Psikologi Belajar
Psikologi Belajar
Nim : 181810050
Kelas : Psikologi B
Teori ini sering pula disebut "trial and error learning" individu yang belajar melakukan
kagiatan melalui proses "trial and error" dalam rangka memilih respons yang tepat bagi
stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya
terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan
orang dewasa. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan
membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam
hal itu, objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam
membuat koneksi sesuatu reaksi dengan stimulusnya.
Ghutthrie berpendapat, bahwa hukuman itu tidak baik dan tidak pula buruk. Efektif
tidaknya hukuman tergantung pada apakah hukuman itu menyebabkan siswa/siswi
belajar ataukah tidak. Pandangan tentang belajar menurut aliran ini adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons (Gredler &
Bell, 1986: 42). Dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa-siswi
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli yang terlibat dalam aliran ini antara lain:
Thorndike (1911), Watson (1963), Hull (1943), dan Skinner (1968). Menurut Thorndike,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan,
atau gerakan). Menurutnya perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang
konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).
Dengan demikian, para ahli teori belajar kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor
kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi
masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar
mandiri maupun belajar kelompok. Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu
dikajisecara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi untuk mensukseskan
proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru
akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada
gilirannya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh
guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Dan
guru memperhatikan juga perbedaan/kesenjangan aspek kognitif pada siswa/siswi guna
dapat melakukan affirmative action (tindakan khusus sementara) pada jenis kelamin
yang tertindas.
Daftar Pustaka