binder)

o Lapis Pondasi dengan menggunakan bahan


pengikat Aspal:
 ATB = Asphalt Treated Base
 ATSB = Asphalt Treated Sub Base

o Lapis Pondasi dengan menggunakan bahan


pengikat Semen:
CTB = Cement Treated Base
CTSB = Cement Treated Sub Base
Fungsi Perkerasan Jalan
• Mengusahakan agar tanah dasar lebih tahan terhadap beban
lalu lintas dan cuaca
• Sedemikian sehingga usaha pemeliharaan mampu
mempertahankan permukaan untuk tetap dalam kondisi
layak untuk dilewati
• Perkerasan yang
menggunakan
Perkerasan Lentur binder (bahan
pengikat batuan)
(Flexibel Pavement) bersifat lentur (aspal)
• Perkerasan yang (Rigid Pavement)
menggunakan binder
yang bersifat kaku
(semen Portland).
Perbedaan Perkerasan Lentur dengan Perkerasan Kaku
NO URAIAN FLEXIBLE RIGID PAVEMENT/
PAVEMENT/ Perkerasan Kaku
Perkerasan Lentur
1. Bahan Pengikat Aspal Semen

2. Akibat adanya Akan timbul rutting Timbul retak-retak


Repetisi Beban (lendutan pada alur pada permukaan
roda)
3. Akibat adanya Jalan bergelombang Bersifat sebagai
Penurunan (mengikuti tanah balok diatas
Tanah Dasar dasar) perletakan
4. Akibat adanya - Modulus Kekakuan - Modulus Kekakuan
Perubahan (EI) berubah (EI) tidak berubah
Temperatur - Timbul tegangan - Timbul tegangan
dalam yg kecil dalam yang besar
Perkerasan Kaku
(Pantura)

Anda mungkin juga menyukai