Anda di halaman 1dari 15

Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)

Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017


ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

Kajian Kualitas GCP Menggunakan


Metode Pengukuran RTK dan Rapid Statik GPS

A. SYETIAWAN1, J. OCTARIADY2 dan F. F. CHABIBI3


1,2,3
Badan Informasi Geospasial, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
*
Corresponding author: agungsyetiawan@gmail.com

Abstrak: Pembuatan rencana detail tata ruang (RDTR) menjadi kewajiban setiap pemerintah daerah
untuk digunakan dalam pengelolaan wilayah secara berkelanjutan. Cara cepat untuk membuat peta
rencana detail tata ruang adalah dengan menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT). Dalam
proses ortorektifikasi, Citra Satelit Resolusi Tinggi tersebut membutuh Model Permukaan Digital (MPD)
dan titik kontrol tanah atau Ground Control Point (GCP) dengan ketelitian yang memadai. Penelitian ini
akan mengkaji kualitas proses ortorektifikasi CSRT menggunakan titik GCP hasil pengukuran GPS
metode Real Time Kinematic (RTK) dan rapid statik. Titik-titik tanah (GCP) tersebut tersebar secara
merata di seluruh wilayah Kota Ambon dengan jumlah 19 titik, 8 titik diperlakukan sebagai GCP dan 11
titik sebagai Independent Check Points (ICP). Data citra yang digunakan pada penelitian ini adalah citra
satelit Worldview-3 tahun 2015. Pengolahan data GPS menggunakan tiga skema yaitu menggunakan data
pengamatan 15 menit, 30 menit dan data pengamatan utuh untuk metode rapid statik serta hasil koordinat
metode RTK. Hasil penelitian menunjukkan nilai deviasi pengukuran GPS statik pengamatan 30 menit
dibandingkan dengan pengamatan utuh berkisar antara 0 hingga 4 cm, sementara untuk pengamatan 15
menit berkisar antara 0 hingga 6 cm untuk koordinat Eastingnya. Perbedaan untuk koordinat Northingnya
dengan pengamatan 30 menit berkisar pada 0 hingga 5 cm, sementara untuk pengamatan 15 menit
berkisar pada 4 cm. Hasil lain didapatkan, pengamatan RTK dibandingkan dengan pengamatan penuh
memiliki deviasi berkisar 0 hingga 24 cm untuk koordinat Easting dan deviasi 0 hingga 7 cm untuk
koordinat Northingnya. Nilai koordinat yang tidak jauh berbeda ini mengakibatkan ketelitian citra
terortorektifikasi yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda atau memiliki ketelitian yang sama.
Penggunaan metode RTK dan pengamatan rapid statik menghasilkan koordinat dengan ketelitian yang
memadai sehingga dapat digunakan untuk proses koreksi geometrik CSRT. Efisiensi penentuan titik GCP
dan pemilihan metode pengumpulan data di lapangan yang tepat akan mempercepat proses pembuatan
rencana detail tata ruang. Dengan begitu setiap daerah mampu melaksanakan pembuatan RDTR dengan
cepat dan dengan ketelitian yang memadai untuk kemudian diajukan menjadi sebuah peraturan daerah.

Kata kunci: Ground Control Point, CSRT, Real Time Kinematic, Rapid Static, RDTR

1. PENDAHULUAN daerah untuk digunakan dalam


Undang-Undang Nomor 17 Tahun pengelolaan wilayah secara
2007 tentang Rencana Pembangunan berkelanjutan. Sebagaimana kondisi
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) ketersediaan data dan informasi
2005-2025 menegaskan bahwa aspek geospasial terkini, khususnya Informasi
kewilayahan/spasial harus terintegrasi Geospasial Dasar (IGD) yang berupa
dan menjadi bagian dari kerangka peta rupabumi skala besar belum
perencanaan pembangunan, baik sepenuhnya mencakup seluruh wilayah
nasional maupun daerah. Rencana detail Indonesia. Kondisi ini mendorong
tata ruang kota adalah rencana Pemerintah Daerah mempunyai inisiatif
pemanfaatan ruang kota secara terinci, untuk menyelenggarakan data dan
yang selanjutnya disusun untuk informasi geospasial sesuai
menyiapkan perwujudan ruang dalam kewenangannya dalam peraturan
rangka pelaksanaan program perundang-undang.
pembangunan kota [1]. Pembuatan Ketersediaan data citra satelit
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) resolusi tinggi (CSRT) sendiri pun
menjadi kewajiban setiap pemerintah masih minim, tercatat menurut data

© 2017 ITP. All right reserved 228 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
LAPAN luas total ketersediaan data pemerintah daerah mau tidak mau harus
baru tersedia sekitar 998.218 km2. menyediakan peta skala besar untuk
Gambar 1 menyajikan sebaran data keperluan rencana detil wilayahnya.
citra resolusi tinggi yang ada di
Indonesia. Tuntutan tersebut membuat

Gambar 1. Data Ketersediaan citra resolusi tinggi (resolusi spasial ≤ 60 cm)

Citra satelit resolusi tinggi yang bersifat statis tanpa mengalami


digunakan untuk pembuatan peta perubahan spasial yang signifikan.
Rencana Detail Tata Ruang adalah citra Skala minimal RDTR
satelit yang memiliki resolusi spasial Kabupaten/Kota yang ditentukan adalah
lebih baik dari 0,65 meter dengan sudut 1:5.000 sebagaimana disebutkan dalam
pengambilan data sebesar ≤ 20° tegak Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
lurus terhadap bumi. Citra satelit juga Nomor 20/PRT/M/2011 tentang
harus dilengkapi dengan informasi Pedoman Penyusunan Rencana Detail
parameter orbit satelit dan parameter Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
sensor dengan tutupan awan ≤ 10% dari Kabupaten/Kota. RDTR ini disusun
keseluruhan data citra dan tidak diatas peta dengan skala atau tingkat
menutupi objek-objek penting. Selain ketelitian minimal 1:5.000 karena objek
itu tahun akuisisi data citra satelit yang hukum yang harus ada (seperti jaringan
digunakan tidak boleh lebih lama dari 2 prasarana, pola ruang dalam RDTR dan
tahun dari pembuatan rencana detil tata peraturan zonasi adalah blok peruntukan
ruangnya. Alasan penggunaan data citra yang hanya bisa tergambar pada peta
satelit dengan akuisisi kurang dari 2 dengan skala 1:5.000 atau skala yang
tahun adalah mendapatkan informasi lebih besar lagi. Skala yang lebih besar
yang lebih terbaru terkait dengan objek akan memudahkan dalam mengenali
yang akan dipetakan, akan tetapi masih objek tersebut termasuk rumah, saluran,
bisa memungkinkan menggunakan data pagar, jalan ataupun trotoar. Untuk itu
citra yang lebih lama dengan
diperlukan mekanisme penyelesaian
pertimbangan menyesuaikan dengan yang cepat, sebagai alternatif solusi
kondisi dan perkembangan daerah salah satunya mengandalkan teknologi
tersebut. Artinya daerah tersebut

© 2017 ITP. All right reserved 229 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
penginderaan jauh menggunakan Citra sudah banyak dilakukan. Penambahan
Satelit Resolusi Tinggi (CSRT), GCP untuk kondisi dan bahan yang
mengingat wilayah Indonesia yang sama mengakibatkan meningkatnya
sangat luas dengan tipikal topografi ketelitian horisontal [7]. Perbedaan
yang beragam. CSRT sering kali ketelitian citra yang terortorektifikasi
digunakan untuk evaluasi pelaksanaan lainnya juga terjadi pada citra yang
rencana detail tata ruang kota [2], [3]. menggunakan 10 GCP dengan kenaikan
Kegiatan menyediakan peta dari ketelitian horisontal sebesar 30 cm
citra satelit tegak resolusi tinggi sendiri dibandingkan dengan ketelitian
berdasarkan pada Instruksi Presiden horisontal yang didapatkan dari
Nomor 6 tahun 2012 tentang penggunaan 6 titik GCP [8]. Hasil
Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian optimalisasi penggunaan titik GCP
Kualitas, Pengolahan dan Distribusi dalam proses ortorektifikasi citra satelit
Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi resolusi tinggi untuk wilayah datar
Tinggi, dimana LAPAN (Lembaga menunjukkan bahwa citra
Antariksa dan Penerbangan Nasional) terortorektifikasi dengan jumlah GCP
bertugas untuk menyediakan data citra minimum memiliki ketelitian yang tidak
satelit dan Badan Informasi Geospasial jauh berbeda dengan penggunaan GCP
(BIG) bertugas untuk membuat citra yang berlebih [9], [10]. Berdasarkan
tegak satelit penginderaan jauh resolusi penelitian-penelitian yang pernah
tinggi (melalui proses orthorektifikasi dilakukan, belum pernah ada yang
citra). mengkaji bagaimana pengaruh lama
pengamatan GCP terhadap hasil citra
Proses koreksi citra membutuhkan terortorektifikasi.
data Ground Control Point (GCP)
dengan ketelitian tinggi [4]. Oleh karena Penelitian ini mengkaji kualitas
itu, pengukuran GCP harus dilakukan hasil proses ortorektifikasi CSRT
dengan menggunakan alat GPS menggunakan titik GCP hasil
Geodetik yang dapat memberikan posisi pengukuran GPS metode Real Time
secara teliti. Keunggulan dari Kinematic (RTK) dan rapid static
penggunaan teknologi satelit adalah dengan berbagai lama waktu
hasil ukuran langsung terikat dalam pengamatan. Penelitian bertujuan
sistem koordinat global, titik-titik dalam mengkaji metode pengukuran GCP
jaring GPS dapat tersebar satu sama lain yang paling efisien dalam segi waktu
dengan jarak yang relatif jauh, saat pengumpulan data di lapangan.
pelaksanaan survei dapat dilakukan Harapannya penyediaan peta rencana
dalam segala waktu dan kondisi cuaca detail tata ruang dapat dilaksanakan
[5]. Teknologi GPS pun semakin dengan lebih efisien dengan
berkembang dengan kemampuan memangkas waktu pelaksanaan
mampu mendapat koordinat teliti secara pengumpulan data di lapangan tanpa
real time atau sering disebut dengan mengurangi ketelitian posisi hasil GCP.
metode penetuan posisi secara Dengan dibangunnya informasi
differensial Real Time Kinematic geospasial pada skala besar ini,
(RTK). Metode RTK ini digunakan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
untuk mereka yang membutuhkan membuat sistem perencanaan daerah
ketelian pada orde centimeter level[6]. dalam rangka mendukung
Penelitian mengenai penggunaan pembangunan daerah yang berbasiskan
GCP dalam proses ortorektifikasi citra data spasial. Kegiatan ini akan

© 2017 ITP. All right reserved 230 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
mendukung One Map Policy yaitu pengamatan statik dan Single Real
(Kebijakan Satu Peta) yang sedang Time Kinematic (RTK). Pengamatan
dilakukan oleh pemerintah sekarang ini. satelit di lapangan menggunakan
interval data setiap 1 detik dengan
2. METODE PENELITIAN menggunakan sinyal dual frekuensi (L1
Pemilihan kota Ambon sebagai area dan L2), parameter pengukuran dapat
penelitian didasari karena potensi kota dilihat pada tabel 1.
Ambon sebagai kota utama dan kota
besar di region pembangunan Indonesia Tabel 1: Parameter Processing Data.
timur. Kota Ambon menjadi penting Parameter Keterangan
karena menjadi pusat pelabuhan, Titik Ikat Stasiun Tetap CORS Ambon (CAMB)
Frequency used Dual Frequency (L1, L2)
pariwisata dan pendidikan di wilayah Ephemeris Broadcast
kepulauan Maluku. Gambar 2 Interval data 1 second
menunjukkan administrasi Kota Ambon Satellite
Segment GPS dan GLONASS
pada wilayah pulau Ambon. Sebaran Datum WGS 1984
dan jumlah GCP yang digunakan Zone 52 South
tergantung pada karakteristik wilayah Geoid EGM 2008 1'
yang dipetakan. Kota Ambon memiliki
kondisi topografis yang beragam,
bagian Barat hingga Timur pulau
Ambon merupakan daerah pegunungan
yang dikelilingi oleh area pesisir yang
cenderung datar.

Gambar 3. Citra Worldview-3 wilayah


Kota Ambon

Identifikasi GCP (Ground Control


Gambar 2. Administrasi Kota Ambon Point) dan ICP (Independent Control
Point) adalah tahapan penentuan
Data citra yang digunakan pada distribusi titik kontrol yang tersebar
penelitian ini adalah citra satelit merata dengan komposisi yang optimal
Worldview-3 tahun akuisisi 2015. sesuai dengan area, khususnya untuk
Gambar 3 menyajikan kenampakan seluruh wilayah Kota Ambon dan
citra satelit yang digunakan dalam sekitarnya. GCP merupakan titik
penelitian ini. Proses pengambilan data kontrol tanah yang akan digunakan atau
Ground Control Point (GCP) dilakukan dimasukkan dalam koreksi citra
pada bulan September tahun 2016 orthorektifikasi. Syarat penentuan
menggunakan perangkat GPS Geodetik. sebaran titik kontrol tanah adalah
Pengukuran GPS dilakukan dengan sebagai berikut:
menggunakan dua metode pengukuran

© 2017 ITP. All right reserved 231 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
- Pada sisi perimeter; yang digunakan sebagai titik uji harus
- Pada tengah area/scene; memiliki sebaran yang merata di
- Pada wilayah perbatasan/tampalan seluruh area yang akan diuji, dengan
scene citra; ketentuan sebagai berikut:
- Tersebar secara merata untuk - Pada setiap kuadran jumlah
seluruh lokasi kegiatan; minimum titik uji adalah 20% dari
- Menyesuaikan karakteristik total titik uji;
wilayah. Terdapat dua jenis - Jarak antar titik uji minimum 10%
karakteristik wilayah, yaitu wilayah dari jarak diagonal area yang diuji.
relatif datar dan wilayah dengan
topografi berbukit atau bergunung. Jumlah titik uji untuk ketelitian
Daerah dengan kondisi yang geometri bertambah sejumlah 5 titik
berbukit atau bergunung untuk setiap penambahan luasan sebesar
memerlukan sebaran GCP yang 250 km². Jika luasan citra yang akan
lebih rapat dibandingkan dengan dikoreksi kurang dari 250 km² maka
daerah yang relatif datar. diperlukan titik uji sejumlah 10 hingga
15 titik seperti dapat dilihat pada tabel
ICP sendiri merupakan titik kontrol 2.
tanah yang digunakan sebagai titik uji
citra tegak hasil orthorektifikasi. Obyek

Tabel 2. Jumlah Uji Berdasarkan Luasan


Jumlah titik uji untuk ketelitian
Jumlah titik uji vertikal
Luasan
untuk ketelitian
(km²) Area non- Area Jumlah
horizontal
vegetasi vegetasi total titik

<500 20 20 0 20
501-750 25 20 10 30
751-1000 30 25 15 40
1001-1250 35 30 20 50
1251-1500 40 35 25 60
1501-1750 45 40 30 70
1751-2000 50 45 35 80
2001-2250 55 50 40 90
2251-2500 60 55 45 100

Setelah proses pengambilan data bergantung dengan dekat atau jauhnya


GCP dilakukan maka tahap selanjutnya jarak titik GCP terhadap titik ikat
adalah pengolahan data GPS. Post CORS Ambon (CAMB). Pembagian
processing data GPS dilakukan dengan skema pengolahan menjadi 15 menit
cara melakukan pengikatan terhadap dan 30 menit pun mengesampingkan
CORS Ambon dengan menggunakan jarak titik GCP terhadap titik ikatnya,
tiga skema pengolahan yaitu artinya lama pengamatan tidak melihat
menggunakan data pengamatan 15 titik tersebut dekat atau jauh dari titik
menit, 30 menit dan data pengamatan ikatnya. Gambar 4 dapat menunjukkan
utuh. Lama pengamatan utuh GPS statik sebaran titik GCP terhadap CORS
adalah lebih dari 30 menit (bervariasi Ambon. Proses pengumpulan data
antara 35 hingga 60 menit) pengamatan metode RTK dilakukan di beberapa titik

© 2017 ITP. All right reserved 232 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
saja dikarenakan keterbatasan alat yang Semua titik GCP yang digunakan
bisa digunakan untuk RTK dan memiliki nilai ketelitian horisontal lebih
keterbatasan sinyal internet GSM yang baik dari 15 cm. Proses ortorektifikasi
tersedia di Kota Ambon. Metode RTK dilakukan menggunakan software PCI
yang digunakan adalah metode RTK Geomatica. Metode ortorektifikasi yang
NTRIP (Network Transport of RTCM dilakukan menggunakan metode
via Internet Protocol), dimana metode aproksimasi model. Metode
ini sangat bergantung pada ketersediaan aproksimasi model memberikan
internet dikarenakan koreksi kesalahan perkiraan hubungan antara ruang
dari base akan dikirimkan melalui gambar dan ruang objek tanpa
sinyal internet tersebut ke rover yang membutuhkan informasi mengenai
menerima. pergerakan sensor di ruang angkasa,
Ortorektifikasi citra dilakukan ephemeris satelit ataupun kondisi
dengan menggunakan 8 titik GCP hasil satelit. Dalam hal ini, model matematik
pengamatan utuh, 15 menit yang digunakan untuk proses
pengamatan, dan 30 menit pengamatan. transformasi sistem koordinat citra ke
Ortorektifikasi citra menggunakan GCP sistem koordinat tanah adalah rational
hasil pengukuran dengan metode RTK function [11]. Pada prinsipnya model
tidak bisa dilakukan dikarenakan matematik rational function membuat
kurangnya titik hasil pengukuran RTK korelasi antara titik di piksel dan titik di
yang dihasilkan pada scene tersebut, tanah berdasarkan pada rasio dari dua
akan tetapi hasil RTK nantinya akan fungsi polinomial orde tiga [12].
dibandingkan dengan hasil post Persamaan 1 dan persamaan 2
processing pengamatan utuh untuk merupakan persamaan matematis rasio
melihat deviasi hasil RTK dengan fungsi polinomial yang digunakan pada
metode statik. rational function, sedangkan persamaan
3 merupakan persamaan polinomial
orde tiga dengan maksimum 20
koefisien [13]:

Gambar 4. Sebaran titik GCP dan stasiun CORS Ambon

© 2017 ITP. All right reserved 233 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
lunak komersial menggunakan metode
radial dengan pengikatan ke titik CORS
..................(1)
Ambon. Hasil pengolahan data untuk
skema 1 hingga skema 3 dapat dilihat
....................(2) pada tabel 3 - 5. Solusi ambiguitas fase
keseluruhan titik untuk skema
pengamatan penuh adalah fixed dengan
nilai presisi horisontal titik antara 0.001
...........................................................(3) m hingga 0.036 m. Nilai presisi vertikal
Keterangan: skema 1 menunjukkan nilai pada
rn, cn rentang 0.002 m hingga 0.070 m. Titik
G014 memiliki nilai presisi paling
baris dan kolom piksel indeks dalam rendah dibandingkan dari titik lainnya,
ruang gambar titik G014 diamati selama 50 menit
Xn, Yn, Zn dengan jarak titik dengan base sejauh
nilai koordinat titik objek pada ruang 21 km. Presisi lebih rendah dari pada
tanah titik lainnya akibat jarak titik jauh
terhadap titik ikatnya.
p1, p2, p3, p4
fungsi polinomial orde tiga.
a1, a2, …, ai : koefisien polinomial.
Hasil proses ortorektifikasi akan
menghasilkan 3 buah citra
terortorektifikasi yakni citra
terortorektifikasi dengan menggunakan
GCP hasil pengamatan utuh, citra
terortorektifikasi dengan menggunakan
GCP hasil pengamatan 15 menit dan
citra terortorektifikasi dengan
menggunakan GCP hasil pengamatan
30 menit.
Evaluasi ketelitian citra
terortorektifikasi dilakukan dengan
menggunakan 11 Independent Check
Point (ICP). Evaluasi ketelitian
dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh dari berbagai lama
pengamatan GCP terhadap ketelitian
dari citra hasil ortorektifikasi. Gambar
5 menyajikan diagram alir penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Koordinat hasil perhitungan


Koordinat posisi hasil pengolahan
data statik menggunakan perangkat
Gambar 5. Alur kerja penelitian

© 2017 ITP. All right reserved 234 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
Sementara untuk skema 2 di titik G014 dengan nilai horisontal
menggunakan data pengamatan 30 presisi 0.130 m dan 0.121 m untuk
menit, nilai presisi horisontal titik presisi vertikalnya. Akan tetapi tidak
antara 0.002 m hingga 0.043 m. Nilai keseluruhan titik pada skema 3 ini tidak
presisi vertikal nya menunjukkan nilai bisa digunakan, seperti dapat dilihat
pada rentang 0.003 m hingga 0.064 m. pada tabel 5 hasil posisi bagus bisa
Titik G014 dan G028 memiliki nilai ditunjukkan untuk titik dengan baseline
presisi paling rendah dibandingkan dari pendek seperti titik G021 memiliki
titik lainnya. Sama seperti pada skema presisi horisontal sebesar 0.009 m dan
1, titik G014 jauh terhadap titik basenya 0.011 m untuk presisi vertikalnya. Titik
sementara G028 terdapat sedikit G021 berjarak 6.2 km dari titik ikat
obstruksi sehingga data yang diterima sehingga masih bisa dibilang
tidak lengkap. Solusi ambiguitas fase merupakan baseline pendek.
keseluruhan titik untuk skema Keseluruhan hasil baik
pengamatan 30 menit adalah fixed, menggunakan skema 1 sampai skema 3
sehingga titik GCP pada skema ini bisa dapat digunakan untuk proses
digunakan untuk proses orthorektifikasi orthorektifikasi selanjutnya, karena
selanjutnya. berdasarkan juknis pengolahan data,
Skema 3 menggunakan data ketelitian horisontal titik GCP yang
pengamatan 15 menit menghasilkan digunakan untuk proses rektifikasi
nilai presisi horisontal titik antara 0.003 harus dibawah 15 cm. Titik-titik yang
m hingga 0.130 m. Nilai presisi vertikal diindikasi bernilai float tidak digunakan
nya menunjukkan nilai pada rentang pada saat proses pengolahan citra.
0.004 m hingga 0.121 m. Hasil skema 3 Ketelitian posisi sangat erat kaitannya
ini lebih jelek jika dibandingkan dengan geometri, strategi pengamatan
menggunakan pengamatan 30 menit, dan strategi pengolahan data yang
karena data sudah dipotong menjadi digunakan [5]. Pemilihan lama strategi
lebih sedikit, sehingga titik-titik yang pengamatan, design sebaran titik dan
jauh dari base akan mendapatkan nilai pemilihan lokasi titik yang terbuka
posisi yang kurang maksimal. Solusi sangat mempengaruhi terhadap hasil
ambiguitas fase untuk skema ini masih penentuan posisi.
ditemukan titik dengan solusi float yaitu

Tabel 3. Hasil pengolahan data statik untuk skema pengamatan penuh (full)
POINT Solution Type H. Prec. V. Prec. Easting (Meter) Northing (Meter)
G001 Fixed 0.018 0.030 388774.991 9582165.911
G002 Fixed 0.006 0.012 391539.194 9585521.841
G003 Fixed 0.009 0.014 394498.742 9587815.558
G004 Fixed 0.008 0.015 400746.738 9591820.14
G005 Fixed 0.013 0.025 403091.514 9592891.507
G006 Fixed 0.006 0.017 405135.779 9588181.076
G07A Fixed 0.010 0.019 404022.406 9583030.354
G008 Fixed 0.015 0.024 399993.655 9581041.021
G009 Fixed 0.006 0.019 405151.473 9594174.439
G010 Fixed 0.029 0.055 389354.117 9599873.446
G011 Fixed 0.015 0.023 391704.031 9602239.223
G012 Fixed 0.007 0.011 397722.989 9589017.073

© 2017 ITP. All right reserved 235 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
G013 Fixed 0.010 0.021 426923.611 9602333.174
G014 Fixed 0.036 0.070 424639.359 9606103.169
G015 Fixed 0.008 0.020 426497.766 9598081.645
G016 Fixed 0.007 0.011 407403.728 9585689.094
G017 Fixed 0.005 0.009 414121.593 9586412.483
G020 Fixed 0.007 0.016 411180.142 9597746.651
G021 Fixed 0.006 0.009 409493.717 9595806.566
G022 Fixed 0.004 0.008 413677.746 9592196.828
G023 Fixed 0.010 0.016 414528.807 9599482.281
G024 Fixed 0.006 0.011 409978.078 9599571.279
G025 Fixed 0.003 0.006 410895.957 9594545.968
G026 Fixed 0.005 0.033 422621.829 9600385.33
G027 Fixed 0.007 0.020 421636.664 9591842.585
G028 Fixed 0.016 0.028 409842.754 9606420.12
G033 Fixed 0.001 0.002 409417.326 9591598.856

Tabel 4. Hasil pengolahan data statik untuk skema pengamatan 30 menit


Solution H. Ellipsoid Easting Northing Elevation
POINT V. Prec. (Meter) (Meter) (Meter)
Type Prec. Dist.
G001 Fixed 0.025 0.039 22713.818 388774.985 9582165.909 25.371
G002 Fixed 0.007 0.014 18913.534 391539.199 9585521.845 4.850
G003 Fixed 0.024 0.033 15431.172 394498.736 9587815.564 6.689
G004 Fixed 0.008 0.016 8745.863 400746.710 9591820.089 3.193
G005 Fixed 0.008 0.015 6547.448 403091.506 9592891.497 3.669
G006 Fixed 0.007 0.02 5460.521 405135.779 9588181.075 8.001
G007 Fixed 0.015 0.028 10065.547 404022.406 9583030.369 6.004
G008 Fixed 0.017 0.03 14113.461 399993.630 9581040.995 7.285
G009 Fixed 0.007 0.022 5102.001 405151.471 9594174.439 9.217
G010 Fixed 0.023 0.061 21814.426 389354.093 9599873.462 7.950
G011 Fixed 0.022 0.03 20786.163 391704.036 9602239.222 10.451
G012 Fixed 0.009 0.016 12019.513 397722.994 9589017.069 7.237
G013 Fixed 0.011 0.018 20546.774 426923.617 9602333.180 51.445
G014 Fixed 0.042 0.064 21065.433 424639.316 9606103.178 6.294
G015 Fixed 0.014 0.022 18255.12 426497.761 9598081.674 3.633
G016 Fixed 0.009 0.014 6156.883 407403.731 9585689.097 14.858
G017 Fixed 0.006 0.01 6873.266 414121.594 9586412.483 136.812
G020 Fixed 0.009 0.019 6492.158 411180.145 9597746.653 2.973
G021 Fixed 0.007 0.009 4325.737 409493.715 9595806.564 6.289
G022 Fixed 0.005 0.009 4255.977 413677.745 9592196.828 92.713
G023 Fixed 0.007 0.011 9461.067 414528.805 9599482.281 46.403
G024 Fixed 0.007 0.013 8106.677 409978.078 9599571.278 201.053
G025 Fixed 0.004 0.007 3374.747 410895.959 9594545.966 3.514
G026 Fixed 0.007 0.014 15875.763 422621.835 9600385.325 48.050
G027 Fixed 0.008 0.023 12162.278 421636.660 9591842.586 54.453
G028 Fixed 0.043 0.061 14946.794 409842.761 9606420.137 13.897
G033 Fixed 0.002 0.003 134.225 409417.326 9591598.855 6.780

© 2017 ITP. All right reserved 236 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
Tabel 5. Hasil pengolahan data statik untuk skema pengamatan 15 menit
Solution H. V. Ellipsoid Easting Northing Elevation
POINT
Type Prec. Prec. Dist. (Meter) (Meter) (Meter)
G001 Fixed 0.056 0.071 22713.869 388774.936 9582165.892 25.284
G002 Fixed 0.011 0.021 18913.529 391539.205 9585521.842 4.848
G003 Fixed 0.032 0.044 15431.175 394498.732 9587815.571 6.685
G004 Fixed 0.012 0.022 8745.863 400746.71 9591820.102 3.194
G005 Fixed 0.012 0.024 6547.441 403091.514 9592891.506 3.644
G006 Fixed 0.008 0.021 5460.525 405135.778 9588181.071 8.018
G007 Fixed 0.026 0.04 10065.547 404022.402 9583030.371 6.022
G008 Fixed 0.015 0.028 14113.472 399993.629 9581040.982 7.306
G009 Fixed 0.008 0.03 5102.001 405151.469 9594174.435 9.226
G010 Fixed 0.025 0.088 21814.424 389354.091 9599873.452 7.879
G011 Fixed 0.016 0.029 20786.165 391704.028 9602239.214 10.489
G012 Fixed 0.011 0.018 12019.517 397722.990 9589017.066 7.246
G013 Fixed 0.03 0.075 20546.761 426923.610 9602333.167 51.546
G014 Float 0.13 0.121 21065.396 424639.296 9606103.145 6.166
G015 Fixed 0.02 0.065 18255.112 426497.762 9598081.649 3.696
G016 Fixed 0.011 0.016 6156.881 407403.725 9585689.1 14.856
G017 Fixed 0.009 0.018 6873.266 414121.594 9586412.483 136.822
G020 Fixed 0.011 0.024 6492.162 411180.142 9597746.658 2.985
G021 Fixed 0.009 0.011 4325.737 409493.716 9595806.564 6.289
G022 Fixed 0.006 0.011 4255.974 413677.743 9592196.828 92.717
G023 Fixed 0.009 0.014 9461.07 414528.806 9599482.284 46.408
G024 Fixed 0.009 0.016 8106.677 409978.075 9599571.279 201.044
G025 Fixed 0.005 0.009 3374.749 410895.958 9594545.969 3.515
G026 Fixed 0.01 0.02 15875.768 422621.835 9600385.334 48.071
G027 Fixed 0.01 0.026 12162.268 421636.650 9591842.585 54.452
G028 Fixed 0.031 0.042 14946.797 409842.752 9606420.14 13.865
G033 Fixed 0.003 0.004 134.23 409417.321 9591598.858 6.789

Ketelitian pengukuran Pada Gambar 6 dan Gambar 7


Hasil pengukuran titik GCP dengan dapat dilihat bahwa selisih hasil
menggunakan skema 2 dan skema 3 koordinat skema 1 dibandingkan
dengan skema 2 disimbolkan dengan
metode statik serta hasil pengamatan
metode RTK dibandingkan terhadap belah ketupat berwarna biru sementara
skema 1. Skema 1 dianggap lebih teliti selisih koordinat skema 1 dengan skema
karena menggunakan data pengamatan 3 disimbolkan dengan kotak berwarna
GPS penuh sesuai dengan jarak ideal merah. Rentang deviasi skema 1 dengan
titik GCP dengan base nya. Simpangan skema 2 berkisar pada nilai 0 hingga
baku atau deviasi antar skema 0.043 m untuk koordinat Easting,
menunjukkan tingkat ketelitian sementara rentang 0 hingga 0.051 m
pengukuran GCP, dengan begitu bisa untuk deviasi koordinat Northing nya.
dilihat metode mana yang paling efisen Deviasi tertinggi tercatat di titik G014
yang bisa digunakan untuk proses sebesar 0.043 m di koordinat Easting
rektifikasi selanjutnya. nya. Selain titik G014 ada beberapa titik

© 2017 ITP. All right reserved 237 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
seperti G008 dan G004 yang memiliki nya. Selain titik G014 ada beberapa titik
selisih cukup tinggi sekitar 2 - 5 cm. seperti G008 dan G004 sama seperti
Rentang deviasi skema 1 dengan pada selisih skema 1 dengan 2 dengan
skema 3 berkisar pada nilai 0 hingga nilai pada rentang 2 hingga 3 cm.
0.063 m untuk koordinat Easting, jauh Berdasarkan nilai deviasi yang
lebih besar jika dibandingkan dengan dapat dilihat pada Gambar 6 dan
selisih skema 1 dan 2 (pengamatan 30 Gambar 7, hasil koordinat yang
menit). Deviasi koordinat Northing didapatkan pada skema 3 (pengamatan
berada pada rentang 0 hingga 0.039 m. 15 menit) memiliki ketelitian yang lebih
Deviasi tertinggi tercatat di titik G014 rendah dibandingkan dengan
sebesar 0.063 m di koordinat Easting pengamatan 30 menit.

0.070 deviasi Easting metode rapid statik


0.060

0.050
ketelitian (m)

0.040

0.030 full-30

0.020 full-15

0.010

0.000
0 5 10 15 20 25 30

titik GCP

Gambar 6. Deviasi Easting metode rapid static

0.060
deviasi Northing metode rapid statik
0.050

0.040
ketelitian (m)

0.030
full-30

0.020 full-15

0.010

0.000
0 5 10 15 20 25 30
titik GCP

Gambar 7. Deviasi Northing metode rapid statik

© 2017 ITP. All right reserved 238 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

0.250 Simpangan baku pengamatan RTK


0.200
ketelitian (m)

0.150
∆Easting
0.100 (Meter)
∆Northing
0.050 (Meter)

0.000
G001

G003

G005

G008

G012

G016

G021

G023

G026

G029

G035

G041

G043

G047
G010A

titik GCP
Gambar 8. Simpangan baku pengamatan RTK

Selanjutnya untuk pengukuran sangat bergantung pada jaringan


RTK, simpangan baku tertinggi ada di internet sehingga akan mempengaruhi
titik G008 dengan nilai 0.241 m untuk kinerja alat untuk mendapatkan koreksi.
deviasi Easting dan 0.061 m untuk Koordinat hasil dengan nilai float tidak
deviasi Northing. Simpangan baku titik digunakan untuk pengolahan citra
G008 besar dikarenakan solusi selanjutnya karena simpangan baku
ambiguitas fase titik nya masih float. yang dihasilkan relatif besar.
Selain titik G008 ada beberapa titik
yang cukup besar deviasinya yaitu titik Evaluasi ketelitian citra
G042 dan G045. G042 memiliki Berdasarkan hasil pengolahan data
simpangan baku sebesar 0.075 m untuk GCP yang sudah dilakukan, maka
komponen Easting dan 0.076 m untuk didapatkan 3 buah citra
komponen Northing. Sementara, G045 terortorektifikasi yakni citra
memiliki simpangan baku sebesar 0.085 terortorektifikasi dengan menggunakan
m untuk komponen Easting dan 0.028 GCP hasil pengamatan utuh, citra
m untuk komponen Northing. Titik terortorektifikasi dengan menggunakan
G042 dan G045 memiliki solusi
GCP hasil pengamatan 15 menit, dan
ambiguitas fase sama dengan titik G008 citra terortorektifikasi dengan
yaitu float. menggunakan GCP hasil pengamatan
Hasil ini membuktikan bahwa 30 menit. Gambar 9 menyajikan citra
secara keseluruhan pengamatan metode terortorektifikasi yang dihasilkan.
RTK memiliki ketelitian posisi sama Evaluasi ketelitian citra
dengan koordinat hasil pengamatan terortorektifikasi dilakukan untuk
rapid statik, dengan syarat jarak mengetahui bagaimana pengaruh lama
baseline pengukuran metode RTK tidak pengamatan GCP terhadap ketelitian
terlalu jauh dan ketersediaan jaringan citra terortorektifikasi yang dihasilkan.
internet bagus di lokasi pengambilan Tabel 6 menyajikan ketelitian dari
data. Penentuan posisi metode RTK ini masing-masing citra yang di hasilkan.

© 2017 ITP. All right reserved 239 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017

(a) (b) (c)


Gambar 9. Citra terortorektifikasi dengan menggunakan GCP: (a) skema pengamatan penuh;
(b) skema pngematan 30 menit; (c) skema pengamatan 15 menit

Tabel 6. Evaluasi ketelitian pada seluruh citra terortorektifikasi yang dihasilkan


Lama Pengamatan Full time 15 menit 30 menit

Ketelitian (m) 2.950285251 2.950285251 2.950285251

Tabel 6 menyajikan bahwa hasil Data pengamatan dengan waktu


citra yang terortorektifikasi adalah yang relatif lebih pendek berpengaruh
sama, dengan kata lain perbedaan nilai terhadap ketelitian posisi yang
koordinat GCP dalam fraksi di bawah 5 dihasilkan, seperti dapat dilihat pada
cm tidak mengakibatkan perbedaan pengamatan 15 menit masih ada
hasil pada proses ortorektifikasi citra. beberapa titik menghasilkan nilai float
Hal ini menandakan efisiensi waktu yang menunjukkan bahwa ambiguitas
pengamatan bisa dilakukan dalam fase sinyalnya yang tidak terselesaikan.
proses pengukuran titik GCP dan tidak Pengamatan GPS dengan
akan menurunkan hasil dari citra menggunakan metode RTK
terortorektifikasi yang dihasilkan. Hal meenghasilkan ketelitian yang sama
ini juga menandakan apabila titik GCP baiknya dengan pengamatan dengan
hasil pengukuran GPS Geodetik menggunakan metode rapid statik.
menggunakan metode RTK memiliki Perbedaan pengamatan GPS rapid statik
perbedaan nilai koordinat di bawah dengan RTK hanya berselisih kurang
fraksi 5 cm (masih sesuai dengan dari 5 cm, artinya metode RTK ini bisa
standart spesifikasi yang sudah digunakan untuk proses orthorektifikasi.
ditentukan) dan memiliki solusi Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa
ambiguitas fasenya fixed, maka citra hanya pengamatan dengan solusi fixed
terortorektifikasi yang dihasilkan saja yang bisa digunakan untuk proses
menggunakan GCP hasil pengukuran orthorektifikasi CSRT, karena hasil
RTK juga akan memiliki hasil yang posisi dengan solusi float masih
sama dengan citra terortorektifikasi memiliki simpangan baku yang besar
dengan menggunakan GCP hasil
jika digunakan.
pengukuran dengan metode rapid static.
Dengan hasil ini bisa disimpulkan
4. KESIMPULAN bahwa penggunaan RTK dan
pengamatan statik singkat dalam

© 2017 ITP. All right reserved 240 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
kegiatan GCP bisa memangkas waktu juga tak lupa mengucapkan terima kasih
dalam pengumpulan data di lapangan. kepada Pusat Pemetaan Rupabumi dan
Pemilihan lama pengamatan yang tepat Toponim Badan Informasi Geospasial
berdasarkan jarak titik terhadap base yang sudah memberikan kesempatan
menggunakan metode statik singkat melakukan pengolahan data citra untuk
akan mengoptimalkan proses akuisisi proses orthorektifikasi citra pada
data di lapangan saat GCP. Titik yang penelitian ini.
berjarak kurang dari 10 km cukup
diukur selama 20 menit pengamatan 6. DAFTAR PUSTAKA
dengan tetap memperhitungkan kondisi
hambatan seperti obstruksi dan 1. A. Widyawati, “Implementasi Perda
multipath di sekitar titik. Jarak titik No . 13 Tahun 2004 Tentang Rencana
terhadap base sangat menentukan lama Detail Tata Ruang Kota ( RDTRK ),
pengamatan yang digunakan. Kotamadya Daerah Tingkat Ii
Kotamadya Semarang Bwk Viii (
Pada saat pengumpulan data di Kecamatan Gunung Pati ),” J. Din.
lapangan menggunakan metode RTK Huk., vol. 13, no. 1, pp. 39–48, 2013.
perlu diperhatikan terkait dengan 2. H. Ratnaningtyas and B. Syaeful Hadi,
ketersediaan internet serta obstruksi di “Pemanfaatan Citra Satelit Quickbird
sekitar titik karena akan mempengaruhi untuk Evaluasi Pelaksanaan Rencana
terhadap lama waktu alat memecahkan Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta
ambiguitas fasenya. Sangat disarankan 1990-2010,” Geomedia, vol. 11, no. 1,
memilih lokasi dengan obstruksi pp. 1 – 15, 2013.
minimum dan pemilihan titik base yang 3. H. Setiawan and Y. Budisusanto,
berdekatan sehingga jarak baseline ke “Kajian Citra Resolusi Tinggi
titik tidak terlalu jauh. Posisi yang Worldview-2 Sebagai Penunjang Data
dihasilkan dengan ketelitian pada level Dasar Untuk Rencana Detail Tata
centimeter ini cukup untuk digunakan Ruang Kota (RDTRK) (Studi Kasus:
mengoreksi geometrik citra dengan Kecamatan Rungkut, Surabaya),”
resolusi spasial kurang dari 1 meter Geoid, vol. 10, no. 1, pp. 52–58, 2014.
seperti citra Geo Eye, Pleiades dan 4. A. Sari and Khomsin, “Analisa
Quick bird. Perbandingan Ketelitian Penentuan
Fleksibilitas dari penggunaan Posisi dengan GPS RTK-NTRIP
teknologi satelit ini akan mempermudah dengan Base GPS CORS Badan
dalam pengambilan titik-titik GCP di Informasi Geospasial (BIG) dari
lapangan sehingga efektifitas untuk Berbagai Macam Mobile Provider
menghasilkan sebuah peta akan lebih (Studi Kasus: Surabaya),” J. Tek.
POMITS, vol. X, no. X, 2014.
tinggi. Efisiensi penentuan titik GCP
dan pemilihan metode pengumpulan 5. H. Z. Abidin, Penentuan Posisi
data di lapangan yang tepat akan dengan GPS dan Aplikasinya, 1st ed.
mempercepat proses pembuatan rencana Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2007.
detail tata ruang. 6. Y. Feng and J. Wang, “Exploring
GNSS RTK performance benefits with
5. UCAPAN TERIMA KASIH GPS and virtual galileo
measurements,” in ION NTM, 2007,
Penulis mengucapkan terima kasih pp. 22–24.
kepada tim GCP Ambon yang sudah
bersedia memberikan datanya untuk uji 7. Y. V. N. K. Murthy, S. S. Rao, D. S. P.
Rao, and V. Jayaraman, “Analysis of
pengolahan pada penelitian ini. Penulis
DEM Generated using Cartosat-1

© 2017 ITP. All right reserved 241 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242


Seminar Nasional Strategi Pengembangan Infrastruktur ke-3 (SPI-3)
Institut Teknologi Padang, 27 Juli 2017
ISBN: 978-602-70570-6-7
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/spi2017
Stereo Data over Mausanne Les 10. B. E. Leksono and Y. Susilowati,
Alpiless-Cartosat Scientific Appraisal “The Accuracy Improvement of
Programme (CSAP TS-5),” in The Spatial Data for Land Parcel and
International Archives of the Buildings Taxation Objects by Using
Photogrammetry, Remote Sensing and the Large Scale Ortho Image Data,”
Spatial Information Sciences, 2008, 2008.
pp. 1343–1348.
11. M. A. Aguilar, M. del M. Saldana, and
8. T. Toutin and P. Cheng, “QuickBird – F. J. Aguilar, “Assessing Geometric
A Milestone for High Resolution Accuracy of the Orthorectification
Mapping,” Earth Obs. Mag., vol. 11, Process from GeoEye-1 and
no. 4, pp. 14–18, 2002. WorldView-2 Panchromatic Images,”
Int. J. Appl. Earth Obs. Geoinf., vol.
9. J. Octariady, A. Fitria, D. C. K.
21, pp. 427–435, 2013.
Yuwana, and R. Ainiyah,
“Optimalisasi Jumlah Penggunaan 12. J. Chmiel, S. Kay, and P. Spruyt,
Titik Kontrol Tanah untuk Proses “Orthorectification And Geometric
Koreksi Geometri Raw Data Citra Quality Assessment Of Very High
Worldview-2 Pada Daerah Datar,” in Spatial Resolution Satellite Imagery
CGISE 3, 2016, pp. 55–59. For Common Agricultural Policy
Purposes,” in XXth ISPRS Congress,
2004, pp. 12–23.
13. OGC, “The OpenGIS Abstract
Specification-Topic 7: The Earth
Imagery Case,” 1999.

© 2017 ITP. All right reserved 242 DOI 10.21063/SPI3.1017.228-242

Anda mungkin juga menyukai