Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL

MEREVIEW ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR


Dosen Pembimbing : Henik Istikhomah, S.SiT., M.Keb

Disusun Oleh :

1. Ade Eka Sari Widiyanti (P27224019105)


2. Anita Dwi Hastuti Maharani (P27224019106)
3. Annisaa’ Fitri (P27224019107)
4. Arum Alifah (P27224019108)
5. Atrika Cahya Ayu Hapsari (P27224019109)
D-IV ALIH JENJANG DAN PROFESI KEBIDANAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari
(Kemenkes RI, 2010; h. 15). Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang
rentan terhadap gangguan kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan
bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka selalu
dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari
beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan
kesehatan bayi dan balita (Kemenkes RI, 2013; h. 92).
Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di
dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting
sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam
uterus ke ekstrauterin dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi,
mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan
sirkulasi pada bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi
kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan pelayanan
rujukan/ tindakan lanjut (Varney, 2008).
Sebagai seorang tenaga kesehatan, kita harus mampu memahami tentang
beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini
sebagai dasar dalam memberikan asuhan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus
mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi
mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit /infeksi.

B. Rumusan Masalah
1
1. Bagaimana perubahan sistem pernapasan bayi baru lahir ?
2. Bagaimana perubahan sistem peredaran darah bayi baru lahir ?
3. Bagaimana perubahan sistem metabolisme glukosa bayi baru lahir ?
4. Bagaimana perubahan sistem gastrointestinal bayi baru lahir ?
5. Bagaimana perubahan sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir ?
6. Bagaimana perubahan sistem ginjal bayi baru lahir ?
7. Bagaimana perubahan sistem reproduksi bayi baru lahir ?
8. Bagaimana perubahan sistem muskuloskeletal bayi baru lahir ?
9. Bagaimana perubahan sistem saraf bayi baru lahir ?
10. Bagaimana perubahan sistem integumen bayi baru lahir ?
11. Bagaimana perubahan sistem termoregulasi bayi baru lahir ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan perubahan sistem pernapasan bayi baru lahir
2. Menjelaskan perubahan sistem peredaran darah bayi baru lahir
3. Menjelaskan perubahan sistem metabolisme glukosa bayi baru lahir
4. Menjelaskan perubahan sistem gastrointestinal bayi baru lahir
5. Menjelaskan perubahan sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir
6. Menjelaskan perubahan sistem ginjal bayi baru lahir
7. Menjelaskan perubahan sistem reproduksi bayi baru lahir
8. Menjelaskan perubahan sistem muskuloskeletal bayi baru lahir
9. Menjelaskan perubahan sistem saraf bayi baru lahir
10. Menjelaskan perubahan sistem integumen bayi baru lahir
11. Menjelaskan perubahan sistem termoregulasi bayi baru lahir

BAB II
2
TINJAUAN TEORI

A. Perubahan Sistem Pernapasan


Sistem pernafasan adalah sistem yang paling tertantang ketika perubahan
dari lingkungan intrauteri ke lingkungan ekstrauteri-bayi baru lahir harus
segera mulai bernafas begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggungjawab
untuk oksigenisasi janin sebelum bayi lair adalah plasenta. Selama gestasi, ada
banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk awitan
pernafasan. Janin mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernafas
dan menunjukkan gerakan bernafas sepanjang trimester kedua dan ketiga.
Alveoli berkembang sepanjang gestasi, begitu juga dengan kemampuan janin
untuk menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan
permukaan pada tempat pertemuan antara udara-alveoli. Ruang intestisial
antara alveoli sangat tipis sehingga memungkinkan kontak maksimum antara
kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari
sebelum persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respon terhadap
peningkatan hormon stres dan terhadap peningkatan protein plasma yang
bersirkulasi, yang menyebabkan tekanan onkotik meningkt disertai dengan
meningkatnya aliran cairan paru ke dalam ruang interstisial di paru untuk
diabsorpsi ke dalam sirkulasi limfatik. Pada saat lahhir, hinga 35 persen cairan
paru janin hilang. Janin cukup bulan dipersiapkan pada banyak level untuk
memulai pernapasan yang berhasil.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil napas pertama
kali hanya dipahami sebagian (lihat Gambar 36-1). Terdapat peristiwa-
peristiwa biokimia, seperti hipoksia relatif di akhir persalinan dan stimulasi
fisik terhadap neonatus, sepertu udara dingin, gaya gravitasi, nyeri, cahaya, dan
suara, yang menyebabkan perangsangan pusat pernapasan. Upaya mengambil
napas pertama dapat sedikit dibantu dengan penekanan toraks yang terjadi pada
menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada toraks ketika

3
janin melalui vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi
mulut dan trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea.
Neonatus yang lahir melalui SC, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak
mendapatkan manfaat dari pengurangan cairan paru dan penekanan pada toraks
sehingga mengalami paru-paru basah yang lebih persisten. Situasi ini dapat
mengakibatkan takipnea sementara pada bayi baru lahir (transient tachypnea of
the newbor, TTN).
Bayi baru lahir tidak dapat mempertahankan pernapasan kecuali jika pusat
pernapasan di otak dan otot-otot pernapasan bekerja mengatur pernapasan.
Respons paru-paru bayi baru lahir terhadap kemoreseptor (yang ada di glomus
aortikum dan glomus karotikum) dan mekanoreseptor paru menjadi kekuatan
penggerak dalam pengaturan pernapasan lebih lanjut. Kekuatan otot-otot
pernapasan dan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi
keadekuatan setiap inspirasi dan ekspirasi. Bayi baru lahir yang sehat mengatur
sendiri banyak aspek usaha napasnya sehingga mencapai keseimbangan yang
tepat antara oksigen, karbondioksida, dan kapasitas residu fungsional.
Napas aktif pertama menghasilkan rangkaian peristiwa tanpa gangguan
yang:
1. Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa
2. Mengosongkan paru dari cairan
3. Menetapkan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru pada bayi
baru lahir
4. Mengurangi tekanan arteri pulmonalis.
Ketika kepala dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan mulut. Banyak bayi
baru lahir megap-megap dan bahkan menangis pada saat itu. Oleh karena itu,
pengisapan mulut dan hidung dengan sebuah suksion karet tidak diperlukan.
Penggunaan alat pengisap, seperti suksion karet atau sukson dinding harus
dibatasi jika usaha napas bayi baru lahir berkurang atau ketika mekonium perlu
dibersihkan dari jalan napas. Beberapa napas pertama membutuhkan tekanan
tinggi udara mengalir masuk ke dalam ruang yang terisi penuh dengan cairan.

4
Bayi baru lahir yang lelah dan terganggu oleh proses kelahiran memerlukan
bantuan bidan untuk membersihkan ciran dan lendir dari jalan napas atas.
Stimulasi taktil, seperti dengan lembut mengusap punggung neonatus,
mengerinkan bayi yang basah, atau menjitkka telapak kaki cukup untuk
menstimulasi pernapasan pada sebagian besar bayi baru lahir. Stimulasi yang
terlalu aktif misalnya, menampar atau membuat bayi terpajan dengan udara
dingin yang esktrem, tidak lebih baik daripada stimulasi ringan dan hanya
menunda di mulainya resusitasi yang diperlukan.
Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan
napas besar pada trakea dan bronkus nenoatus. Cairan dalam paru didorong ke
perifer paru, tempat cairan tersebut diabsorpsi. Akhirnya, semua alveolus
mengembang karena terisis udara. Fungsi alveolus maksimum dapat dicapai
jika terdapat surfaktan yang adekuat dalan aliran darah yang melalui
mikrosirkulasi paru adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dindidng
alveolus sehingga alvolus tidak kolaps pada akhir napas. Ini mengurangi
tekanan yang dibutuhkan untuk pernapasan sehingga mengurangi beban kerja
pernapasan. Oksigenasi yang adekuat adalah faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan pertukaran udara yang adekuat. Dalam keadaan hipoksia,
sitem pembuluh darah paru vasokontriksi. Dengan demikian, udara yang
berada dalam alveolus tidak dapat diangkut ke pembuluh darah untuk
oksigenasi area tubuh yang lainnya.
Pola pernapasan bervariasi sesuai awitan pernapasan. Pernapasan
berfluktuasi dan tidak stabil selama periode waktu tertentu. Pernapasan pada
bayi baru lahir dapat terdengar ribut dan basah selama periode transisi ini.
Namun, terdapat respon normal dan abnormal tertentu yang perlu dicari pada
bayi baru lahir. Frekuensi napas yang secara konsisten lebih dari 60 kali napas
per menit, dengan atau tanpa napas cuping hidung (flaring), suara dengkur
(grunting), atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada
dua janin setelah bayi lahir. Respon normal dan abnormal lainnya diringkas
dalam tabel 36-1.

5
B. Perubahan Sistem Peredaran Darah
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan
ini meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya
serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi oleh reaksi-reaksi
yang terjadi dalam paru sebagai respons terhadap tarikan napas pertama.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah.
Karena paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran
darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui
paru dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri, yang
disebut foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa
mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit
janin-plasenta terputus (lihat Gambar 36-2). Sistem sirkulasi bayi baru lahir
sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri
sendiri. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem adalah peningkatan

6
tahanan pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance, SVR). Hal
yang paling penting adalah peningkatan SVR ini terjadi pada waktu yang
bersamaan dengan tarikan napas pertama bayi baru lahir. Oksigen dari napas
pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru relaksasi dan
terbuka. Paru sekarang menjadi sistem bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetapi
menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah
dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung
menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus, yang mengalirkan
darah plasenta teroksigenasi ke otak dalam kehidupan janin, sekarang tidak lagi
diperlukan. Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secara fungsional menutup
akibat penurunan kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh
plasenta. Darah teroksigenasi ini, yang sekarang secara rutin mengalir melalui
duktus arteriosus, juga menyebabkan duktus itu mengecil. Akibat perubahan
dalam tahanan sistemik dan paru, dan penutupan pintas duktus arteriosus serta
foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan fisiologi
jantung. Darah yang tidak kaya oksigen masuk ke jantung neonatus, menjadi
teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru, dan di pompa ke semua jaringan
tubuh lainnya.
Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa terjadi dalam
jantung dan sirkulasi bayi baru lahir. Walaupun perubahan ini tidak selesai
secara anatomis dalam beberapa minggu, penutupan fungsional foramen ovale
dan duktus arteriosus terjadi segera setelah bayi lahir. Sangat penting bagi
bidan untuk memahami bahwa perubahan dari sirkulasi janin ke sirkulasi bayi
baru lahir secara keseluruhan saling berhubungan dengan fungsi pernapasan
dan oksigenasi yang adekuat.

7
C. Metabolisme Glukosa
Sebelum kelahiran, janin terpajan pada kadar glukosa darah yang hampir
konstan, sekitar 60 hingga 70 persen kadar glukosa darah maternal. Dalam
mempersiapkan kehidupan ekstrauterl, janin yang sehat menyimpan glukosa
sebagai glikogen, khususnya di dalam hati. Sebagian besar penyimpanan
glikogen terjadi pada trimester ketiga. Walaupun setiap bayi dapat mengalami
hipoglikemia simptomatik ataupun nonsimptomatik, bayi baru lahir yang
mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, bayi lewat bulan, bayi kurang
bulan, dan bayi yang mengalami gawat janin memiliki risiko khusus. Pada
semua bayi itu, terjadi perubahan dalam banyaknya glikogen yang disimpan.
Pada saat tali pusat diklem, bayi baru lahir harus menemukan cara untuk
mempertahankan keseimbangan glukosa yang esensial bagi fungsi otak
neonatus. Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa darah turun selama periode
waktu yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran). Penelitian pada bayi baru lahir
cukup bulan yang sehat menemukan bahwa kadar glukosa rendah fisiologis
terjadi pada 1 sampai 1,5 jam setelah bayı lahir dan kadar glukosa tersebut
stabil dalam 3 sampai 4 jam. Tidak ada batasan kadar glukosa darah neonatus
yang ketat untuk menentukan kebutuhan intervensi. Apabila neonatus
menunjukkan gejala, rekomendasi umum yang diberikan adalah melakukan
intervensi dengan membuat kadar glukosa plasma 45 mg/dL dan membuat
kadar glukosa plasma 35 mg/dL untuk bayi yang tidak menunjukkan gejala.
8
Biasanya, mean kadar glukosa dari 4 Sampal 72 jam pertama adalah 60-
70mg/dL.
Sistem pada bayi baru lahir yang sehat belajar untuk mengoreksi secara
mandiri penurunan kadar glukosa fisiologis. Koreksi penurunan kadar glukosa
darah dapat terjadi dalam tiga cara: (1) melalui penggunaan air susu ibu susu
formula; (2) melalui penggunaan cadangan gikogen, atau (3) melalui
pembuatan glukosa dari sumber-Sumber lain, khususnya, lipid.
Dua aktivitas terakhir disebutuk glikogenolisis dan glukoneogenesis. Bayı
baru lahir yangat menghasilkan glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit Sebagai
respons terhadap kebutuhan. Kebutuhan untuk mengoreksi secara mandiri
kadar glukosa darah adalah bagian permanen keberadaan bayı diluar rahim.
Bayi baru lahir yang sehat harus didorong untuk menyusu sesegera
mungkin setelah lahir. Banyak bayi baru lahir aktif menyusu selama periode
reaktivitas pertama. Ini merupakan waktu yang ideal untuk menanamkan
pengalaman menyusu pada bayi. Bayi baru lahir yang lelah dan stres akbiat
persalinan yang lama dapat menunjukkan minat yang sedikit dalam menyusu.
Walaupun bayi menyusu dengan efektif, jumlah kalori yang dikonsumsi
minimai dan mungkin tidak adekuat untuk kebutuhan glukosa pada bayi baru
lahir yang mengalami stres.
Bayi baru lahir yang tidak dapat mengonsumsi susu dalam jumlah adekuat
menghasilkan glukosa dari glikogen. Namun, glikogenolisis hanya dapat terjadi
jika bayi memiliki cadangan glikogen yang adekuat. Bayı yang mengalami
stress karena gangguan intrauteri kronis memiliki cadangan gikogen sangat
sedikit pada saat lahir. Seorang bayi yang terpajan stres mayor pada saat lanir
Karena hipotermia yang mengakibatkan hipoksia, menggunakan banyak
cadangan glikogennya pada satu jam pertama setelah lahir. Walaupun bayi
baru lahir mungkin menghasilkan glukosa dari lemak atau protein, proses
glukoneogenesis tidak efisien dan dapat menciptakan banyak sampah metabolit
(by-products).
Bidan harus melakukan pengkajian yang akurat pada neonates yang
berisiko mengalami hipoglikemia dan melakukan surveilans yang tepat. Bidan

9
dapat memfasilitasi penyesuaian kadar glukosa dengan menekankan agar bayı
baru lahir yang sehat segera menyusu. Pada saat yang sama, bidan harus
mengevaluasi setiap bayı baru lahir secara realistis untuk kemungkinan
hipoglikemia. Gejala hipoglikemia dapat tidak jelas dan tidak spesifik, serta
dapat meliputi gelisah, Sianosis, apnea, menangis lemah, letargi, tidak aktit,
dan menolak menyusu.
Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat terjadi tanpa gejala
pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia yang tidak dikoreksi dapat
menyebabkan kerusakan luas pada sel-sel otak, yang kadang-kadang ditandai
dengan kejang (seizure)
Evaluasi hipoglikemia dilakukan melalui sampel darah. Darah yang
diambil dari tumit bayi baru lahir mengandung darah kapiler dan kadar glukosa
darah dari sampel ini dapat rendah palsu jika terdapat stasis vena pada kaki.
Tumit harus dihangatkan sebelum pengambilan sampel untuk meningkatkan
aliran darah. Pengambilan sampel darah harus dilakukan secara hati-hati
sehingga menghindari pungsi pada bagian yang peka, yaitu di bagian belakang
tumit. Terdapat beberapa bukti bahwa penggunaan alat pengumpul darah
otomatis menimbulkan lebih sedikit trauma dan pengumpulan sampel lebih
banyak yang berhasil daripada penggunaan lanset manual.
Sampel darah yang diambil dari tumit sering dievaluasi dengan
menggunakan suatu setrip uji yang dapat dibaca di tempat tidur dengan atau
tanpa kalorimeter retlektansi, penggunaan kolorimeter dapat meningkatkan
keakuratan. Namun, metode setrip uji memiliki banyak keterbatasan yang
terkait dengan teknik operator dan hematokrit neonatus. Setrip uji yang telah
dibuka lebih dari sebulan juga bias memberikan hasil pengukuran yang tidak
akurat. Setiap kadar glukosa yang berada di garis batas (40-45 mg/dL)
membutuhkan intervensi bidan dan upaya agar bayi baru lahir mau menyusu.
Tes ulang dilakukan dalam 30 menit dan jika hasilnya tetap pada garis batas,
sampel vena harus diperiksa.
Nilai di bawah 45 mg/dL harus segera dievaluasi menggunakan sampel
vena dari kulit kepala atau fosa antekubiti Apabila nilai yang rendah terbukti,

10
terap diindikasiIkan. Sampel vena dapat dianalisis dengan menggunakandarah
lengkap atau plasma (serum). Sampel harus didinginkan selama transportasi ke
laboratorium. Sebagian besar laboratorium melaporkan hasil plasma mendekati
15 persen lebih tinggi daripada sampel darah lengkap. Bidan harus memahami
metode pemeriksaan yang digunakan oleh laboratorium tertentu.
D. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relative matur.
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan
menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur telah lengkap pada saat lahir.
Mekonium, walaupun steril, mengandung debris dari cairan amnion, yang
menguatkan bahwa janin meminum cairan amnion dan bahwa cairan tersebut
melalui saluran cerna.
Bagaimanapun juga, kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna sumber makanan dari luar terbatas. Sebagian besar
keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan
yang terdapat di semua bagian saluran cerna, dari mulut sampai ke usus. Bayi
baru lahir kurang mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan orang
dewasa. Kemampuan bayi baru lahir, terutama efisien dalam mengabsorbsi
monosakarida, seperti glukosa, asalkan jumlah glukosa tidak terlalu banyak.
Kapasitas lambung pada bayi tersebut cukup terbatas, kurang dari 30 cc
untuk bayi baru lahir cukup bulan. Usus bayi baru lahir relative tidak matur.
Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis dan kurang efisien
dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak dapat
diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang sempurna. Sel
epitel yang melapisi usu halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat,
sehingga meningkatkan absorbs yang paling efektif. Awal pemberian makan
oral menstimulasi lapisan usus agar mature dengan meningkatkan pergantian
sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus, seperti amilase, tripsin, dan
lipase pancreas. Dukungan bidan untuk pemberian makan segera pada bayi
baru lahir membantu maturase kemampuan usus halus ini.
E. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

11
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri atas struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalam alami :
1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
2. Fungsi saringan saluran napas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh asam lambung
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif tehadap virus dan bakteri yang
pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan imunitas ini melalui perjalanan
transplasenta dari immunoglobulin varietas IgG, Imunoglobulin lain, seperti
IgM dan IgA, tidak dapat melewati plasenta. Menemukan IgM dan IgA dalam
darah tali pusat merupakan indikasi bahwa janin secara aktif berespons
terhadap infeksi ketika berada di dalam uterus. Neonatus tidak akan memiliki
kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba kecuali jika ibu berespons
terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya.
Sacara bertahap, bayi muda mulai menghasilkan antibody dirkulasi kelas
IgG yang adekuat. Ini memakan waktu dan respons antibody penuh terhadap
antigen asing tidak mungkin terbentuk sampai masa kanak-kanak awal. Hal ini
menimbulkan sejumlah penyakit yang dialami oleh anak-anak kecil. Respons
antibody penuh terjadi bersamaan dengan pengurangan IgG yang didapat pada
masa prenatal dari ibu. Salah satu tugas biologis yang utama selama masa bayi
dan masa kanak-kanak awal ialah pembentukan imunitas.
Akibat defisiensi ini baik pada imunitas alami maupun imunitas yang
didapat, neonates sangat rentan terhadap infeksi. Respons neonates terhadap
infeksi lambat dan tidak adekuat, menjadi predisposisi infeksi sistemik, bukan
infeksi local. Bidan yang merawat ibu selama masa kehamilan, kelahiran dan
pascapartum harus waspada dalam mengidentifikasi resiko infeksi,
meminimalkan pemajanan terhadap mikroba, dan mengenali gejala infeksi
pada neonates.

12
F. Perubahan Sistem Ginjal
Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal terbentuk. Di dalam rahim,
urine sudah terbentuk dan diekskresi ke dalam cairan amniotik. Beban kerja
ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin urine
akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh
kadar ureum yang tidak banyak berarti. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat
dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak
mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode
ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan
cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukuo bulan mengeluarkan urine 15-60
mi/kg per hari.
Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem
ginjal. Oleh karena itu, pemberian ASI sesering mingkin dapat membantu
proses tersebut. Bidan dapat menganjurkan dan memberikan konseling kepada
pasien untuk memberikan ASI sesering mungkin pada bayi untuk membantu
adaptasi fisiologis bayi baru lahir pada lingkungan barunya.
G. Perubahan Sistem Reproduksi
Anak laki-laki tidak menghasilkan sperma sampai pubertas, tetapi anak
perempuan mempunyai ovum atau sel telur dalam indung telurnya. Kedua jenis
kelamin mungkin memperlihatkan pembesaran payudara, terkadang disertai
sekresi cairan pada putting pada hari 4-5 karena adanya gejala berhentinya
sirkulasi hormon ibu.
Pada anak perempuan, peningkatan kadar estrogen selama masa hamil
yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir mengakibatkan pengeluaran
suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah melalui vagina.
Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi
vestibulum dan klitoris

H. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertrofi. Tumpang tindih atau moulage dapat terjadi pada waktu lahir

13
karena tulang pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi.
Moulage ini dapat menghilang beberapa ghari setelah melahirkan. Ubun-ubun
besar akan tetap terbuka hingga usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan
berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada
tungkai.
I. Perubahan Sistem Syaraf
Jika disbandingkan dengan sistem tubuh lain, system saraf belum matang
secara anatomi dan fisiologi. Hal ini mengakibatkan kontrol yang minimal oleh
korteks serebri terhadap sebagian besar batang otak dan aktivitas refleks tulang
belakang pada bulan pertama kehidupan walaupun sudah terjadi interaksi
social. Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru lahir
menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal.

Refleks pada bayi antara lain adalah sebagai berikut.

1. Refleks Moro
Refleks dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan
melebarkan jari-jari, lalu membalikkan dengan tarikan yang cepat seakan-
akan memeluk seseorang. Refleks dapat diperoleh dengan memukul
permukaan yang rata yang ada di dekatmya di mana dia berbaring dengan
posisi terlentang. Neonatus seharusnya menarik dan membentangkan
tangannya secara sistematik. Jari-jari akan meregang dengan ibu jari
membentuk huruf C. Kemudian tangan terlipat dengan gerakan memeluk
dan kembali pada posisi rileks. Kaki juga dapat mengikuti gerakan serupa.
Refleks moro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah berusia 3-4
bulan.
2. Refleks Rooting
Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi
akan memutar kepala seakan mencari puting susu. Refleks rooting berkaitan
erat dengan refleks menghisp. Refleks ini dapat dilihat jika pipi atau sudut
mulut bayi disentuh dengan pelan, maka bayi akan menengok secara

14
spontan kea rah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai mengisap.
Refleks ini biasanya menghilang pada usia tujuh bulan.
3. Refleks sucking
Refleks ini timbul bersama refleks rooting untuk mengisap puting susu
dan menelan ASI
4. Refleks Batuk dan Bersin
Refleks ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernapasan.
5. Refleks Graps
Refleks yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi
lalu bayi akan menutup telapak tangannya. Respons yang sama dapat
diperoleh ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki menyebabkan jari
kaki menekuk. Ketika jari-jari diletakkan pada telapak tangan bayi, bayi
akan menggenggam erat jari-jari. Genggaman telapak tangan biasanya
berlangsung sampai usia 3-4 bulan.
6. Refleks Walking dan Stapping
Refleks yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa
berjalan. Refleks kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum
bisa berjalan. Refleks ini terkadang sulit diperoleh sebab tidak semua bayi
kooperatif. Meskipun secara terus-menerus, refleks ini biasanya dapat
dilihat. Refleks menginjak biasanya berangsur-angsur menghilang pada usia
4 bulan.
7. Refleks Tonic Neck
Refleks yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh ke kanan
atau ke kiri jika diposisikan tengkurap. Refleks ini tidak dapat dilihat pada
bayi yang berusia 1 hari meskipun refleks ini terlihat. Refleks ini dapat
diamati berusia 3-4 bulan.

8. Refleks Babinsky

15
Refleks ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari
kaki akan bergerak ke atas dan jari-jari lainnya membuka. Refleks ini
biasanya menghilang setelah 1 tahun
9. Refleks Membengkokkan Badan (Refleks Galant)
Ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis
membengkok ke samping. Jika punggung digores dengan keras kira-kira 5
cm dari tulang belakang dengan gerakan ke bawah bayi merespons dengan
membengkokkan badan ke sisi yang digores. Refleks ini berkurang pada
usia 2-3 bulan
10. Refleks Bauer/Merangkak
Refleks akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap.
Bayi baru lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan
lengan dan tungkainya. Refleks ini menghilang pada usia 6 minggu.
J. Perubahan Sistem Integumen
Pada bayi baru lahir semua struktur kulit telah ada tetapi belum matur.
Epidermis dan dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis. Pada bayi baru
lahir cukup bulan, kulit berwarna merah dengan sedikit verniks kaseosa.
Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit tembus pandang dan banyak
verniks. Pada saat lahir, tidak semua verniks dihilangkan karena diabsorpsi
oleh kulit bayi dan hilang dalam 24 jam.
K. Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Bayi baru lahir belum bisa mengatur suhu tubuhnya sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Suhu dingin
menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah
bayi. Pada lingkungan dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya.
Bayi mungkin mencoba untuk meningkatkan suhu tubuh dengan menangis
atau meningkatkan aktivitas motorik dengan merespons terhadap
ketidaknyamanan karena suhu lingkungan lebih rendah. Menangis

16
meningkatkan beban kerja, dan penyerapan energi (kalori) mungkin berlebihan,
terutama pada bayi yang mengalami gangguan.
Menurut Walsh (2008), suhu aksila normal BBL adalah 36,5 0 sampai
37,50C. Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi
baru lahir meliputi tingkat area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas,
berbagai tingkat insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot (Varney, 2007)
Menurut Bobak (2005) mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh
dari bayi ke lingkungan meliputi :
1. Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Contoh : bayi diletakkan di atas meja, menimbang
bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi
baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru
lahir
2. Konveksi
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar
yang lebih dingin. Contoh : membiarkan bayi baru lahir di ruang yang
terpasang kipas angin
3. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
Contoh bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka,
4. Evaporasi
Kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah menjadi gas.
Contoh : menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah
bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan
Menurut Bobak (2005) dan Walsh (2008) pencegahan kehilangan panas
pada BBL dapat dilakukan dengan
1. Konduksi : begitu lahir, bungkus bayi dengan selimut hangat, tempatkan di
tempat tidur yang hangat

17
2. Konveksi : mematikan kipas angin sebelum pelahiran, mempertahankan
suhu udara di ruang rawat sekitar 24ºC, membedong bayi, menutup kepala
bayi
3. Radiasi : menutup tirai untuk mengurangi hilangnya panas ke jendela,
meletakkan tempat tidur bayi dan meja periksa jauh dari jendela
4. Evaporasi : mengeringkan bayi pada saat lahir, mengganti handuk yang
basah, bayi dibungkus dengan handuk yang sudah dihangatkan, meletakkan
bayi diatas perut ibu, mandi dan keringkan bayi dengan cepat dalam
lingkungan udara yang hangat
Stres Dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme pada semua
bayi baru lahir tanpa memandang usia kehamilan dan kondisi lain. Kecepatan
pernafasan meningkat sebagai respons terhadap kebutuhan oksigen ketika
konsumsi oksigen meningkat secara bermakna pada stres dingin
Ketika seorang bayi mengalami stres akibat udara dingin, konsumsi
oksigen akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokonstriksi
pulmoner sehingga ambilan oksigen oleh paru dan kadar oksigen menurun di
jaringan. Glikolisis anaerobik meningkat dan terdapat peningkatan PO2 dan pH
yang mengakibatkan asidosis metabolik.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Pada sistem pernapasan terjadi tekanan terhadap rongga dada yang terjadi
karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya
udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
2. Pada sistem peredaran darah terjadi penutupan foramen ovale pada atrium
jantung dan penutupan duktus arteriousus antara arteri paru-paru dan aorta.
3. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh sehingga bayi akan
mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
4. Glukosa bayi baru lahir mengalami penurunan dalam waktu cepat (1-2
jam).
5. Pada sistem gastrointestinal terjadi refleks gumoh dan batuk yang matang
pada saat bayi lahir.
6. Sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir belum matang sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun buatan.
7. Pada saat lahir terjadi peningkatan masukan cairan yang menyebabkan
urine tampak keruh (berwarna merah muda). Hal ini disebabkan karena
kadar ureum yang tidak berarti.
8. Pada sistem reproduksi di kedua jenis kelamin mungkin memperlihatkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi cairan pada puting pada
hari 4-5 karena adanya berhentinya sirkulasi hormon ibu.
9. Tumpang tindih atau moulage dapat terjadi pada waktu lahir karena tulang
pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami osifikasi.
10. Sistem saraf belum matang secara anatomi dan fisiologi
11. Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit
verniks kaseosa, sementara bayi prematur memiliki kulit tembus pandang
dan banyak verniks.

19
12. Terjadi mekanisme kehilangan panas secara evaporasi, konduksi,
konveksi, dan radiasi.
B. Saran
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan
penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik
pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar
dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya
masalah.
2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan
perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bobak.(2005). Buku ajar keperawatan maternitas. edisi 4. Jakarta : EGC.


Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2013. Ditjen Bina Gizi dan KIA. Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi 02. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Sondakh, Jenny J. S. & M.Clin.Mid. (2013). Asuhan kebidanan persalinan & bayi
baru lahir. Jakarta : Erlangga
Varney Hellen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 2. Edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran: EGC. Jakarta
Walsh, L. V. (2008). Buku ajar kebidanan komunitas. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai