Adis
Adis
BIDANG KEGIATAN
Diusulkan oleh :
MALANG
2017
A. Identitas Diri
S-1 S-2
Nama Perguruan Universitas Brawijaya Kasetsart University of
Tinggi Malang Thailand
Bidang Ilmu Keperawatan Nursing
Tahun Masuk-Lulus 2005-2007 2011 – 2013
Judul Hubungan obesitas dengan The Experiences of
Skripsi/Tesis/Disertasi perkembangan motorik Volunteers aiming to
pada anak usia 4-24 bulan encourage street children
di Puskesmas
to undertake a VCT as
Pandanwangi Malang
HIV/ AIDS prevention
Nama 1. Dr. Tin Hidayati, M.Si Dr. Anchaleeporn
Pembimbing/Promotor 2. Ahmad Fathoni, Amatayakul, R.N., PhD
S.Kep.Ns
Dr. Prangthip Thasanoah
Elter, R.N. PhD
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Pengusul,
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : nur lailatul masruroh,S.kep.Ns.MNS
b. NIDN :0722107605
c. Alamat Rumah/HP : JL.PJKA 121 RT.04 RW.04 pakis kembar,kec pakis –
kab.malang /082139744600
Menyetujui,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya sehingga
karya tulisini berhasil diselsesaikan .Tema dalam karya tulis ini adalah ‘ Mamfaat rebusan daun
sirih sebagi olahan air minum untuk pengobatan radang tenggorokan’.Penulisan karya tulis ini
bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikkiran mengenai pengbangunan difebel sport
center untuk kaum difebel dengan memanfaatkan energi dan potensi alam tanpa harus merusak
lingkungan dengan konsep arsitektur ekologis yang dapat medukung kondisi kaum difebel dan
memeberikan kenyaman bagi kaum difebel sehingga kaum difable bisa mengebangkan bakat
dalam bidang olahraga melalui Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ( PKM GT).
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua beimbingan ,dukungan ,dan kerjasama dari
semua pihak ,kususnya kepada ibu nur lailatul masruroh,S.kep.Ns.MNS,selaku pembimbing
utama.Penulis menyadari bahwa karya tylis ini masih jauh dari kesempurnaan ,untuk itu saran
dan kritik yang konsruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan dan kemajuan bersama.
Semoga karya tulis ini dan bermanfaat
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….iii
RINGKASAN …………………………………………………………………………………....iv
PENDAHULUAN ………………...……………………………………………………………...1
Latar Belakang…………………………….......………...…………………….…………..1
GAGASAN ……………………………………………………………………………………….2
KESIMPULAN…………………………………………………………………………...………6
LAMPIRAN………………………………………………………………………………………7
SURAT PERNYATAAN.……………………..………………………………………………...10
RINGKASAN
Hak asasi manusia adalah hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh manusia dan
dibawa sejak lahir sebagai anugrah Tuhan. Hak asasi manusia tidak dapat lepas dengan segala
sesuatau yang berhubungan dengan kegiatan menusia dan tidak dapat dipisahkan dai tiap-tiap
orang. Dlam pelaksaannya, negAra juga wajib melindungi hak asasi warganya sebagai manusia
secara individual berdasarkan ketentuan–ketentuan yang ada dengan dibatasi oleh ketentuan
agama,etika moral,dan budaya yang berlaku di Negara Indonesia dan oleh sistem kenegaraan
yang digunakan .Dalam sila kemanusuian yang adil dan beradab , bangsa Indonesia mengakui,
menghargai, dan memebrikan hak yang sama kepada setiap warga negranya untuk menetapkan
Hak Asasi Manusia (HAM) . Membahas masalah HAM, teryata masih banyak warga negra kita
yang hak asasinya terabaikan ,termasuk orang difable yang telantar dan tidak di anggap berguna
oleh masyarakat dan lingkungan .
Secara garis besar di Indonesia kepedulian terhadap kaum difable masih di pandang
sebelah mata, pandangan masyarakat merupakan sebuah ironi. Para kaum difable membutuhkan
bantuan dan respon positif dari masyarakat untuk berkembang, tetapi mereka justru mendapatkan
perlakuan berbeda dari masyarakat. Umumnya masyarakat menghindari kaum difable dari
kehidupan mereka. Alasannya sederhana, karena mereka tidak ingin mendapatkan efek negatif
dari kemunculan kaum difable dalam kehidupan mereka seperti sumber aib, dikucilkan dalam
pergaulan, dan permasalahan lainnya. Secara garis besar, sikap dan pandangan masyarakat
terhadap kaum difable dapat dibedakan menjadi tidak berguna/tidak bermanfaat, dikasihani,
dididik/dilatih, dan adanya persamaan hak.
Pandangan masyarakat terhadap kaum difable juga dibedakan menjadi dua model, yaitu
individual model dan social model. Individual model menganggap jika kecacatan yang dialami
oleh seseorang itu lah yang dianggap sebagai masalahnya. Sedangkan social model menganggap
jika masalahnya bukan terletak pada kecacatan yang dialami oleh seseorang, tapi bagaimana cara
pandang masyarakat yang negatif terhadap kaum difable ini yang menimbulkan masalah.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Fakultas Agama Islam – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Fakultas Hukum – Fakultas Psikologi – Fakultas
Teknik – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Fakultas Pertanian dan
Peternakan – Fakultas Kedokteran – Fakultas Ilmu Kesehatan – Program Pasca Sarjana
Dengan ini menyatakan bahwa usulan (Isi sesuai dengan bidang PKM) saya dengan judul:
Radang tenggorokan ”
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Indonesia memiliki iklim tropis dan perlu adanya desain bangunan yang sesuai dengan
karakter iklim di negara ini. Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan
bermacam-macam keanekaragaman suku, budaya, kepercayaan dan pendapat yang ada di
dalamnya. Dan Indonesia merupakan negara yang menghargai perbedaan pendapat, kepercayaan,
suku, budaya antar manusia. Keanekaragaman itu membuat banyak sekali bentuk aktifitas yang
dilakukan manusia di suatu tempat. Banyaknya aktifitas manusia yang dilakukan perlu adanya
wadah untuk menampung.
Di Indonesia masih kurang dan minim fasilitas untuk menampung aktifitas tersebut maka
terjadi banyak pengembangan dan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas tersebut.
Keterbatasan kemampuan itu terkadang kita melupakan saudara-saudara kita yang memiliki
perbeda kemampuan (difable). Difable merupakan singkatan dari frasa dalam Bahasa Inggris
“Different Ability People”. yang artinya Orang yang memiliki keterbatasan gerak. Terkadang
pengembangan dan pembangunan fasilitas-fasilitas untuk memenui aktifitas itupun tidak
memudahkan dan memikirkan pengguna yang memiliki perbedaan kemampuan (difable). Seperti
taman, tempat olah raga, tempat tempat wisata pun terkadang dibuat tanpa memikirkan aktifitas
untuk kaum difable ini. Salah satunya adalah olah raga, olah raga adalah aktifitas untuk
mengolah jasmani dan ruhani kita yang wajib dilakukan setiap manusia. Tapi fasilitas olah raga
di Indonesia masih minim akan fasilitas olahraga yang memudahkan penguna untuk kaun
difable. Seperti jalan, tangga naik, kamar mandi dan banyak fasilitas umum lain tersebut kadang
di desain hanya dapat di gunakan untuk manusia pada umumnya tanpa memikirkan kepentingan
aktifitas kaum difable. Maka dari itu perlunya pengembangan dan pembangunan di tempat-
tempat publik/umum yang di desain dengan memikirkan aktifitas kaum difable..
Melengkapi kebutuhan dan fasilitas Mendesain bangunan Difable Sport Center untuk
kebutuhan kaum difable dengan memanfaatkan energi dan potensi alam tanpa harus merusak
lingkungan dengan konsep arsitektur ekologis yang dapat medukung kondisi kaum difable dan
memeberikan kenyaman bagi kaum difable sehingga kaum difable bisa mengebangkan bakat
dalam bidang olahraga. Dengan membangun Difable Sport Center yang dibutuhkan oleh atlet
kaum difable dalam mengembangkan bakat di bidang olahraga agar Kaum difable tidak merasa
tersingkir dan terkucil dari masyarakat. Menginspirasi kita dalam mendesain bangunan umum
atau publik dan memikirkan juga aktifitas gerak untuk kaum difable dan sesuai dengan iklim
setempat tanpa harus merusak lingkungan.
2. GAGASAN
Menurut WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, jumlah kaum difable dalam sebuah
negara itu setidaknya sebesar 10% dari total keseluruhan penduduk sebuah negara. Di indonesia
sendiri menurut catatan dari kementerian sosial jumlah kaum difable mencapai 7 juta orang atau
sekitar 3% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 238 juta pada tahun 2011.
Keberadaan kaum difable ini layak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Upaya pemerintah dalam melindungi kehidupan difable sudah tertuang dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang ada. Contohnya adalah perlindungan hukum seperti yang tercantum
dalam UUD 1945, No.4 Tahun 1997 Tentang penyandang cacat, UU No.28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung, dan lainnya. Dengan adanya payung hukum di atas, diharapkan akan tercipta
sebuah tata kehidupan yang dapat mendorong difable untuk turut aktif berpartisipasi dan
mengembangkan potensi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, kesehatan, kesejahteraan sosial,
dan bidang lainnya.
Pada bidang pendidikan, coba lihat beragam kasus yang pernah muncul di media masa
mengenai perlakuan yang tidak adil terhadap kaum difable ini. Kebanyakan difable tidak mampu
mengakses pendidikan yang lebih baik karena mereka minim sekali untuk mendapatkan akses
melakukan hal itu. Misalnya, dari segi persyaratan pendidikan yang diterapkan. Memang pada
bidang pendidikan tertentu yang mengharuskan muridnya tidak boleh cacat karena berkaitan
dengan kinerjanya nanti selama masa pendidikan. Akan tetapi, hal itu bukan lah harus berlaku
secara umum. Harus ada semacam kajian yang baik apakah persyaratan itu benar-benar
dibutuhkan atau tidak. Karena jika penetapan persyaratan ini terkesan asal-asalan, maka hal ini
akan sangat mengancam eksistensi para kaum difabel dalam mendapatkan akses pendidikan yang
layak. Banyak difable tidak dapat bersekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi karena
mereka dianggap cacat fisik yang dianggap tidak dapat mengikuti proses pendidikan dengan
baik. Padahal dalam UU No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dinyatakan bahwa setiap
institusi pendidikan wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang menyediakan
kemudahan bagi para kaum difable dalam mengakses fasilitas pendidikan.
Pada bidang pekerjaan pun juga demikian. Perhatikan bunyi UUD 1945 pasal 27 ayat 1,
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat 2, Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dua ayat tersebut
secara tegas dan jelas memperlihatkan bahwa semua warga negara baik yang normal dan difable
memiliki peluang yang setara dalam memperoleh pekerjaan.
Pada No.4 Tahun 1997 Tentang penyandang cacat juga dinyatakan jika dalam rasio
penerimaan pekerjaan, paling tidak harus ada 1 orang difable yang diterima dari 100 pekerja
yang diterima. Akan tetapi, sama halnya dengan dunia pendidikan jika partisipasi difable dalam
dunia kerja juga kurang akibat adanya perlakuan diskriminasi terhadap mereka. Difable dianggap
sebagai kaum yang tidak mampu dan tidak berdaya guna dalam bekerja. Sehingga difable
diklaim tidak memiliki kinerja dan produktifitas yang mumpuni.
LINGKUP PEMBAHASAN
Agar pembahasan dapat sesuai target yang di kehendaki dan bahasan sesuai dengan apa
yang kita perlukan , untuk itu dalam penelitian ini penulis memberikan batasan yang berkaitan
dengan perancangan Difable Sport Center sebagai berikut:
· gedung olahraga menggunakan konsep Arsitektur Ekologis. kelengkapan fasilitas gerak dan
wadah yang di perlukan sebagai
· pusat olahraga untuk kaum difable pada olahraga. Ditargetkan pembangunan gedung olah raga
yang belum terdapat di kota Solo, dan berbeda dengan ukuran lapangan pada umumnya
diantaranya wadah olahraga tembak, renang, panahan, tenis meja, goal ball, bowling, voli duduk,
wisma atlet.
Adapun hasil keluaran yang ingin dihasilkan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan wadah untuk mempermudah aktifitas para kaum difable agar dapat memakai
fasilitas di tempat umum yang disediakan.
2. Menjadikan masyarakat ikut berfikir bahwa masih ada saudara kita yang membutuhkan
kemudahan untuk melakukan aktifitas dan membutuhkan perhatian dalam mendesain tempat
umum yang mereka juga ingin ikut kunjungi.
3. Sebagai pemicu dan memotifasi kemandirian kaum difable untuk berolahraga dan dapat
menampung penyelenggaraan pesta olahraga bertaraf nasional atau internasional.
1. Mengecam keras tindakan dan perilaku yang tidak manusiawi dari orang orang yang notabene
sebagai mahasiswa.
2. Mengecam segala bentuk cara pandang sosial yang mengarah pada penghinaan, merendahkan
martabat kepada korban.
3. Bagi semua Mahasiswa yang terlibat dan meramaikan perbuatan keji tersebut wajib diberikan
sanksi sosial dan penyadaran tentang Hak Hak Penyandang Difabel.
4. Hukuman sanksi sosial tersebut adalah 5 tahun berturut turut mengikuti kegiatan Penyandang
Difabel, minimal 2 kali setiap bulannya.
5. Menuntut pelaku dan para mahasiswa yang menyaksikan perbuatan keji tersebut untuk
mendapatkan bimbingan dari orangtuanya masing masing dan tidak mengulangi perbuatannya
lagi
6. Pihak kampus agar segera mensosialisasikan cara berinteraksi dengan Penyandang Difable
dengan memperhatikan hak hak Penyandang Difabel sesuai UU No 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Difabel dengan melibatkan organisasi Penyandang Disabilitas.
7. Meminta Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebagai penanggung jawab
keberlangsungan Pendidikan Tinggi segera melakukan evaluasi atas Pendidikan Inklusi yang
tidak memperhatikan hak hak Penyandang Difable di Universitas Guna Dharma dan
mencegahnya agar tidak terulang kembali pada semua Universitas di Indonesia.
8. Kejadian ini harus menjadi perhatian semua lembaga Pendidikan Tinggi tentang pentingnya
mensosialisasikan hak hak Penyandang Difabel kepada seluruh civitas akedemikanya dengan
membuka Layanan Unit Penyandang Difabel dan menyertakan Penyandang Difable dalam setiap
aksinya.
9. Bahwa hak dan kedudukan Penyandang Difable secara konstitusional mempunyai posisi yang
sama baik dimata hukum, masyarakat, lingkungan pendidikan dan pemerintahan.
10. Penyandang Difabel sebagai warga negara yang memiliki kebutuhan khusus, fisik, mental,
intelektual, atau sensorik, akan berhadapan dengan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
partisipasi mereka secara penuh dan efektif dalam masyarakat, dengan berdasarkan pada asas
kesetaraan dengan warga negara pada umumnya. Untuk itu semua pihak mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Difable yang didalamnya
mengandung 3 unsur yaitu tanggung jawab menghormati, tanggung jawab melindungi dan
tanggung jawab memenuhi. Untuk itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk memenuhi
aksesdifable baik fisik maupun non fisik.
Untuk itu beberapa perwakilan dari gerakan ini akan mengadakan Aksi Simpatik pada 17 Juli
2017 Jam 10.00 di Gedung Rektorat Universitas Gunadarma di Jalan Margonda Raya Depok
dengan agenda Audiensi, membacakan pernyataan sikap bersama dan surat keprihatinan dari
setiap organisasi Penyandang Difabel.
Semoga ada hikmah besar dari peristiwa ini, untuk lebih memperhatikan hak hak penyandang
Penyandang Difable. Tentunya pengalaman ini menjadi tahapan sosialisasi terus menerus UU
Penyandang Difable setelah disyahkan, guna memajukan hak hak Penyandang Difable, dan
umumnya membangun kualitas kehidupan yang lebih baik.
3. KESIMPULAN
Hak asasi manusia adalah hak yang paling mendasar yang dimiliki oleh manusia dan
dibawa sejak lahir sebagai anugrah Tuhan. Hak asasi manusia tidak dapat lepas dengan segala
sesuatau yang berhubungan dengan kegiatan menusia dan tidak dapat dipisahkan dai tiap-tiap
orang. Dlam pelaksaannya, negra juga wajib melindungi hak asasi warganya sebagai manusia
secara individual berdasarkan ketentuan–ketentuan yang ada dengan dibatasi oleh ketentuan
agama,etika moral,dan budaya yang berlaku di Negara Indonesia dan oleh sistem kenegaraan
yang digunakan .Dalam sila kemanusuian yang adil dan beradab , bangsa Indonesia mengakui,
menghargai, dan memebrikan hak yang sama kepada setiap warga negranya untuk menetapkan
Hak Asasi Manusia (HAM). Mendesain bangunan Difable Sport Center untuk kebutuhan kaum
difable dengan memanfaatkan energi dan potensi alam tanpa harus merusak lingkungan dengan
konsep arsitektur ekologis yang dapat medukung kondisi kaum difable dan memeberikan
kenyaman bagi kaum difable sehingga kaum difable bisa mengebangkan bakat dalam bidang
olahraga. Dengan membangun Difable Sport Center yang dibutuhkan oleh atlet kaum difable
dalam mengembangkan bakat di bidang olahraga agar Kaum difable tidak merasa tersingkir dan
terkucil dari masyarakat. Menginspirasi kita dalam mendesain bangunan umum atau publik dan
memikirkan juga aktifitas gerak untuk kaum difable dan sesuai dengan iklim setempat tanpa
harus merusak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih, E, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung, Yrama Widya, 2012
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
penyandang Cacat
Santoso, Hargio, Cara Memahami & Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta, Gosyen
Publishing, 2012
Sumaryanto, Upaya Pusat Studi Layanan Difabel dalam Membantu Keberhasilan Belajar
Mahasiswa Tunanetra di UIN Sunan Kalijaga. Skripsi Fakultas Adab : 2010
Hera, El-fatira. 2010. http://Upaya Praksis Pembebasan Difabel dari Diskriminasi.catatank/ blog
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi Sdn bujur timur 3 Smpn 1 pakong Smkn 1 pakong
Jurusan - - tkj
Tahun masuk lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016
Institusi Pemberian
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 Piagam SD 2006/2007
2 Piagam SMP 2012/2013
3
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benardan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi . demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM kewirausahaan.
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDIT SMPIT MAN KOTA
IBADURRAHMAN IBADURRAHMAN BLITAR
Jurusan - - MIPA
Tahun masuk lulus 2005-2011 2011-2014 2014-2017
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benardan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi . demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM gagasan tertulis.
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 2 KOTA SMP 1 KOTA SMA 1 KOTA
BIMA BIMA BIMA
Jurusan - - MIPA
Tahun masuk lulus 2005-2011 2011-2014 2014-2017
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benardan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi . demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM gagasan tertulis.
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi Sdn panggreh 1 Mtsn negeri tlasih Sma negeri 1
porong
Jurusan - - Ipa
Tahun masuk lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benardan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari dijumpai ketidaksesuaian
dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi . demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan PKM gagasan tertulis.
Lampiaran 2. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Dan Pasal – pasal yang berkaitan
dengan Difabel
Pasal 2
Pasal 3
a. mewujudkan Penghormatan, pemajuan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak asasi manusia serta
kebebasan dasar Penyandang Difable secara penuh dan setara;
c. mewujudkan taraf kehidupan Penyandang Difable yang lebih berkualitas, adil, sejahtera lahir
dan batin, mandiri, serta bermartabat;
d. melindungi Penyandang Difable dari penelantaran dan eksploitasi, pelecehan dan segala
tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak asasi manusia; dan
Pasal 26
Hak bebas dari Diskriminasi, penelantaran, penyiksaan, dan eksploitasi untuk Penyandang
Disabilitas meliputi hak:
a. bersosialisasi dan berinteraksi dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara
tanpa rasa takut; dan
b. mendapatkan Pelindungan dari segala bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual.
Pasal 27
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan perencanaan, penyelenggaraan, dan
evaluasi tentang pelaksanaan Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak Penyandang
Difable
(2) Dalam hal efektivitas pelaksanaan Penghormatan, Pelindungan, dan Pemenuhan hak
Penyandang Difable sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib merumuskannya dalam rencana induk.