Metsi 3
Metsi 3
2
Anshari, Endang Saifuddin, Kuliah Al- Islam, (Jakarta: Rajawali, 1986) h. 101
3
Harun Nasution,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,Jilid I,(Jakarta:UI Press,1979),hlm.9-10
4
Ahmad Miftah Fathoni, Pengantar Study Islam,(Semarang,Gunung Jati:2010),hlm.29-31
dengan orang yang beragama, mereka akan merasa hidupnya akan
merasa tenang, orang yang memiliki keteguhan iman, apabila
diberikan cobaan maka dia akan menerima dengan lapang dada.
Dengan keyakina bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya
merupakan ujian yang diberikan oleh allah yang harus di hadapi
dengan kesabaran. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi
ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
3) Penentram batin. Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan
tak peduli apakah orang itu kaya ataupun miskin, pasti akan selalu
merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan hartanya
ataupun di curi oleh orang lain , orang yang miskin , apalagi orang
yang cenderung kurang mensyukuri hidup. Lain hanya dengan orang
yang beriman, orang yang kaya yang beriman tidak akan merasa
gelisah memikirkan harta kekayaanya. Dalam ajaran islam, harta
kekayaan itu hanyalah titipan allah yang di dalam harta tersebut
terdapat hak-hak orang miskin dan yatim piatu bahkan sewaktu-
waktu bisa diambil oleh allah. Begitu juga dengan orang miskin yang
beriman, hatinya akan merasa tenang karena setiap yang terjadi dalam
hidupnya merupakan keetapan allah SWT. Yang membedakan derajat
manusia di mata allah bukanlah kekayaannya melainkan keimanan
dan ketakwaanya.
4) Pengendali moral. Setiap manusia yang beragama dan beriman akan
menjalankan setiap ajaran agamanya. Pelajaran moral dalam islam
sangatlah tinggi, dalam islam diajarkan untuk menghormati orang
lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk dihormati. Islam
mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam
al-quran ada ayat yang berbunyi :
“dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) “ah”!” selain
itu islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral,
mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia
dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan sosial).
Termasuk didalamnya juga harus jujur, jika seorang berkata bohong
maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil yang
berkaitan dengan perilaku moral.
5) Meningkatkan keyakinan dalam beragama. Keyakinan ini pada
dasarnya tidak hanya terhadap tuhan, tetapi juga berkaitan dengn hal-
hal yang bersifat spiritual maupun pengetahuan umum yang ada di
dalam agama seperti penciptaan, syurga dan neraka, keberadaan iblis,
kehidupan setelah kematian, serta konten keagamaan yang lainnya.
Dalam ajaran agama islam sendiri, keberadaan akan keyakina tersebut
tergambarkan dalam konsep rukun iman. Dalam rukun iman ini akan
mengarahkan individu pada keyakinan akan keberadaan allah SWT.,
sebagai tuhan , keberadaan malaikat, keberadaan kitab suci,
keberadaan nabi, keberadaan qodha dan qadhar yang terkait dengan
takdir.
6) Menghindarkan diri dari perilaku buruk. Menghindarkan dari perilaku
buruk tersebut secara umum mengarahkan pada peran agama yang
menjadi dasar nilai etika dan moral. Keberadaan etika dan moral akan
memeberikan panduan bagi beberapa individu untuk berperilaku yang
benar dan menghindarin perilaku-perilaku yang di nilai tidak baik.
Keberadaan akan etika dan moral ini pada dasarnya tidak hanya
dikaitkan dengan peran individu dalam suatu komunitas atau
masrayakat. Keberadaan etika yang menggambarka perilaku baik
mengarahkan pada konsep akhlak yang mengagambarkan hubungan
baik antara khaliq (pencipta) dan mahluk itu sendiri.
7) Meningkatkan toleransi. Secara umum,para ahli menyepakati bahwa
ajaran agama pada dasarnya mengarahkan individu untuk bisa
menghargai perbedaan dan memahami keberadaan individu lain yang
berbeda sehingga tercipta toleransi. Keberadaan toleransi ini bisa
terlihat dengan banyaknya ajaran dalam agama yang mengarahkan
untuk saling tolong menolong, menghormati satu sama lain hingga
tidak boleh melakukan kekerasan terhadap individu lain.
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama, dikenal pula kata
ْ yang berasal dari bahasa ‘Arab dan kata religi dari bahasa
din ( )ن يِد
Eropah.5 Kata “agama” berasal dari kata Sanskerta. Ada satu pendapat
yang mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, a yang berarti
tidak, dan gam yang berarti pergi. Jadi, “agama” berarti “tidak pergi, tetap
di tempat, dan diwarisi secara turun-temurun”. Agama memang
mempunyai sifat seperti itu. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci. Pada kenyataannya, agama-agama
memang mempunyai kitab suci. Pada sisi lain, kata gam juga berarti
“tuntunan”, karena memang agama mengan- dung juga ajaran-ajaran yang
menjadi tuntunan hidup bagi para penganutnya. Din dalam bahasa Semit
berarti “undang-undang atau hukum”. Dalam bahasa Arab, kata ini
mengandung arti “menguasai, menun dukkan, patuh, hutang, balasan,
kebiasaan”. Agama memang mem- bawa peraturan-peraturan yang
merupakan hukum yang harus dipatuhi orang.
5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodotogi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006) hlm.9
yang tertuang dalam kitab suci yang harus dibaca. Akan tetapi, pendapat
lain menyatakan bahwa kata itu berasal dari religare yang berarti
“mengikat”. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi
manusia.
6
Ibid. h. 16
ك فَ أَقِ ْم ِّ ِت َح نِ ًيف ال
ِ لد
َ ين َو ْج َه
ِ ِ
َ اس فَ طَ َر الَّ يِت اللَّ ه ف طْ َر
َ َّاس الن
َ َّيل اَل َع لَ ْي َه ا الن
ِ
َ َت ْب د
ك اللَّ ِه خِلَ ْل ِق ِ
َ ين َٰذ ل ِّ َك َث َر َو ٰلَ ِك َّن الْ َق يِّ ُم
ُ الد ِ َّون اَل الن
ْ اس أ َ َي ْع لَ ُم
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
ٍ
َّبِ َق َد ٍر َخ لَ ْق نَ اهُ َش ْي ء ُك ل
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
3) Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah
karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan
7
Ibid. h. 16-18
dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya
yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin
memalingkan manusia dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah Swt
Dalam surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi
Urgensi agama bagi manusia yaitu Manusia sejak di atas bumi ini
dengan diturunkannya Adam, bapak manusia yang petama, dan Hawa, Ibu
manusia, dari surga negeri keselamatan, dia sangat membutuhkan hukum-
hukum yang pasti yang bisa menyeimbangkan keimanannya, mengatur
perilakunya, membatasi kecenderungannya dan mengantarkan kepada
kesempurnaan yang diciptakan dan disediakan untuknya pada kedua
kehidupannya. Pertama kehidupan yang dilalui manusia di atas bumi
ini, kedua adalah kehidupan yang terjadi pada alam yang lain dari bumi
yang rendah ini, yaitu alam kesucian dan kebersihan pada kerajaan
tertinggi, sebagaimana diberitakan oleh Allah memalui kitab-kitab-Nya
yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya yang diutus.
8
Nasr, Sayyed Hosen. Islam, Agama,Sejarah dan Peradaban. (surabaya: Risalah Gusti :
2003) h. 89
Jama’ah bahwa iman tersebut dapat bertambah dan juga dapat berkurang
seiring dengan ketaatan seseorang. Tentang bertambah dan berkurangnya
iman tersebut aliran Ahlus Sunnah melandaskan pendapatnya pada Al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 2.
2) Islam
Secara harfiah kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama,
Yuslimu Islâman yang berarti keselamatan. Sedangkan secara
terminologi Islam mengandung pengertian “Ketundukan, kepasrahan
dan ketaatan dalam menyembah (ibadah) kepada Allah, tidak musyrik
kepada-Nya, kemudian melaksanakan segala perintah-Nya, seperti
melaksanakan shalat, zakat, berpuasa, haji, serta meninggalkan segala
yang dilarang-Nya”.
3) Ihsan
Dalam literatur Arab kata Ihsan berarti berbuat baik atau perbuatan
baik. Sedangkan secara terminologi ihsan bermakna sesuai dengan
penjelasan Rasulullah yakni “Engkau menyembah Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, jika tidak maka sesungguhnya dia melihatmu”.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga serangkai atau trilogi doktrin
(ajaran) ilahi yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, seorang dikatakan
sebagai muslim sejati apabila ia mempu menyatukan tiga dimensi
tersebut. Pada perkembangan selanjutnya trilogi tersebut menjadi tiga
kerangka dasar Islam yang digunakan dalam tiga bidang pemikiran
Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.
9
An-Nadwi Fadli sa’id, Ilmu Tauhid (Benteng Iman), (Surabaya: Al-Hidayah, 1998) h. 130
3) Manusia
Islam memandang manusia baik laki-laki maupun perempuan, dari
segi dirinya sendiri sebagai makhluk yang berdiri dihadapan
Tuhannya, baik sebagai hamba-Nya maupun sebagai khalifah di muka
bumi ini. Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah liat
(Nabi Adam) dan menghembuskan ruh kepadanya setelah itu Allah
mengajarkan semua nama-nama benda padanya dan memerintahkan
kepada seluruh makhluk Allah agar bersujud pada-Nya, merekan
bersujud kecuali iblis yang tidak mau bersujud pada Adam, yang
akhirnya iblis dilaknat oleh Allah dan menjadi musuh para hamba
Allah hingga hari kiamat nanti. islam juga memandang hakikat
manusia dalam realitasnya yang permanin, manusia juga sebagai
makhluk seperti yang kita ketahui sampai pada saat ini, tidak berasal
dari proses evolusi dari makhluk yang lebih rendah. Manusia juga
diciptakan dengan dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan, masing-
masing telah diberi aturan oleh islam dan akan diberi putusan sesuai
dengan amalnya di akhirat nanti.
4) Alam Semesta
Alam semesta yang juga dikatakan alam kosmos, jagat raya, alam
universal adalah ciptaan Allah yang diciptakan sebagai tempat para
mahluk Allah yang lain. Tanah air, hewan, pepohonan merupakan
pemberian Allah yang harus kita jaga. Semua ciptaan Allah pasti
memiliki manfaat tersendiri, entah manfaat yang sudah diketahui
maupun manfaat yang belum diketahui, waktu-waktu shalat wajib
yang dilakukan lima kali sehari ditentukan sesuai gerakan spesifik
matahari, sebagaimana pula menunjukkan waktu permulaan dan
berakhirnya puasa.
5) Eskatologi
Banyak dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadist Nabi membahas
subyek yang berkaitan dengan persoalan-persoalan eskatologis, atau
hari akhir, dari seluruh realitas, baik makrokosmik maupun
mikrokosmik. Islam menyakini bahwa pada saat kematian, indifidu-
indifidu memasuki suatu keadaan yang nantinya menjadi pembuktian
kebenaran dari pokok-pokok keimanan mereka, dari hasil perbuatan
meraka dalam kehidupan, meskipun keyataannya akan selalu
bergantung pada dimensi kasih Ilahi yang tidak terhingga. Al-Qur’an
dan Hadits memberikan deskripsi dengan jelas tentang surga dan
neraka. Islam juga memiliki ajaran yang detail tentang peristiwa-
peristiwa eskatologis pada dunia makrokosmik. Menurut Islam sejarah
umat manusia dan kosmik mempunyai akhir, sebagaimana juga
mereka memiliki awal. Akhir dari sejarah manusia akan ditandai
dengan saat kedatangan figure yang diberi gelar Al-Mahdi yang akan
menghapus penindasan, mengalahkan para musuh agama, dan
mengembalikan rasa kedamaian dan keadilan di bumi. Setelaah
periode yang hanya Tuhan sendiri dengan past mengetahunya,
bersamaan dengan kedatangan kedua Isa Almasih ke Jerusalem, yang
akan membawa sejarah umat manusia untuk menjelang dan
menghadapi kedatangan hari pengadilan. Isa Almasih mempunyai
peran sentral dalam eskatologi ajaran islam, namun dia bukanlah
krestus dalam pengertian ajaran kristiani yang menjadi bagian dari
trinitas, melainkan sebagai figure agung dan mata rantai genealogi
Nabi-nabi yang menganut ajaran Ibrahimiah a.s. yang menegaskan
keesaan Allah.