Anda di halaman 1dari 17

Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN

Di Tengah Arus Besar Globalisasi

POLITIK REGIONALISME DAN TANTANGAN ASEAN


DI TENGAH ARUS BESAR GLOBALISASI

Budi Winarno
Guru besar Ilmu Politik dan Hubungan Internasional, FISIPOL,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
email: winarno@ugm.ac.id

Abstract
The Regional international relation recently has been the other trend on global politics
economy. Although the experts don’t have any compromise of how regionalism raises and being
trend on international relation, either realism, liberal also structuralism. On their development
regional cooperation dynamic couldn’t apart from economic globalization. ASEAN cooperation
doesn’t enough for pressure economic integration and intra regional trade. That is happened
because of loss political will and socialization between the members to private sectors. So
ASEAN must prepare themselves, conflict resolution must build consensus building when
ASEAN must meet many regional and global power.

Keywords : regional cooperation, loss political will, conflict resolution

Hubungan internasional kawasan secara individual negara bangsa


menjadi trend lain dalam diskusi ekonomi untuk memperjuangkan tujuan
politik global dewasa ini. Meskipun de- ekonomi politik mereka, baik yang
mikian, para ahli yang tertarik pada po- bersifat nasional mau-pun kolektif.
kok kajian ini tidak mempunyai kata Selanjutnya, oleh karena e-konomi
sepakat mengenai bagaimana regionalis- global semakin terintegrasi, pe-
me muncul dan menjadi trend dalam studi ngelompokan regional negara
hubungan internasional, baik kaum ralis, bangsa te lah meningkatkan
liberal maupun strukturalis (Cohn, 2003; kerjasama dalam rang-ka
Gilpin dan Gilpin, 2001; Hurrel, 1995). memperkokoh otonomi,
Meskipun tidak ada penjelasan tunggal memperbaiki posisi tawar, dan
mengenai regionalisme1, tetapi setiap pe- memperjuangkan tujuan ekonomi
tapan regional mewakili usaha-usaha politik lainnya. .
Dalam konteks inilah,
1 Helen Nesadurai mengidentifikasi adanya empat
diskusi ASEAN menjadi menarik.
hubungan yang mungkin terjadi dalam relasinya antara Meskipun pada awalnya,
globalisasi dan regionalisme, yakni Neoliberal Regionalism, FDI regionalisme ASEAN ini tidak
Model, Resistance Model, dan Developemental Regionalism.
Helen Nesadurai . 2002. “Globalization and Economic ditujukan secara khusus untuk
Regionalism: A Survey and Critique of the Literature”. CSGR merespon globalisasi yang mulai
Working Paper No. 108/02, November 2002. Sebagai bahan
perbandingan lihat juga Andrew Hurrel. (1995). “Regionalism in intens didiskusikan pada tahun
Theoretical Perspective,” dalam Louise Fawcett and Andrew 1980-an, tetapi pada per-
Hurrell (eds.). Regionalism in World Politics: Regional
Organization and International Order. Oxford: Oxford University kembangannya eksistensi ASEAN
Press.

SPEKTRUM 1 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

tidak dapat dilepaskan dari kemampuan nyai pengaruh besar dalam hampir
orga-nisasi dalam merespon globalisasi. semua kehidupan ekonomi dan
Tentu-nya, respon ini akan tepat jika
politik abad ini menjadi fakta yang
didasarkan pada stimuli atau signal yang
nampaknya tidak da-pat dibantah.3
tepat pula dari globalisasi. Oleh karena
itu, tulisan ini akan diawali terlebih Dalam aras ini, kaum trans-
dahulu dengan menjelaskan makna dan formasionalis melihat bahwa
implikasi globali-sasi, dan selanjutnya globalisasi adalah kekuatan utama
diteruskan dengan analisis tentang apa
di balik perubah-an-perubahan
yang perlu dilakukan oleh ASEAN dalam
sosial, ekonomi, dan politik yang
menjawab tantangan tersebut.
tengah menentukan kembali
Globalisasi: Makna dan Implikasi Eko- masya-rakat modern dan tatanan
nomi Politiknya dunia (world order) (Held, et. al.,
Para teoritisi globalisasi meyakini
1999). Globalisasi telah
bahwa terdapat kecenderungan umum
menempatkan kembali fungsi dan
dalam proses-proses universal sekarang
keku-asaan pemerintahan nasional.
ini yang melibatkan interkoneksi dan in-
Dalam kait-an ini, negara tidak lagi
terdependensi antara negara dengan ma-
dapat bersem-bunyi dibalik klaim
syarakat. Cohn (2003: 417) mendefeni-
kedaulatan nasional. Sebaliknya,
sikan globalisasi sebagai “a process that
kekuasaan negara bangsa da-lam
involves both the broadening and deepening of
mengambil keputusan seyogianya
interdependence among societies and states
di-sejajarkan dengan lembaga-
throughout the world”. Dalam konteks ini,
lembaga go-vernance global dan
batas-batas nasional negara bangsa sema-
hukum internasional. Oleh
kin menjadi kurang penting, dan pemaha-
karenanya, negara bangsa yang me-
man tradisional mengenai kedaulatan ne-
ngelola dirinya sendiri dan sebagai
gara telah dirusak, serta individu dalam
unit yang otonom lebih merupakan
suatu kawasan harus dilihat dalam kon-
teks global2. Meskipun pada dasarnya ti- 3 Diskusi yang mendalam mengenai

dak terdapat kesepakatan di kalangan pe- dampak-dampak globalisasi ekonomi dalam banyak
bidang kehidupan dapat dilihat dalam karya-karya
ngamat dalam menjelaskan globalisasi seperti David Held. et. al. 1999. Global
Transformations: Politics, Economic, and Culture.
(Held, et. al., 1999; Scholte, 2000; Giddens, Stanford, California: Stanford University Pers. Buku ini
memberikan ulasan yang relatif mendalam tentang
2000), tetapi bahwa globalisasi mempu- transformasi yang tengah terjadi dalam kehidupan
manusia dewasa ini, baik dalam konteks politik,
ekonomi, ataupun budaya. Selain itu, tulisan Jan Aart
2 Tidaklah mungkin untuk memaparkan berbagai
Scholte juga dapat dijadikan referensi yang berguna
perbedaan interpretasi atas globalisasi mengingat beragamnya sebagai pengantar awal dalam melihat dan
pandangan yang disesuaikan dengan perspektif dan minat mendefinisikan dampak-dampak globalisasi dalam
masing-masing penulis dalam memberi penekanan atas kehidupan manusia. Lihat Jan Aart Scholte. 2000.
fenomena globalisasi. David Held, et. al., misalnya, Globalization: A Critical Introduction: New York: St.
membedakan para pengamat globalisasi ke dalam tiga Martin’s Press.
kelompok, yakni hiperglobalis, skeptis, dan transformasionalis.

SPEKTRUM 2 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

klaim nor-matif dibandingkan sebagai globalisasi terhadap ekonomi


suatu pernya-taan deskriptif. nasional terletak pada integrasi
Globalisasi atau lebih tepatnya pasar finansial glo-bal. Integrasi
globalisasi neoliberal (Gill, 2000) telah me- pasar finansial global ini telah
nantang kapasitas ekonomi politik nega- mengurangi sedemikian rupa
ra bangsa. Dalam bidang politik, negara otono-mi ekonomi nasional
bangsa tidak lagi menjadi aktor tunggal mengingat aliran uang ini tidak
meskipun keberadaannya tetap menjadi dapat dikontrol oleh keku-atan
unit penting dalam ekonomi politik global negara manapun. Integrasi ini, pada
dewasa ini (Gilpin dan Gilpin, 2001). Di akhirnya, juga akan melahirkan
bidang ekonomi, dampak globalisasi ini interko-neksi dan interdependensi
berlangsung melalui tiga mekanisme, yak- sekaligus. Pe-ristiwa, aktivitas,
ni tekanan perdagangan yang semakin keputusan-keputusan ekonomi dan
kompetitif, multinasionalisasi produksi, politik dalam suatu wilayah akan
dan integrasi pasar keuangan (Garret, mempunyai dampak yang
2000: 3020). Pertama, semakin menajam- signifikan terhadap individu di
nya kompetisi perdagangan menjadi salah dunia yang mempu-nyai jarak yang
satu bagian penting globalisasi ekonomi, cukup jauh (Held, et. al., 1999: 15).
dan ini telah diakui secara umum meski- Pendeknya, dalam pandangan yang
pun, sebenarnya, kompetisi itu tidak ha- optimistis, tidak ada bidang-bidang
nya dalam perdagangan, tetapi juga da- kehidupan manusia, kelompok, dan
lam memperebutkan investasi. Kedua, me- juga negara bangsa yang tidak
luasnya multinasionalisasi produksi, dan tersentuh oleh akibat-akibat yang
berikut ancaman perusahaan-pe-rusahaan ditimbulkan oleh glo-balisasi.
multinasional yang dapat memindahkan Dalam kaitannya dengan
lokasi produksinya dari satu negara ke ne- regio-nalisme, globalisasi akan
mendorong re-gionalisme dalam
gara lain dalam rangka mencari keun-
empat cara (Hurrel, 1995: 20; lihat
tungan terbesar. Implikasi multinasional-
juga Coleman dan Under-hill,
isasi terletak pada biaya-biaya produksi 1998). Pertama, integrasi yang sema-
dan pemerintahan inter-vensionis. Dalam kin mendalam menciptakan
kaitan ini, pemerintahan nasional harus persoalan-persoalan yang
membutuhkan manaje-men
menerapkan kebijakan pasar bebas jika
kolektif, dan lebih spesifik, bentuk-
mereka ingin berkompetisi dalam mem-
bentuk manajemen dan regulasi
perebutkan investasi dan penyediaan te- yang me-libatkan hak prerogatif
naga kerja yang relatif murah dibanding- negara. Kedua, ka-rakteristik global
kan dengan kawasan lain. Ke-tiga, dampak dalam banyak isu se-ringkali
dilebih-lebihkan, dan meskipun

SPEKTRUM 3 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

memang terdapat isu-isu yang bersifat dan budaya di kawasan Asia


global, tetapi dampaknya lebih sering di- Tenggara melalui program-
rasakan dalam suatu kawasan. Ketiga, me- program kerjasama; menjaga
representasikan suatu keinginan untuk stabilitas politik dan ekonomi ka-
melakukan rekonsiliasi menuju integrasi wasan, dan sebagai forum untuk
pasar secara global dan tekanan-tekanan resolusi atas perbedaan-perbedaan
teknologi ke arah globalisasi dan integrasi intra-regional. Dari ketiga tujuan
pada satu sisi, dan pada sisi lain kecen- pokok ini, nampak bahwa
derungan ke arah fragmentasi dalam wak- kerjasama di bidang keamanan
tu bersamaan. Keempat, integrasi ekonomi tidak menjadi prioritas.
global barangkali merupakan stimulus Dalam perkembangannya,
yang paling kuat dalam mendorong regio- dina-mika kerjasama kawasan ini
nalisme ekonomi melalui pengintensifan tidak dapat dilepaskan dari
pola-pola kompetisi ekonomi merkantilis. pengaruh besar globali-sasi,
Dalam hal ini, muncul dan meluasnya re- terutama globalisasi ekonomi. Oleh
gionalisme ekonomi merupakan respon karenanya, berbagai usaha
penting negara-negara bangsa untuk me- dilakukan oleh ASEAN untuk
nyelesaikan secara bersama-sama masa- “menyiapkan” diri dalam
lah-masalah politik dan interdependensi menghadapi globalisasi (ekonomi),
yang tinggi dalam ekonomi global. Diban- yang semakin hari terpaannya
dingkan dengan regio-nalisme yang mun- semakin kuat. Deklarasi ASEAN
cul pada era 1950-an dan 1960-an, bentuk- yang termaktup dalam Bali Concord
bentuk regionalisme baru ini lebih mem- II menjadi cermin bagaimana
punyai signifikansinya dalam ekonomi kerjasama kawasan ini merespon
global (Gilpin dan Gilpin, 2001). Ini ka- glo-balisasi ekonomi. ASEAN
rena posisinya dengan globalisasi berada Economic Com-munity (AEC)
dalam dua kondisi, mendukung ke arah merupakan realisasi atas tujuan
integrasi ekonomi global atau sebaliknya akhir integrasi ekonomi sebagai-
mendorong ke arah proteksionisme mer- mana telah digariskan dalam visi
kantilis negara-negara anggota. ASEAN 2020., namun
implementasinya dipercepat
Politik Regionalisme ASEAN menjadi tahun 2015. Lebih lanjut,
Sejak didirikan tahun 1967, nam- visi AEC adalah untuk
paknya, pembentukan ASEAN tidak ditu- menciptakan ekonomi ASEAN
jukan secara spesifik untuk merespon glo- yang stabil, makmur, dan kom-
balisasi. Namun, lebih pada keinginan petitif di mana terjadi aliran-aliran
utama untuk mendorong negara-negara bebas barang, layanan, investasi,
di kawasan Asia Tenggara melakukan dan aliran ka-pital, pembangunan
usaha-usaha kerjasama di bidang eko- ekonomi yang adil dan
nomi dan kesejahteraan. Setidaknya, ada pengurangan kemiskinan dan
tiga tujuan pokok yang ingin diraih oleh dispa-ritas sosio-ekonomi
ASEAN pada awalnya, yakni mempro- (Soesastro, 2005: 3). Sebelum AEC,
mosikan pembangunan ekonomi, sosial, ASEAN juga telah melaku-kan

SPEKTRUM 4 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

berbagai usaha untuk mengintegra-sikan posisinya dalam aras globalisasi


ekonomi kawasan melalui ASEAN Free yang se-makin kompetitif.
Trade Area (AFTA) yang harapannya Kerjasama regional se-macam
dapat memperkuat posisi ASEAN dalam ASEAN mestinya dapat membe-ri-
mengintegrasikan diri ke dalam perda- kan manfaat negara-negara anggota
gangan global. Meskipun demikian, ke- un-tuk memperkuat kapasitas diri
majuan yang dicapai oleh ASEAN dalam dalam eko-nomi dan politik, yang
meliberalisasi kawasan dan menciptakan pada akhirnya mampu melayani
kawasan yang terintegrasi secara ekonomi kepentingan-kepenting-an negara
kurang meyakinkan. Salah satu faktornya anggota. Sementara itu, perbe-
adalah ketiadaan langkah-langkah kon- daan-perbedaan yang terjadi dalam
kret yang ditujukan untuk menopang inter-regional ASEAN juga turut
AFTA. Ini dapat dilihat dalam komentar menyumbang bagi kurang padunya
Eng Chuan Ong dalam The Washington kerjasama kawasan ini dalam
Quaterly di bawah ini. menopang ASEAN sebagai ke-
kuatan yang layak diperhitungkan
Undeniably, ASEAN neglected to do dalam ekonomi-politik global.
its homework in the early 1990s Seperti dikemuka-kan McDougall
before taking bold liberalization me- (1997: 199), “Although ASEAN is
asures through AFTA. Unlike cre- commonly referred to as a group, its
ation of the European single market, unity should not be exaggereted. There
whose expected impact was calcu- are many issues on which the ASEAN
lated in advance, “no number crun- countries have adopted a common
cing preceded the establishment of position, but its in-dividual members
AFTA”. Although substantially also have particular inte-rest”.
more comprehensive than FTA, Sayangnya, ragam perbedaan ini
AFTA’s voluntary nature perpetua- tidak dapat segera diselesaikan.
ted the continued exclusion of politi- Akibat-nya, ASEAN mengalami
cally sensitive sector, such as agri- kesulitan dalam upaya mencari
culture and automobiles. No concrete suara bulat ketika harus
steps or goals were laid out to achi- berhadapan dengan kekuatan-
eve AFTA’s 15 years time line. kekuatan besar di luar dirinya.
Compared with other regional FTA’s Negara-negara pelopor
such as NAFTA’s 1,000 plus page ASEAN yang mestinya mempunyai
agreement, AFTA was very limited peran penting dalam mendorong
15 pages. Some critics initially integrasi kawasan juga mempunyai
doubted that this “Agree First, Talk banyak persinggungan ke-
After” (as the acronym has been pentingan, yang dalam banyak hal
sarcastically translated) approach sulit dicari kata mufakat. Hingga
would work (Ong, 2003: 63). saat ini, Indo-nesia dengan
Malaysia terlibat dalam kon-flik
Dalam situasi semacam itu, sulit perbatasan dan masalah TKI yang
bagi ASEAN untuk mampu memperkuat be-lum dapat diselesaikan dengan

SPEKTRUM 5 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

baik. Se-mentara Singapura terlibat Sementara itu, negara Indocina


konflik dalam soal supply air dengan yang pa-ling maju, Vietnam,
Malaysia. Negara kota ini juga melakukan mempunyai GDP pa-da tahun 1995
perundingan berbelit-belit dengan sebesar $640, Laos $620 dan
Indonesia menyang-kut ekstradisi para Kamboja sebesar $400.4 Para
koruptor yang lari ke negeri ini. kritikisi me-lihat bahwa kerjasama
Perbedaan-perbedaan ekonomi dan ASEAN tidak cu-kup mendorong
politik juga relatif tajam di kawasan, yang integrasi ekonomi dan kurang
pada tataran tertentu menyulitkan memacu perdagangan intra-regi-
ASEAN ketika berhadapan dengan ling- onal. Ini terjadi sebagai akibat
kungan global yang dinamis dan kompe- kurangnya political will dan
titif, termasuk di dalamnya tekanan-te- sosialisasi negara-negara anggota
kanan AS. Rejim militer Myanmar yang kepada sektor-sektor swasta. Ong
menindas gerakan-gerakan demokrasi de- (2003: 70), misalnya, melihat bahwa
ngan kejam serta kudeta militer di Thai- kerangka liberalisasi ekonomi dan
land yang baru-baru saja terjadi, bagai- perda-gangan dalam kerangka
manapun menambah persoalan-persoalan AFTA kurang mendorong
yang telah ada di kalangan anggota ASE- reformasi ekonomi negara-ne-gara
AN, yang pada gilirannya semua perso- anggota. Pertanyaannya kini adalah
alan ini akan menyu-litkan ASEAN dalam apa yang perlu dilakukan oleh
memperjuangkan kepentingan-kepenting- ASEAN dalam menghadapi
an bersama di ka-wasan. Di samping itu, globalisasi ekonomi yang semakin
di era globalisasi neoliberal sekarang ini, kompetitif sehingga negara-negara
rejim-rejim ekonomi politik yang otoriter anggota ASEAN mampu memetik
dan menindas akan senantiasa mendapat- keuntungan yang ditimbulkan oleh
kan sorotan dunia internasional. Oleh glo-balisasi ekonomi?
karena itu, jika kohesivitas sosial, ekono- Beberapa penulis
mi, dan politik mempunyai peran penting memberikan be-berapa saran untuk
dalam meno-pang keberhasilan regional- mendorong ASEAN agar lebih
isme (Cantori dan Spiegel, 1970), maka dinamis. McKinsey’s ASEAN
dalam banyak hal kohesivitas di kalangan Competitiveness, misalnya,
anggota ASEAN sebenarnya sangat ren- memberikan saran agar seyogianya
dah. ASEAN memberi-kan skala
Usaha-usaha yang ditujukan un- prioritas atas sektor-sektor ter-tentu
tuk mendorong integrasi ekonomi di ka- untuk diliberalisasi (Soesastro,
wasan ASEAN juga akan menghadapi ba- 2005: 3), diantaranya
nyak kendala oleh karena tingginya ke- menghilangkan hambat-an-
senjangan sosial-ekonomi diantara kese- hambatan nontarif, termasuk di
puluh negara kawasan. Sebagai perbandi- dalam-nya usaha-usaha yang
ngan, pada tahun 1995, Myanmar mem- dilakukan untuk meningkatkan
punyai GDP sebesar US$110 dibanding-
kan dengan Singapura sebesar $26.500 4 Data ini dikutip dari Alan Boyd, 2007.

dan Brunei Darussalam sebesar $17.000. “ASEAN Lightweights Get By in The Big World“
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/ID12Ae
02.html

SPEKTRUM 6 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

efisiensi; mendorong refor-masi tarif; Cooperation, and Global


menciptakan a level playing field for capital Econo-mic Integration,”
melalui penghilangan ham-batan- dalam William D. Coleman
hambatan investasi diantara nega-ra- and Geoffrey Under-hill
negara anggota ASEAN dan memper- (eds.).1998. Regionalism and
kenalkan kebijakan kompetisi luas di Global Economic Integration:
ASEAN; dan terakhir memperbaiki kola- Europe, Asia, and the
borasi regional, termasuk di dalamnya Americas. London and New
mempromosikan aliran-aliran tenaga ker- York: Routledge.
ja yang lebih mudah dikalangan anggota Fawcett, Louise and Andrew
ASEAN dan mekanisme yang lebih baik Hurrell (eds.), Regionalism
dan bantuan teknis, serta pembangunan in World Poli-tics: Regional
bagi pendatang baru. Sementara itu, da- Organization and In-
lam rangka meneguhkan ASEAN tidak ternational Order. Oxford:
saja dalam bidang ekonomi, tetapi juga Oxford University Press.
politik, pekerjaan terbesar yang perlu Garrett, Geofrey. 2000. “Global
diselesaikan adalah bagaimana menyele- Markets and National
saikan konflik-konflik internal baik mela- Politics,” dalam Da-vid
lui mekanisme bilateral ataupun dalam Held and Anthony Mc-
kerangka ASEAN. Penyelesaian konflik Grew (eds.). 2000. The
dan perbedaan-perbedaan ini sangat pen- Global Transforma-tion: a
ting dalam rangka membangun konsensus Reader. Cambridge: Polity
“satu suara” ketika ASEAN harus berha- Press.
dapan dengan kekuatan-kekuatan ekstra Geofrey Garrett, 2000. “Global
regional dan global. Markets and National
Politics,” dalam Da-vid
DAFTAR PUSTAKA Held and Anthony
Boyd, Alan. 2007. “ASEAN Lightweights McGrew (eds.). 2000. The
Get By in The Big World”. Global Transfor-mation: a
“http://www.atimes.com/atimes/S Reader. Cambridge: Poli-ty
outheast_Asia/ID12Ae02.html Press.
Cantory, Louis J. dan Steven L. Spiegel. Giddens, Anthony. 2000. Run Way
1970. The International Politics of World: Bagaimana Globalisasi
Region: A Comparative Approach. Merombak Kehidupan Kita.
Englewood Cliffs, New Jersey: Jakarta: Gramedia
Prentice Hall., Inc. Gill, S. 2000. “The Constitution of
Cohn, Theodore H. 2003. Global Political Global Capitalism”. A Paper
Economy: Theory and Practice. Se- Presented to A Panel: The
cond Edition. New York: San Capitalist World, Past, and
Fransisco: Longman. Present at the International
Coleman, William D and Geoffrey Stu-dies Association Annual
Underhill (eds.). 1998. “Introduc- Convention, Los Angeles,
tion: Domestic Politics, Regional 2000.

SPEKTRUM 7 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Budi Winarno Politik Regionalisme dan Tantangan ASEAN
Di Tengah Arus Besar Globalisasi

Gilpin, Robert dan Jean M. Gilpin. 2001.


Global Political Economy Unde-
rstanding the International Economic
Order. Princeton and Oxford:
Princeton University Press.
Held, David et.al., 1999, Global Trans-
formations: Politics, Economic, and
Culture, Stanford, California: Stan-
ford University Press.
McDougall, Derek. 1997. The International
Politics of the New Asia Pacific.
USA: Lynne Riener Publishers.
Nesadurai, Helen. 2002. “Globalization
and Economic Regionalism: A
Survey and Critique of the
Literature”. CSGR Working Paper
No. 108/02, November 2002
Ong, Eng Chuan. 2003. “Anchor East
Asian Free Trade in ASEAN”. The
Washington Quarterly 26: 2 Spring
2003. pp. 57-72.
Scholte, Jan Art. 2000. Globalization: A
Critical Introduction. New York: St.
Martin Press
Soesastro, Hadi. 2003. “Accelarating
ASEAN Economic Integration:
Moving Beyond AFTA”. Paper
presented at the second ASEAN
Leadership Forum, Kuala Lumur, 17
March 2005.

SPEKTRUM 8 Vol. 5, No. 2, Juni 2008


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
.
SPEKTRUM Vol. 5, No. 2, Juni 2008
Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
SPEKTRUM Vol. 5, No. 2, Juni 2008
Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
SPEKTRUM Vol. 5, No. 2, Juni 2008
Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
SPEKTRUM Vol. 5, No. 2, Juni 2008
Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional

16
SPEKTRUM
Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional

Anda mungkin juga menyukai