Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian akidah

yang dimaksud akidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis
akidah), menurut etimologi, adalah ikatan atau sangkutan. Disebut
demikian,karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala
sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Akidah
islam (Akidah islamiyah), karena itu, dikaitkan dengan rukun iman yang menjadi
asas seluruh ajaran islam. Kedudukannya sanggat sentral dan fundamental, karena
seprti telah disebutkan diatas, menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau
gantungan segala sesuatu dalam islam.1

Adapun secara terminologis, akidah berarti ‘’Buhul” atau ‘’ikatan tali’’ yang kuat,
seperti sumpah setia dan perjanjian. Dalam penggunaan sehari-hari, khususnya
dalam konteks agama, kata akidah lazim diartikan ‘’kepercayaan”. Sebab,
kepercayaan atau keimanan didalam islam pada hakikatnya adalah ikatan yang
kuat dalam hubungan manusia dwengan Allah sang khalik, yang mesti diikrarkan
atau disumpah janjikan oleh manusia.2

Menurut Muhaimin,dkk(2005:259), akidah adalah bentuk masdar dari


kata”aqada,ya’qidu ‘aqdan’aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan,
perjanjian, dan kokoh. Secara teknis akidah berarti iman, krprrcayaan, dan
keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya didalam hati, sehingga yang
dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam dan simpul didalam hati.

Menurut ibnu Taimiyah dalam bukunya “Akidah al-Wasithiyah” yang dikutip


oleh Muhaimin dalam buku Studi islam bahwa makna akidah dengan suatu
perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang
sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan
tidah dipengaruhi oleh syakwasangka. Sedangkan menurut Syekh Hasan al-Banna
dalam bukunya al-‘aqa’id menyatakan akidah sebagai sesuatu yang seharusnya
hati membenarkannya sehingga menjadi ketenanggan jiwa, yang menjadi
kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keraguan
1
Mohammad Daud, Pendidikan Agama islam, (Jakarta:PT.RajaGrafindo,2011)hal 49
2
Suryan A.jamrah, Studi Ilmu Kalam,(Jakarta:Kencana,2015) hal 39
islam menempatkan syahadat (pengakuan) sebagai alamat (tanda), bahwa
seseorang telah memiliki akidah Islam. Syahadat artinya pengakuan bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah Utusan Allah.3

Menurut Syekh Mahmud dalam bukunya “Akidah dan Syariah Islam”


menyatakan bahwa, Akidah berarti hal-hal yang bertalian dengan kepercayaan,
keimanan, dan keyakinan, seperti percaya kepada Allah, malaikat, Wahyu, rasul-
rasul, kitab, hari akhirat dan sebagainya. Akidah (kepercayaan) adalah bidang
teori yang perlu dipercayai terlebih dahulu sebelum yang lainnya. Kepercayaan itu
hendaknya bulat dan penuh, tiada bercampur dengan syak, ragu, dan kesamaran.
Akidah merupakan seruan dan penyiaran yang pertama dari Rasulullah, dan
supaya dipercayai atau diyakini oleh manusia dalam tingkat pertama.4

Dalam perkembangannya, kepercayaan kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa


digambarkan oleh manusia atau komunitas menurut daya jangkau akalnya masing-
masing.5

Menurut Ibnu Taimiyah dan Syekh Hasan al-banna dalam buku Studi Islam
bahwa ciri-ciri akidah dalam islam adalah sebagai berikut

1. Akidah didasarkan pada keyakinan hati, tidak menuntut yang serba


rasional, sebab ada masalah tertentu yang tidak rasional dalam akidah
2. Akidah islam sesuai dengan fitrah manusia sehingga pelaksanaan akidah
menimbulkan ketentraman dan ketenangan;
3. Akidah islam diasumsikan sebagai perjanjian yang kokoh, maka dalam
pelaksanaan akidah harus penuh keyakinan tanpa disertai kebimbangan
dan keraguan;
4. Akidah dalam islam tidak hanya diyakini, lebih lanjut perlu pengucapan
dengan kalimat ”thayyibah” dan diamalkan dengan perbuatan yang saleh
5. Keyakinan dalam akidah islam merupakan masalah yang supraempiris

3
Sheikh Mahmud Shaltut.Akidah dan Syariah Islam. Jakarta:Bumi Aksara,1984.Hlm.IX
4
Sheikh Mahmud Shaltut.Akidah dan Syariah Islam. Jakarta:Bumi Aksara,1984. Hlm.XIII
5
Bustanuddin Agus. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2006.
Hlm.63
maka dalil yang dipergunakan dalam pencarian kebenaran tidak hanya
didasarkan atas indra dan kemampuan manusia, melaikan membutuhkan
wahyu yang dibawa oleh para rosul Allah S.WT.

B. Macam-macam keyakinan

James Fowler dalam Zuhdiyah(2019:81) mengatakan tahapan


perkembangan keyakinan terdiri dari tujuh tahap, yaitu :

1. Primal faith (keyakinan utama/masa bayi). Tahap pertama ini melibatkan


awal dari kepercayaan emosional berdasarkan kontak tubuh, perawatan,
awal bermain, dan sejenisnya.
2. Intuitive faith (keyakinan proyektif/masa PAUD). Pada tahap kedua ini,
mereka beranggapan antara hayalan(imajinasi) dan kenyataan terjadi
secara bersamaan. Bentuk imajinasi yang muncul, gambaran tentang
Tuhan, surga, neraka, yang didengar dari orangtua atau dibaca dalam
buku-buku.
3. Mythical / literal faith (keyakinan terhadap hal yang mistik/masa sekolah
dasar). Pada masa ini, anak sudah mampu berpikir logis namun belum
mampu berpikir abstrak sehingga cara pandang keagamaan masih
dipengaruhi keyakinan yang ada pada keluarga dan lingkungan. Mereka
mengambil pemahaman harfiah terhadap pengalaman agama atau simbol-
simbol agama. Bagi mereka, sifat Tuhan seperti figur orangtua yang
memberi penghargaan terhadap perbuatan baik dan hukuman terhadap
perbuatan buruk.
4. Synthetic / convensional faith (keyakinan konvensional/masa remaja
awal). Dalam tahao ini, remaja mampu berpikir abstrak mulai dari bentuk
ideologis sistem keyakinan/kepercayaan dan komitmen sampai hal-hal
ideal. Karena memasuki masa pencarian identitas diri, remaja
mengharapkan hubungan pribadi yang bersifat intim dengan Tuhan.
Mereka berupaya mengikuti atau menjadi anggota organisasi keagamaan.
5. Individuative/reflective faith (keyakinan individual atau keyakinan
reflektif/ usia akhir masa remaja atau dewasa muda). Menurut Fowler,
pada masa ini individu mampu mengambil dan melakukan tanggung jawab
secara penuh terhadap yang diyakini. Seringkali konsekuensi paling buruk
akibat dari keyakinan itu harus ditanggungnya.
6. Conjunctive faith (keyakinaan konjungtif/masa bersikap kritis, mampu
menganalisis pandangan-pandangan dalam ajaran agama yang dianggap
saling bertentangan. Kadang-kadang logika dan penalaran mengalami
keterbatasan Karena tak mampu memahami kompleksitas ajaran agama.
Bagi yang senantiasa menonjolkan intelektualitas, ada kemungkinan
menyerang ajaran agama dan mencari kelemahan. Namun, bagi individu
yang berpikiran positif akan berusaha memenuhi hasrat keingintahuan
dengan memperdalam keimanan
7. Universalizing faith (keyakinan universalis/usia tidak ditentukan). Tahap
ini dianggap sebagai tahap tertinggi. Orang yang mencapai tahap ini tidak
memiliki pandangan yang sempit, baginya manusia sama dihadapan
Tuhan. Dirinya senantiasa mengembangkan komitmen untuk mencintai,
menegakkan keadilan, dan mengatasi penindasan dan kekerasan.

Dari tujuh tahap diatas, tahapan perkembangan keberagamaan anak hanya


sampai pada tahap ketiga, yaitu primal faith(keyakinan utama/masa bayi)
intuitive/projective faith (keyakinan proyektif/masa PAUD), dan
mythical/literal faith (keyakinan terhadap hal yang mistik/masa sekolah dasar)
C. Akidah pokok dalam islam
1. Percaya kepada Allah
Dalam agama islam pokok utamanya ialah bahwa kita harus mengenal
Allah, yakni kita wajib percaya bahwasanya Dialah Tuhan yang
sesungguhnya, dan tidah ada tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia.
Allah, zat yang Maha Mutlakitu, menurut ajaran islam, adalah Tuhan yang
Maha Esa. Ketuhanan yang Maha Esa menjadi dasar Negara Republik
Indonesia menurut pasal 29 ayat 1 undang-undang dasar 1945 negara
berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa.
Menurut akidah islam dalam buku Mohammad Daud dalam buku
Pendidikan Agama Islam, konsepsi tentang ketuhanaan yang Maha Esa
disebut Tauhid. Ilmunya adalah ilmu Tauhid. Ilmu Tauhid adalah ilmu tentang
kemaha Esaan Tuhan.
a) Allah Maha Esa dalam Zatnya

Keyakinan kepada Zat Allah yang Maha Esa seperti itu mempunyai
kosekuensi. Kosekuensiinya adalah bagi umat ialam yang mempunyai akidah
demikian, setiap atau segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera
mempunyai bentuk tertentu, tunduk pada ruang atau waktu, hidup memerlukan
makanan dan minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit dan mati, lenyap dan
musnah, bagi seorang muslim bukanlah Allah, Tuhan yang Maha Esa.

b) Allah Maha Esa dalam sifat-sifatnya dan pembagiannya

Kemahaesaan Allah dalam sifat-sifatnya ini mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah
penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamainya. Kita sebagai
umat islam diwajibkan untuk mengetahui sifat-sifat Allah baik yang wajib, mustahil
ataupun yang jaiz, secara ijmal saja. Yaitu bahwa Allah S.W.T itu “muttashifun bi
kulli kamaal (bersifat dengan segala kesempurnaannya)

Adapun sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah yang wajib diketahui oleh setiap
orang yang sudah mukallaf berikut:

1. Wujud,

wujud berarti “ada”, maka mustahil Allah tidak ada

2. Qidam

Qidam artinya “ terdahulu” (tanpa ada awalnya), maka mustahil didahului oleh ‘adam
(ketidaan).

3. Baqa’

Baqa’ artinya “kekal (abadi)”, maka mustahil dikenai “fana” (kebinasaan)

4. Mukhalafatu lil-Hawadits

Mukhalafatu lil-Hawadits artinya berlawanan dengan sega’a sesuatu yang baru, maka
mustahil bagi Allah bersamaan dengan segala sesuatu yang baru.

5. Qiyamuhu Binafsihi

Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri dengan dirinya sendiri. Dengan kata lain, Allah
bergantung atau berhajat kepada yang lain. Jadi mustahil Allah tidak berdiri dengan
sendirinya.

6. Wahdaniyah (Tunggal/Esa)
Allah maha esa atau tunggal. Maksudnya, tidak ada sekutu bagiNya. Dialah satu
– satunya Tuhan pencipta alam semesta.
7. Qudrat (Berkuasa)
Maksudnya, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa
menandingi kekuasaan Allah SWT.
8. Iradat (Berkehendak)
Maksudnya, apabila ALlah berkehendak maka jadilah hal itu dan tidak ada
seorangpun yang mampu mencegahNya
9. ‘ilmun (Mengetahui)
Maksudnya, Allah SWT Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang
tampak maupun yang tidak tampak
10. Hayat (Hidup)
Allah SWt adalah Maha Hidup, tidak akan pernah mati, binasa, ataupun musnah.
Dia kekal selamanya
11. Sama’ (Mendengar)
Maksudnya, Allah Maha Mendengar baik yang diucapkan maupun yang
disembunyikan dalam hati
12. Basar (Melihat)
Maksudnya, Allah melihat segala sesuatu. Pengelihatan Allah tidak terbatas. Dia
mengetahui apapun yang terjadi di dunia ini.
13. Qalam (Berfirman)
Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata secara sempurna tanpa
bantuan dari apapun. Terbukti dari adanya firmanNya dari kitab – kitab yang
diturunkan lewat para Nabi.
14. Qadiran (Berkuasa)
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada di alam semesta.
15. Muridan (Berkehendak)
Maksudnya, bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang
bisa menolak kehendakNya.
16. ‘Aliman (Mengetahui)
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik yang ditampakan maupun
disembunyikan. Tidak ada yang bisa menandingi pengetahuan Allah Yang Maha
Esa.
17. Hayyan (hidup)
Allah adalah dzat yang hidup. Allah tidak akan mati, tidak akan tidur ataupun
lengah.
18. Sami’an (Mendengar)
Maksudnya, Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan, ataupun
doa hambaNya.
19. Bashiran (Melihat)
Keadaan Allah yang melihat tiap – tiap yang maujudat (benda yang ada). Allah
selalu melihat gerak gerik kita. Oleh arena itu, hendaknya kita selalu berbuat
baik.

20. Mutakalliman (Berfirman atau berkata – kata)


Sama dengan Qalam, Mutakalliman juga berarti berfirman. Firman Allah
terwujud lewat kitab – kitab suci yang diturunkan lewat para nabi.6

c) Allah Maha Esa dalam perbuatan -perbuatannya

Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan yang Maha Esa tiada
tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya dialah yang dapat berbuat
menciptakan alam semesta ini

d) Allah Maha Esa dalam wujudnya

Ini berarti bahwa wujud Allah lain sama sekali dan wujud alam semesta. Ia tidak
dapat disamakan dan dirupakan dalam bentuk apapun juga. Oleh karena itu,
anthromorfisme tidak ada dalam ajaran islam

e) Allah Maha Esa dalam menerima ibadah

Ini berarti bahwa hanya Allah sajalah yang berhak disembah dan menerima ibadah.
Hanya diaalah satu-satunya yang patut dan harus disembah dan hanya kepadanya
6
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT.Rajagrafindo.2013) hal 2-4
piulalah kita meminta pertolongan

f) Allah Maha Esa dalam menerima hajat dan hasrat manusia

Bila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan atau


keinginannya langsung lah disampaikan kepadanya, kepada Allah sendiri tanpa
prantara atau media apapun namanya. Tidak ada sistem rahbaniyah atau
kependekatan dalam islam. Semua manusia, kecuali para Nabi dan Rasul, mempunyai
kedudukan yang sama dalam hubungan langsung dengan Tuhan yang Maha Esa

g) Allah dalam memberi hukum

Ini berarti Allah lah satu-satunya. Pemberi hukum yang tertinggi. Ia memberi hukum
kepada alam, seperti hukum-hukum alam yang selama ini kita kenal dengan sebutan
hukum-hukum Archimedes, Boyle, Lovoisier, hukum Relativitas, thermodynamic
dan sebagainya.7

2. Percaya kepada Malaikat Allah


Allah yang MahaKuasa menciptakan jenis makhluk yang bernama Malaikat.
Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindra
manusia, Para malaikat tidak sama dengan kita(manusia) baik sifat, bentuk
dan pekerjaannya Mereka bukan laki-laki maupun perempuan, tidak makan,
tidak minum dan tidak tidur. Akan tetapi, dengan izin Allah, malaikat dapat
menjelmakan dirinya seperti manusia, seperti malaikat Jibril menjadi manusia
dihadapan Maryam, ibu Isa almasih
Kita wajib percaya, bahwa Allah S.W.T mempunyai banyak Malaikat sebagai
makhlik-nya yang lain. Mereka itu adalah pesuruh- pesuruh Allah, yang
mengurus segala pekerjaan yang diperintahkan olehnya, tanpa pernah
membantah sediktpun, Malaikat adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan
Adapun macam-macam Malaikat yang wajib kita ketahui antara lain sebagai

7
Mohammad Daud, Pendidikan Agama islam, (Jakarta:PT.RajaGrafindo,2011)hal 202-208
berikut
1) Malaikat Jibril
Tugasnya menyampaikan wahyu kepada para Rasul
2) Malaikat Mikail
tugasnya menurunkan hujan dan memberi rezeki
3) Malaikat Israfil
Tugasnya meniup sangkakala(Trompet) pada hari kiamat
4) Malaikat izrafil
Tugasnya mencaput nyawa sekali makhluk
5) Malaikat Raqib
Tugasnya mencatat amal baik manusia
6) Malaikat Atid
Tugasnya mencatat amal buruk manusia
7) Malaikat Munkar
Tugasnya memeriksa manusia dialam kubur
8) Malaikat Ridwan
Tugasnya menjaga surga
9) Malaiakt Malik
Tugasnya menjaga neraka
10) 19 malaikat lainnya yang bertugas mengurus orang-orang di neraka
11) 8 malaikat yang bertugas menanggung ‘arsy
3. Percaya kepada kitab-kitab Allah
Keyakinan pada kitab-kitab Allah yang suci merupakan ruang iman ke-3.
untuk mengatur kehidupan manusia, telah diturunkan hukum-hukum dan
aturan-aturan oleh Allah S.W.T. kepada manusia melalui para Rasul
(utusan)nya. Hukum-hukum itu dihimpun oleh tiap-tiap Rasul yang
menerimanya, sehingga menjadi sebuah kitab yang disebut kitab Allah. Kitab-
kitab yang suci itu memuat wahyu Allah. Perkataan kitab berasal dari kata
kerja kataba’ (artinya ia telah menulis) memuat wahyu Allah. Perkataan
wahyu berasal dari bahasa Arab: al-wahy, kata ini mengandung makna suara,
bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.
4. Percaya kepada Nabi dan Rasul
Allah telah memilih salah seorang Rasul diantara manusia pada
masanya, untuk menyampaikan perintah-perintah dan larangan-larangannya,
dengan kebaikan hidup manusia itu sendiri, didunia maupun di akhirat
nanti.didalam buku-buku ilmu Tauhid disebutkan bahwa antara Nabi dan
Rasul perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima tuntunan berupa wahyu,
akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada
umat manusia. Rasul adalah utusan Allah yang berkewajiban menyampaikan
wahyu yang diterimnya kepada umat manusia. Oleh karena itu, seorang Rasul
adalah Nabi, tetapi seorang Nabi belum tentu Rasul.
Kita wajib mempercayai bahwa Allah yang Maha bijaksana telah
mengutus beberapa Nabi dan Rasul untuk menuntun manusia kejalan yang
lurus. Para Nabi dan Rasul tersebut datang kepada kaumnya dengan
membawa kabar gembira dan menakut-nakuti mereka yang kafir akan
Tuhannya dan mengingkari perintah-perintahnya,. dengan demikian tidak ada
lagi alasan bagi manusia untuk membantah kepada Allah S.W.T setelah
kedatangan Rasul-rasul itu.
5. Percaya kepada hari kiamat
Hari akhir (kiamat) adalah hari yang paling akhir yang akan menutup usia
dunia ini, tak ada siang maupun malam lagi setelah itu. Pada saat itu, sekalian
makhluk Allah akan binasa, kemudian seluruh manusia akan dibangkitkan
kembali untuk diperiksa semua amal masing-masing yang baik dan yang
buruk
Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya,
sebab tanpa mempercayai agama isalam, walaupun orang itu menyatakan ia
percaya kepada Allah, Al-Qur’an dan Nabi, manusia tidak dilepaskan begitu
saja kedunia ini sebagai binatang yang tidak bertanggung jawab. Ia
bertanggung jawab atas segala perbuatannya itu kepada Allah (kelak).
6. Iman kebada Qadha’ dan Qadhar
Segala yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi, semua telah
ditentukan oleh Allah S.W.T baik maupun buruk.kita wajib percaya
bahwasanya Allah menjadikan segala sesuatu dengan rencananya perintahnya
pastii dan tetap. Segala sesuatu telah ditentukan sebelum terjadinya menurut
hendaknya
Dengan demikian, segala amalan hamba Allah itu sebenarnyaterlaksana
menurut qadha’ dan qadhar dari Allah. Namun demikian manusia diberi hak
untuk berikhtiar sekuat tenaga, meskipun ketentuan akhir berada ditangannya.
Dengan kata lain, manusia lah yang berusaha, tetapi Allah lah yang
menentukan. Adapun arti Qadha’ artinya penetapan hukum atau pemutusan
dan penghakiman sesuatu, sedangkan Qadhar ialah kadar dan ukuran tertentu.8

D. KETERKAITAN ANTARA AKIDAH, SYARIAT, DAN AKHLAK

Akidah,syariat dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam ajaran
Islam. Ketiga nya dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. 9 Akidah sebagai
sistem kepercayaan yang bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Dan syariat sebagai sistem
nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan Akhlak sebagai
sistem etika menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama. Oleh
karena itu, ketiga komponen tersebut harus terintegrasi dalam diri seorang muslim,
diumpamakan seperti sebuah pohon akarnya adalah akidah, sementara batang, dahan,
dan daunnya adalah syariat, sedangkan buahnya adalah akhlak.

Muslim yang baik adalah yang memiliki akidah yang lurus dan kuat yang mampu
mendorong untuk melaksanakan syariat yang hanya ditujukan kepada Allah sehingga
tergambar kesalehan akhlak yang terpuji pada dirinya. Akidah, syariat, dan akhlak
8
Mohammad Daud, Pendidikan Agama islam, (Jakarta:PT.RajaGrafindo,2011)hal 229
9
Didiek,Ayoeb.dkk. Studi Islam II. Depok: PT RajaGrafindo Persada,2015. Hlm.2
dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan makna akidah,
sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariat dan akhlak. Jadi, perbuatan
baik yang didorong oleh keimanan terhadap Allah SWT. Sebagai wujud pelaksanaan
syariat disebut amal saleh. Karena itu di dalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu
diawali dengan kata iman seperti yang terdapat dalam surat An-Nur(24):55 yang
artinya10

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.
Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah ( janji )itu, maka mereka itulah orang-
orang yang fasik.”

E. Penanaman ibadah

a. Makna Ibadah

sesungguhnya Tuhan yang berhak untuk disembah hanyalah Allah


semata.sedangkan makna ibadah mencakup dua hal,

1. Penyembahan (Ta’abbud)
Yaitu merendahkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melaksankan segala apa
yang diperintahkan-Nya,dan menjauhi apa –apa yang dilarang dengan penuh
kecintaan dan pengangungan kepada-Nya.
2. Sarana dan cara yang dijadikan sebagai bentuk penyembahan (muta’abbad
bihi)

10
Ibid. hlm.3
Yakni mencakup segala apa-apa yang dicintai oleh allah dan diridhai-
Nya,baik dalam bentuk ucapan atau perbuatan yang tampak maupun yang
tersembunyi,seperti doa,zikir,shalat,dan lain sebagainya.sebagai contoh adalah
shalat ,shalat adalah bentuk ibadah perbuatan shalat merupakan bentuk ibadah
kepada Allah ,kita menyembah Allah dengan penuh kerendahan kecintaan
serta pengangungan kepada-Nya dan tidaklah kita menyembah-Nya kecuali
dengan syariat yang telah diperintahkan.11

b. Pendidikan Ibadah

Pendidikan ibadah hendaknya dikenalkan sedini mungkin dalam diri anak agar tumbh
menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala
perintah agama dan taat pula dalam menjahui segala larangannya. 12

c. Nilai-nilai Keislaman yang ditanamkan pada Anak Usia Dini

Nilai-nilai keislaman yang telah ditanamkan kepada anak-anak usia dini


dikelompokkan menjadi empat komponen, yaitu: nilai keimanan, ibadah, akhlaq
karimah, dan membaca al-Qur’an.

Disini kita akan membahas ibadah nilai-nilai ibadah telah ditanamkan oleh
guru dengan mengajarkan shalat wajib, mempraktekkan shalat dhuha, cara berwudhu,
atau melatih berpuasa di bulan Ramadhan, belajar berzakat fitrah, dan belajar
manasik haji.

Menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak-anak harus dilakukan secara

11
Muhammad, Ensiklopedi Islam Al-Kamil,( Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2009 ), Hal.
70.
12
Jasuri, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini, jurnal Madaniyah Edisi
VII, 2015, Hal. 22.
bertahap, sebagaimana Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan sebagai berikut:

Tahap pertama, pendengarkan dan kenalkan kalimat pertama kepada anak “La
ilaaha illa Allah” sebagaimana sabda Nabi SAW: “Perdengarkan kalimat awal
pertama kepada anakanakmu lafadz Laa ilaaha illa Allah” (H.R. Hakim dari Ibn
Abbas RA).

Tahap kedua, kenalkan dengan hukum-hukum halal dan haram, sebagaimana


sabda Nabi SAW: “Ajarkan anak-anakmu untuk melaksanakan ketaatan kepada
Allah, ketakutan berbuat dosa, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan
Allah. Yang demikian itu sebagai tameng bagimu meski kamu di neraka” (H.R. Ibn
Jarir dan Ibn Mundzir dari Ibn Abbas RA).

Tahap ketiga, perintahkan anakmu agar beribadah (shalat) saat mereka berusia
tujuh tahun, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Suruhlah anak-anakmu shalat saat
mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah (tindaklah lebih tegas) saat mereka berusia
sepuluh tahun dan pisahkanlah tidur darimu, didiklah berpuasa saat mereka telah
kuat, ajaklah berhaji jika orangtuanya mampu” (H.R. Hakim & Abu Daud dari Ibn
Umar & Ibn Ash).

Tahap keempat, didiklah agar mencintai Rasulullah dan keluarganya, serta


belajar AlQur’an, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Didiklah anak-anakmu mencakup
tiga perkara: mencintai Nabimu (Muhammad SAW), mencintai keluarga Nabi SAW,
dan membaca alQur’an karena sesungguhnya al-Qur’an itu dalam genggaman arsy’
Allah pada hari ketika tidak ada lagi perlindungan kecuali lindungan Allah, para
Anbiya dan Ashfiya”(H.R. Thabrani dari Ali KW). (Abdullah Nashih Ulwan, tanpa
tahun: 148-150).13

Ada 20 tema yang diajarkan kepada anak-anak, yaitu :

13
Eti Nurhayati, ‘’ Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi Anak Usia Dini’’, diakses dari
file:///C:/Users/ASUS/Documents/materi%20pak%20ali%20sayang/816-2042-1-PB.pdf.
1. Aku, meliputi: identitas diri, anggota tubuh, ciri-ciri tubuh, kesukaan
2. Pancaindra, meliputi: alat indra dan fungsinya, macam pengamatan dengan
alat indra.
3. Keluargaku, meliputi: anggota keluarga, fungsi tiap anggota keluarga, kebiasaan
dalam keluarga, tata tertib keluarga, binatang peliharaan keluarga
4. Rumah, meliputi: duna, macam, jenis, bagian-bagian, alat, dan lingkungan
rumah.
5. Sekolah, meliputi: kegunaan, gedung, dan halaman sekolah, orang-orang yang
ada di sekolah, alat-alat yang ada di sekolah, tata tertib, dan lingkungan sekolah
6. Makanan, Minuman, meliputi: manfaat, jenis, asal, tata tertib, alat makan, tata
cara penyajian makan dan minum, serta jenis makanan sehat
7. Pakaian, meliputi: manfaat, jenis, penggunaan, cara memakai pakaian, pakaian
daerah.
8. Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, meliputi: manfaat dan cara menjaga
kesehatan, kebersihan, dan keamanan, alat kebersihan, akibat tidak sehat/tidak
bersih/tidak aman, macam-macam penyakit dan cara mencegahnya
9. Binatang, meliputi: jenis, makanan, tempat hidup, berkembang biak, ciri, dan
kegunaan binatang
10. Tanaman, meliputi: macam, fungsi, bagian tanaman, dan cara menanam
11. Kendaraan, meliputi: macam, guna, penggerak, bagian-bagian, tempat
pemberangkatan/ pemberhentian, nama pengemudi kendaraan
12. Pekerjaan, meliputi;macam-macam, tugas, tempat, perlengkapan pekerjaan
13. Rekreasi, meliputi: kegunaan, tempat, perlengkapan, tata tertib rekreasi
14. Air dan Udara, meliputi: manfaat, bahaya, asal, sifat, kegunaan air dan udara
15. Api, meliputi: sumber, warna, sifat, kegunaan, bahaya api, arang, bara, asap,
abu
16. Negara, meliputi: nama, lambang, bendera, kepala negara, ibukota, lagu
kebangsaan, lagu wajib, suku bangsa, pahlawan, hari besar nasional, bangsa
lain, kota tempat tinggal
17. Alat Komunikasi, meliputi: macam, guna, bentuk, cara menggunakan alat
komunikasi.
18. Gejala Alam, meliputi: macam, sebab gejala alam, pemeliharaan lingkungan
19. Matahari, Bulan, Bintang, Bumi, meliputi: kegunaan, penciptanya, kapan dilihat
20. . Kehidupan Kota, Desa, Pesisir, Pegunungan, meliputi: keadaan lingkungan,
tata cara kehidupan, mata pencaharian

Tema-tema tersebut yang diajarkan kepada anak-anak dalam dua smester


dengan target untuk mengembangkan 8 aspek kecakapan, meliputi: penanaman dan
pembiasaan moral dan agama, pengembangan kognitif, bahasa, kreativitas, motorik,
emosi, dan sosial.14

Jadi, kesimpulan dari nilai nilai kesilaman yang dapat ditanamkan pada anak
usia dini ada 20 tema dianataranya yaitu aku identitas diri,panca
indra,keluargaku,rumah,sekolah,pakaian,makanan,kebersihan,binatang,tanaman,ken
daraan,pekerjaan,rekreasi,air udara,api,negara,alat komunikasi,gejala alam,matahari
bulan,kehidupan kota dan pesisir.

d. Sikap Keberagaman dalam Nilai Ibadah

Penanaman nilai ibadah pada anak di mulai dari dalam keluarga. Karena anak
usia dini lebih menyukai kegiatan-kegiatan ibadah yang nyata seperti melaksanakan

sholat.

Menurut Norma Tarazi (2003)dalam bukunya The Children Islam: A Muslim


Parent’s Handbook, orang tua harus mengingatkan anak untuk melakukan shalat

14
Eti Nurhayati,Skripsi: “ Penanaman Nilai Nilai Keislaman Bagi Anak Usia Dini “
(Cirebon: Ian Syekh Nuryati, 2015).,Hal. 108-109.
secara terusmenerus.

Jadi, kewajiban melaksanakan sholat itu harus diajarkan sejak dini, lebih baik
lagi bila diajarkan pada anak usia dini mereka mulai diajarkan bacaan sholat dan
gerakan sholat meskipun mereka belum berusia tujuh tahun tetapi pengenalan tentang
ibadah sholat itu juga sangat penting.

Penanaman ibadah shalat ini dapat dilakukan pada pendidikan anak usia dini
melalui kegiatan sebagai berikut (Wahyudi, 2005:42):

a. Guru membimbing anak untuk memper-siapkan sholat.

b. Guru memperkenalkan wudlu, pakaian bersih dan suci, mushola dan


sebagainya.

c. Guru menjelaskan batasan batasan aurat bagi laki-laki dan perempuan dalam
sholat.

d. Anak mempraktekkan shalat berjamaah dalam kelompok kecil dan belajar


untuk mengikuti imam.

e. Anak dilatih untuk tenang dan menjawab ketika mendengarkan adzan.

f. Anak dilatih untuk menghafalkan surat al-Fatihah.

g. Membiasakan anak untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya.15

e. Ayat Al-Qur’an Tentang Ibadah

۟ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َوٱرْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِعين‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ۟ ‫َوأَقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬

15
Ismail dan Fahmi, ‘’Internalisasi Sikap Keberagaman Sejak Anak Usia Dini’’
diakses dari file:///C:/Users/ASUS/Documents/materi%20pak%20ali%20sayang/1473-Article
%20Text-3343-1-10-20171012.pdf
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku'.16

‫ َوفَ ِّرقُوا بَ ْينَهُ ْم فِي‬، ‫ َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر‬، َ‫ُمرُوا أَوْ ال َد ُك ْم بِالصَّال ِة َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِين‬
‫اج ِع‬
ِ ‫ض‬َ ‫ْال َم‬

Artinya: Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan salat saat usia mereka
tujuh tahun, dan pukulah mereka (jika meninggalkannya) saat usia sepuluh tahun.
Dan pisahkan tempat tidur mereka.17

16
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 43.
17
Hadis Riwayat Abu Daud.
Daftar pustaka

Didiek,Ayoeb.dkk. Studi Islam II. Depok: PT RajaGrafindo Persada,2015.


Eti Nurhayati, ‘’ Penanaman Nilai-nilai Keislaman Bagi Anak Usia Dini’’, diakses dari
file:///C:/Users/ASUS/Documents/materi%20pak%20ali%20sayang/816-2042-1-PB.pdf.
Hadis Riwayat Abu Daud.
Ismail dan Fahmi, ‘’Internalisasi Sikap Keberagaman Sejak Anak Usia Dini’’ diakses dari
file:///C:/Users/ASUS/Documents/materi%20pak%20ali%20sayang/1473-Article%20Text-3343-
1-10-20171012.pdf
Jasuri, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini, jurnal Madaniyah Edisi VII, 2015,
Hal. 22.
Mohammad Daud, Pendidikan Agama islam, (Jakarta:PT.RajaGrafindo,2011)
Muhammad, Ensiklopedi Islam Al-Kamil,( Jakarta Timur: Darus Sunnah Press, 2009 ), Hal. 70.
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 43.
Suryan A.jamrah, Studi Ilmu Kalam,(Jakarta:Kencana,2015)
Bustanuddin Agus. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada,2006.

Sheikh Mahmud Shaltut.Akidah dan Syariah Islam. Jakarta:Bumi Aksara,1984

Anda mungkin juga menyukai