Apa kabar shalih dan shalihah? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat, limpahan kebaikan selalui menyertai kalian, dan yang penting semoga kalian juga selalu dalam lindungan Allah SWT Aamiin. Kali ini Fitt pengen nanya nihh sama kalian, cunnng siapa yang hari ini nangis? Aduh kok nanyanya aneh banget sihhhhh hahaaa. Wahhh ada gerangan apakah tetiba Fitt nanya gitu? gaada apa-apa sihhh temen-temen hehee, cuman kali ini Fitt lagi sedih aja jadi pengen nanya gitu sama kalian, barangkali ada yang sama *ehhh kok jadi lebay sihhh, maaf yahh teman-teman. Teman-teman, menurut kalian sebenarnya nangis itu hal yang manusiawi gak sihh? Kalo menurut Fitt itu hal yang manusiawi banget. Kayanya gak ada seorangpun di dunia ini yang gak pernah nangis dehhh. Bahkan mungkin om om preman yang dikenal galak, brutal, songong, jahat, kejam dan lain-lainnya pun pasti kalo nemuin hal yang menyentuh jiwa dan hatinya serta perasaannya *yaelahhh dia pasti nangis. Ya itulah bukti bahwa menangis itu hal yang biasa. Ingat yahh teman-teman, nangis itu ga selalu identik dengan kelemahan atau ketidakberdayaan seseorang melainkan menangis itu ekspresi jiwa sebagai respon atas hal yang terjadi. Duhh kok jadi teoritis gini. Jangankan manusia biasa, sekelas Nabi Muhammad SAW pun yang dikenal kuat, tegar, dan sebegitu sempurnanya kerap menangis. Padahal nabi merupakan sosok yang tangguh dan perkasa ketika di medan perang yang karena itulah Ia bisa memberikan semangat kepada pasukannya untuk menggempur musuh. Namun dibalik semua itu, Nabi Muhammad SAW dikenal dengan kelembutan hatinya dan mudah menangis jika melihat hal yang mengganggu nuraninya atau ketika Ia berdzikir menghadap sang pencipta. Nabi Muhammad pun juga sering disebutkan sering menangis sampai sesenggukan dikala Shalatnya. Menangisnya Nabi Muhammad itu dilakukan ketika Ia sangat tersentuh hatinya oleh lantunan-lantunan dzikir yang dia kumandangkan lewat hati dan bibirnya. Sungguh indah bukan cara mencintai Nabi Muhammad pada Rabbnya? Kemudian, selain Nabi Muhammad SAW, seluruh sahabat dan orang-orang shalih pun kerap menangis. Mungkin kalian tidak asing dan pasti tahu dengan sosok Muhammad al- Fatih sang penakluk konstatinopel. Dia adalah seorang pemimpin Islam yang sangat perkasa dan tegas sehingga ditakuti dan dihormati oleh bawahannya maupun musuhnya. Tapi tidak ada yang menyangka kalau beliau itu ternyata sering bahkan suka menangis sampai tersedu- sedu ketika mengadu kepada Tuhannya ketika di sepertiga malam terakhirnya. Kapan-kapan Fitt bakal nulis kisah Muhammad al-Fatih di blog ini nihh teman-teman. Kenapa? Karena beliau sosok yang keren yang patut kalian tahu, pokonya idola banget dehhh. Tapi sepertinya tokoh-tokoh dalam Islam itu keren-keren yahh, do’akan saja supaya Fitt dikasih kesehatan dan umur yang panjang. Biar bisa nulis kisah-kisah inspiratif mereka berdasarkan buku yang Fitt baca. Ehhh kok jadi ngalor ngidul hehee. Kembali ke kisah Muhammad al-Fatih, jadi Muhammad Al-Fatih itu sering menangis ketika mengingat dosa-dosanya yang begitu banyak dan merasa dirinya sangat hina. Ia melampiaskan segala kesedihan dan kerisauan hatinya kepada Tuhan yang maha mendengar dan mengetahui sehingga keesokan harinya terasa plong. Tak jarang dalam kondisi peperangan sekalipun, ketika beliau menginap di tenda, disaat prajurit lainnya terlelap dalam tidurnya dia bangun dan menangis memohon ampunan dan petunjuk untuk memenangkan peperangan. Intinya bahwa menangis bukan sebuah pertanda kelemahan jiwa. Sebaliknya menangis jika diniatkan karena ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah sungguh bernilai mulia. Dengan tangisan ketika bermunajat dihadapannya maka mengindikasikan bahwa dirinya sangat mudah tersentuh oleh ayat-ayat suci dengan pemahaman yang mendalam. Anehnya, dimasa sekarang tak sedikit orang yang menyebut kalau menangis itu merupakan perbuatan bid’ah. Memangnya seperti apa sebenarnya Islam ketika memandang sebuah tangisan? Beberapa ayat menjelaskan tentang pentingnya menangis ketika bersujud kepada Allah SWT. “Dan mereka bersujud sambil menangis dan maka bertambahlah atas mereka perasaan khusyuk”. (QS. Al-Isra: 109). Kemudian dalam ayat lainnya juga disebutkan bahwa “...Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang maha pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”. Kemudian dalam banyak hadist juga disebutkan pentingnya menangis ketika mengingat dan menafakuri ayat-ayat suci tuhan. Dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah pernah bersabda kepadanya, “Bacakanlah kepadaku Al-Qur’an”. Akupun menjawab “Bagaimana aku akan membacakan Al-Qur’an kepadamupadahala kepadamulah Al-Qur’an itu telah diturunkan?”. Rasulpun berkata, Aku suka mendengar Al-Qur’an itu dibaca oleh orang lain”. Maka akupun membacakan surat An- Nisa sampai kepada ayat yang berbunyi fakaifa idza ji’na min kulli ummatin bi syahidin waji’na bika’ala haaulai syahidan (bagaimana bila kami telah mendatangkan engkau (Rasulullah sebagai saksi atas semua mereka itu) Rasulullah bersabda, “cukuplah bacaanmu itu Ibnu Mas’ud”. Akupun menoleh ke arah nabi yang tampak sedang berlinang air matanya”. (HR. Bukhari dan Muslim). Hadist diatas menunjukkan betapa Rasulullah sangat mencintai Al-Qur’an. Beliau mendengarkan Al-Qur’an bukan hanya sebatas mendengarkan melainkan merenungkan dan menafakuri artinya dengan begitu mendalam. Maka lewat permenungan itulah air matanya keluar karena betapa tugasnya begitu berat sebagai saksi umatnya suatu hari nanti. Kemudian dalam hadist yang lain dari Anas bin Malik, suatu ketika Rasulullah berkhutbah dimana dia belum pernah mendengar isi khutbah baginda nabi yang seperti itu. Isi khutbahnya itu ialah: “andai kata kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu semua akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. Anas kemudian berkata, “saat itu para sahabat nabi semuanya menutup wajah sambil menangis tersedu-sedu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadist tersebut terlihat bahwa bukan hanya nabi yang sering menangis ketika mendengar dan menafakuri suatu ayat Al-Qur’an melainkan juga para sahabat yang lembut hatinya. Sebagai orang-orang yang berada begitu dekat dengan nabi merekapun begitu menafakuri setiap ayat Al-Qur’an dan sunnah nabi sehingga tak jarang mereka meneteskan air matanya. Dalam hadist yang lainnya, Rasulullah bersabda dalam sebuah hadistnya bahwa, “Tidak akan masuk ke dalam neraka seseorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah sehingga air susu kembali ke putingnya, dan tidak akan bersatu debu saat berjihad fiisabilillah dengan asap neraka jahannam”. (HR. Tarmidzi). Begitu agungnya balasan Allah yang tidak akan memasukkan orang-orang yang pernah menangis karena ayat-ayatnya ke dalam neraka jahannam yang di dalamnya berkobar api sangat panas. Dan masih banyak hadis yang lainnya yang membahas soal tangisan “berhadiah” surga dari Allah SWT. Sungguh Allah tidak pernah ingkar janji. Kisah tangisan para sahabat. Suatu saat nabi tidak bisa menunaikan shalatnya di masjid. Ia tengah sakit yang cukup parah sehingga beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menggantikan posisinya sebagai imam. Aisyah kemudian menceritakan bahwa jika Abu Bakar berdiripaling depan sebagai imam shalat maka beliau akan menangis keras sekali sehingga bacaan Al-Qur’annya tertutup karena suara tangisannya itu. Di lain kesempatan, Setelah wafatnya Nabi, Abu Bakar dan Umar mendatangi Ummu Aiman untuk mengikuti perilaku nabi yang kerap dilakukannya ketika beliau masih hidup. Ketika kedua sahabaat tersebut sampai di rumahnya Ummu Aiman, serta merta Ummu Aiman menangis sejadinya. Abu Bakar pun kemudian bertanya kepadanya kenapa wanita yang sangat mulia itu menangis. “Tidakkah engkau mengetahui bahwa apa yang tersedia untuk Rasulullah di sisi Allah adalah jauh lebih baik?”. Kemudia Ummu Aiman menjawab, “sesungguhnya aku menangis bukan karena itu melainkan dengan wafatnya Rasulullah berarti wahyu dari langit sudah berputus”. Jawaban yang diungkapkan Ummu Aiman itu ternyata membuat hati Abu Bakar dan Umar terenyuh. Merekapun teringat akan kenangan pada baginda Nabi, orang mulia yang dicintai semua Muslim. Akhirnya mereka bertiga pun menangis. Maka beruntunglah orang-orang yang dapat menangis terutama karena mengingat Allah dan mengisi dosa-dosanya yang begitu banyak. Rasulullah bersabda, “Mata yang beku dan tidak mampu menangis karena hati orang itu sudah keras, dan hati yang keras disebabkan oleh menumpuknya dosa yang telah diperbuatnya. Banyaknya dosa yang diperbuat seseorang karena orang itu lupa akan kematiannya yang niscaya, sedangkan lupa mati disebabkan oleh panjangnya angan-angan. Panjang angan-angan muncul karena disebabkan terlalu cinta pada dunia sedangkan terlalu cinta pada dunia merupakan pangkal dari segala dosa”. Sungguh kita tidak berharap menjadi orang seperti itu yang tidak menangis karena matanya seolah beku dan air matanya mengering sebab terlalu banyaknya ia melakukan perbuatan dosa.