Makalah Psikologi
Makalah Psikologi
Nim : 181810050
Kelas : Psikologi B
Kasus 1
Pengalaman hidup stressful yang pertama dialami Dira adalah ketidaklekatannya dengan
orang tuanya. Ketidaklekatan itu terjadi karena saat lima tahun pertama Dira tidak diasuh
oleh orang tuanya. Selain itu, Dira mengalami pelecehan seksual dan merahasiakan hal
tersebut padasiapapun. Selain pelecehan seksual Dira juga mengalami peristiwa bullying
yang dilakukan temantemannya. Dira juga tidak melaporkan hal tersebut kepada siapapun.
Dira merasa sendirian dalam menghadapi apa yang dialaminya. Dira berusaha menarik
perhatian orang lain dengan berperilaku nakal, Dira bahkan rela melukai dirinya sendiri
(menyilet tangan) untuk mendapat perhatian dari teman-temannya di kelas. Mulai dari SMP,
Dira mulai marah-marah dan merasakan bahwa ada yang janggal dalam dirinya. Dira rajin
mencari tahu keadaannya lewat artikel-artikel yang ada di internet.
Seorang laki-laki, berusia 18 tahun, beragama Islam, pelajar SMU di kota X, diantar oleh
ibunya ke poliklinik jiwa karena sering mengulangulang suatu perbuatan, yang dinilai oleh
orang tuanya sudah mengganggu diri klien. Kurang lebih 3 bulan sebelum datang ke RS,
klien mulai menunjukkan perubahan perilaku berupa sering mengulang-ulang
perbuatan/aktivitas sehari-hari seperti wudhu, sholat, cuci tangan. Pada awalnya, gejala
pengulangan hanya ringan (tidak terlalu sering), tetapi akhir-akhir ini makin memberat. Pada
bulan Romadhon, klien berulang-ulang membuang ludah karena khawatir jika ada air yang
tertelan dan dapat membatalkan puasanya. Saat mandi klien merasa belum bersih, sehingga
mengulang-ulang mengguyur tubuhnya. Demikian juga klien cebok dan cuci tangan
berulang-ulang karena khawatir belum bersih. Klien mengulang wudhu berkali-kali karena
khawatir wudhunya belum sempurna. Saat mengerjakan sholat, klien mengulang-ulang
takbirotul ihram sampai beberapa kali, sehingga sering tertunda untuk memulai sholatnya.
Hal tersebut dilakukannya, karena ia merasa niat sholatnya belum benar/belum mantap. Klien
khawatir sholatnya tidak sah. Namun jika klien sudah berhasil memulai sholatnya, maka klien
akan bisa meneruskan sholatnya sampai selesai, dengan tidak mengulang lagi dan
mengabaikan keraguannya. Pengulangan kegiatan terebut dilakukan setiap hari, pengulangan
dilakukan karena di dalam pikirannya selalu muncul dorongan untuk berbuat demikian. Ia
menyadari bahwa pikiran/dorongan tersebut berasal dari dirinya sendiri, bukan karena adanya
pikiran lain yang menyisipi pikirannya atau karena mendengar suara yang memerintahnya.
Ia berusaha melawan/mengabaikan pikiran tersebut tetapi tidak bisa. Munculnya pengulangan
dorongan-dorongan tersebut membuatnya tidak tenang/gelisah dan merasa menderita. Jika
tidak dilakukan secara berulang-ulang timbul kecemasan / kegelisahan. Pengulangan akan
menimbulkan perasaan lega, tetapi bukan rasa senang. Semua kegiatan yang dilakukan secara
berulang tersebut sering menimbulkan dampak/ mengganggu dirinya dan orang lain. Klien
belum pernah mengalami gangguan seperti ini sebelumnya dan gangguan jiwa lainnya, Tidak
didapatkan riwayat panas dan kejang, trauma kepala yang memerlukan perawatan atau
keracunan zat. Juga tidak ada riwayat penyakit medis lainnya. Klien belum pernah merokok,
menggunakan alkohol maupun Napza. Perkembangan masa kanak-kanak normal. Norma
nilai-nilai benar-salah dipegangnya cukup kuat. Prestasi akademiknya baik, hampir selalu
masuk peringkat 5 besar. Klien mempunyai banyak teman dan cukup akrab. Klien rajin
mengikuti pengajian yang secara rutin diselenggarakan di sekolahnya. Olah raga yang
disukainya adalah sepak bola. Ia juga akrab dengan adik-adiknya dan lebih mandiri. Klien
mengalami mimpi basah saat kelas 1 SLTP, dan sudah tertarik dengan lawan jenis, tetapi
tidak sampai pacaran. Pengalaman masa puber membuat rasa ingin tahu klien menjadi lebih
besar, klien suatu kali menonton film yang menampilkan adegan dewasa dan hal ini di
lakukannya beberapa kali sampai klien pernah merasakan onani. Seak saat itu klien merasa
dirinya tidak bersih dan merasa kotor Klien bila mengerjakan sesuatu ingin dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Bila tidak dikerjakan dengan baik (sesuai standarnya), ia merasa tidak puas.
Ia sangat menyukai kebersihan, juga memegang teguh nilai-nilai norma sosial dan norma
agama. Saat ini klien tinggal di sebuah rumah kontrakan di kota Yogyakarta, berdekatan
dengan sekolahnya, bersama ibu dan ketiga adiknya. Ayahnya bekerja di Jakarta sebagai
karyawan rumah makan milik kakak kandungnya. Sebenarnya ibunya ingin agar ayahnya
tetap di Yogya, membantu warung makan yang dikelola ibunya. Hal ini sering menimbulkan
konflik pada kedua orang tuanya. Secara ekonomi termasuk kurang. Pemeriksaan status
mental didapatkan bahwa klien selalu menyatakan adanya pikiran berulang yang
mengganggu dan harus dikerjakan agar merasa lega. Pada status internus dan status
neurologikus belum ditemukan adanya kelainan.
Pada mulanya Klien mengalami mimpi basah saat kelas 1 SLTP, dan sudah tertarik
dengan lawan jenis, tetapi tidak sampai pacaran. Pengalaman masa puber membuat
rasa ingin tahu klien menjadi lebih besar, klien suatu kali menonton film yang
menampilkan adegan dewasa dan hal ini di lakukannya beberapa kali sampai klien
pernah merasakan onani. Seak saat itu klien merasa dirinya tidak bersih dan merasa
kotor Klien bila mengerjakan sesuatu ingin dilakukan dengan sebaik-baiknya. Bila
tidak dikerjakan dengan baik (sesuai standarnya), ia merasa tidak puas. Ia sangat
menyukai kebersihan, juga memegang teguh nilai-nilai norma sosial dan norma
agama. Saat ini klien tinggal di sebuah rumah kontrakan di kota Yogyakarta,
berdekatan dengan sekolahnya, bersama ibu dan ketiga adiknya. Ayahnya bekerja di
Jakarta sebagai karyawan rumah makan milik kakak kandungnya. Sebenarnya ibunya
ingin agar ayahnya tetap di Yogya, membantu warung makan yang dikelola ibunya.
Hal ini sering menimbulkan konflik pada kedua orang tuanya. Secara ekonomi
termasuk kurang. Pemeriksaan status mental didapatkan bahwa klien selalu
menyatakan adanya pikiran berulang yang mengganggu dan harus dikerjakan agar
merasa lega. Pada status internus dan status neurologikus belum ditemukan adanya
kelainan.
Gejala OCD meliputi pikiran yang mengganggu dan timbul terus menerus (obsesif),
serta perilaku yang dilakukan berulang-ulang (kompulsif). Namun, beberapa penderita
OCD hanya mengalami pikiran obsesif tanpa disertai perilaku kompulsif, atau
sebaliknya.Pikiran dan perilaku ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan,
dan hubungan sosial penderita, baik disadari maupun tidak.Pikiran ObsesifObsesif
adalah gangguan pikiran yang terjadi terus menerus dan menimbulkan rasa cemas
atau takut. Semua orang kadang mengalami hal ini, tetapi pada penderita OCD,
pikiran tersebut muncul berulang-ulang dan menetap. Pikiran obsesif bisa tiba-tiba
muncul ketika penderita OCD sedang memikirkan atau melakukan hal lain.
Penderita OCD biasanya mempunyai satu tema atau pola tertentu, misalnya, ketakutan
akan terkontaminasi oleh kuman yang menyebabkan penderita mencuci tangan
berulang-ulang secara kompulsif. OCD biasanya mulai terjadi pada usia remaja atau
dewasa muda. Beberapa contoh tanda dan gejala obsesi meliputi Stres yang berat jika
suatu objek tidak rapi atau tidak pada tempatnya, Rasa ragu dan tindakan selalu
memeriksa hal berulang kali, misalnya mengecek pintu yang sebenarnya sudah
dikunci, atau mengecek kompor yang sudah dimatikan, Gambaran yang meliputi
menyakiti diri sendiri atau orang lain yang tidak diinginkan dan membuat penderita
tidak nyaman,Ketakutan akan terkontaminasi kotoran karena menyentuh benda yang
telah disentuh orang lain, Perasaan tertekan karena timbulnya gambaran-gambaran
seksual yang tidak menyenangkan secara berulang-ulang di dalam pikiran
penderita.Gejala berdasarkan perilaku kompulsif Terdapat beberapa pola atau tema
pada perilaku kompulsif, seperti: Keteraturan.Rutinitas yang ketat,dan membersihkan
anggota tubuh maupun barang-barang, Penghitungan pola-pola tertentu,Memeriksa
berulang-ulang kali,Memastikan berulang-ulang kali.