Anda di halaman 1dari 4

8 Pilar Kesiapsiagaan dan Tanggap

Darurat Covid-19 di Indonesia


Disiapkan oleh: Ridwan Gustiana1

COVID-19 Preparedness and Response in Indonesia


1. Country Level Coordination, Planning and Monitoring
2. Risk Communication and Community Engagement
3. Surveillance, Rapid Response Team, and Case Investigation
4. Point of Entry
5. Laboratories Capacity
6. Infection Prevention and Control
7. Case Management
8. Operational Support and Logistic

1. Country Level Coordination, Planning and Monitoring


Koordinasi, perencanaan, dan monitoring di level nasional sangat penting dilakukan karena
melibatkan berbagai stackholder dari lintas kementrian. Kepres No. 7 tahun 2020 tentang “Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)”, menurut pendapat saya
pribadi, masih tampak terlalu umum dan belum memiliki turunan strategis yang menjabarkan peran
dan tanggung jawab berbagai kementrian terkait. Dalam konteks desentralisasi di Indonesia saat ini,
alur koordinasi dan pembagian kewenangan antara pusat dan daerah juga perlu untuk dipertegas,
sehingga peran, tanggung jawab, dan akuntabilitas setiap level menjadi jelas dan keputusan-
keputusan yang diambil setiap level dapat terkoordinasi. Termasuk di dalamnya adalah
memperhatikan persoalan anggaran dan kapasitas yang dimiliki setiap daerah yang beragam.

2. Risk Communication and Community Engagement


Komunikasi resiko dan pelibatan masyarakat merupakan hal yang kritikal dan sering terabaikan.
Peran aktif masyarakat dalam menghadapi wabah yang menular cepat seperti Covid-19 harus
digalakan, karena itu membutuhkan komunikasi dan edukasi yang efektif bagi seluruh lapisan
masyarakat. Keberhasilan China dalam menekan tingkat penularan Covid-19, menurut hemat saya,
tidak terlepas dari keberhasilan mereka dalam menegakkan pilar ini—meski konteks negara Cina
yang lebih otoriter juga memberi andil terhadap keberhasilan ini. Di Indonesia secar khusus, dan di
negara demokratis lainnya, terjadinya perbedaan pendapat dan distrust terhadap pemerintah
merupakan hal yang tidak terhindarkan. Tanpa komunikasi yang baik maka akan sulit mendapat
dukungan masyarakat, padahal: disease containment of any outbreak need people participation and
engagement, so build it with very good communication strategy.

1
Ridwan Gustiana, pendiri Ibu Foundation. Disclaimer: tulisan ini bersifat pribadi dan tidak merepresentasikan
pendapat organisasi di mana saya bekerja.
3. Surveillance, Rapid Response Team, Case Investigation
Pengawasan, tim respons cepat, dan investigasi kasus yang berkualitas adalah dasar untuk
mengetahui situasi sebenarnya dari perkembangan suatu wabah. Pengawasan atau surveillance
harus sangat sensitif dan tanpa toleransi. Saya tidak akan membahas masalah ini terlalu dalam,
karena akan sangat teknis. Sedikit berkaca ke Korea Selatan dimana surveillance yang berkualitas
menjadi salah satu kunci pengendalian Covid-19 di sana; di mana dalam kurun dua minggu dilakukan
tes terhadap lebih dari 200.000 penduduk, atau sekitar 15.000 orang per hari. Dengan surveilance
yang sensitif maka akan membantu dalam pengambilan keputusan yang berbasis bukti dalam
menerapkan strategy response yang akan dieksekusi tim respon cepat. Transparansi data
surveillance juga penting untuk membangun kepercayaan masyarakat, bahwa pengendalian wabah
yang sedang dihadapi dilakukan dengan strategi yang baik.

Dalam hal ditemukan kasus positif, investigasi kasus harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
seluruh orang yang terpapar bisa dilacak dan diawasi dengan baik serta menyeluruh. Hal ini
dilakukan terhadap semua orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien positif,
untuk kemudian direkomendasikan untuk melakukan self isolation dan masuk dalam kategori yang
tepat sesuai protap yang berlaku. Bila dimungkinkan, mereka juga diambil sampel tesnya.

4. Point of Entry
Pengawasan point of entry atau pintu masuk wabah, sangat kritikal untuk mencegah penyebaran
wabah lintas pulau atau negar. Bila sudah terjadi tranmisi lokal antar pulau, seperti keadaan di
Indonesia sekarang, sebenarnya pengawasan point of entry sudah agak terlambat namun bukan
berarti boleh diabaikan. Pengelolaan point of entry juga sangat membantu untuk mencegah linkage
(lingkaran) baru dalam penyebaran suatu wabah.

Indonesia memiliki pintu masuk dari luar negeri yang sangat banyak dan terbuka. Adalah sangat baik
untuk menutup sementara sebagian pintu masuk tersebut, sehingga lalu lintas manusia bisa lebih
terawasi dengan baik.

5. Laboratories Capacity
Kapasitas laboratorium untuk emerging disease pasti akan mengalami kendala, karena virus baru
umumnya membutuhkan laboratorioum yang khusus dan spesifik. Diversifikasi kapasitas sangat
direkomendasikan untuk memudahkan dan memperpendek alur konfirmasi laboratorium, namun
tentunya hal ini harus disertai dengan alat dan sumber daya yang memadai.

6. Infection Prevention and Control


Pencegahan dan kontrol infeksi penting dilakukan, baik di lingkungan masyarakat maupun di
lingkungan khusus seperti Rumah Sakit. Di masyarakat, pencegahan dan kontrol infeksi Covid-19
dapat dilakukan dengan edukasi social distancing dan menjaga kebersihan tangan setiap waktu.
Namun juga Pemerintah harus memperhatikan dan menjamin ketersediaan barang-barang terkait di
pasaran, seperti sabun cair dan hand-sanitizer, agar tidak menimbulkan kepanikan yang tidak
diperlukan. Pemakaian masker bisa dianjurkan dengan melihat kepadatan kasus dan ketersediaan
suplai barang.
Khusus untuk kelompok yang paling beresiko terkena penularan, yakni para dokter, tenaga
kesehatan, dan relawan. Perlindungan maksimal terhadap mereka harus diutamakan, dengan
memberikan APD (Alat Pelindung Diri, Personal Protection Equipment) yang sesuai standar
kesehatan. Ketersediaan APD dari tingkat Puskesmas hingga Rumah Sakit adalah mutlak, sehingga
para tenaga medis bisa langsung menangani pasien dengan gejala klinis mendukung dan terhindar
dari penularan. Yang jadi masalah adalah supply PPE ini bermasalah di mana mana termasuk globally
karena increase demand dalam waktu singkat. Pemerintah harus bisa bekerja sama dengan pihak
swasta agar bisa memproduksi PPE dengan cepat untuk disebarkan ke semua fasilitas kesehatan
terutama dimana ada kasus. Jangan sampe tenaga kesehatan hanya di lengkapi dengan jas hujan
seperti terlihat di media.

7. Case Management
Manajemen kasus pasien Covid-19 sangat tergantung pada ketersediaan ruang isolated ICU dan
kapasitas bed di wilayah terjadinya wabah. Hingga saat ini belum ada obat spesifik yang bisa
mengobati pasien Covid-19. Dari data yang ada, 80% kasus menderita gejala ringan (mild) dan dapat
sembuh sendiri tanpa penanganan spesifik, namun untuk kasus berat tentu akan membutuhkan
penangangan serius seperti breathing support dengan ventilator.

Dari 132 rumah sakit yang dijadikan rujukan harus bisa diketahui kapasitas masing-masing rumah
sakit dan ketersediaan sarana penunjangnya. Dari sini kita bisa memperkirakan apakah perlu
menambah kapasitas di suatu wilayah, dan berapa jumlahnya.

Case Fatality Rate (CFR) yang tinggi di Italia, menurut dugaan saya, disebabkan karena keterbatasan
akses terhadap ventilator dan peralatan emergensi lainnya untuk kasus-kasus berat. Ini bisa terjadi
di mana saja, termasuk di Indonesia, bila kita tidak berhasil mengontrol penularan dan jumlah kasus
sehingga melampaui kapasitas alat dan ruangan. Untuk mencegah hal itu terjadi, muncul tagline
untuk COVID-19, yakni “flattening the curve”, yang intinya agar penambahan kasus tidak terlalu
tinggi sehingga tidak terjadi overload kapasitas.

8. Operational Support and Logistic


Dukungan operasional dan logistik untuk obat-obatan dan peralatan medis (seperti APD) harus
diperhitungkan dan diintervensi sedemikan rupa untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Dalam
pandemik global seperti yang terjadi sekaran, mengharapkan bantuan dari negara lain tentu sangat
sulit. Karena itu beberapa negara, termasuk China, merubah berbagai industri untuk memproduksi
APD. Bagaimana dengan negara kita?

Bila terjadi lockdown, maka logistik untuk kebutuhan makanan pokok juga harus diperhitungkan dan
dimanaje dengan benar. Hal ini untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat dalam menjalani isolasi.

Tambahan Informasi
Beberapa link yang dipakai acuan saya tempelkan disini.

 Training: https://openwho.org/channels/covid-19
 Data:
o https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740f
d40299423467b48e9ecf6,
o http://graphics.reuters.com/CHINA-HEALTH-MAP/0100B59S39E/index.html
 Protap: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/covid-19-sprp-unct-
guidelines.pdf
 Informasi Covid-10 Nasional:
o https://covid19.kemkes.go.id/
o https://tirto.id/coronavirus-di-indonesia-3-lembaga-jadi-lab-pemeriksaan-covid-19-
eFq5

Anda mungkin juga menyukai