OLEH
MOHD KHAIRU IZZUDDIN BIN ABD RAHIM
C 111 14 857
PEMBIMBING
dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP
NIP. 198602062009121003
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang atas segala karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan
Penulis skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Khususnya kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepada
membantu:
1. Orang Tua, Ayah dan Ibu beserta keluarga penulis tercinta, terima kasih atas
3. dr. Andi Alief Utama Armyn, M.Kes, Sp.JP, selaku Pembimbing Skripsi
vii
4. Dr.dr. Muzakkir Amir, Sp.JP, selaku Penguji yang telah memberikan masukan
5. dr. Paskal selaku residen bagian kardiologi yang telah memberikan masukan,
telah saling tolong menolong, bekerja sama dan saling memberikan semangat
9. Pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini
dan saran membangun. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.4.2 Berbagai bagian dari rekaman dikaitkan dengan proses spesifik EKG
dapat di jantung. 14
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan EKG 16
2.6 Pengaruh Tekanan Darah terhadap Elektrokardiogram 21
BAB 3 22
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 22
3.1 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 22
3.1.1 Kerangka Konsep 22
3.1.2 Kerangka Konsep 22
3.2 Definisi Operasional 23
3.2.1 Tekanan Darah 23
3.2.2 Elektrokardiografi (EKG) 23
3.3 Hipotesis Penelitian 24
BAB 4 25
METODE PENELITIAN 25
4.1 Tipe dan Desain Penelitian 25
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 25
4.3 Variabel 25
4.3.1 Variabel dependen 25
4.3.2 Variabel independen 25
4.4 Populasi dan Sampel 25
4.4.1 Jumlah Populasi 25
4.4.2 Jumlah Sampel 26
4.4.3 Metode sampling 26
4.5 Kriteria Seleksi 26
4.5.1 Kriteria inklusi : 26
4.5.2 Kriteria eksklusi : 26
4.6 Instrumen Penelitian 27
4.7 Teknik Analisis Data 27
4.8 Prosedur Penelitian 28
4.8.1 Tahap persiapan 28
4.8.2 Tahap pelaksanaan 28
4.8.3 Pengolahan data 29
4.8.4 Tahap pelaporan 30
x
4.9 Bagan Alur Penelitian 30
BAB 5 31
HASIL PENELITIAN 31
5.1 Hasil Penelitian 32
5.1.1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,
Tekanan Darah (Sistol dan Diastol) dan Variabel EKG 32
5.2 Hasil Analisis Penelitian 39
5.2.1 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG Pada Kelompok
Tekanan Darah 39
5.2.2 Korelasi Terhadap Tekanan Darah dan Parameter EKG 47
BAB 6 47
PEMBAHASAN 51
6.1 Perbedaan Morfologi Gelombang P Berdasarkan Tekanan Darah 52
6.2 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Voltase QRS Berdasarkan
Klasifikasi Tekanan Darah 54
6.3 Perbedaan Nilai Rata-Rata Axis QRS Berdasarkan Klasifikasi Tekanan
Darah 52
6.4 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Kriteria Axis QRS Berdasarkan
Klasifikasi Tekanan Darah 58
6.5 Perbedaan Hasil Penilaian Terhadap Interval P-R Berdasarkan Klasifikasi
Tekanan Darah 59
6.6 Keterbatasan dalam penelitian 60
BAB 7 57
KESIMPULAN DAN SARAN 61
7.1 Kesimpulan 61
7.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 62
xi
GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM BERDASARKAN KLASIFIKASI
TEKANAN DARAH
ABSTRAK
xii
ELECTROCARDIOGRAM RESULTS BASED ON THE CLASSIFICATIONS
OF BLOOD PRESSURE
ABSTRACT
Background: Many variations regarding normal ECG. Factors that are contributing
to these are the body's habits, the heart's electrical axis, the size of the chest and other
conditions such as heart disease and lung disease. In the process of interpretting the
ECG results, the normal ECG results does not determine that the heart is in a normal
condition and vice versa. One of the factors that can influence the ECG results is blood
pressure. Indirectly, the blood pressure indicates the cardiac output, peripheral
resitance, circulation status and fluid balance. It means that the blood pressure also
indicates the cardiac activity. Therefore, the researcher wants to know the outcome of
the ECG results based on the different classifications of blood pressure.
Research Objectives: To find out the Electrocardiogram Results Based on the
Different Blood Pressure Classifications.
Research Method: This research is descriptive observational research with cross
sectional approach. Samples were taken as many as 300 people with purposive
sampling method from Student FK UNHAS population that has fulfilled inclusion and
exclusion criteria. The ECG results are analyzed and described by Blood Pressure.
Data were analyzed using Pearson-Correlation Test with SPSS 17.0 for Windows. The
significance number used is α <0,05.
Results: Most of the respondents have normal Systolic Blood Pressure (58.2%) and
normal Diastolic Blood Pressure (75.6%). In Systolic Blood Pressure, Amplitude and
Duration of P waves have the highest mean value in the group of respondents who
have blood pressure of Normotension and Hypertension 1, respectively. In Diastolic
Blood Pressure, Amplitude and Duration of P waves have the highest mean value in
the group of respondent who have blood pressure of Normotension and Pre
Hypertension, respectively. In Systolic Blood Pressure, for the assessment of left
ventricular hypertrophy criteria based on the QRS voltage criteria, the most
respondents who entered the abnormal criteria were respondents who have abnormal
blood pressure. In Diastolic Blood Pressure, for the assessment of left ventricular
hypertrophy criteria based on the QRS voltage criteria, most of the respondents that
have abnormal criteria were the respondents who have normal blood pressure. Lastly,
there are some significant relationship between ECG parameters measured in this
study on respondent's blood pressure.
Conclusion : In a conclusion, we can say that there is the difference of ECG results
based on the different classifications of blood pressure.
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi dasar jantung ......................................................................... 8
Gambar 2.3 Struktur EKG...................................................................................... 14
Grafik 5.1 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (Jenis Kelamin)....... 33
Grafik 5.2 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (Usia) ...................... 34
Grafik 5.3 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (TD Sistol) .............. 34
Grafik 5.4 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (TD Diastol) ........... 35
Grafik 5.5 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (Morfologi P) .......... 35
Grafik 5.6 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (QRSmaks) ............. 36
Grafik 5.7 Grafik Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal (Aksis QRS) ........... 36
Grafik 5.8 Grafik karakteristik dasar variabel Numerikal ..................................... 38
Grafik 5.9 Grafik Tekanan Darah Sistol Terhadap EKG ....................................... 40
Grafik 6.0 Grafik Tekanan Darah Diastol Terhadap EKG .................................... 40
Grafik 6.1 Grafik Tekanan Darah Sistol Terhadap Morfologi P ........................... 41
Grafik 6.2 Grafik Tekanan Darah Diastol Terhadap Morfologi P ......................... 42
Grafik 6.3 Grafik Tekanan Darah Sistol Terhadap Kriteria QRS .......................... 43
Grafik 6.4 Grafik Tekanan Darah Diastol Terhadap Kriteria QRS ....................... 44
Grafik 6.5 Grafik Tekanan Darah Sistol Terhadap Aksis QRS ............................. 45
Grafik 6.6 Grafik Tekanan Darah Diastol Terhadap Aksis QRS ........................... 46
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi tingkat tekanan darah menurut JNC VII (mmHg). 7
Tabel 2.2 Klasifikasi Internasional Orang Dewasa Berdasarkan IMT 18
Tabel 2.3 Klasifikasi Internasional Orang Asia Dewasa Berdasarkan IMT 18
Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah 20
Tabel 5.1 Tabel Karakteristik Dasar Variabel Kategorikal 32
Tabel 5.2 Tabel karakteristik dasar variable Numerikal 37
Tabel 5.3.1 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG (Tinggi P, Lebar P,
Morfologi P, Interval PR) Pada Berbagai Kelompok Tekanan Darah
Sistol Dan Diastol 39
Tabel 5.3.2 Perbandingan Nilai Parameter EKG (QRS) Pada Berbagai Kelompok
Tekanan Darah Sistol Dan Diastol 43
Tabel 5.3.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG (Aksis QRS) Pada
Berbagai Kelompok Tekanan Darah Sistol Dan Diastol 45
Tabel 5.4 Korelasi Antara Tekanan Darah dan Parameter EKG 47
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90%
menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya
disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti Penyakit Jantung
Koroner, Penyakit Gagal Jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke
Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia
60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh
menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian
terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Setiap tahunnya Hari Jantung Dunia
1
2
gejala tersebut harus berkonsultasi kepada dokter keluarga mereka dan menetapkan
jadwal pemeriksaan rutin atau dini. Dokter akan melakukan penyelidikan klinis dan
tekanan darah, tes darah, dan tes kadar gula/protein dalam air seni, dll. Pemeriksaan
terdeteksi ;
sering muncul saat berolahraga, maka EKG akan direkam secara terus
keadaan listrik jantung manusia digunakan alat EKG (Munawar dkk, 2002).
EKG adalah suatu alat yang sederhana, relatif murah, praktis dan dapat
dibawa kemana-mana, tetapi harus diingat bahwa walaupun alat ini sangat berguna,
abnormal belum tentu menunjukkan jantung yang tidak normal (Munawar dkk,
2002).
adalah habitus tubuh, sumbu listrik jantung, ukuran dada dan keadaan lain seperti
obesitas dan penyakit paru. Kriteria yang dipakai di bawah ini hanyalah sebagai
pegangan, namun diagnosis akhir apakah jantung normal atau abnormal harus
Salah satu faktor yang mampu memberi pengaruh terhadap hasil gambaran
EKG adalah tekanan darah. Tekanan darah secara tidak langsung merupakan
gambaran curah jantung, tahanan perifer, status sirkulasi dan keseimbangan cairan
menggambarkan aktivitas jantung. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hasil
Pre-Hipertensi.
Hipertensi 1.
Hasanuddin pada tekanan darah yang berbeda, sehingga bisa menjadi rujukan
5
kardiovaskuler.
ilmu kedokteran dalam ilmu diagnosa klinik dan mengharapkan dapat membantu
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan darah merupakan suatu gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah yang bergantung pada volume darah di dalam pembuluh
darah dan daya regang dari dinding pembuluh darah itu sendiri. Tekanan darah
arteri akan konstan bila volume darah yang masuk dan keluar arteri sama dan dalam
periode yang sama. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel, volume sekuncup
darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah
Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri, sementara darah terus
ditimbulkan di arteri sewaktu darah masuk ke dalam arteri selama sistol, atau
tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri
sewaktu darah mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80
mmHg. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi
jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar
(Sherwood, L. 2001).
6
7
Tabel 2.1 Klasifikasi tingkat tekanan darah menurut JNC VII (mmHg).
2.2.1 Jantung
facies diaphragmatica (inferior), dan basis cordis (facies posterior). ]antung juga
mempunyai apex yang arahnya ke bawah depan, dan kiri. Facies sternocostalis
terutama dibentuk oleh atrium dextrum dan ventriculus dexter, yang dipisahkan satu
sama lain oleh sulcus atrioventricularis (Gambar 2.1). Pinggir kanannya dibentuk
oleh atrium dextrum dan pinggir kirinya oleh ventriculus sinister dan sebagian
auricula kiri. Ventriculus dexter dipisahkan dari ventriculus sinister oleh sulcus
posterior. Permukaan inferior atrium dextrum, dimana bermuara vena cava inferior,
8
juga ikut membentuk facies ini. Basis cordis, atau facies posterior terutama
dibentuk oleh atrium sinistrum, tempat bermuara empat vena pulmonalis. Basis
cordis terletak berlawanan dengan apex cordis. Apex cordis, dibentuk oleh
ventriculus sinister, mengarah ke bawah, depan dan kiri. Apex terletak setinggi
spatium intercostale V kiri 9 cm dari garis tengah. Pada daerah apex, denyut apex
biasanya dapat dilihat dan diraba pada orang hidup. Perhatikan bahwa basis cordis
berlawanan dengan apex. Jantung tidak bertumpu pada basisnya melainkan pada
ritmik sekitar 70 sampai 90 denyutan per menit. Kontraksi ritmik berasal secara
spontan dari sistem konduksi dan impulsnya menyebar ke berbagai bagian jantung.
9
Awalnya atrium berkontraksi bersama dan kemudian diikuti oleh kontraksi kedua
Sistem konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang terdapat pada
Purkinye. (Serabut khusus otot jantung yang membentuk sistem konduksi jantung
dextrum di bagian atas dari sulcus terminalis, tepat di sebelah kanan muara vena
cava superior (Gambar 2.2). Nodus ini merupakan asal impuls ritmik elektronik
tepat di atas tempat perlekatan cuspis septalis valva tricuspidalis (Gambar 2.2). Dari
menjadi plexus purkinye (Gambar 2.2). Fasciculus ini berjalan turun melalui
kerangka fibrosa jantung lalu melewati bagian belakang cuspis septalis valva
bagian muscular septum, fasciculus ini terbagi menjadi dua bagian satu untuk
bundle branch (RBB) berjalan kebawah melalui sisi kanan septum ventriculus
ventikel kanan. Di sinilah fasciculus ini bertemu dengan serabut plexus Purkinje.
Crus sinistrum fasciculus atrioventricularis atau left bundle branch (LBB) berjalan
biasanya terbagi menjadi dua cabang (anterior dan posterior) dan pada akhirnya
bertemu dengan serabut plexus Purkinje ventrikel kiri (Gambar 2.2) (Lippincott,
2002).
11
adanya jalur-jalur khusus. Di dalam dinding atrium (Gambar 2.2), yang terdiri dari
struktur campuran antara serabut-serabut Purkinye dan sel-sel otot jantung. Jalur
anterior menuju ke muara vena cava superior. Jalur ini berjalan turun pada septum
muara vena cava superior. Jalur ini turun ke bawah pada septum atrium menuju ke
nodus sinoatrialis dan turun melalui crista terminalis dan valva vena cava inferior
listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi
menyebar ke dalam jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh.
Sebagian kecil dari aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas
Tiga hal penting dalam mempertimbangkan apa yang direpresentasikan oleh EKG:
(Sherwood, 2002)
1. EKG adalah rekaman dari sebagian aktivitas listrik yang diinduksi di cairan
tubuh oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh, bukan rekaman
repolarisasi. EKG bukan rekaman satu potensial aksi di sebuah sel pada
semua sel otot jantung yang sebagian mungkin mengalami potensial aksi
aksi sementara sel-sel ventrikel masih berada dalam potensial istirahat. Pada
terdapat perbedaan potensial antara dua elektroda yang terekam. Pola pasti
rekaman yang dapat dilihat, rekaman EKG. Apakah yang terekam adalah
kanan, dari tungkai kiri, atau dari rekaman yang langsung dilakukan di atas
(Gambar 2.3).
14
jantung dan posisi jantung relatif terhadap letak elektroda. EKG normal memiliki
tiga bentuk gelombang yang jelas iaitu gelombang P, gelombang kompleks QRS,
gelombang. Penemu teknik ini memulai abjad dari tengah ketika memberi nama
proses siklis mekanis jantung berlangsung sedikit lebih belakangan dari perubahan
Hal-hal berikut tentang rekaman EKG juga perlu dicatat: (Sherwood, 2002).
memiliki massa otot yang jauh lebih kecil daripada ventrikel dan karenanya
4. Di tiga titik waktu berikut tidak terdapat aliran arus netto di otot jantung
waktu antara akhir P dan awal QRS, segmen EKG ini dikenal sebagai
elektroda EKG.
diwakili oleh segmen ST. Segmen ini terletak antara QRS dan T, segmen
2.5.1 Ras
Ada perbedaan pendapat mengenai definisi ras di kalangan para ahli. Akan
Mathur, perbedaan antar ras atau etnik disebabkan oleh perbedaan nutrisi, genetik,
Karakteristik fisik yang digunakan sebagai dasar pembagian ras tersebut meliputi
ciri kualitas dan ciri kuantitas. Warna kulit, bentuk rambut, lipatan mata dan bibir
merupakan bagian dari ciri kualitas. Sedangkan ciri kuantitas dapat dilihat dari berat
oleh Guricci pada tahun 1998, Indonesia disebut sebagai ras yang memiliki tempat
tersendiri yang tidak dimasukkan ke dalam kelompok ras lain (Guricci, 1998).
dewasa. Klasifikasi yang digunakan oleh WHO pada tahun 2006 adalah berat badan
rendah, berat badan berlebih dan obes. Indeks massa tubuh ini didapat dengan
membagi angka berat badan dalam kilogram dengan kuadrat angka tinggi badan
dalam meter. Seseorang dengan indeks massa tubuh yang besar cenderung memiliki
tebal lemak yang lebih besar sehingga memperbesar jarak tempuh gelombang untuk
mencapai sadapan EKG. Gelombang yang diterima pun akan lebih lemah
dibandingkan dengan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal (Okin, 2000;
Seyfeli, 2006).
Saat ini, beberapa negara memiliki standar sendiri dalam menentukan status
gizi sesuai dengan indeks massa tubuhnya. Menurut hasil studi yang dilakukan di
Singapura, untuk indeks massa tubuh yang sama ternyata orang Asia memiliki tebal
lemak yang lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih. Sedangkan di India,
dengan indeks massa tubuh yang sama orang Asia berisiko dua kali lebih besar
dibandingkan dengan orang kulit putih. Oleh karena itu, WHO (2000)
mengeluarkan standar indeks massa tubuh khusus untuk orang Asia. Perbedaan
Tubuh (IMT)
Kurus 16 – 16,99
Pra-obes 25 – 29,99
Obes I 30 – 34,99
Obes II 35 – 39,99
Obes III ≥ 40
Berisiko 23 – 24,99
Obes I 25 – 29,99
Obes II ≥ 30
2.5.3 Usia
Pada bayi baru lahir, dinding ventrikel kanan lebih tebal daripada ventrikel
yang menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi lebih tebal daripada ventrikel
dinyatakan takikardia pada frekuensi > 180 kali/menit sedangkan pada orang
dewasa dinyatakan takikardia jika frekuensi denyut jantungnya > 100 kali/menit
Pada kasus lain, menurut penelitian yang dilakukan oleh Rasmus pada tahun
2007, terdapat perubahan gelombang P pada usia lebih dari 50 tahun. Kedua hal
tahanan perifer, status sirkulasi dan keseimbangan cairan (Suradi dkk, 2007).
jantung. Orang yang menderita hipertensi memiliki risiko mengalami gagal jantung
teknis ini antara lain, artefak, penyimpangan garis dasar, interferensi elektrik dan
Contoh artefak yang sering ditemui pada saat pemeriksaan EKG ialah
aktivitas otot dan gerakan pasien. Gangguan ini kadang terdengar seperti suara
tuning radio. Bentuk lain dari artefak adalah penyimpangan garis dasar. Biasa
terjadi pada pasien yang kelelahan atau bernafas kuat. Garis dasar EKG akan
tampak bergelombang, tidak lurus seperti pada gambaran EKG yang normal
(Chernecky, 2002).
pasien karena akan mengganggu sinyal EKG. Selain itu, pengecekan letak dan
ketepatan pemasangan alat EKG juga harus diperhatikan. Apabila elektroda terlalu
voltase pada EKG. Pada keadaan hipertensi, terjadi peningkatan tekanan darah di
dapat melebihi tekanan di arteri tersebut. Oleh sebab kompensasi jantung tersebut,
berlakunya peningkatan massa ventrikel kiri jantung yang mana akan menyebabkan
Tekanan Darah
meningkat
Meningkatnya
kompensasi jantung
Meningkatnya
massa
ventrikel kiri
jantung
Meningkatnya waktu Penambahan
depolarisasi kekuatan voltase
ventrikel arus listrik
Perbedaan
gambaran EKG
Variabel Variabel
Independen Dependen
Subjek penelitian :
Peserta yang
Tekanan Darah Gambaran EKG
mengikuti
pemeriksaan EKG
22
23
Definisi : Tekanan darah merupakan suatu gaya yang ditimbulkan oleh darah
pembuluh darah itu sendiri. Tekanan darah dapat dibagi kepada dua
2001).
meliputi:
1. Gelombang P
2. Segmen PR
3. Interval PR
24
5. Segmen ST
6. Interval QT
7. Gelombang T
8. Gelombang U
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2017 sampai Disember 2017.
4.3 Variabel
Elektrokardiografi .
Variabel independen pada penelitian ini adalah tekanan darah pada sampel.
25
26
Sampel dari penelitian ini adalah peserta yang voluntir yang dipilih secara
tertentu dan dianggap mewakili populasinya. Pada uji ini besar sampel adalah
sebanyak 300 orang. Peneliti tidak menggunakan jumlah sampel minimal oleh
karena pengambilan sampel sesuai dengan tujuan dan berdasarkan kriteria tertentu.
sample). Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Pengertian metode ini
adalah tehnik mengambil sampel yang dilakukan secara sengaja dan telah sesuai
Subjek penelitian ini adalah peserta voluntir dengan kriteria sebagai berikut:
3. Usia 17 – 35 tahun.
2. Sfigmomanometer
3. Stetoskop
4. Termometer
8. Kertas EKG
9. Kapas
program Microsoft Office Excel dan SPSS untuk mendapatkan hasil seperti yang
diinginkan.
28
melaksanakan penelitian.
6. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam analisis penelitian.
purposive sampling.
berikut:
telah dibersihkan,
telah ditentukan,
4. Publikasi penelitian.
Peserta Voluntir
Purposive Sampling
Sampel
Penilaian
BAB 5
HASIL PENELITIAN
selama bulan November 2017. Sampel diambil dari populasi Mahasiswa Fakultas
dan eksklusi dengan cara pengisian data responden. Sebanyak 300 lembar pengisian
data responden disebarkan oleh peneliti dan 300 yang terisi oleh responden. Dari
yang diamati.
31
32
Dari tabel ini, peneliti telah menggubah bentuk data tabel kepada grafik
Jenis Kelamin
250
197
200
150
102
100
50
0
Laki-Laki Perempuan
Dari grafik diatas, pada jenis kelamin dapat dilihat keadaan responden
berdasarkan jenis kelamin, dimana dari total 299 responden, terdapat responden
perempuan yaitu berjumlah 102 orang (34.1%) dan laki-laki berjumlah 197 orang
(65.9%).
34
Usia
100
79
80 71
59
60 44
40 28
18
20
0
17-19 20-22 23-25 26-28 29-31 32-35
sebagian besar responden berada pada rentang usia 26-28 tahun yaitu sebanyak 79
orang (26.4%). Pada rentang usia paling muda, 17-19 tahun berjumlah 18 orang
(6%), sedangkan pada rentang usia tertua, 32-35 tahun jumlah responden yaitu 44
orang (14.7%) .
Darah Sistol)
50
6
0
Normotensi Pre Hipertensi Hipertensi 1
orang (58.2%), sementara Tekanan Darah Sistol yang menempati jumlah responden
35
yang paling sedikit adalah kelompok Hipertensi Tahap 1 yang hanya berjumlah 6
orang (2%).
Darah Diastol)
orang (75.6%), sementara Tekanan Darah Sistol yang menempati jumlah responden
yang paling sedikit adalah kelompok Hipertensi Tahap 1 yang hanya berjumlah 15
orang (5%).
Gelombang P)
200
100
29
0
Normal Abnormal
memiliki morfologi gelombang P yang normal, sisanya hanya 9.7% responden yang
QRSmaks(mm)
300 263
250
200
150
100
36
50
0
Normal Abnormal
menurut kriteria Sokolow-Leon, 88% yaitu sebanyak 263 orang responden yang
memiliki kriteria QRSmaks yang normal, sisanya hanya 12% yaitu sebanyak 36
350
Axis QRS
295
300
250
200
150
100
50 2 2
0
Normal (-30 ke LAD (-30 ke -90) RAD (110 ke 180)
110))
Pada Tabel 5.1 diatas, terdapat kolom variabel hasil pemeriksaan EKG. Dari
segi penilaian Axis QRS terhadap responden, sebagian besar responden memiliki
37
hasil pemeriksaan Axis QRS yang normal yaitu berjumlah 295 orang (98.7%).
Sisanya, 2 orang (0.7%) responden memiliki hasil pemeriksaan Axis QRS berada
pada LAD (Left Axis Deviation). Sedangkan 2 orang lainnya berada pada RAD
Dari segi penilaian kriteria voltase QRS, sebagian besar reponden memiliki
kriteria voltase QRS yang normal yaitu berjumlah 295 oraang (98.7%) dan
selebihnya memiliki kriteria voltase QRS yang abnormal yaitu berjumlah 4 orang
(1.4%).
Usia 17 35 26.41
Dari tabel diatas dapat dilihat, dari segi usia sampel yang menjadi
responden, rata-rata memiliki usia kurang lebih 26 tahun ( minimum usia 17 tahun
Untuk status IMT, rata-rata responden memiliki hasil IMT yaitu 24.145
Dari segi penilaian hasil pemeriksaan EKG pada tabel diatas, berdasarkan
0.30 mV). Sedangkan untuk lebar gelombang P, rata-rata responden memiliki hasil
durasi lebar gelombang P yaitu 83.144 m/s (minimum 40 m/s sampai dengan
pemeriksaan yaitu 54.621 derajat (minimum -61 derajat sampai dengan maksimum
152 derajat).
Tekanan Darah
Dan Diastol
(Data Primer,2017)
40
Dari Tabel 5.3.1 , pada kolom penilaian hasil pemeriksaan EKG untuk tinggi
memiliki hasil rata-rata tertinggi yaitu 0.12 mv. Sementara untuk nilai rata-rata
Normotensi memiliki hasil rata-rata tertinggi yaitu 0.12 mv. Sementara untuk nilai
dilihat nilai rata-rata tertinggi berada pada kelompok Hipertensi Tahap 1 yaitu 86.7
nilai rata-rata tertinggi berada pada kelompok Pre-Hipertensi yaitu 86.6 m/s.
Dari segi penilaian Morfologi P, dari Tabel 5.3.1, untuk Tekanan Darah
terbanyak pada kelompok Normotensi yaitu 159 orang responden normal dan 15
Morfologi P normal dan abnormal paling sedikit adalah pada kelompok Hipertensi
yaitu 205 orang responden normal dan 21 orang responden abnormal, sedangkan
untuk responden yang mempunyai kriteria Morfologi P normal dan abnormal paling
sedikit adalah pada kelompok Hipertensi Tahap 1 yaitu sebanyak 14 orang normal
5.2.2.4 Interval PR
Dari tabel 5.3.1, untuk interval PR dari hasil pemeriksaan EKG pada
146.6 m/s dan yang terendah pada kelompok Hipertensi Tahap 1 yaitu 143.3 m/s.
Darah Diastol, interval PR tertinggi pada Pre-Hipertensi yaitu sebanyak 147.9 m/s
dan yang terendah pada kelompok Hipertensi Tahap 1 yaitu 136 m/s.
43
(Data Primer,2017)
Dari segi penilaian Voltase QRSmaks dari tabel 5.3.2, untuk Tekanan Darah
Sistol, jumlah selisih responden tertinggi yang masuk ke dalam kriteria normal
adalah kelompok Normotensi dengan jumlah 160 orang yang masuk ke dalam
kriteria normal dan responden yang tertinggi pada kriteria tidak normal adalah pada
Hipertensi Tahap 1 dan yang terendah pada kriteria tidak normal adalah pada
dengan jumlah 197 orang yang masuk ke dalam kriteria normal dan responden yang
tertinggi pada kriteria tidak normal adalah pada Normotensi yaitu sebanyak 29
orang, sedangkan yang terendah pada kriteria normal adalah pada Hipertensi Tahap
1 yaitu 11 orang dan yang terendah pada kriteria tidak normal adalah pada
Tabel 5.3.3 Perbandingan Nilai Rata-Rata Parameter EKG (Aksis QRS) Pada
50
2 0 6 0
0
<120 mmHg 120-139 mmHg 140-159 mmHg
Normal (-30 ke 110) LAD (-30 ke -90) RAD (110 ke 180)
Bagi yang terakhir, untuk penilaian Aksis QRS pada Tekanan Darah Sistol
dari tabel 5.3.3 dapat dilihat mayoritas responden berada pada kelompok
Normotensi yaitu sebanyak 172 orang responden yang memiliki kriteria Aksis
46
Seterusnya, untuk penilaian Aksis QRS pada Tekanan Darah Diastol dari
tabel 5.3.3 dapat dilihat mayoritas responden berada pada kelompok Normotensi
yaitu sebanyak 222 orang responden yang memiliki kriteria Aksis QRS Normal,
Pada tabel 5.4 dapat dilihat korelasi antara variabel parameter EKG dan
variabel Tekanan Darah Sistol dan Diastol. Pada Tekanan Darah Sistol, tinggi
Pearson yang negatif sebesar -0.132 atau sangat lemah dan tidak searah.
Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan Darah Sistol dan
tinggi gelombang P adalah signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.023 yaitu
< 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Tekanan
sebesar -0.172 atau sangat lemah dan tidak searah. Berdasarkan pada kriteria yang
ada, hubungan antara Tekanan Darah Sistol dan tinggi gelombang P adalah
signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.003 yaitu < 0.05 . Hal ini berarti
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Tekanan Darah Diastol dan Tinggi
gelombang P memiliki angka koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.151
atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara
Tekanan Darah Sistol dan lebar gelombang P adalah signifikan karena angka
signifikansi sebesar 0.009 yaitu <0.05 Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara Tekanan Darah Sistol dan Lebar Gelombang P tetapi
gelombang P memiliki angka koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.035
atau sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara
Tekanan Darah Sistol dan lebar gelombang P adalah tidak signifikan karena angka
signifikansi sebesar 0.544 yaitu > 0.05 . Hal ini berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara Tekanan Darah Diastol dan Lebar Gelombang P
5.2.2.3 Interval PR
Selanjutnya untuk Interval PR, pada Tekanan Darah Sistol dapat dilihat
angka koefisien korelasi Pearson yang memiliki hasil positif sebesar 0.042 atau
sangat lemah dan searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara
Tekanan Darah Sistol dan Interval PR tidak signifikan karena angka signifikansi
sebesar 0.473 yaitu > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara Tekanan Darah Sistol dan Interval PR dan hubungan antara
korelasi Pearson yang memiliki hasil negatif sebesar -0.028 atau sangat lemah dan
tidak searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan Darah
Diastol dan Interval PR tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.629
yaitu > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara
Tekanan Darah Sistol dan Interval PR dan hubungan antara keduanya sangat lemah.
dihitung pada lead V1 atau V2) dan gelombang R maksimum ( jumlah kotak kecil
terbanyak di gelombang R yang dihitung pada lead V5 atau V6) memiliki angka
koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.177 atau sangat lemah dan searah.
Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan Darah Sistol dan
yaitu < 0.05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Tekanan Darah Sistol dan gelombang S+R maksimum tetapi korelasinya sangat
lemah.
dihitung pada lead V1 atau V2) dan gelombang R maksimum ( jumlah kotak kecil
terbanyak di gelombang R yang dihitung pada lead V5 atau V6) memiliki angka
koefisien korelasi Pearson yang positif sebesar 0.007 atau sangat lemah dan searah.
Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan Darah Sistol dan
sebesar 0.897 yaitu > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Tekanan Darah Diastol dan gelombang S+R maksimum dan
Terakhir, untuk variabel Aksis QRS, pada Tekanan Darah Sistol dapat
dilihat angka koefisien korelasi Pearson yang negatif sebesar -0.003 atau sangat
lemah dan tidak searah. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara
Tekanan Darah Sistol dan Aksis QRS tidak signifikan karena angka signifikansi
sebesar 0.964 > 0.05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara Tekanan Darah Sistol dan Aksis QRS dan hubungan antara keduanya sangat
lemah.
korelasi Pearson yang negatif sebesar -0.076 atau sangat lemah dan tidak searah.
Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara Tekanan Darah Sistol dan
Aksis QRS adalah tidak signifikan karena angka signifikansi sebesar 0.192 > 0.05.
Hal ini berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara Tekanan Darah
Sistol dan Aksis QRS dan hubungan antara keduanya sangat lemah.
BAB 6
PEMBAHASAN
berbeda. Pada penelitian ini parameter EKG yang dinilai adalah lebar dan tinggi
gelombang P, interval PR, kriteria voltase QRS, dan Aksis QRS. Dari hasil
penelitian, Tekanan Darah yang berbeda memiliki hasil gambaran EKG yang
jantung yang mana akan menyebabkan penebalan otot jantung yang disebabkan
oleh peningkatan komplians otot jantung untuk memompa darah dengan lebih
cepat. Hal ini disokong oleh penelitian dari Dinkes Sulut pada tahun 2012,
Peningkatan tekanan darah juga telah sejak lama dihubungkan dengan LVH. Pada
analisa survei First National Health and Nutrition Examination pada tahun 2012,
diperoleh hasil bahwa seorang dengan hipertensi beresiko 1,4 kali mengalami LVH
Sulawesi Utara pada tahun 2012 dengan jumlah kasus 20.202 penderita.
Deteksi dan penilaian hipertrofi ruang jantung telah menjadi tujuan yang
penting dalam elektrokardiografi klinik. Hal ini telah menjadi perhatian penting
mempengaruhi terapi dan dapat mencegah atau memperlambat hasil klinik yang
ventrikel adalah peningkatan dalam amplitudo dan durasi QRS dan abnormalitas
51
52
dengan kriteria abnormal adalah dari tekanan darah Normotensi dan selebihnya
terdiri dari tekanan darah Pre-Hipertensi dan Hipertensi Tahap 1. Tambahan, telah
dilakukan tes korelasi diantara variabel Tekanan Darah Sistolik dengan Tinggi
sangat lemah. Untuk Tinggi Gelombang P, korelasinya adalah tidak searah yang
searah yang berati hubungannya berbentuk semakin tinggi Tekanan Darah Sistol,
dengan kriteria abnormal adalah dari tekanan darah Normotensi dan selebihnya
terdiri dari tekanan darah Pre-Hipertensi dan Hipertensi Tahap 1. Tambahan, telah
dilakukan tes korelasi diantara variabel Tekanan Darah Diastol dengan Tinggi
adalah tidak searah yang berarti hubungannya berbentuk semakin tinggi Tekanan
Darah Diastol, semakin rendah Tinggi Gelombang P dan untuk Lebar Gelombang
oleh dilatasi atrium kiri, penebalan dinding atrium kiri, peningkatan tekanan pada
atrium kiri dan gangguan konduksi atrium kiri atau kombinasi dari kelainan –
kelainan ini. Menurut penelitian yang dilakukan Manuswarmy pada tahun 1984
pembesaran atrium kiri paling sering ditemukan pada mitral stenosis dan juga sering
kompensasi dalam rangka menjaga curah jantung supaya tetap normal. Hipertrofi
ventrikel kiri diikuti dengan gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri, selanjutnya
terjadi peningkatan tekanan atrium kiri yang diikuti dengan dilatasi ruang atrium
yang terekam sewaktu atrium mengadakan depolarisasi. Oleh karena massa otot
54
atrium adalah kecil maka amplitudo gelombang P yang normal tidak melebihi 2.5
semakin tinggi Tekanan Darah, semakin meningkat Tinggi dan Lebar Gelombang
P, tetapi daripada hasil penelitian yang kami dapat, yang menyokong teori diatas
Durasi QRS seringkali meningkat pada hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini
bermanifestasi sebagai peningkatan difus pada durasi QRS. Di dalam EKG, akibat
adanya penambahan massa otot ventrikel kiri akan terjadi penambahan kekuatan
voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kiri sehingga terjadi
peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kiri ( I, aVL, V5,
V6 ) dan peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah kanan (
III, aVR, V1, V2 ). Penebalan otot ventrikel kiri juga menyebabkan meningkatnya
pemeriksaan EKG adalah kriteria voltase QRS. Dalam kriteria penilaian, peneliti
> 35 mm maka dimasukkan dalam kriteria abnormal untuk penilaian kriteria voltase
QRS dan juga menunjukkan adanya indikasi hipertrofi ventrikel kiri (Rizkiawati,
2015).
55
Pada Tekanan Darah Sistol, dari hasil penelitian ini, responden yang
mempunyai kriteria voltase QRS yang paling banyak tidak normal adalah pada
sedikit adalah seramai 3 orang yaitu dari Hipertensi Tahap 1(140-159 mmHg). Dari
299 responden, hanya 36 yang mempunyai kriteria tidak normal dan selebihnya
adalah normal. Ini menandakan pada kelompok tekanan darah yang melebihi
voltase QRS yang tidak normal berbanding dengan kelompok tekanan darah
normal. Hal ini disokong baik oleh teori yang dikutip oleh Dasril Efendi pada tahun
2005 yang menyatakan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) ditemukan pada 50%
hipertensi tanpa diterapi yang dideteksi dengan ekokardiografi dan Rizkiawati pada
tahun 2015 yang menyatakan penilaian kriteria voltase QRS melebihi normal ini
menunjukkan adanya indikasi hipertrofi ventrikel kiri. Secara tidak langsung, teori
diatas menyokong teori yang menyatakan tekanan darah yang berlebihan akan
Pada Tekanan Darah Diastol, dari hasil penelitian ini, responden yang
mempunyai kriteria voltase QRS yang paling banyak tidak normal adalah pada
tidak normal. Ini berbanding terbalik dan secara tidak langsung tidak menyokong
Hal ini disokong baik oleh penelitian yang dikutip oleh Dasril Efendi pada
tahun 2005 yang menyatakan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) ditemukan pada 50%
hipertensi tanpa diterapi yang dideteksi dengan ekokardiografi dan Rizkiawati pada
tahun 2015 yang menyatakan penilaian kriteria voltase QRS melebihi normal ini
menunjukkan adanya indikasi hipertrofi ventrikel kiri. Secara tidak langsung, teori
diatas menyokong teori yang menyatakan tekanan darah yang berlebihan akan
Pada penelitian ini juga telah dilakukan tes korelasi antara kelompok
tekanan darah dan voltase QRS. Pada Tekanan Darah Sistolik, ditemukan
lemah dan searah. Ini bermakna terdapat hubungan yang bermakna antara Tekanan
Darah Sistolik dan kriteria voltase QRS tetapi korelasinya sangat lemah. Hubungan
ini berbentuk seperti semakin tinggi tekanan darah sistolik, semakin panjang durasi
Darah
Parameter EKG selanjutnya yang akan dibahas adalah Aksis QRS. Terdapat
beberapa kriteria penilaian interpretasi aksis dari jantung. Aksis jantung yang
normal berkisar antara -30ᵒ sampai +110ᵒ. Bila hasil resultan sadapan I positif dan
aVF negative, jika resultan sadapan II positif: aksis normal, tetapi jika sadapan II
negativ maka deviasi aksis ke kiri (LAD=Left Axis Deviation), berada pada sudut -
30ᵒ sampai -90ᵒ. Bila hasil resultan sadapan I negative dan aVF positif, maka deviasi
57
aksis ke kanan (RAD=Right Axis Deviation), berada pada sudut +110ᵒ sampai
+180ᵒ.
Dari hasil penelitian, pada Tekanan Darah Sistol, pada tabel 5.3.3 pada
kolom Aksis QRS, didapatkan nilai rata-rata Aksis QRS tertinggi terdapat pada
kelompok Hipertensi Tahap 1 yaitu 55ᵒ dan disusuli oleh kelompok Normotensi dan
Pre-Hipertensi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan kriteria LVH pada EKG
yaitu menurut artikel dari American Heart Journal pada tahun 2007, yang
gelombang ST-T ) dan aksis arus listrik akan dominan kearah ventrikel kiri atau
dikenal dengan istilah Left Axis Deviation serta pada beberapa kasus bisa saja
terdapat pemebsaran atrium kiri atau Left Atrial Enlargement. Menurut Borden
H.H., dan Ibrahim M.A pada tahun 2007, Sistolik rendah, sedang, dan tinggi dan
tekanan darah diastolik sesuai untuk nilai 85-115, 120-135, 140-230 mmHg, dan
60-80, 85-90, 95-130 mmHg, masing-masing dan hasil dari penelitian tersebut
"penyimpangan aksis kiri "dengan naik sistolik atau diastolik tekanan darah..
Pada Tekanan Darah Diastol pula, pada tabel 5.3.3 pada kolom Aksis QRS,
didapatkan nilai rata-rata Aksis QRS tertinggi terdapat pada kelompok Normotensi
yaitu 55.7ᵒ. Untuk tes korelasi Pearson juga tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara tekanan darah Diastol dan nilai rata-rata Aksis QRS. Hasil
Pada sub bab 6.3 diatas telah dijelaskan mengenai bagaimana kriteria
Pada Tekanan Darah Sistol, tabel 5.3.3 di dalam bab hasil penelitian dapat
dilihat pada kolom Kelompokan Aksis QRS diantara total 299 orang responden,
sebagian besar memiliki hasil Aksis QRS yang normal terdapat 4 orang saja tidak
termasuk dalam kategori normal. Terdapat 2 orang sampel yang memiliki tekanan
darah Normotensi yang masuk ke dalam kelompokan aksis QRS Left Axis
Deviation (LAD) dan 2 orang responden lagi yang mempunyai tekanan darah Pre-
Hipertensi masuk ke dalam kelompokan aksis QRS Right Axis Deviation (RAD).
Hasil ini juga berbanding terbalik seperti penelitian yang dilakukan oleh Borden
H.H., dan Ibrahim M.A pada tahun 2007, hasil tersebut menunjukkan statistik
Pada Tekanan Darah Diastol pula, tabel 5.3.3 di dalam bab hasil penelitian
dapat dilihat pada kolom Kelompokan Aksis QRS diantara total 299 orang
responden, sebagian besar memiliki hasil Aksis QRS yang normal terdapat 4 orang
saja tidak termasuk dalam kategori normal. Terdapat 2 orang sampel yang memiliki
tekanan darah Normotensi yang masuk ke dalam kelompokan aksis QRS Left Axis
Deviation (LAD) dan 2 orang responden lagi yang mempunyai tekanan darah
Normotensi masuk ke dalam kelompokan aksis QRS Right Axis Deviation (RAD).
Hasil ini juga berbanding terbalik seperti penelitian yang dilakukan oleh Borden
H.H., dan Ibrahim M.A pada tahun 2007, hasil tersebut menunjukkan statistik
59
Untuk tes korelasi Pearson, juga tidak ditemukan hubungan yang bermakna
diantara kedua-dua tekanan darah sistol, diastol terhadap kelompokan aksis QRS.
Pada Tekanan Darah Sistol, dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai
rata-rata untuk Interval P-R paling tinggi yaitu 146.6 m/s adalah pada kelompokan
hubungan yang bermakna antara Tekanan Darah Sistol terhadap Interval P-R.
Seterusnya, pada Tekanan Darah Diastol, dari hasil penelitian didapatkan bahwa
nilai rata-rata untuk Interval P-R paling tinggi yaitu 147.9 m/s adalah pada
tiada hubungan yang bermakna antara Tekanan Darah Diastol terhadap Interval
PR.
pada nodus AV. Interval PR biasanya berlangsung dari 0.12 sampai 0.2 detik. Hal
ini menunjukkan nilai rata-rata maksimal Interval P-R yang didapatkan melalui
penelitian ini adalah 147.9 m/s yaitu bersamaan dengan 0,1479 detik yang mana
mempunyai kriteria Interval PR yang normal kerana dibawah 0.2 detik. Interval PR
digunakan dalam menentukan kadar waktu konduksi dari awal depolarisasi atrium
60
sampai awal depolarisasi ventrikel, jika ada berlaku keterlambatan yaitu terlebih
cross-sectional dan oleh karena itu kita tidak bisa menyiratkan kausalitas dari studi
asosiasi. Kami tidak memiliki data pengobatan yang mungkin telah mempengaruhi
parameter kardiovaskular.
EKG adalah hanya sebuah Alat Penunjang, tidak untuk menggantikan Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik. Beberapa faktor lain mempengaruhi nilai EKG dalam
mencerminkan masalah yang berkaitan dengan jenis penyakit jantung, pola anatomi
LVH, dan derajat hipertrofi hadir pada populasi pasien yang berbeda. Okin et al
mencatat bahwa keakuratan juga akan berbeda pada populasi dimana LVH tidak
mungkin terjadi (dengan tes paling positif adalah positif palsu) dibandingkan pada
populasi di mana LVH lebih mungkin terjadi, misalnya kelompok pasien dengan
hipertensi yang signifikan, di mana hasil yang lebih negatif akan terjadi. Menjadi
negatif palsu penting juga untuk mengetahui bahwa karakteristik kelompok pasien
yang kriterianya ditetapkan berbeda dari kriteria yang diterapkan (Hancock E.W.,
2009).
BAB 7
7.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil yang dapat disimpulkan adalah
seperti berikut:
61
62
7.2 Saran
banyak dengan lama waktu penelitian lebih panjang serta dengan menggunakan
gambaran EKG sampel dari responden yang bervariasi tekanan darahnya dan tidak
hanya hipertorfi ventrikel kiri saja, mengingat banyak perubahan yang dapat terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Borden H.H & Ibrahim M.A. 2007. The Epidemiology Of The QRS Axis Measurement.
S27.
EGC.
Fielman T, Childers RW, Borrow KM & Lang RM. Change in left ventricular cavity
495-501.
Guyton A.C. & Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI:
2015.
Lee Y.Y.L., Jelinek H.F. & McLachlan C.S. Systolic Blood Pressure But Not
Lusiana, Evrita. Analisa Deteksi Gelombang QRS Untuk Menentukan Kelainan Fungsi
F, Karo KS, Roebiono SP, eds). Buku ajar kardiologi Fakultas Kedokteran
Okin, P.M. 2000. Heart Rate Adjustment of ST Depression and Performance of the
Volume 2, Number 1.
65
Widodo D, Isbagio H dkk . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid I, Edisi
Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada:
Yolanda Cossio.
Sjukri Karim, Peter Kabo. 2007. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit
Thaler M.S. 2007. Only EKG Book You’ll Ever Need, The, 5th Edition. Lippincott
Tim Surkesnas. Survei Kesehatan Nasional 2001. Laporan studi mortalitas 2001: Pola
Walls E., Courtney. Divasta, Amy. Feldman, A Henry. 2010. Malnutrition and
William, Lipincott. 2011. ECG interpretation made incredibly easy! 5th ed.
William, Lipincott. 2002. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC Wowor
R.L. & Kandou G.D. & Umboh J.M.L., 2015, Faktor-faktor yang
Lampiran 1
67
Lampiran 2
68
Lampiran 3
Statistics
Missing 0 0 0 0 0 0
IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TDsistol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TDdiastol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
SR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
GrupAxis
70
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
grupatrium
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Descriptive Statistics
Correlations
SR nilaiAXIS GrupAxis
140-159 3 55.0 6 0 0
TDdiastol <80 29 55.7 222 2 2
80-89 3 52.0 58 0 0
90-99 4 48.1 15 0 0
73
Lampiran 4
74
Lampiran 5
75
Lampiran 6
BIODATA PENELITI
Riwayat pendidikan
1. Sekolah Kebangsaan Bukit Mentok (2000-2005)
2. Sekolah Menengah Agama Al-Falah (2006-2010)
3. Universiti Teknologi Mara Diploma (2011-2014)
4. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014-sekarang)
Pengalaman Organisasi
1. Setiausaha Kelab Sains
2. Pembantu Ko-op SMA
3. Kelab Pencinta Alam
4. Badan Pertolongan Cemas
5. Kelab Rontgen
6. Kelab PB medik
7. Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia