Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropaleontologi adalah cabang ilmu Paleontologi yang mempelajari
fosil yang berukuran kecil dengan objek yang dikenal sebagai mikro fosil, mikro
fosil sendiri adalah fosil yang untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya paling
baik dilakukan di bawah mikroskop (Jones,1936). Ada beberapa jenis mikro fosil
yang dipelajari dalam Mikropaleontologi, yaitu spora dan pollen untuk lingkungan
darat – transisi, ostracoda untuk lingkungan transisi – neritik, foraminifera dan
nanoplangton untuk lingkungan transisi – bathyal, dan radiolaria untuk
lingkungan abysal.
Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari
mikrofosil. Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar
dari empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga
untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang
dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil,
seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas,
sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai
mikrofosil atau tidak, sehingga tidak ada batas ukuran yang
jelas.Mikropaleontologi ini dikenal adanya Analisis Biostratigrafi. Dimana
biostratigrafi tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dalam penentuan umur
relatif dan lingkungan pengendapan dari suatu Batuan berdasarkan kandungan
fosil yang terkandung dalam Batuan tersebut. Oleh karena itu diadakanlah
praktikum Mikropaleontologi dengan acara Biostratigrafi, praktikum ini dilakukan
agar memudahkan mahasiswa dalam membuat analisa masalah Biostratigrafi.
Pengertian Mikrofosil menurut Jones (1936) adalah setiap fosil (biasanya
kecil) untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya dilakukan di bawah
mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang
berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang-
cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari fosil-fosil makro serta bagian-
bagian tubuh dari fosil makro yang mengamatinya menggunakan mikroskop serta
sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari golongan foraminifera

3
kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk mempelajarinya.
Mikrofosil sendiri memiliki ukuran 50 mikron- 1 mm.
Data-data yang diperoleh dari analisa mikro fosil dapat digunakan untuk
data penunjang dalam penelitian geologi, terutama untuk penentuan umur dan
lingkungan pengendapan dari suatu batuan sedimen. Dalam kasus ini Formasi
Sentolo menurut Wartono Rahardjo, dkk., 1977 Formasi batuan yang disusun oleh
batupasir, napal, hingga batugamping yang mencirikan bahwa Formasi ini
terendapkan di lingkungan transisi – laut, sehingga sangat cocok untuk dilakukan
analisa fosil karena kaya akan fosil Foraminifera. Formasi Sentolo yang
diperkirakan terbentuk pada Miosen Awal sampai Pliosen memiliki sebaran yang
cukup luas. Sebaran Formasi Sentolo sampai saat ini belum banyak dikaji secara
menyeluruh hubungan stratigrafi dan fasiesnya. Salah satu wilayah yang menarik
untuk dikaji adalah di bagian tenggara dari sebaran Formasi Sentolo, yaitu di
daerah Kali Serang dimana lokasi tersebut didapati banyak batuan karbonatan,
sehingga menarik untuk dikaji posisi stratigrafi dan fasies keduanya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan praktikum mikropaleontologi ini adalah agar


dapat memberikan pembelajaran kepada mahasiswa mengenai mikroffosil, dari
bagaimana melakukan analisa sampel langsung dilapangan, dengan tujuan agar
mahasiswa dapat melakukan analisa mikro fosil terutama foraminifera mulai dari
sampling, preparasi hingga penentuan umur dan lingkungan pengendapan,
sehingga dari pembelajaran tersebut diaplikasikan ke penelitian mikropaleontologi
dimana penelitian ditujukan untuk mengetahui posisi biostratigrafi dan fasies dari
Formasi Sentolo yang tersingkap di daerah Kali Serang.

4
1.3 Lokasi Penelitian

Daerah penelitian berlokasi di Kali Serang, Desa Sendangsari,


Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
termasuk kedalam formasi Sentolo, Perjalanan menuju lokasi kurang lebih
berkisar 1 jam ditempuh dengan Bus atau Transportasi umum.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori Foraminifera

Foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel tunggal yang


hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin seluruhnya),
mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa)
yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen) dan merupakan organisme
bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk
cangkang internal).

Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam


kurun waktu 540 juta tahun.Foraminifera memberikan data tentang lingkungan
masa lampau (skala Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda
diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat
menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau
tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk
memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai
masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.
Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel
tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin
seluruhnya), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh
sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).

6
Gambar 2 Foraminifera
Jenis-jenis Foraminifora begitu beragam. Klasifikasi Foraminifera biasanya
didasarkan pada bentuk cangkang dan cara hidupnya. Berdasarakan cara
hidupnya, foraminifera dibagi menjadi 2, yaitu:Foraminifera plantonik dan
Foraminifera bentik, Foraminifera dapat berkembang biak dengan 2 cara, yaitu
seksual dan aseksual dan terjadi saling bergantian.Hasil dari 2 cara perkembang
biakan tersebut menghasilkan dua bentuk tubuh (dimorphisme) yaitu Megalosfeer
dan Mikrosfeer. Megalosfeer dibentuk dari hasil perkembang biakan yang
aseksual. Dicirikan dengan bentuk proloculum yang besar tetapi secara
keseluruhan cangkang berukuran kecil. Mikrofeer dibentuk dari hasil perkembang
biakan seksual. Dicirikan dengan bentuk proloculum yang kecil dengan cangkang
keseluruhan besar.
Untuk dapat mengelompokkan foraminifera perlu memperhatikan beberapa ciri
fisik, seperti:

 Bentuk cangkang
 Jenis dinding
 Susunan kamar
 Aperture
 Hiasan pada cangkang

7
2.1.1 Ciri Fisik Foraminifera

Secara umum tubuh foraminifera tersusun oleh protoplasma yang terdiri


dari endoplasma dan ectoplasma.Alat gerak berupa Pseudopodia (kaki semu) yang
berfungsi juga untuk menangkap makanan.

Gambar 3 Bagian tubuh Foraminifera

2.1.2 Cangkang
Dalam mempelajari foraminifera biasanya dilakukan dengan mengamati
cangkangnya.Hal ini disebabkan bagian lunaknya (protoplasma) sudah tidak
diketemukan. Cangkang Foraminifera tersusun oleh dinding, kamar, proloculum,
septa, sutura, dan aperture.
A. Dinding

Gambar 4 Dinding foraminifera

Dinding cangkang foraminifera berdasarkan resen fauna adalah:


 Dinding Chitin/tektin, bentuk dinding paling primitive.Berupa zat organic
menyerupai zat tanduk, fleksibel, dan tran sparan, berwarna kuning dan
tidak berpori.Contoh golongan Miliolidae.

8
 Dinding Aglutin/Arenaceous, dinding disusun oleh material asing,Jika
penyusunnya hanya butir pasir disebut Arenaceous, jika banyak material
seperti mika disebut Aglutin.
 Dinding Silikaan, dinding ini jarang diketemukan, biasanya dari organism
itu sendiri atau dari mineral sekunder.
 Dinding Gampingan, terdiri dari 4 tipe:
a) Dinding Porselen, tidak berpori, berwarna opaq dan putih.Contoh
: Quinqueloculina.
b) Dinding Hyaline, bersifat bening dan transparan serta
berpori.Contoh: golongan Globigerinidae, Nodosaridae.
c) Dinding Granular, terdiri dari Kristal-kristal kalsit yang granular,
dalam sayatan tipis tampak gelap.
d) Dinding yang kompleks, terdapat pada golongan Fusulinidae.

Gambar 5 Macam-macam Dinding Foraminifera


B. Morfologi Kamar
Merupakan bagian dalam dari foraminifera dimana protoplasma
berada.Bentuk dari kamar dapat membulat-pipih.Antara kamar dipisahkan oleh
septa dibagian dalamnya, pada bagian luar disebut suture.Suture sendiri dapat
berbentuk lurus (rectilinier), melengkung atau tertekan.Kamar pertama pada
cangkang foraminifera disebut dengan proloculum.Proloculum dapat disusun
hanya 1 kamar atau 2-3 kamar yang berukuran sama.Dibedakan dengan kamar
berikutnya adalah pertambahan ukuran yang lebih besar pada kamar
berikutnya.Bagian sisi luar dari cangkang disebut peri-peri.
C. Susunan Kamar
Berdasarkan jumlah kamarnya dibedakan menjadi 2:
 Monothalamust Test

9
Monothalamust testmerupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar
foraminifera terdiri dari satu kamar. Bentuk ini dibagi menjadi beberapa bentuk,
yaitu: Bentuk Globular, Bentuk Botol, Bentuk yang terputar pada satu bidang,
Bentuk Kombinasi Botol dan Tabung, Bentuk Planispiral pada awalnya kemudian
terputar tidak teratur, Planispiral kemudian lurus.
 Polythalamust Test
Polythalamust Test yaitu susunan dan bentuk akhir kamar-kamar dari
foraminifera yang terdiri lebih dari satu kamar. Terdapat 3 jenis susunan kamar
yaitu:
a) Uniserial, berupa 1 baris susunan kamar yang seragam, contoh Nodosaria
dan Siphonogenerina.
b) Biserial, berupa 2 baris susunan kamar yang saling berselang
seling.Contoh: Bolivina dan Textularia.
c) Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling.Contoh:
Uvigerina dan Bulimina.

Berdasarkan variasi susunan kamar dikelompokkan menjadi:


 Uniformed test, jika disusun oleh 1 jenis susunan kamar.
 Biformed test, jika disusun oleh 2 macam susunan kamar yang berbeda,
missal diawali triserial kemudian menjadi biserial.Contoh :
Heterostomella.
 Triformed test, terdiri dari 3 susunan kamar yang berbeda.Contoh
Valvulina.

TubulospinateCyclicalFlatulose TabularSemicirculer

10
Gambar 6 Skema Cangkang Foraminifera yang Polythalamus (Culiver, 1987)
D. Aperture.
Aperture foraminifera benthos dengan foraminifera plankton berbeda.
Aperture foraminifera benthos dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi,
yaitu
 Aperture yang bulat sederhana, berbentuk bulat, sedehana, biasanya
terletak pada ujung kamar akhir.Contoh : Lagena dan Bathysipon.
 Aperture yang memancar (radiate), merupakan sebuah lubang yang bulat
dengan golongan-golongan yang memancar dari pusat lubang.Contoh :
Nodosaria dan Dentalina.
 Aperture Phialine, merupakan lubang bulat, mempunyai bibir (lip) dan
leher (neck).Contoh : Uvigerina dan Amphikoryna.
 Aperture Crescentik, berbentuk tapak kaki kuda atau busur panah. Contoh
: Nodosarella dan Pleurostomella.
 Aperture Virguline atau Bulimine, berbentuk seperti koma (,) yang
melengkung.Contoh : Virgulina dan Bulimina.
 Aperture yang slit-like, merupakan aperture yang membentuk lubang
sempit yang memanjang.Contoh : Sphaeroidinella dan Pullenia.

11
 Aperture Ectosolenia, aperture yang memiliki leher yang pendek.
Contoh : Ectosolenia dan Oolina.
 Aperture Entosolenia, aperture yang mempunyai leher dalam (internal
neck).Contoh : Fissurina dan Entosolenia.
 Aperture Multiple, Cribrate dan Accesory, aperture yang terdir dari
beberapa lubang bulat dan kadang-kadang membentuk saringan (cribrate)
atau terdiri dari satu lubang utama dan beberapa lubang bulat yang lebih
kecil (accessory).Contoh : Elphidium dan Cribrostomum.
 Aperture dendritik, berbentuk seperti ranting pohon (denrit) terletak pada
“septal-face”.Contoh : Dendritina
 Aperture yang bergerigi, berbentuk lubang yang melengkung dimana
dalamnya terdapat tonjolan menyerupai gigi (single tooth, bifid tototh).
Contoh : Pyrgo dan Quinquelokulina.
 Aperture yang berhubungan dengan Umbilicus, biasanya merupakan
lubang yang berbentuk busur, ceruk ataupun persegi kadang-kadang
dilengkapi dengan bibir (lip), gigi-gigi, ataui ditutupi dengan selaput tipis
(bulla).Contoh : Globigerina, Globoquadrina dan Globigerinita.
Ditinjau dari posisi pada cangkang foraminifera, maka aperture dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
 Aperture termal, yaitu aperture yang terletak pada ujung kamar yang
terakhir.Contoh : Cornuspira, Nodosaria, Uvigerina.
 Aperture on aperture face, yaitu aperture yang terdapat pada bagian kamar
yang terakhir.Contoh : Cribohantkenina, Dendritina
 Aperture peripheral, yaitu aperture yang memanjang pada bagian
tepi.Contoh : Globorotalia, Cibicides
 Aperture interiormarginal umbilical, yaotu aperture yang terdapat pada
bagian umbilical.Contoh : Globigerina.Jika memanjang kearah tepi
disebut umbilical extra umbilical, contoh : Globorotalia.

12
Gambar 7 Jenis dan posisi aperture pada foraminifera kecil (Shrock & Twenhofel, 1956)
E. Hiasan/Ornamen
Ornamen adalah struktur mikro yang menghiasi bentuk fisik dari cangkang
foraminifera.Ornamentasi ini kadang sangat khas untuk cangkang foram tertentu
sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu criteria dalam
klasifikasi.Beberapa bentuk hiasan yang dapat dijumpai:
 Keel, selaput tipis yang mengelilingi bagian periphery.Contoh :
Globorotalia, Siphonina.
 Costae, galengan vertical yang dihubungkan oleh garis-garis sutura yang
halus.Contoh Bulimina, Uvigerina
 Spine, duri-duri yang menonjol pada bagian tepi kamar.Contoh :
Hantkenina, Asterorotalia.
 Retral processes, merupakan garis sutura yang berkelok-kelok, biasa
dijumpai pada Amphistegina.
 Bridge sutures, garis-garis sutura yang berbentuk dari septa yang terputus-
putus.biasa dijumpai pada Elphidium.
 Reticulate, dinding cangkang yang terbuat dari tempelan material asing.
 Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berpori bulat dan kasar.
 Smooth, permukaan cangkang yang halus tanpa hiasan.

13
Gambar 8 Bentuk macam-macam hiasan dari cangkang Foraminifera (Jones, 1956)
Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang
terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi.
Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi,
paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.

a) Biostratigrafi
Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan
demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-
beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran
horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan
terakhir, karenaukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara
mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
b) Paleoekologi dan Paleobiogeografi
Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala
Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan
yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil
foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera
tersebut hidup.
c) Eksplorasi Minyak
Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies
foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek.
Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan
yang spesifik atau ter-tentu.

14
2.1.3. Foraminifera Plangtonik

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai


cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta
tahun.Foraminifera yang cara hidupnya mengambang atau melayang di air,
sehingga fosil ini sangat baik untuk menentukan umur dari suatu lingkungan
pengendapan (umur dari suatu batuan). Secara umum foraminifera dibagi
berdasarkan family, genus, serta spesies yang didasarkan antara ciri-ciri yang
nampak. Jumlah spesies foraminifera plangtonik sangat kecil jika dibandingkan
dengan ribuan spesies dari golongan benthonik. Namun mempunyai arti yang
sangat penting, karena dapat digunakan untuk korelasi regional jarak jauh.
Golongan ini umumnya tidak peka terhadap perubahan fasies, namun ada
beberapa faktor ekologi yang sangat berpengaruh, yaitu: salinitas dan temperatur.
Sifat hidupnya adalah mengambang pada air laut, dengan kedalaman terbaik 6 –
30 meter.

Secara umum cukup mudah membedakan antara foram kecil plangton


dengan foram kecil bentos.Foraminifera plangton memiliki cirri umum sebagai
berikut:
a) Test/cangkang: bulat, beberapa agak prismatic
b) Susunan kamar : pada umumnya trochospiral
c) Komposisi test : Gamping hyaline
d) Hidup dilaut dengan mengambang

Bandy (1960) membuat suatu kesimpulan:

a. Di daerah perairan tropis golongan plangton banyak dan jenisnya sangat


berbeda.
b. Di daerah perairan yang beriklim sedang, populasi plangton secara relatif
adalah jarang, dengan spesies yang berbeda-beda.
c. Di daerah sub kutub, spesiesnya sangat sedikit, tetapi jumlah individu sangat
banyak.

15
d. Globorotalia yang besar-besar dengan kell, sangat khas bagi temperatur di
atas 17OC, sebaliknya yang tidak mempunyai kell banyak diketemukan pada
suhu 9OC.

Gambar 9 Foraminifera hubungannya dengan iklim

Gambar 10 Siklus hidup foraminifera plangtonik

16
Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya
banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil
plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, antara
lain :sebagai fosil petunjuk, korelasi, dan penentuan lingkungan
pengendapanForaminifera plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi
pada kedalaman tertentu ;
 Hidup antara 30 – 50 meter
 Hidup antara 50 – 100 meter
 Hidup pada kedalaman 300 meter
 Hidup pada kedalaman 1000 meter
Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri
terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar
laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah
Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai
50 meter, sedangkan di laut atlantik tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300
meter.
2.3.1. Morfologi Foraminifera Plangtonik

1. Susunan Kamar
Susunan kamar pada foraminifera plangtonik yaitu:
 Planispiral : terputar pada 1 bidang, semua kamar terlihat,
pandangan dan jumlah kamar vebtral dan dorsal sama.
 Trochospiral : terputar tidak pada 1 bidang, tidak semua kamar
terlihat.
 Pandangan ventral : Jumlah kamar yang terlihat adalah
putaran kamar terakhir. Terlihat adanya aperture utama,
terlihat adanya umbilicus.
 Pandangan dorsal : Biasanya seluruh kamar bisa
terlihat, terlihat adanya putaran, kamar awal terlihat.

17
Gambar 11 Susunan Kamar Pada Foraminifera Plangtonik
2. Bentuk
Dibedakan menjadi 2 yaitu bentuk kamar dan bentuk test.Bentuk
kamar dapat globular, rhomboid menyudut atau kerucut
menyudut.Bentuk test dapat membulat atau elips.
3. Suture
Dalam penentuan genus foraminifera, suture sangat berguna.Suture
dapat tertekan atau tidak.Pendeskripsian meliputi pandangan ventral
maupun dorsal.
Suture merupakan garis yang terliliat pada dinding luar test,
merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting
dalam pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki
suture yang khas. Macam-macam bentuk suture adalah :
 Tertekan (melekuk), rata, atau muncul dipermukaan test. Contoh
: Chilostomella colina, untukbentuk suture tertekan.
 Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh :
orthomorphiao challengeriana, untuk bentuk suture lurus.
 Suture yang mempunyai hiasan. Contoh : Elphindium incertum,
untuk bentuk hiasan yang berupa bridge.
4. Jumlah kamar dan Putaran
Jumlah kamar sangat mempengaruhi penamaan, untuk itu perlu
dilakukan terutama pada kamar terakhir.Selain itu perlu diperhatikan pula
pertambahan ukuran kamar, apakah berangsur atau berubah
mendadak.Perlu diperhatikan pula arah putaran apakah searah jarum jam
(dextral) atau berlawanan arah jarum jam (sinistral).

18
Gambar 12 Jumlah Kamar dan Putaran
5. Aperture
1. Primary Aperture Interiomarginal, yaitu:
 Primary Aperture Interimarginal Umbilical, adalah aperture
utama interiomarginal yang terletak pada daerah umbilicus
atau pusat putaran. Contoh: Globigerina
 Primary Aperture Interimarginal Umbilical Extra Umbilical,
adalah aperture utama interiomarginal yang terletak pada
daerah umbilicus melebar sampai ke peri-peri. Contoh:
Globorotalia
 Primary Aperture Interimarginal Equatorial, adalah aperture
utama interiomarginal yang terletak pada daerah equator,
dengan ciri-ciri dari samping kelihatan simetri dan hanya
dijumpai pada susunan kamar planispiral. Equator merupakan
batas putaran akhir dengan putaran sebelum peri-peri. Contoh:
Hastigerina.
2. Secondary Aperture / Supplementary Aperture
Merupakan lubang lain dari aperture utama dan lebih kecil
atau lubang tambahan dari aperture utama. Contoh:
Globigerinoides.
3. Accessory Aperture
Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur
accessory atau aperture tambahan. Contoh: Catapsydrax.
6. Hiasan atau Ornamentasi

19
Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus
tertentu.Misal spine khas pada Hantkenina, keel pada Globorotalia
7. Komposisi Test

Kebanyakan dari foraminifera plangton memiliki dinding test


gamping hialin. Berdasarkan komposisi test foraininifera dapat
dikelompokan menjadi empat, yaitu:

1. Dinding Chitin / tektin

Dinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin,


namun foraminifera, dengan dinding seperti ini jarang dijumpai
sebagai fosil. Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, anatara
lain :

 GolonganAllogromidae
 Golongan Miliolidae
 Golongan Lituolidae
 Golongan Astrorhizidae

2. Dinding Arenaceous dan aglutinous

Dinding arenaceous dan aglutinous terbuat dari zat atau mineral


asing disekelilingnya kemudian direkatkan satu sama dengan zat
perekat oleh organisme tersebut. Pada dinding arenaceous
materialnya diambil dari butir-butir pasir saja, sedangkan dinding
agglutinin materialnya diambil butir-butir, sayatan-sayatan mika,
spone specule, fragmen-fragmen dari foraminifera lainnya dan
lumpur. Zat perekatnya bisa chitin, oksida besi atau zat perekat
gampingan. Zat perekat gampingan adalah khas untuk foraminifera
yang hidup didaerah tropis, sedangan zat perekat silika adalah khas

20
untuk foraminifera yang hidup perairan dingin. Ammobaculites
aglutinous, Saccamina sphaerica

3. Dinding Siliceous

Beberapa ahli (Brady, Humbler, Chusman, Jones) berpendapat


bahwa dinding silicon dihasilkan oleli organisme itu sendiri, Menurut
Glessner dinding silicon berasal dari zat sekunder. Galloway
berpendapat bahwa, dinding silicon dapat dibentuk oleh organisme
itu sendiri (zat primer) ataupun terbentuk secara sekunder. Tipe
dinding ini jarang ditemukan, hanya dijumpai pada beberapa
golongan Ammodiscidae dan beberapa spesies dari Miliodae.

4. Dinding Calcareous atau gatupingan

Dinding yang terdiri dari zat-zat gampingan dijumpai pada


sebagian besar foraminifera.Dinding yang gampingan dapat
dikelompokam menjadi :

 Gampingan Porselen
Gampingan porselen adalah dinding gampingan yang tidak
berpori, mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena
sinar langsung berwarna putih opaque, contoh : Quinqueloculina,
Pyrgo
 Gamping Granular
Gamping granular adalah dinding yang terdiri dari kristal-kristal
kalsit yang granular, pada sayatan tipis ini kelihatan gelap.
Dijumpai pada golongan endothyra dan beberapa spesies dari
bradyina serta Hyperammina.
 Gamping Komplek
Gamping komplek adalah dinding dijumpai berlapis, kadang-
kadang terdiri dari satu lapis yang homogen, kadang-kadang dua
lapis bahkan sampai empat lapis. Terdapat pada golongan
Fussulinidae.

21
 Gamping Hyaline
Terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan berpori,
Kebanyakan dari foraminifera. plankton mempunyai dinding
seperti ini.

2.1.4 Foraminifera Benthonik


Foraminifera benthos adalahsalahsatugolonganfosil foraminifera yang
dikelompokkanberdasarkancarahidupnyayaitusecarabenthonik di dasarlaut.
Kebanyakandariforam - forampenghunidasarlauttermasukgolonganvagil benthos,
yang dapatbergerak di dasarlautdenganmenggunakanpseopodia. Disampingbentuk
- bentuknya yang vagil juga jenis - jenisnya yang
menunjukkanadanyapergerakanpadatingkatpermulaanhidupnyadankemudianmenj
adisesilepadatingkatterakhirhidupnya.
Golonganiniseringdipakaisebagaiindikatoruntukmenentukanlingkunganpengendap
an.

Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan


bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi.
Jumlah spesies foraminifera benthik sangat besar. Golongan ini mempunyai arti
penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini sangat
peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa lingkungan
pengendapan.Sebagian besar foraminifera hidup sebagai benthonik. Hidup pada
zona kedalaman Litoral – Bathyal (0 – 2000 m).Faktor-faktor yang mempengaruhi
ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah :

 Kedalaman laut
 Suhu/temperature
 Salinitas dan kimiaair
 Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis
 Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen)
 Makanan yang tersedia
 Tekanan hidrostatik dan lain-lain.

22
Gambar 13Foraminifera Bentonik
Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari
lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii
adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon
mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut
dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator
lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :

 Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,banyak


dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,Eggerella,
Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dindingcangkangnya dibuat
dari pasiran.
 Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides,Proteonina,
Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina danTriloculina.
 Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,Robulus,
Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides danTextularia.
 Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C), dijumpai Listellera,Bulimina,
Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina

Morfologi Foraminifera Bentonik

23
1. Susunan Kamar

Susunan kamar foraminífera benthonikmemilikikemiripan


dengan foraminifera planktonik, susunan kamar dan bentuknya
dapat dibedakan menjadi :
 Monothalamus
Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamarakhir
foraminifera yang hanyater diridari satukamar. Macam-macam
dari bentuk monothalamus antara lain adalah :
 Bentuk globular atau bola atau spherical, terdapat pada
kebanyakansubfamily saccaminidae. Contohnya: Saccammina

 Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan


subfamilyproteonaniae. Contoh: Lagena.

 Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan


subfamilyHyperminidae. Contoh: Hyperammina, Bathysiphon.

 Berbentuk antara kombinasi botol dan tabung.Contohnya :


Lagena

 Cyclical atau annular chamber

 Planispiral pada awalnya kemudian terputar tak teratur.Contoh


: Orthovertella, Psammaphis.

 Planispiral kemudian lurus (uncoiling).Contoh :


Rectocornuspira.

 Cabang (bifurcating).Contohnya : Rhabdamina abyssorum.

 Radiate. Contohnya : Astroshizalimi colasandhal.

 Tak teratur (irregular). Contohnya : Planorbulinoides


reticnaculata.

 Setengah lingkaran (hemispherical) contoh : Pyrgo murrhina.

 Seperti kerucut. Contohnya : Textularia cretoa.

 Fusiform. Contohnya : Vaginulina laguman.

24
Gambar14BentukCangkangForamBentonik

Gambar15Bentuk - BentukMonothalamus

 Polythalamus

Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk


akhirkamar foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar.

25
Misalnyauniserial saja atau biserial saja. Macam-macam
polythalamus antara lain :

 Uniformed yang terbagi menjadi:


a) Uniserial : Dalam 1 macam susunan kamar ada 1 baris kamar
 Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri
ataskamar-kamar bulat yang dipisahkan dengan stolonxy
atauneck. Contohnya : Siphonogerina, Nodogerina.
 Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama
laintidak dipisahkan leher-leher. Contohnya : Nodosaria.
 Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak
memilikileher tetapi sebaliknya kamarnya sangat
berdekatan sehinggamenutupi sebagian yang lain.
Contohnya : Glandulina.
 Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi
sedikitmelengkung dan garis batas kamar satu dengan yang
lain atausuture membentuk sudut terhadap sumbu
panjang.Contohnya: Dentalina.
 Kombinasi antara rectilinier dengan linier tanpa leher.
 Coiled test atau test yang terputar, macam-macamnya
antaralain :
 Involute yaitu test yang terputar dengan putaran
akhirmenutupi putaran yang sebelumnya, sehingga
putaranakhir saja yang terlihat. Contoh : Elphidium.
 Evolute yaitu test yang terputar dengan seluruh putarannya
dapat terihat. Contohnya : Anomalia
 Nautiloid yaitu test yang terputara dengan kamr-
kamardibagian umbirical (ventral) menumpang satu sama
lain. Sehingga kelihatan kamar-kamarnya lebih besar
dibagian peri-peri dibandingkan dibagian umbilicus.
Contoh : Nonion.
 Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak padasatu
bidang dengan posisi pada dorsal seluruh putaranterlihat,

26
sedangkn pada ventral hanya putaran terakhirterlihat.
Contoh : Rotalia.
 Helicoids test merupakan test yang terputar
meninggidengan lingkarannya cepat menjadi besar.
Terdapat padasubfamily Globigeriniidae (plankton)
contoh:Globigerina.
b) Biserial
Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak
berselang-seling. Contoh : Textularia.
c) Teriserial
Triserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yangterletak
berselang-seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
 Biformed test
Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang
sangatberbeda satu dengan yang lainnya dalam sebuah test,
misalnya biserialpada awalnya kemudian menjadi uniserial
pada akhirnya. Contoh :Bigerina
 Triformed test
Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam
sebuah testmisalnya permulan biserial kemudian berputar
sedikit dan akhirnyamenjadi uniserial. Contohnya :
Vulvulina.
 Multiformed test
Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari
tiga susunankamar, bentuk ini jarang ditemukan.

27
Gambar16BentukCangkangPolythalamus

2.1.5. Foraminifera Besar

Foraminifera besar merupakan bagian yang dapat dengan mudah


dipisahkan secara fisik dari golongan foraminifera kecil (planktonik dan
bentonik). Di samping ukurannya yang berbeda, juga struktur kamar bagian
dalamnya lebih rumit dan kompleks sehingga memerlukan suatu preparasi khusus
(dengan sayatan tipis) dan observasi yanmg khusus pula (mempergunakan sinar
transmisi). Golongan ini merupakan penyusun batuan yang penting dan sebagian
besar merupakan unsur pembentuk batugambing atau gamping terumbu. Dengan
demikian untukstudy tentang batuan karbonat klastik kasar maka foraminifera
besar memegang peranan penting dalam penentuan ekologi pengendapannya.
Yang perlu diperhatikan dalam pengamatan foraminifera besar adalah jenis
sayatan tipis yang dilakukan pada saat preparasi. Karena jenis sayatan sangat
mempengaruhi kenampakan fisik kamar-kamar bagian dalam fosil tersebut.

Foraminifera bentonik pertama mulai hidup sejak Zaman Kambrium


sampai saat ini, sedangkan foraminiferaplanktonik hidup dari Zaman Jura sampai
saat ini. Foraminifera, sekalipunmerupakan protozoa bersel satu, merupakan suatu
kelompok organism yang sangatkomplek. Foraminifera dibagi menjadi 12
subordo oleh Loeblich dan Tappan (1984)dan lebih dari 60,000 spesies telah
terindentifikasi hidup selama Fanerozoikum (Phanerozoic,dari kira-kira 542 juta

28
tahun yang lalu sampai sekarang).Berbagai jenis foraminifera kecil (sebagian
besar benthonik, tanpa skala) (Thomson,2005)

Beberapa jenis sayatan tipis yang mungkin terdapat dalam observasi


foraminifera besar:

 Sayatan median (ekuatorial, horizontal) adalah sayatan yang melalui bagian


tengah secara horizontal. Biasanya merupakan bentuk lingkaran.
 Sayatan vertikal atau transversal adalah sayatan yang melalui bagian tengah
yang dipotong secara vertikal. Biasanya membentuk ellips yang cembung di
bagian tengah
 Sayatan oblique adalah sayatan sembarang yang tidak melalui bagian tengah
fosil tersebut. Biasanya membentukellips yang
 Sayatan tangensial adalah sayatan yang sejajar dengan sayatan median, tetapi
tidak melalui bagian tengahnya. Biasanya berbentuk lingkaran yang lebih
kecil dari sayatan median.

Dari jenis-jenis sayatan ini pengamatan mengenai struktur bagian dalam dari
kamar-kamar foraminifera besar dapat dilakukan di bawah mikroskop binokuler
dengan sinar transmisi.

Morfologi Foraminifera Besar

Sel foraminifera yang lembut (cytoplasm) hampir seluruhnya


ditutupi oleh cangkangyang dapat tersusun dari material organik
(tectin), mineral kalsit/aragonit/silika,ataupun aglutinin. Cangkang-
cangkang tersebut ada yang terdiri hanya dari saturuang (unilocular)
atau banyak ruang (multilocular) yang saling berhubunan melaluisuatu
lubang bukaan (disebut foramen bila bukaan ini hanya terdiri dari satu
lubangdan foramina apabila lebih dari satu lubang).

29
Gambar17 Foraminifera Besar

Pengamatandilakukan dengan mengunakan sayatan tipis vertikal,


horisontal, atau, miring di bawahmiroskop. Pemberiam sitematik foraminifera
benthonik besar yang umum ( A. Chusman1927).

1. Kamar embrionik/initial chamber/nucleoconch

Merupakan kamar permulaan yang tersusun dari beberapa inti.


Berdasarkan jumlah dankedudukan inti-inti tersebut dapat dibedakan beberapa
bentuk yang akan membedakanpenamaan sub-genusnya. Dari susunan inti-
intinya, nucleoconch dapat berbentuk :
Bilocular, terdiri dari protoconch dan deuteroconch

 Beberapa deuteroconch lebih kecil dan mengelilingi protoconch


polylepidina. Biasanya terdapat pada bentuk yang microsfeer.
 Denteroconch sama besar dengan protococh Isolepidina atau
sebagai Lepidocyclina ss.
 Deuteroconch lebih besar dari protoconch dan menutupi sebagian
Nephrolepidina.
 Deuteroconchbesar sehingga melingkupi seluruh protoconch Eulepidina
dan trybliolepidina.

30
Trilocular, terdiri dari 3 nucleuconch Orbitoides

Quadrilocular, terdiri dari 4 nucleoconch Orbitoides

2. Kamar nepionik/pery-embryonic chamber

Merupakan kamar-kamar yang mengelilingi kamar embrionik, terletak


antara kamarembrionik dan kamar-kamar post nepionik. Berdasarkan letak dan
susunan kamar nepionik dapat digunakan untuk klasifikasi golongan Ortoididae
(Tan Sin Hok, 1932)

3. Kamar post nepionik/median or equatorial chamber

Merupakan kamar-kamar yang terbentuk setelah kamar nepionik. Pada


sayatan horizontal,kamar ini dapat mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
seperti rhombie hexagonal,spatulate, arcuate, ogival. Bentuk-bentuk kamar post
nepionik ini juga merupakan kendaladalam klasifikasi foraminifera besar.

4. Kamar lateral

Merupakan rongga-rongga yang letaknya teratur, terletak di atas dan di


bawah lapisan tengah(median layer). Pada genus Lepidocyclina, kamar lateral ini
dapat terbentuk lensa, menyudut atau membulat.

2.1.6. Aplikasi Mirkopaleontologi

Umur relatif adalah penempatan suatu stratigrafi relatif terhap zaman-


zaman geologi yang didasarkan pada fosil-fosil tertentu tanpa ditentukan batas-
batasnya secara geokronologi yang dinyatakan dalam skala waktu/satuan waktu
dalam tahun. Penentuan umur relatif batuan pada 2 lapisan yang berbeda dalam 1
penampang dapat ditentukan dengan melihat lapisan yang terlebih dahulu
diendapkan, yang terendapkan pertama lebih tua umurnya daripada yang
terendapkan kemudian. Proses ini berlangsung terus sampai semua lapisan
tersusun dalam suatu skala umur relatif yang memperlihatkan urutan kejadiannya.
Salah satu cara penarikan fosil menggunakan Cara dengan hasil fosil.

a. Penentuan Umur

31
Disampingjumlah genus sedikit, plankton sangat peka terhadap
perubahan kadargaram, halini menyebabka nhidupsuatu spesies
mempunyai kisaran umur yang pendek sehingga baik untuk penciri umur
suatu lapisan batuan. Biozonasi foraminifera planktonik yang popular
dan sering digunakan di Indonesia adalah Zonasi
Blow (1969), Bolli (1966) dan Postuma (1971).
Pada zaman tersier dibagi menjadi beberapa bagian – bagian yang
lebih kecil, diamana pada zaman tersier bawah (Paleogen) dinotasikan
dengan huruf “P” kemudian didepan huruf tersebut diberikan indeks
angka “1” untuk paleogen tertua yang kemudian berturut 2,3,4,5,….
Hingga 19 untuk Paleogen termuda.Tersier atas (neogen) dinotasikan
dengan huruf “N” yang juga diberikan angka indeks mulai dari 21 untuk
yang termuda hingga 1 untuk yang tertua serta N23 dan N22
untukPleistocene. Adapun tahapan dalam penentuan umur dengan
memnggunakan foraminifera plankton adalah sebagai berikut :

 Pengambilan sampel di lapangan yang kemudian melakukan


penyajian fosil.
 Pengmatan dibawah mikroskop untuk mengamati species-
species yang ditemukan dan memisahkannya.
 Menentukan umur dari setiap species yang ditemukan
 Memasukkan umur serta species kedalam tabel umur
Untuk melihat umur dari lapisan batuannya kita melihat kolom
yang paling banyak yang dipotong oleh garis umur. Seperti ditemukan
batuan yang memiliki kandungan fosil foraminifera plankton yang
dominan berumur Middle Miocene, maka dapat dipastikan batuan
tersebut berumur Middle Miocene.
Penentuan umur suatu batuan ditentukan oleh kandungan fosil
foraminifera plankton yang terdapat dalam batuan tersebut bukan dari
kandungan foraminifera benthos (kecuali foram besar). Untuk penetuan
umur kita juga dapat menggunakan fosil dari foram besar, metode ini
disebut juga dengan klasifikasi huruf Tersier yang diajukan oleh Van Der
Vlerk dan Umgrove pada tahun 1927. Pada klasifikasi ini zaman tersier

32
juga dinotasikan dengan huruf “ T ” namun dibagi dengan indeks huruf
dimana huruf “a” untuk tersier tertua kemudian beturut hingga “h” yang
menandakan tersier yang termuda. adapun tahapan dari klasifikasi ini
adalah:

 Pengambilan sampel dilapangan yang kemudian melakukan


penyajian fosil dengan cara melepaskan fosil tersebut dari batuan
dan menyayat tipis fosil (0.05 mm) lalu menenpelkannya di plat
kaca yang kemudian diamati dibawah mikroskop. Bila fosilnya
sulit dilepaskan dari batuan maka Penamaan fosil dapat dicari
dengan penamaan genus dan species yang ada
 Menentukan umur dari setiap genus species yang ditemukan
dalam range chartyang dibuat oleh Adam, 1970.
 Memasukkan umur serta species ke dalam tabel umur
 Kolom yang terbanyak dipotong oleh garis umur adalah umur dari
batuan tersebut.
2.6.2. Penentuan Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan adalah suatu kumpulan dari kondisi


fisika, kimia, dari biologi dimana sedimen terakumulasi
(Krumbein & Sloss, 1963). Selain tersabut di atasbanyak pula para ahli
yang mengemukakan tentang definisi lingkungan pengendapan
antara Selly, 1978, mendefinisikan suatu keadaan dipermukaan bumi
yang disebabkan oleninteraksi antara faktor-faktorfisika kimia danbiologi
dimana sedimen tersebut diendapkan.
Dipakai sebagai penentu umur relatif karena umumnya mempunyai
umur pendek sehingga sangat baik sebagai fosil penunjuk lingkungan
pengendapan. Penentuan umur berdasarkan foraminifera besar,
khususnya di Indonesia biasanya menggunakan Klasifikasi Huruf, antara
lain klasifikasi huruf yang dikemukakan olehAdams (1970).Foraminifera
benthos sangat bagus dalam pengaplikasiannya untuk menentukan
lingkungan penendapan. Dikarenakan golongan ini umumnya hidup pada
dasar laut mulai dari tepi sampai kedalaman lebih dari 3000 meter.

33
Dimana foraminifera benthos ini sangat peka terhadap perubahan
lingkungan, sehingga golongan ini sangat akurat dipakai sebagai
indikator untuk menentukan lingkungan pengendapan.
Tahapan kerjanya adalah sebagai berikut :

 Pengambilan contoh (sampel) di lapangan masih sama dengan di


atas beserta penyajian fosilnya.
 Pengamatan di bawah mikroskop, mengamati
macam species yang kemudian dipisah-pisahkan.
 Setelah diketahui macam spesiesnya, kemudian tiap spesies dicari
kisaran lingkungan pengendapannya.
 Lingkungan pengendapan adalah kolom terbanyak yang terpotong
oleh garis penentuan lingkungan pengendapan.
Secara umum foraminifera benthos ini digunakan sebagai
fosil index untuk menentuakan lingkungan pengendapan. Organisme
dalam hidupnya dibatasi oleh suatu lingkungan, dimana organisme
tersebut dapat beradaptasi. Dengan demikian fosil dapat dipergunakan
untuk menentukan lingkungan pengendapan. Syarat: fosil terendapkan
pada lingkungan dimana dia hidup (bioconoese ), lingkungan hidupnya
sempit dan mudah dikenali. Lingkungan Pengendapan yaitu Darat,
meliputi gurun, sungai, danau, dan sebagainya. Sedangkan laut, meliputi
yaitu pantai, rawa, laut dangkal (neritik).

2.2 Fisiografi

Van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa fisiografi Jawa Tengah dibagi menjadi
tujuh bagian yang membentang dari arah utara ke selatan, terdiri atas Zona Dataran
Aluvial Jawa Utara, Zona Antiklinorium Rembang-Madura, Zona Gunung Api Kuarter,
Zona Antiklinorium Serayu Utara-Kendeng, Zona Depresi Sentral, Zona Kubah dan
Perbukitan Dalam Depresi Sentral, dan Zona Pegunungan Selatan. Pegunungan
Kulonprogo sendiri menempati Satuan Pegunungan Serayu Selatan.

34
Gambar 18 Fisiografi Pulau Jawa Van Bemmelen (1949)

2.3. Geologi Regional


 Geomorfologi
Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan,
yaitu zona plato. Bagian utara dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran
pantai Samudera Indonesia dan bagian barat laut berhubungan dengan
Pegunungan Serayu Selatan. Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah
kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :
a. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan ini memanjang dari selatan ke utara dan menempati bagian
Daerah Istimewa Yogyakarta, yang meliputi kecamatan Kokap,
Girimulyo dan Samigaluh dengan kemiringan lereng sekitar 15o-16o
b. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan ini penyebaran sempit, karena terpotong oleh Sungai Progo yang
memisahkan wilayah kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo,
meliputi kecamatan Pengasih dan Sentolo dengan ketinggian antara 50-
150 m dpal dengan kelerengan sekitar 15o
c. Satuan Teras Progo

35
Terletak di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan di sebelah timur
pegunungan Kulon Progo yang meliputi kecamatan Nanggulan,
Kalibawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
d. Satuan Dataran Aluvial
memanjang dari barat-timur yang meliputi kecamatan Temon, Wates,
Panjatan, Glur. Satuan ini didominasi oleh sawah dan pemukiman.
e. Satuan Dataran Pantai
Satuan ini masih dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
 Sub satuan Gumuk Pasir
Sub Satuan ini tersebar di sepanjang pantai selatan Yogyakarta,
yaitu pantai Glagah dan Congot. Pantai Glagah juga merupakan
tempat bermuaranya sungai Progo dan Serang yang membawa
material sedimen. Sehingga di sini banyak ditemukan gumuk-
gumuk pasir hasil endapan sedimen dari darat dan laut yang
dibantu oleh energy angin.
 Sub Satuan Dataran Aluvial Pantai
Sub satuan ini terletak di sebelah utara satuan gumuk pasir dengan
sumber materialnya berasal dari gumuk pasir yang terbawa oleh
angin.

2.4. Statigrafi

Secara stratigrafi, daerah kulon progo jika diurutkan dari formasi yang
paling tua ke muda terdiri dari Formasi nanggula, kemudian terendapkan secara
tidak selaras litologi Formasi Jonggaran dan Formasi Sentolo.

1) Formasi Nanggulan
Nanggulan merupakan formasi tertua di Kulon Progo,dimana formasi ini
terletak di desa Nanggulan yang berada di kaki sebelah timur pegunungan
Kulon Progo. Litologi penyusun formasi ini terdiri dari Batupasir dengan
sisipan Lignit, Napal pasiran, Batulempung dengan konkresi Limonit,
sisipan Napal dan Batugamping, Batupasir dan Tuf serta kaya akan fosil
foraminifera dan Moluska, dengan ketebalan sekitar 30 meter. Menurut

36
Marks (1957), Formasi Nanggulan dapat dibagi menjadi 3 Anggota yang
secara statigrafi dari bawah ke atas adalah :
 Anggota Axinea (Axinea Beds)
Anggota axinea terletak paling bawah dengan ketebalan mencapai
40 meter, dimana memiliki tipe penciri laut dangkal dengan litoogi
penyusunnya terdiri dari batupasir interkalasi Lignit, kemudian
tertutup oleh batupasir dengan kandungan fosil Pelcypoda yang
cukup melimpah, dan Axinea dunkeri Boetgetter yang dominan.
 Anggota Yogyakarta (Yogyakarta Beds)
dengan litologi penyusun berupa Napal pasiran, serta batuan dan
lempung dengan konkresi yang bersifat gampingan, formasi ini
terendapkan secara selaras di atas axinea beds dengan ketebalan
sekitar 60 meter. Formasi ini banyak terdapat fosil gastropoda
dengan fosil penciri Nummulities Djogjakartae.
 Anggota Discocyclina (Discocyclina Beds)
Lapisan ini memiliki ketebalan 200 meter dengan menumpang
selaras di atas anggota yogyakarta yang tersusun batuan napal dan
batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke
atas, kandungan foraminifera planktonik yang melimpah dengan
fosil penciri Discocyciina omphalus. Formasi Nanggulan memiliki
kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Atas
(Hartono, 1969, vide Wartono Raharjo dkk, 1977).
2) Formasi Andesit Tua

Terdiri dari breksi andesit, tuff, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit.
Kepingan tuff napalan yang merupakan hasil rombakan dari lapisan yang
lebih tua dijumpai di kaki gunung mudjil, di dekat bagian bawah formasi
ini. Terletak secara tidak selaras di atas formasi nanggulan dnegan
ketebalan sekitar 500 m. Litologinya hasil proses vulkanisme gunung api
purba yang disebut sebagai Gunung Api Andesit Tua oleh Van Bemmelen
(1949). Gunung api tersebut antara lain Gunung Menoreh di bagian utara,
Gunung Gajah yang berada di bagian tengah pegunungan, dan Gunung Ijo
yang berada di bagian selatan Pegunugan Kulon Progo.

37
3) Formasi Jonggrangan
Tersusun oleh konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan dengan
kandungan Moluska serta batulempung dan sisipan lignit di bagian bawah.
Di bagian atas komposisinya batu gamping berlapis dan batugamping
koral. Ketebalan lapisan ini antara 250-400 berumur miosen bawah-tengah
dan terletak secara tidak selaras di atas formasi Kebo Butak.
4) Formasi Sentolo

Litologi penyusun formasi ini terdiri dari Aglomerat dan Napal yang
berada di bagian paling bawah, semakin ke atas berubah menjadi
Batugamping berlapis dengan fasies neritik. Di sini juga ditemukan
batugamping koral yang letaknya setempat dengan umur sama dengan
formasi jonggrangan. Berdasarkan pengamatan fosil Globigerina insueta
yang dijumpai di bagian bawah menunjukkan umur yang mewakili zona
N8 atau Miosen Bawah oleh Darwin Kadar (1975, vide Wartono Rahardjo,
dkk, 1977)

5) Endapan Aluvial dan Gugus Pasir


Tersusun oleh kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang
besar dan dataran pantai. Aluvial sungainya sendiri berdampingan dengan
aluvial hasil rombakan material vulkanik.
6) Endapan Vulkanik Merapi Tua

Terusun oleh lelehan lava dan breksi anglomerat, andesit dan basalt yang
mengandung olivin. Vulkanik Merapi Tua berdasarkan metode C-14
berumur antara 43590 sampai 2870 sebelum tahun 1950.

7) Endapan Vulkanik Merapi Muda


Tersusun oleh material hasil rombakan endapan merapi Tua berupa
endapan pasir, tufa, dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan
metode C-14 berumur sekitar 1700 sampai 340 sebelum tahun 1950
.

38
Gambar 19 Kolom Stratigrafi Kulon Progo

39
2.5. Struktur Geologi

Seperti yang sudah dibahas pada geomorfologi regional, pegunungan


Kulon Progo oleh Van Bemmelen (1949, hal.596) dilukiskan sebagai kubah besar
memanjang ke arah barat daya-timur laut, sepanjang 32 km, dan melebar kea rah
ternggara-barat laut, selebar 15-20 km. Pada kaki-kaki pegunungan di sekekliling
kubah tersebut banyak dijumpai sesar-sesar yang membentuk pola radial.

Gambar 20 Skema blok diagram dome pegunungan Kulon Progo, yang


digambarkan Van Bemmelen (1945, hal.596)

Pada kaki selatan gunung Menoreh dijumpai adanya sinklinal dan sebuah
sesar dengan arah barat-timur, yang memisahkan gunung Menoreh dengan
gunung ijo serta pada sekitar zona sesar. Dari uraian di atas terlihat stratigrafi
daerah Pegunungan Kulon Progo, baik itu perbedaan hubungan stratigrafis antara
formasi, maupun perbedaan umur dari masing-masing formasi. Ini disebabkan
oleh adanya perbedaan data fosil yang digunakan untuk penentuan umur, karena
sebagian ahli mempergunakan fosil Moluska dan Foraminifera besar sebagai
dasar penelitian, sedangkan ahli lain mempergunakan Foraminifera kecil
plantonik sebagai penelitian. Tidak lengkapnya data merupakan penyebab utama
adanya perbedaan tersebut. Untuk lebih jelasnya perbedaan tentang susunan
stratigrafi di daerah pegunungan Kulon Progo tersebut.

Struktur Geologi Pegunungan Serayu Selatan


Menurut Sujanto dan Roskamil (1975), tektonik daerah Jawa Tengah bagian
selatan dipengaruhi oleh adanya zona penunjaman yang terletak di bagian selatan
Pulau Jawa.Samodra (1981) mengemukakan bahwa struktur yang berkembang di

40
Jawa Tengah mempunyai pola dengan arah Timurlaut – Baratdaya, struktur ini
berasosiasi dengan Pegunungan Meratus di Kalimantan. Prihatmoko dkk., (2002)
mengemukakan di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi
menjadi 5 struktur utama, yaitu: Citandui, Pati, Yogyakarta, Baribis dan Kendeng.
Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh lembah
Progo, dibagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah.
Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan
Pegunungan Serayu.
Inti dari dome ini terdiri dari 3 gunung api Andesit tua yang sekarang telah
tererosi cukup dalam, sehingga dibeberapa bagian bekas dapur magmanya telah
tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut,
merupakan gunung api tertua yang menghasilkan Andesit hiperstein augit basaltic.
Gunung api yang kemudian terbentuk yaitu gunung api Ijo yang terletak di bagian
selatan. Kegiatan gunung api Ijo ini menghasilkan Andesit piroksen basaltic,
kemudian Andesit augit hornblende, sedang pada tahapterakhir adalh intrusi Dasit
pada bagian inti. Setelah kegiatan gunung Gajah berhenti dan mengalami
denudasi, di bagian utara mulai terbentuk gunung Menoreh, yang merupakan
gunung terakhir pada komplek pegunungan Kulon Progo. Kegiatan gunung
Menoreh mula-mula menghasilkan Andesit augit hornblen, kemudian dihasilkan
Dasit dan yang terakhir yaitu Andesit.
Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak
yang datar ini dikenal sebagai “Jonggrangan Platoe“ yang tertutup oleh
batugamping koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi “kars“.
Topografi ini dijumpai di sekitar desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah
tersebut dikenal sebagai Formasi Jonggrangan.
Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949, hal 601) mengatakan
bahwa sisi utara dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh
gawir-gawir sehingga di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun
di bawah alluvial Magelang. Seperti yang sudah dibahas pada geomorfologi
regional, pegunungan Kulon Progo oleh Van Bemmelen (1949, hal.596)
dilukiskan sebagai kubah besar memanjang ke arah barat daya-timur laut,
sepanjang 32 km, dan melebar kea rah ternggara-barat laut, selebar 15-20 km.

41
BAB III
METODE
3.1 Metode sampling dan Langkah kerja
Metode sampling

Adalah pengambilan contoh batuan di lapangan untuk dilakukan analisa


lebih lanjut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
sampel di lapangan.
1) Jenis Batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi
halus. Namun perlu diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat
dijumpai pada batuan-batuan tertentu. Kesalahan pengambilan sampel
mengakibatkan tidak dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil
foraminifera kecil dapat dijumpai pada batuan: Napal, kalsilutit,
kalkarenit halus, batupasir karbonatan halus. Fosil Foraminifera besar,
dapat dijumpai pada Kalkarenit, dan Boundstone. Fosil spora dan
pollen dapat diambil pada batupasir halus – batulempung dan batuan
yang sedikit mengandung karbonat.

2) Metode Sampling
A. Spot Sampling:
Pengambilan sampel dengan interval tertentu. Baik untuk penampang
yang tebal, dengan litologi yang seragam. Semakin pendek interval
semakin baik.
B. Channel Sampling:
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m).
Biasanya dilakukan pada litologi yang bervariasi atau pada perselingan
yang cepat. Sampel diambil pada setiap perubahan unit litologi.

3) Kualitas Sampel
Bersih: Harus terhindar dari lapisan pengotor, terutama pollen atau
serbuk sari tumbuh-tumbuhan sekarang.

42
Representatif dan komplit: Harus jelas posisi stratigrafinya, sebagai
sisipan atau perlapisan batuan.
Pasti: Catat beberapa hal yang penting mengenai sampel, misal: nomor
sampel, jenis batuan, nomor lokasi pengamatan, peruntukan sampel

4) Kuantitas Sampel
Untuk sampel foraminifera, kebutuhan sampel berkisar 10 cm3.
Untuk sampel nannoplangton kebutuhan berkisar 1 cm3
Untuk sampel Spora dan Pollen 5 cm3

5) Jenis sampel
Sampel permukaan adalah sampel yang diambil pada suatu singkapan.
Sampel yang baik adalah yang diketahui posisi stratigrafinya terhadap
singkapan yang lain, namun terkadang pada pengambilan sampel yang
acak baru diketahui sesudah dilakukan analisa umur. Sampel
permukaan sebaiknya diambil dengan penggalian sedalam > 30 cm
atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).
Sampel pemboran diambil berdasarkan pemboran coring. Pada sampel
pemboran diperlukan kehati-hatian dalam determinasi, karena dapat
tercampur dengan fosil-fosil jatuhan dari atas.

3.2 Metode preparasi dan langkah kerja


Metode preparasi
1. Preparasi
Adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya.
Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang berbeda
Foraminifera Kecil dan Ostracoda
Menggunakan metode residu, digunakan pada batuan sedimen fraksi halus
seperti: batulempung, serpih, batulanau, batupasir gampingan, dan
batugamping klastik halus
1. Ambil + 100 – 300 gram sedimen kering.

43
2. Jika keras atau agak keras ditumbuk pelan-pelan dengan alu
besi/porselen.
3. Larutkan sedimen tersebut dengan H2O2 (10-15%) agar mikrofosil
terpisah dari matrik pengikatnya.
4. Tunggu 2-5 jam sampai tidak ada reaksi lagi.
5. Cuci dengan air deras di atas saringan berukuran 30 – 80 – 100
mesh.
6. Ambil dan keringkan residu yang tertinggal pada saringan 80 dan
100 mesh dengan menggunakan oven (+ 60OC).
7. Setelah kering masukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label
sesuai nomor sampel yang dipreparasi
8. Sampel siap di observasi dan determinasi

Foraminifera Besar
Biasanya dijumpai pada batugamping/batugamping pasiran yang
mempunyai kekerasan tinggi, sehingga perlu dilakukan dengan sayatan
tipis. Selain itu Foraminifera pengenalan kamar-kamarnya menjadi
penentu dalam penamaan. Dan hanya dapat diamati dengan metode
sayatan tipis.
1. Contoh batuan disayat dahulu dengan mesin penyayat/gerinda.
Arah sayatan harus memotong struktur tubuh foraminifera besar.
2. Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut
ditipiskan pada kedua sisinya.
3. Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan
bahan abrasif (karborondum) dan air.
4. Tempel sisi tersebut pada objektif gelas (standard international 43
x 30 mm) dengan mempergunakan kanada balsam.
5. Tipiskan lagi sisi lainnya sehingga ketebalan contoh tersebut antara
0,30-0,50 mm.
6. Tutup sisi lainnya dengan cover glass dan beri label.
7. Sampel siap dideterminasi.

44
2. Observasi
Merupakan pengamatan morfologi detil dari mikrofosil. Pengamatan
mempergunakan mikroskop, yang jenis mikroskopnya tergantung pada
metode preparasinya. Jenis-jenis mikroskopnya adalah : Binokuler,
Polarisasi, dan S.E.M (Scanning Microscope Electron).
3. Determinasi

Beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah:


 Deskripsi dan Ilustrasi
Deskripsi sangat penting, karena merupakan dasar untuk mengambil
keputusan tentang penamaan mikrofosil. Pembuatan ilustrasi atau gambar
yang baik harus dapat menjelaskan sifat-sifat khas tertentu, dan harus
dilengkapi dengan skala atau jumlah perbesarannya.
 Penamaan
Beberapa kesepakatan resmi yang harus digunakan dalam penamaan
adalah:
Penamaan menggunakan penamaan berganda/binomial., Contoh:
Globigerina bulloides d’ORBIGNY, 1826
 il sulit diketahui nama spesiesnya, maka dapat dibantu dengan
menggunakan beberapa istilah seperti:
 cf. (confer), digunakan untuk membandingkan/ menyamakan dengan
spesies yang mirip, namun ada sedikit perbedaan (keraguan).
 aff. (affinis) digunakan bilamana fosil yang diamati memiliki kemiripan
dan hubungan yang dekat dengan spesies tertentu.
 sp. (species) dan spp. Digunakan untuk spesies yang belum diketahui
namanya.
 n.sp. (nouvelle species), digunakan untuk spesies terbaru, yang pertama
kali dipublikasikan.
 var. (varietas) untuk membedakan satu subspesies dengan subspesies
dalam spesies yang sama.

45
Gambar21 Diagram Alir Metode Penelitian

46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Analisis
A. MS

47
B. B.Deskripsi Litologi Batuan
Bottom 1a

Dijumpai batuan dengan warna abu kekuningan, yang memiliki tekstur meliputi
ukuran butir pasir sangat halus, kemas tertutup, sortasi baik dan bentuk butir sub-
rounded, serta memiliki struktur sedimen yang Nampak perlapisan dengan
komposisi yang teramati secara megaskopis adalah mineral kuarsa, lithic/pecahan
batuan dan memiliki kandungan mineral karbonat karena bereaksi dengan HCL.
Nama batuan: batu pasir karbonatan

Bottom 1b

Dijumpai batuan dengan warna abu kekuningan yang memiliki tekstur melliputi
ukuran butir pasir sangat halus, kemas tertutup, sortasi baik dan bentuk bentuk
butir sub-rounded struktur sedimen yang di miliki perlapisan dengan komposisi
mineral kuarsa, lithic dan mineral karbonat. Nama batuan: batu pasir karbonatan.

Middle 2

48
Dijumpai batuan dengan warna coklat kekuningan yang memiliki tekstur meliputi
ukuran butir halus – lanau (skala wentworth), kemas tertutup, sortasi baik, dan
struktur sedimen yang teramati di lapangan yaitu perlapisan dan memiliki
komposisi mineral berupa mineral lempung dan mineral karbonat. Ciri khusus
bereaksi dengan HCL. Nama batuan : batuan karbonatan

Middle 3

Batuan pada lapisan tengah sample 3 memiliki warna coklat kekuningan dengan
tekstur meliputi ukuran butir halus – lanau (skala wentworth) kemas tertutup,
sortasi baik, serta struktur sedimen yang teramati yaitu perlapisan. Komposisi
mineral lempung dan mineral karbonat. Nama batuan: batu lanau karbonatan

Middle 4

49
Batuan memeiliki warna abu-abu kecoklatan. Secara stratigrafi masih masuk
dalam lapisan tengah (middle), dari hasil deskripsi batuan memiliki tekstur
meliputi ukuran butir pasir halus, kemas tertutup sortasi baik dan bentuk butir
yang sub rounded. Struktur sedimen perlapisan, komposisi mineral karbonat dan
lithic. Ciri khusus bereaksi dengan HCL. Nama batuan : batu pasir karbonatan.

Top 5

Pada lapisan top (paling atas), diambil 3 sample dimana dari hasil deskripsi,
dijumpai batuan dengan warna kuning kecoklatan, tekstur batuan meliputi ukuran
butir sangat halus, bila dimasukan dalam klasifikasi wentworth termasuk dalam
ukuran butir lempung. Kemas batuan tertutup ( grain supported) sortasi baik dan
memiliki struktur perlapisan, dimana dalam pengamatan teramati bahwa lapisan
berselang seling dengan batupasir haluus namun lapisanya sangat tipis. Komposisi
mineral pada lapisan top didominasi oleh mineral lempung dan mineral karbonat.
Ciri khusus: bereaksi dengan HCL, bersifat plastis dan lengket bila dicampurkan
dengan air. Nama batuan: batu lempung karbonnatan

50
C.Deskripsi Mikrofossil
FORAM PLANKTONIK
Nama : Monica Megita / 410017067

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Globorotalida 4.
Famili :Globorotalidae
Genus :Globorotalia
Spesies :Globorotalia siakensis (LeRoy)

Deskripsi
a. Dinding : gamping hyalin
b. Bentuk Test : memipih/elips
c. Bentuk Kamar : membulat
d. Susunan Kamar : trochospiral / trocoid
e. Jumlah Kamar :5
f. Pertumbuhan Kamar : cepat
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : primer, bentuk bulat sederhana posisi
ekstra umbilical
i. Hiasan : keel
Umur : N3 – N18
Jenis : Foraminifera Planktonik

Nama : Monica Megita / 410017067

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

51
No. Peraga : Keterangan Gambar :
Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Globigerinoidea 4.
Famili : Globigerinoidae
Genus : Globigerinoides
Spesies : Globigerinoides trilobus

Deskripsi
a. Dinding : gamping hyalin
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : membulat
d. Susunan Kamar : trochospiral / polythalamus
e. Jumlah Kamar :3
f. Pertumbuhan Kamar : cepat
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : primer, double aperture
i. Hiasan : punctate
Umur : N9-N18
Jenis : Foraminifera Planktonik

Nama : Monica Megita / 410017067

52
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Globigerinidea 4.
Famili : Globigerinidae
Genus : Orbulina
Spesies : Orbulina universa
Deskripsi
a. Dinding : gamping hyalin
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : membulat
d. Susunan Kamar : monothalamus
e. Jumlah Kamar :1
f. Pertumbuhan Kamar : -
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture :-
i. Hiasan : punctate
Umur : N9-N18 (Blow, 1969)
Jenis : Foraminifera Planktonik

53
Nama : Monica Megita / 410017067

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Globorotalidea 4.
Famili : Globorotalidae
Genus : Globorotalia
Spesies : Globorotalia obesa
Deskripsi
a. Dinding : gamping hyalin
b. Bentuk Test : memipih/elips
c. Bentuk Kamar : membulat
d. Susunan Kamar : trochospiral / trocoid
e. Jumlah Kamar :6
f. Pertumbuhan Kamar : cepat
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : primer, bentuk bulat sederhana, aperture
peripheral
i. Hiasan : keel
Umur : N9-N18 (Blow, 1969)
Jenis : Foraminifera Planktonik

54
Nama : Monica Megita / 410017067

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Globigerinidea 4.
Famili : Globigerinidae
Genus : Orbulina
Spesies : Orbulina bilobata
Deskripsi
j. Dinding : gamping hyalin
k. Bentuk Test : bulat
l. Bentuk Kamar : membulat
m. Susunan Kamar : trochospiral / polythalamus
n. Jumlah Kamar :2
o. Pertumbuhan Kamar : cepat
p. Arah Putaran Kamar : -
q. Aperture :-
r. Hiasan : punctate
Umur : N11-N23 (Blow, 1969)
Jenis : Foraminifera Planktonik

55
Nama : Monica Megita / 410017067

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Globigerinidea 4.
Famili : Globigerinidae
Genus : Globigerinoides
Spesies : Globigerinoides immaturus (Leroy)
Deskripsi
a. Dinding : gamping hyalin
b. Bentuk Test : bulat
c. Bentuk Kamar : membulat
d. Susunan Kamar : trochospiral / polythalamus
e. Jumlah Kamar :4
f. Pertumbuhan Kamar : cepat
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture : primer, double aperture
i. Hiasan : punctate
Umur : N9-N18(Blow, 1969)
Jenis : Foraminifera Planktonik

MUH. PUTRA DWIGUNA

56
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar


Filum : Foraminifera 1.
Klas :Globothalamea
2.
Ordo :Rotaliida 3.
Sub Famili :Globorotalioidea
Famili :Globorotaliidae
Genus :Globorotalia
Spesies :Globorotaliamiocenica
Deskripsi
a. Dinding :Gampingan/porselen
b. Bentuk test :Membulat
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :5
f. Pertumbuhankamar :Bergaradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture :Bulatsederhana
i. Hiasan : Smooth
Umur : N17-N21
Jenis :Plangtonik

MUH. PUTRA DWIGUNA

57
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar


Filum : Foraminifera 1.
Klas :Globothalamae 2.
Ordo : Rotaliidae 3.
Sub Famili :Globorotalioidae
Famili :Globigerinodae
Genus :Globorotalia
Spesies :Globorotaliamargaritae
Deskripsi
a. Dinding :Gampinga/porselen
b. Bentuk test :Membulat
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :4
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar : Dextral
h. Aperture : Multiple
i. Hiasan : Smooth
Umur : N16-N19
Jenis :Plangtonik

MUH. PUTRA DWIGUNA

58
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar


Filum : Foraminifera 1.
Klas :Globothalamae 2.
Ordo :Rotaliidae 3.
Sub Famili :
Famili :
Genus :Globorotalia
Spesies :Globorotaliaplesiotumida
Deskripsi
a. Dinding :Gampingan/hyalin
b. Bentuk test :Membulat
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :4
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture :Bulatsederhana
i. Hiasan : Smooth
Umur : N17-N18
Jenis :Plangtonik

MUH. PUTRA DWIGUNA

59
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar


Filum : Foraminifera 1.
Klas :Globothalamea 2.
Ordo :Rotaliidae 3.
Sub Famili :Globorotalioidae
Famili :Globorotaliidae
Genus :Globorotalia
Spesies :Globorotaliatosensis
Deskripsi
a. Dinding :Gampingan/porselen
b. Bentuk test :Membulat
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :4
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture :Memancar
i. Hiasan : Smooth
Umur : N21-N22
Jenis :Plangtonik

MUH. PUTRA DWIGUNA

60
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar


Filum : Foraminifera 1.
Klas :Globothalamae
2.
Ordo :Rotalidae 3.
Sub Famili :
Famili :
Genus :Globoratalia
Spesies :Globorotaliamenardii
Deskripsi
a. Dinding :Gampinga/porselen
b. Bentuk test :Membulat
c. Bentukkamar :Polythalamus
d. Susunankamar : Uniformed test
e. Jumlahkamar :5
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture : Multiple
i. Hiasan : Smoot
Umur : N13-N23
Jenis :Plangtonik

MUH. PUTRA DWIGUNA

61
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar


Filum : Foraminifera 1.
Klas :Globothalamae
2.
Ordo :Rotaliidae 3.
Sub Famili :Globorotalioidae
Famili :Globorotaliidae
Genus :Globorotalia
Spesies :Globorotaliamulticamerata
Deskripsi
a. Dinding :Gampingan/porselen
b. Bentuk test :Membulat
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :4
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture : Multiple
i. Hiasan : Smooth
Umur : N17-N21
Jenis : Plantonik

62
Rahmat Hidayat / 410017062

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : rotalita
1.
 Ordo : globigerinida
 Sub. Family : 2.
 Famili : globigerinidae
 Genus : orbulina 3.
 Spesies : orbulinabilobata
Deskripsi :
 Dinding : gampingan 5.
 Bentuk test :membulat
 Bentuk kamar :globular
 Susunan kamar :planispiral
 Jumlah kamar :2
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :interiomarginal
 Hiasan :pori
Jenis :plangtonik
Umur :N9-N23

Rahmat Hidayat / 410017062

63
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum :foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : globothalamea
1.
 Ordo : rotalida
 Sub. Family : 2.
 Famili : globorotalidae
 Genus : globorotalia 3.
 Spesies : globorotaliamargaritae
Deskripsi :
 Dinding : gampingan/hyalin 5.
 Bentuk test :elips
 Bentuk kamar :globular
 Susunan kamar :planispiral
 Jumlah kamar :5
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :dextral
 Aperture :interiomarginal
 Hiasan :smoth
Jenis :plangtonik
Umur :N16-N19

Rahmat Hidayat / 410017062

64
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum :Foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : globothalamea
1.
 Ordo : rotalida
 Sub. Family :orbulininae 2.
 Famili : globigerinidae
 Genus : globigerinoides 3.
 Spesies : globigerinoidesimaturus
Deskripsi :
 Dinding : gampingan 5.
 Bentuk test :membulat
 Bentuk kamar :globular
 Susunan kamar :trocospiral
 Jumlah kamar :3
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :interiomarginal
 Hiasan :pori
Jenis :plangtonik
Umur :N4-N23

Rahmat Hidayat / 410017062

65
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : rotalida
1.
 Ordo : globigerinida
 Sub. Family :globorotaliacae 2.
 Famili : globorotalidae
 Genus : globorotalia 3.
 Spesies : globorotaliaexilis
Deskripsi :
 Dinding : gampinganhyalin 5.
 Bentuk test :elips
 Bentuk kamar :globular
 Susunan kamar :planispiral
 Jumlah kamar :5
 Pertumbuhan kamar :lambat
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :interiomarginal
 Hiasan :smoth
Jenis :plngtonik
Umur :N18-N21

1.

Rahmat Hidayat / 410017062

66
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : rotalida
1.
 Ordo : globigerinida
 Sub. Family :globorotaliaceae 2.
 Famili : globoralidae
 Genus : globorotalia 3.
 Spesies : globorotaliapremeneardii
Deskripsi :
 Dinding : gampingan/hyalin 5.
 Bentuk test :elips
 Bentuk kamar :globular
 Susunan kamar :planispiral
 Jumlah kamar :4
 Pertumbuhan kamar :lambat
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :interimarginal
 Hiasan :smoth
Jenis :plangtonik
Umur :N9-N13

Rahmat Hidayat / 410017062

67
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : globothalamea
1.
 Ordo : rotalida
 Sub. Family :orbulininae 2.
 Famili : globigerinidae
 Genus : globigerinoides 3.
 Spesies : globigerinoidesimaturus
Deskripsi :
 Dinding : gampingan 5.
 Bentuk test :membulat
 Bentuk kamar :globular
 Susunan kamar :trocospiral
 Jumlah kamar :3
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :interiomarginal
 Hiasan :pori
Jenis :plangtonik
Umur :N4-N23

ICHRAM NURHIDAYAH

68
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Rotaliidia
Ordo : Globigerinida delage
Sub Famili : Globorotalianae cushman
Famili : Globorotaliidae cushman
Genus : Globoratalia
Spesies : Globoratalia humerosa
Deskripsi
a. Dinding : Porselen
b. Bentuk test : Planispiral
c. Bentuk kamar : uniseral
d. Susunan kamar : polythalamus
e. Jumlah kamar :4
f. Pertumbuhan kamar : lambat
g. Arah putaran kamar: dextral
h. Aperture : virguline
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : Plangtonik

69
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : rotaliidia
Ordo : globigerinida delage
Sub Famili : Globigerinidae carpenter
Famili : Globigerinidae carpender
Genus : Globigerinoides
Spesies

Deskripsi
a. Dinding : aglutin

b. Bentuk test : membulat


c. Bentuk kamar : uniformed tesrt
d. Susunan kamar : bulat
e. Jumlah kamar :3
f. Pertumbuhan kamar : lambat
g. Arah putaran kamar:
h. Aperture : interiormarginal umbilical
i. Hiasan : punctate
Umur :
Jenis : Plangtonik

70
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : rotaliidia
Ordo : Rotaliida
Sub Famili : Globigerininae
Famili : Globigerinidae
Genus : Globigerina
Spesies : Globigerina angiporoides
Deskripsi
a. Dinding : Aglutine
b. Bentuk test : membulat
c. Bentuk kamar : uniformed test
d. Susunan kamar : bulat
e. Jumlah kamar :4
f. Pertumbuhan kamar : lambat
g. Arah putaran kamar:
h. Aperture : interiormarginal umbilical
i. Hiasan : punctate
Umur :
Jenis : Plangtonik

71
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Sub Famili : Globigerininae
Famili : Globigerinidae
Genus : Globorotalia
Spesies : Globorotalia menardiii

Deskripsi
a. Dinding : Hyaline
b. Bentuk test : menyudut
c. Bentuk kamar : membulat
d. Susunan kamar : planispiral
e. Jumlah kamar :3
f. Pertumbuhan kamar : lambat
g. Arah putaran kamar: dextral
h. Aperture : interiormarginal umbilical
i. Hiasan : keel
Umur :
Jenis : Plangtonik

72
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Sub Famili : Globigerininae
Famili : Globigerinidae
Genus : Globigerina
Spesies : Globigerina angiporoides

Deskripsi
a. Dinding : Hyaline
b. Bentuk test : bulat
c. Bentuk kamar : globular
d. Susunan kamar : trochospiral
e. Jumlah kamar :4
f. Pertumbuhan kamar: lambat
g. Arah putaran kamar: dextral
h. Aperture : interiormarginal umbilical
i. Hiasan : smooth
Umur : N9-N13
Jenis : Plangtonik

73
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Sub Famili : Globorotalioidea
Famili : Globorotalidae
Genus : Globorotalia
Spesies : Globorotalia menardii
Deskripsi
a. Dinding : Hyaline
b. Bentuk test : rhomboid menyudut
c. Bentuk kamar : membulat
d. Susunan kamar : planispiral
e. Jumlah kamar : >6
f. Pertumbuhan kamar: cepat
g. Arah putaran kamar : dextral
h. Aperture : interiormarginal umbilical
i. Hiasan : keel
Umur : N13-N23
Jenis : Plangtonik

74
FORAM BENTONIK
Monica Megita/410017067
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan
Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Nodosariida 3.
Sub Famili : Nodosariidae 4.
Famili : Nodosariidea
Genus :Dentalina
Spesies : Dentalina sp.
Deskripsi
j. Dinding : cangkang gamping porselen
k. Bentuk Test : tabung memanjang
l. Bentuk Kamar : globular hingga lonjong
m. Susunan Kamar : polythalamus
n. Jumlah Kamar :5
o. Pertumbuhan Kamar : cepat
p. Arah Putaran Kamar : -
q. Aperture : terminal, terletak diujung kamar terakhir
r. Hiasan : costae
Jenis : Foraminifera Bentonik
Lingkungan pengendapan : > 80 meter. >zona neritik luar

75
Monica Megita/410017067
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Ephidiidae 4.
Famili : Ephidiidea
Genus : Ephidiidium
Spesies : Ephidiidium crispum
Deskripsi
a. Dinding : cangkang gamping hyalin
b. Bentuk Test : membulat
c. Bentuk Kamar : globular
d. Susunan Kamar : planispiral polythalamus
e. Jumlah Kamar : >6
f. Pertumbuhan Kamar : cepat
g. Arah Putaran Kamar : sinistral
h. Aperture : on apertural face
i. Hiasan : bridged suture
Jenis : Foraminifera Bentonik
Lingkungan pengendapan : Inner- Middle Neritic

76
Monica Megita/410017067
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Asthorizida 3.
Sub Famili : Bathysiphoninae 4.
Famili : Bathysiphonidea
Genus : Bathysiphon
Spesies : Bathysiphon sp.
Deskripsi
a. Dinding : cangkang gamping porselen
b. Bentuk Test : tabung
c. Bentuk Kamar : memanjang
d. Susunan Kamar : monothalamus
e. Jumlah Kamar :1
f. Pertumbuhan Kamar :-
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture : terminal
i. Hiasan : smooth
Jenis : Foraminifera Bentonik
Lingkungan pengendapan : Middle – Outer Neritic

77
Monica Megita/410017067
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Nodosariida 3.
Sub Famili : Nodosariidae 4.
Famili : Nodosariidea
Genus : Nodosariida
Spesies : Nodosariida radikula
Deskripsi
a. Dinding : cangkang gamping porselen
b. Bentuk Test : tabung memanjang
c. Bentuk Kamar : globular hingga lonjong
d. Susunan Kamar : polythalamus
e. Jumlah Kamar :7
f. Pertumbuhan Kamar : cepat
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture : terminal, terletak diujung kamar terakhir
i. Hiasan : costae
Jenis : Foraminifera Bentonik
Lingkungan pengendapan : 80 – 200 meter , Neritik Luar

78
Monica Megita/410017067
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Bolivinitida 3.
Sub Famili : Bolivinidea 4.
Famili : Bolivinidae
Genus : Bolivina
Spesies : Bolivina sp.
Deskripsi
s. Dinding : gamping porselen
t. Bentuk Test : bulat
u. Bentuk Kamar : membulat
v. Susunan Kamar : Terputar, polythalamus, Biserial
w. Jumlah Kamar : >5
x. Pertumbuhan Kamar : cepat
y. Arah Putaran Kamar : -
z. Aperture :-
aa. Hiasan : smooth
Jenis : Foraminifera Bentonik
Lingkungan pengendapan : >200 meter, Zona Bathyal atas

79
Monica Megita/410017067
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal Pandangan Samping

No. Peraga : Keterangan Gambar :


Filum : Protozoa 1.
Klas : Foraminifera 2.
Ordo : Rotalida 3.
Sub Famili : Fusulinida 4.
Famili : Erlaniidae
Genus : Erlandia
Spesies : Erlandia perpava
Deskripsi
a. Dinding : cangkang gamping kompleks
b. Bentuk Test : tabung memanjang
c. Bentuk Kamar : memanjang
d. Susunan Kamar : monothalamus
e. Jumlah Kamar :1
f. Pertumbuhan Kamar : -
g. Arah Putaran Kamar : -
h. Aperture : terminal, terletak diujung kamar terakhir
i. Hiasan : costae
Jenis : Foraminifera Bentonik
Lingkungan pengendapan : middle- outer Neritik (Blow, 1967)

80
Rahmat Hidayat / 410017062
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum :foraminiferaa KeteranganGambar :
 Klas : tubothalamea
1.
 Ordo : spirilinida
 Sub. Family :usbekisttoninae 2.
 Famili : ammodiscidae
 Genus : turitellela 3.
 Spesies : turitellelashoneana
Deskripsi :
 Dinding : cangkanggampingan 5.
 Bentuk test :tabular
 Bentuk kamar :bulat
 Susunan kamar :terputar,polithalamus,uniserial
 Jumlah kamar :8
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :
 Aperture :
 Hiasan :smoth
Jenis :bentonik
LingkunganPengendapan :

81
Rahmat Hidayat / 410017062
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : nodosariata
1.
 Ordo : nodosarida
 Sub. Family : 2.
 Famili :nodosaridea
 Genus : dentalina 3.
 Spesies : antenula
Deskripsi :
 Dinding : gampingan/hyalin 5.
 Bentuk test :
 Bentuk kamar :uniformed test
 Susunan kamar :polithalamus
 Jumlah kamar :3
 Pertumbuhan kamar :lambat
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :
 Hiasan :smoth
Jenis :bentonik
LingkunganPengendapan :

82
Rahmat Hidayat / 410017062
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : forminifera KeteranganGambar :
 Klas : globothalamea
1.
 Ordo : rotalida
 Sub. Family :bolivinitidae 2.
 Famili : prabrizanhinae
 Genus : euloxtomun 3.
 Spesies : euloxstomonbradyi
Deskripsi :
 Dinding : gampingan/hyalin 5.
 Bentuk test :tabular
 Bentuk kamar :uniformed test
 Susunan kamar :polithalamus
 Jumlah kamar :5
 Pertumbuhan kamar :
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :
 Hiasan :smoth
Jenis :bentonik
LingkunganPengendapan :

83
Rahmat Hidayat / 410017062
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : nodosariata
1.
 Ordo : nodosarida
 Sub. Family : 2.
 Famili : nodosaridea
 Genus : dentalina 3.
 Spesies : antenula
Deskripsi :
 Dinding : gampingan/hyalin 5.
 Bentuk test :
 Bentuk kamar :uniformed test
 Susunan kamar :polithalamus
 Jumlah kamar :4
 Pertumbuhan kamar :lambat
 Arah putaran kamar :sinistral
 Aperture :
 Hiasan :smoth
Jenis :bentonik
LingkunganPengendapan :

84
Rahmat Hidayat / 410017062
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : astrorhizata
1.
 Ordo : astrorhizida
 Sub. Family : 2.
 Famili :bathysiponidae
 Genus : bathysipon 3.
 Spesies :
Deskripsi :
 Dinding : gampinghyalin 5.
 Bentuk test :tabung
 Bentuk kamar :uniserial
 Susunan kamar :monothalamus
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :cepat
 Arah putaran kamar :
 Aperture :phialin
 Hiasan :
Jenis :bentonik
LingkunganPengendapan :

85
Rahmat Hidayat / 410017062
Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi
 Filum : foraminifera KeteranganGambar :
 Klas : rotaliata
1.
 Ordo : fusulinida
 Sub. Family :eariandidae 2.
 Famili : earindidae
 Genus : eariandia 3.
 Spesies : eariandiaperpaua
Deskripsi :
 Dinding : gampinghyalin 5.
 Bentuk test :tabung
 Bentuk kamar :uniserial
 Susunan kamar :monothalamus
 Jumlah kamar :
 Pertumbuhan kamar :cepat
 Arah putaran kamar :
 Aperture :phialine
 Hiasan :smoth
Jenis :bentonik
LingkunganPengendapan :

86
MUH. PUTA DWIGUNA

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar

Filum : Foraminifera 1.

Klas :Tubothalamea 2.

Ordo :Spirillinida 3.

Sub Famili :Usbekistanninae

Famili :Ammodiscidae

Genus :Turritellella

Spesies :Turritellellashoneana

Deskripsi

a. Dinding :Gampingan/hyalin
b. Bentuk test : Tabular
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :6
f. Pertumbuhankamar :Cepat
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture :Bulatsederhana
i. Hiasan : Smooth
LingkunganPengendapan :Neritik Middle-Neritik Lower

Jenis :Benthonik

87
MUH. PUTA DWIGUNA

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar

Filum : Foraminifera 1.

Klas :Incertaesedis 2.

Ordo :Lagenida 3.

Sub Famili :Nodosarioidae

Famili :Nodosariidae

Genus :Dentalina

Spesies :Dentalinaacuta

Deskripsi

a. Dinding :Gampingan/hyalin
b. Bentuk test : Tabular
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Monothalamus
e. Jumlahkamar :3
f. Pertumbuhankamar :Lambat
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture :Phalinae
i. Hiasan : Costae
LingkunganPengendapan :Neritik Middle-Neritik Lower

Jenis :Benthonik

88
MUH. PUTA DWIGUNA

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar

Filum : Foraminifera 1.

Klas :Globothalamae 2.

Ordo :Ratiliida 3.

Sub Famili :Bolivinitidae

Famili :Parabbrizalininae

Genus :Enloxostomum

Spesies :Euloxostomumbradyi

Deskripsi

a. Dinding :Gampingan/hyalin
b. Bentuk test : Tabular
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :5
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture : Slit like
i. Hiasan : Smooth
LingkunganPengendapan :Bathyal Upper-Bathyal Lower

Jenis :Benthonik

89
MUH. PUTA DWIGUNA

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar

Filum : Foraminifera 1.

Klas : Incertaesedis 2.

Ordo :Lagenida 3.

Sub Famili :Nodosarioidae

Famili :Glandulonodosariidae

Genus :Orthomorphina

Spesies :Orthomorphinahimerensis

Deskripsi

a. Dinding :Gampingan/hyalin
b. Bentuk test : Tabular
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :4
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture :Phalinae
i. Hiasan : Costae
LingkunganPengendapan :Neritik Middle-Neritik Lower

Jenis :Benthonik

90
MUH. PUTA DWIGUNA

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar

Filum : Foraminifera 1.

Klas : Nodosariata 2.

Ordo :Nodosariida 3.

Sub Famili :

Famili :Nodosaridae

Genus : Nodosaria

Spesies : Nodosariafilifarmis

Deskripsi

a. Dinding :Gampingan/hyalin
b. Bentuk test : Tabular
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :4
f. Pertumbuhankamar :Bergradasi
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture : Terminal
i. Hiasan : Costae
LingkunganPengendapan :Neritik Upper-Bathyal Middle

Jenis :Benthonik

91
MUH. PUTA DWIGUNA

Pandangan Ventral Pandangan Dorsal PandanganSamping

Taksonomi Ket. Gambar

Filum : Foraminifera 1.

Klas : Globothalamea 2.

Ordo : Lituolida 3.

Sub Famili : Hoemosinidae

Famili : Reohapcidae

Genus : Leptohalysis

Spesies : Leptohalysiscatela

Deskripsi

a. Dinding : Gampinga/hyalin
b. Bentuk test : Tabular
c. Bentukkamar : Uniformed test
d. Susunankamar :Polythalamus
e. Jumlahkamar :3
f. Pertumbuhankamar :Lambat
g. Arahputarankamar :Sinistral
h. Aperture : Terminal
i. Hiasan : Costae
LingkunganPengendapan :Neritik Middle-Bathyal Upper

Jenis :Benthonik

92
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : rotalidia
Ordo : rotaliida delage
Sub Famili : rotalideanae chrenberg
Famili : caleirinidae shwager
Genus : calcarina d’orbigny
Spesies : nodosaria nepidula
Deskripsi
a. Dinding : aglutin
b. Bentuk test : prismatik
c. Bentuk kamar : unisserial
d. Susunan kamar : polythalamus
e. Jumlah kamar :7
f. Pertumbuhan kamar : cepat
g. Arah putaran kamar :-
h. Aperture : bulat sederhana
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : Bentonik

93
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : retaria
Klas : rotaliata
Ordo : fusulinida
Sub Famili : earlandidae
Famili : earlandidae
Genus : earlandia
Spesies : nodosaria acuminata
Deskripsi
a. Dinding : hyalin
b. Bentuk test : tabung
c. Bentuk kamar : uniserial
d. Susunan kamar : monothalamus
e. Jumlah kamar :
f. Pertumbuhan kamar :
g. Arah putaran kamar :-
h. Aperture : phyaline
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : Bentonik

94
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Retaria
Klas : rotaliata
Ordo : bolivinitida
Sub Famili : Bolivinidae
Famili : Bolivinitidae
Genus : euloxostoma
Spesies : mucronina subtetragona
Deskripsi
a. Dinding : hyaline
b. Bentuk test : bulat
c. Bentuk kamar : biserial
d. Susunan kamar : terputar
e. Jumlah kamar :7
f. Pertumbuhan kamar : cepat
g. Arah putaran kamar: -
h. Aperture : slit like
i. Hiasan : keel
Umur :
Jenis : Bentonik

95
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Globothalamea
Ordo : Textularida
Sub Famili : Siphotextularinae
Famili : Textularidae
Genus : Sipholextularia
Spesies : Sipholextularia Bolivina
Deskripsi
a. Dinding : hyaline
b. Bentuk test : prismatik
c. Bentuk kamar : ellips
d. Susunan kamar : polythalamus
e. Jumlah kamar : >6
f. Pertumbuhan kamar : cepat
g. Arah putaran kamar :-
h. Aperture : bentuk bulat ; posisi terminal ; sifat primer
i. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : Bentonik

96
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Globothalamea
Ordo : Rotaliida
Sub Famili : Siphogenerinoidinae
Famili : Siphogenerinoidae
Genus : Rectobolivina
Spesies : Rectobolivina Parvula
Deskripsi
a. Dinding : hyaline
j. Bentuk test : prismatik
k. Bentuk kamar : rhomboid menyudut
l. Susunan kamar : polythalamus
m. Jumlah kamar :6
n. Pertumbuhan kamar : cepat
o. Arah putaran kamar :-
p. Aperture : bentuk bulat ; posisi terminal ; sifat
primer
q. Hiasan : smooth
Umur :

97
ICHRAM NURHIDAYAH
Taksonomi
Filum : Foraminifera
Klas : Foraminifera Incertae sedis
Ordo :Lagenida
Sub Famili : Nodosarioidea
Famili : Plectofrondiculariidae
Genus : Plectofrondicularia
Spesies : Plectofrondicularia fyfei
Deskripsi
b. Dinding : hyaline
r. Bentuk test : prismatik
s. Bentuk kamar : rhomboid menyudut
t. Susunan kamar : polythalamus
u. Jumlah kamar :5
v. Pertumbuhan kamar : lambat
w. Arah putaran kamar :-
x. Aperture : bentuk bulat ; posisi terminal ; sifat
primer
y. Hiasan : smooth
Umur :
Jenis : Bentonik

98
d.Analisa Penarikan Umur
1. Monica Megita

TOP : N11 -18

2. Icrham Nurhidayah / 41017067

FOSIL N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20 N21 N22 N23
Globorotalia
menardii
Globigerina
trilobu

Globorotalia
mayeri
Globigerina
trilobus

Globorotalia
Multicamerata
Globigerina
angiporoides

MIDDLE : N17-23

3. Rahmat Hidayat / 410017062

MIDDLE : N16 -19

99
4. Muh. Putra Dwiguna / 410017064

N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N2O N21 N22 N23

GloborotaliaM
iocenica
GloborotaliaM
argaritae
GloborotaliaPl
esiotumida
GloborotaliaTo
saensis
GloborotaliaM
enardii
GloborotaliaM
ulticamerata

BOTTOM : N15 – N17

NAMA
UMUR
PENGANALISIS
MONICA TOP N11 - N18 N17 - N18

ICHRAM MIDDLE N17 - N23 N17 - N18

RAHMAT MIDDLE N16 - N19 N16 - N18

PUTRA BOTTOM N15 - N17 N15 - N17

100
e.Analisis Lingkungan Pengendapan

Monica Megita/410017067
TOP 7

Ichram Nurhidayah
MIDDLE 4

101
Rahmat Hidayat / 410017062

MIDDLE 3

Muh. Putra Dwiguna / 410017064


BOTTOM 2
Benthonik

Turritellellashonea
na

Earlandiaperpava

Euloxostomumbra
dyi

Orthomorphinahim
erensis

Nodosariafilifarmi
s

Leptohalysiscatela

Upp Middl Low Upp Middl Low


Transi er e er er e er Abyss
Paleobathimetry
si al
Neritik Bathyal

102
Rahmat Hidayat / 410017062

MIDDLE 3

Ichram Nurhidayah
MIDDLE 4

103
4.2 Pembahasan

104
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Ucapan Terimakasih

105
Daftar Pustaka

Hartono, H. G., & Pambudi, S. (2017, January). Gunung Api Purba Mujil,
Kulonprogo, Yogyakarta: Suatu Bukti Dan Pemikiran. In Prosiding
Seminar Nasional ReTII.
Maryanto, S. (2015). Perkembangan Sedimentologi Batugamping Berdasarkan
Data Petrografi pada Formasi Sentolo di Sepanjang Lintasan Pengasih,
Kulonprogo. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 16(3), 129-139
Nuraini, S. (2019). FENOMENA HARD GROUND PADA BATU LEMPUNG
KAYA GAMPINGAN FORMASI NANGGULAN, DI SUNGAI
WATUPURU, PEGUNUNGAN KULON PROGO, YOGYAKARTA.
KURVATEK, 4(1), 95-102.
Pandita, H., Pambudi, S., Winarti, (2006). Kajian Biostratigrafi dan Fasies
Formasi Sentolo Daerah Guluhrejo Untuk Identifikasi Keberadaan Sesar
Progo. Oral Presentation
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, & Rosidi, H.M.S. 1977.Peta Geologi Lembar
Yogyakarta skala 1 : 100.000. Direktorat Geologi, Bandung.
Van Bemmelen, R.W, 1949, The Geology of Indonesia, Vol IA, Government
Printing Office, hal. 28-29, 102-106, 595-602
Widagdo, A., Pramumijoyo, S., & Harijoko, A. (2016, October). Kajian
Pendahuluan Kontrol Struktur Geologi Terhadap Sebaran Batuan-Batuan
Di Daerah Pegunungan Kulonprogo-Yogyakarta. In PROCEEDING,
SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU
KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER
2016; GRHA SABHA PRAMANA. DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FT UGM.
Wiloso, D. A. (2017). ANALISIS PETROGRAFI BATUGAMPING FORMASI
SENTOLO SEBAGAI BATUAN RESERVOIR HIDROKARBON
DAERAH KARANGSARI, KECAMATAN PENGASIH,
KABUPATEN KULONPROGO. Jurnal Teknologi Technoscientia,
10(2), 176-185.
Pandita, H., 2010, Biostratigrafi Kuantitatif
Foraminifera Pada Formasi Sentolo,
Prosiding Seminar Nasional Kopertis
Wil. V, Yogyakarta.

106

Anda mungkin juga menyukai