Anda di halaman 1dari 18

A.

Sejarah Pemikiran Agama

Beberapa alasan sulitnya mengartikan kata agama, sebagaimana


yang ditulis oleh A. Mukti Ali dalam buku Universalitas dan
Pembangunan yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa pertama,
pengalaman agama adalah soal batini, subjektif dan sangat individualis
sifatnya. Kedua, orang begitu bersemangat dan emosional dalam
membicarakan agama, karena itu setiap pembahasan tentang arti agama
selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama sulit untuk
didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari
orang yang memberikan definisi tersebut. Senada dengan itu sukarnya
mencari kata- kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi agama,
sebagaimana ditulis oleh Abuddin Nata yang mengutip tulisan Zakiah
Daradjat bahwa karena pengalaman agama yang subyektif, intern dan
individual, dimana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang
berbeda dari orang lain.

Di samping itu, tampak bahwa pada umumnya orang lebih


condong kepada mengaku beragama, kendatipun ia tidak menjalankannya.
Beberapa pendapat di atas perlu dikemukakan dengan tujuan agar
dipahami begitu beragamnya dan bahkan terdapat perbedaan antara
seorang ahli jika dibandingkan dengan pendapat ahli yang lainnya.
Durkheim dalam bukunya Gambaran Pertama Bagi Penghidupan
Keagamaan menegaskan bahwa agama adalah alam gaib yang tidak dapat
diketahui dan tidak dapat dipikirkan oleh akal dan pikiran manusia sendiri.
Tegasnya agama adalah suatu bagian dari pengetahuan yang tidak dapat
dicapai oleh ilmu pengetahuan biasa dan tidak dapat diperoleh dengan
pikiran saja.

Brunetiere berpendapat bahwa agama sebagai sesuatu yang lain


dari biasa. Sedangkan Asy-syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-
Nihal berpendapat bahwa agama adalah ketaatan dan kepatuhan yang
terkadang bisa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan ( amal
perbuatan di akhirat).

Menurut Ath- Thanwi dalam buku Kasyaf Isthilahat Al- Funun


disebutkan bahwa agama adalah intisari Tuhan yang mengarahkan orang-
orang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Agama bisa digunakan untuk
menyebut agama semua nabi dan khusus untuk Islam saja. Agama
dihubungkan dengan Allah karena ia merupakan sumbernya, dihubungkan
kepada para nabi karena mereka sebagai perantara kemunculannya,
dihubungkan kepada umat karena mereka memeluk dan mematuhinya.

Harun Nasution dalam bukunya Islam ditinjau dari berbagai


aspeknya yang dikutip oleh Abuddin Nata memberikan definisi agama
sebagai berikut :1
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus di dipatuhi;
2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia.
3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mangandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia;
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara
hidup tertentu;
5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari
kekuatan gaib;
6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban- kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan gaib;
7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah
dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius nyang terdapat
dalam alam sekitar manusia;
8) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
rasul.

Dari beberapa definisi tersebut di atas, ada empat unsur yang


menjadi karakteristik agama sebagai beirkut :

1) Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib


tersebut dapat mengambil bentuk yang bermacam- macam. Dalam
agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk
benda- benda yang memiliki kekuatan misterius ( sakti ), ruh atau
jiwa yang terdapat pada benda- benda yang memiliki kekuatan
misterius; dewa-dewa dan Tuhan atau allah dalam istilah yang
lebih khusus dalam agama Islam. Kepercayaan pada adanya Tuhan
adalah dasar yang utama sekali dalam paham keagamaan. Tiap-tiap
agama kecuali Budhisme yang asli dan beberapa agama lain
berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib dan cara
1
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011) h. 77.
hidup tiap- tiap manusia yang percaya pada agama di dunia ini
amat rapat hubungannya dengan kepercayaan tersebut.
2) Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya
hubungan yang baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari
akan hilang pula. Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam
bentuk peribadatan, selalu mengingat-Nya, melaksanakan segala
perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya
3) Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. respon
tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang terdapat
pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada
agama- agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut dapat pula
mengambil bentuk penyembahan seperti yang terdapat pada
agama-agama monoteisme dan pada akhirnya respon tersebut
mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang
bersangkutan.
4) Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam
bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung
ajaran- ajaran agama yang bersangkutan, tempat- tempat tertentu,
peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama


adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu
generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan
pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan
gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan
bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan
yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa ada lima aspek yang


terkandung dalam agama. Pertama, aspek asal usulnya, yaitu ada yang
berasal dari Tuhan seperti agama samawi, dan ada yang berasal dari
pemikiran manusia seperti agama ardhi atau agama kebudayaan. Kedua,
aspek tujuannya, yaitu untuk memberikan tuntunan hidup agar bahagia di
dunia dan akhirat. Ketiga, aspek ruang lingkupnya, yaitu keyakinan akan
adanya kekuatan gaib, keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di
dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik
dengan kekuatan gaib, respon yang bersifat emosional, dan adanya yang
dianggap suci. Keempat, aspek pemasyarakatannya, yaitu disampaikan
secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi lain.
Kelima, aspek sumbernya, yaitu kitab suci.2

B. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia

Harun Nasution menyimpulkan tentang defenisi agama bahwa


intisari yang terkdandung dalam istilah itu menurut beberapa defenisi
ialah “ikatan”.agama memang mengandung arti ikatan yang harus
dipegang dan di patuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar
sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu bersal dari
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak
dapat ditangkap oleh pancaindera.3

Agama islam ataupun agama lain,merupakan tongkat untuk


petunjuk jalan bagi orang-orang yang buta akan nilai-nilai moral dan
norma-norma agama yang berlaju dimasyarakat. Dengan memiliki agama
seseorang akan selalu berada pada jalan kebaikan dan kebenaran yang
dapat menguntungkan diri sendiri ataupun orang lain dalam hidup
bermasyarakat. Agama adalah segalanya bagi kehidupan manusia, karena
agama merupakan tiang dari segala tiang yang ada di dunia yang jika tiang
itu runtuh maka manusia berada pada kerugian.

Berikut ini beberapa fungsi agama dalam kehidupan manusia


diantaranya sebagai berikut:4

1) Sebagai pembimbing dalam hidup, pengendali utama kehidupan


manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala
unsurpengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak
kecil. Apabila dalam hidup seseorang terbentuk pribadi yang
harmonis,maka di dalam hidup seseorang tersebut mengaami
dorongan yang baik yang bersifat biologis, ataupun rohani dan sosial
akan mampu menghadapinya dengan tenang.
2) Penolong dalam kesukaran. Orang yang kurang yakin akan agamanya
(lemah imannya) akan menghadapi cobaan/kesulitan dalam hidup,
bahkan menyesali kehidupannya dan berfikiran pesimis. Beda halnya

2
Anshari, Endang Saifuddin, Kuliah Al- Islam, (Jakarta: Rajawali, 1986) h. 101
3
Harun Nasution,Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,Jilid I,(Jakarta:UI Press,1979),hlm.9-10
4
Ahmad Miftah Fathoni, Pengantar Study Islam,(Semarang,Gunung Jati:2010),hlm.29-31
dengan orang yang beragama, mereka akan merasa hidupnya akan
merasa tenang, orang yang memiliki keteguhan iman, apabila
diberikan cobaan maka dia akan menerima dengan lapang dada.
Dengan keyakina bahwa setiap cobaan yang menimpa dirinya
merupakan ujian yang diberikan oleh allah yang harus di hadapi
dengan kesabaran. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi
ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas manusia itu.
3) Penentram batin. Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan
tak peduli apakah orang itu kaya ataupun miskin, pasti akan selalu
merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan kehilangan hartanya
ataupun di curi oleh orang lain , orang yang miskin , apalagi orang
yang cenderung kurang mensyukuri hidup. Lain hanya dengan orang
yang beriman, orang yang kaya yang beriman tidak akan merasa
gelisah memikirkan harta kekayaanya. Dalam ajaran islam, harta
kekayaan itu hanyalah titipan allah yang di dalam harta tersebut
terdapat hak-hak orang miskin dan yatim piatu bahkan sewaktu-
waktu bisa diambil oleh allah. Begitu juga dengan orang miskin yang
beriman, hatinya akan merasa tenang karena setiap yang terjadi dalam
hidupnya merupakan keetapan allah SWT. Yang membedakan derajat
manusia di mata allah bukanlah kekayaannya melainkan keimanan
dan ketakwaanya.
4) Pengendali moral. Setiap manusia yang beragama dan beriman akan
menjalankan setiap ajaran agamanya. Pelajaran moral dalam islam
sangatlah tinggi, dalam islam diajarkan untuk menghormati orang
lain, akan tetapi sama sekali tidak diperintah untuk dihormati. Islam
mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam
al-quran ada ayat yang berbunyi :
“dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang tuamu) “ah”!” selain
itu islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral,
mulai dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia
dengan manusia lain (hablum minannas atau hubungan sosial).
Termasuk didalamnya juga harus jujur, jika seorang berkata bohong
maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil yang
berkaitan dengan perilaku moral.
5) Meningkatkan keyakinan dalam beragama. Keyakinan ini pada
dasarnya tidak hanya terhadap tuhan, tetapi juga berkaitan dengn hal-
hal yang bersifat spiritual maupun pengetahuan umum yang ada di
dalam agama seperti penciptaan, syurga dan neraka, keberadaan iblis,
kehidupan setelah kematian, serta konten keagamaan yang lainnya.
Dalam ajaran agama islam sendiri, keberadaan akan keyakina tersebut
tergambarkan dalam konsep rukun iman. Dalam rukun iman ini akan
mengarahkan individu pada keyakinan akan keberadaan allah SWT.,
sebagai tuhan , keberadaan malaikat, keberadaan kitab suci,
keberadaan nabi, keberadaan qodha dan qadhar yang terkait dengan
takdir.
6) Menghindarkan diri dari perilaku buruk. Menghindarkan dari perilaku
buruk tersebut secara umum mengarahkan pada peran agama yang
menjadi dasar nilai etika dan moral. Keberadaan etika dan moral akan
memeberikan panduan bagi beberapa individu untuk berperilaku yang
benar dan menghindarin perilaku-perilaku yang di nilai tidak baik.
Keberadaan akan etika dan moral ini pada dasarnya tidak hanya
dikaitkan dengan peran individu dalam suatu komunitas atau
masrayakat. Keberadaan etika yang menggambarka perilaku baik
mengarahkan pada konsep akhlak yang mengagambarkan hubungan
baik antara khaliq (pencipta) dan mahluk itu sendiri.
7) Meningkatkan toleransi. Secara umum,para ahli menyepakati bahwa
ajaran agama pada dasarnya mengarahkan individu untuk bisa
menghargai perbedaan dan memahami keberadaan individu lain yang
berbeda sehingga tercipta toleransi. Keberadaan toleransi ini bisa
terlihat dengan banyaknya ajaran dalam agama yang mengarahkan
untuk saling tolong menolong, menghormati satu sama lain hingga
tidak boleh melakukan kekerasan terhadap individu lain.
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama, dikenal pula kata
ْ yang berasal dari bahasa ‘Arab dan kata religi dari bahasa
din ( ‫)ن يِد‬
Eropah.5 Kata “agama” berasal dari kata Sanskerta. Ada satu pendapat
yang mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, a yang berarti
tidak, dan gam yang berarti pergi. Jadi, “agama” berarti “tidak pergi, tetap
di tempat, dan diwarisi secara turun-temurun”. Agama memang
mempunyai sifat seperti itu. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci. Pada kenyataannya, agama-agama
memang mempunyai kitab suci. Pada sisi lain, kata gam juga berarti
“tuntunan”, karena memang agama mengan- dung juga ajaran-ajaran yang
menjadi tuntunan hidup bagi para penganutnya. Din dalam bahasa Semit
berarti “undang-undang atau hukum”. Dalam bahasa Arab, kata ini
mengandung arti “menguasai, menun dukkan, patuh, hutang, balasan,
kebiasaan”. Agama memang mem- bawa peraturan-peraturan yang
merupakan hukum yang harus dipatuhi orang.

Selanjutnya, agama memang menguasai diri seseorang dan


membuat dia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menja-lankan
ajaran-ajaran agama. Lebih lanjut lagi, agama membawa kewajiban-
kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang, ia akan menjadi
hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan mem-bawa pula kepada
paham balasan. Yang menjalankan kewajiban dan yang patuh akan
mendapat balasan baik dari Tuhan. Yang tidak menjalankan kewajiban dan
yang tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik. Religi berasal
dari bahasa Latin. Ada sejumlah ahli yang ber- pendapat bahwa asal kata
religi adalah relegere, yang mengandung arti mengumpulkan, membaca.
Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan

5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Metodotogi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006) hlm.9
yang tertuang dalam kitab suci yang harus dibaca. Akan tetapi, pendapat
lain menyatakan bahwa kata itu berasal dari religare yang berarti
“mengikat”. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi
manusia.

Selanjut-nya, dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia


dengan Tuhan karena dalam keberagamaan terdapat kesediaan manusia
me- ngingatkan dirinya dengan Tuhan. Lepas dari keragaman istilah yang
terkait dengan agama seperti dijelaskan di atas, intisari keberagamaan
adalah ikatan. Agama mengandung arti ikatan yang mengikat dan harus
dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang
besar sekali dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Perlunya manusia terhadap agama Sekurang-kurangnya ada tiga


alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga
alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali
dijelaskan dalam ajaran Islam, yakni agama adalah kebutuhan fitrah
manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru
di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan
mempopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia
inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh
karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar
beragama, maka seruan tersebut memang sejalan dengan fitrahnya
itu.6

Firman Allah Swt dalam QS.Ar-Rum:30

6
Ibid. h. 16
‫ك فَ أَقِ ْم‬ ِّ ِ‫ت َح نِ ًيف ال‬
ِ ‫لد‬
َ ‫ين َو ْج َه‬
ِ ِ
َ ‫اس فَ طَ َر الَّ يِت اللَّ ه ف طْ َر‬
َ َّ‫اس الن‬
َ َّ‫يل اَل َع لَ ْي َه ا الن‬
ِ
َ ‫َت ْب د‬
‫ك اللَّ ِه خِلَ ْل ِق‬ ِ
َ ‫ين َٰذ ل‬ ِّ ‫َك َث َر َو ٰلَ ِك َّن الْ َق يِّ ُم‬
ُ ‫الد‬ ِ َّ‫ون اَل الن‬
ْ ‫اس أ‬ َ ‫َي ْع لَ ُم‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

2) Kelemahan dan Kekurangan Manusia


Faktor lainnya yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama
adalah karena disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan
juga memiliki kekurangan. Dengan kekurangan dan kelemahan yang
terdapat di dalam dirinya sehingga manusia dengan fitrahnya 
merasakan kelemahan dirinya dan kebutuhan kepada Tuhan agar
menolongnya, menjaga dan memeliharanya dan memberinya taufik.7

Allah menciptakan manusia dan berfirman “bahwa manusia telah


diciptakan-Nya dengan batas-batas tertentu dan dalam keadaan lemah.
Firman ALLAH SWT, dalam QS.Al-Qomar:49

ٍ
َّ‫بِ َق َد ٍر َخ لَ ْق نَ اهُ َش ْي ء ُك ل‬
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dirinya dan keluar dari


kegagalan-kegagalan tersebut tidak ada jalan lain kecuali dengan jalan
wahyu akan agama.

3) Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah
karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai
tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan

7
Ibid. h. 16-18
dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan.
Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya
yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin
memalingkan manusia dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah Swt
Dalam surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi

‫ين إِ َّن‬ ِ َّ َ ‫ص ُّد وا أ َْم َو ا هَلُ ْم يُ ْن ِف ُق‬ ِ ِ ِ‫ون مُثَّ فَ َس ُي ْن ِف ُق و نَ َه ا اللَّ ِه َس ب‬


َ ‫ون َك َف ُر وا ال ذ‬ ُ َ‫يل َع ْن ل ي‬ ُ ‫تَ ُك‬

‫ون مُثَّ َح ْس َر ًة َع لَ ْي ِه ْم‬


َ ُ‫ين يُ ْغ لَ ب‬ ِ َّ ِ
َ ‫ َك َف ُر وا َو ال ذ‬  ٰ ‫ إ ىَل‬  َ‫ون َج َه نَّ م‬
َ ‫حُيْ َش ُر‬

36. Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka


untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan
menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan
mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang
yang kafir itu dikumpulkan.

Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang


dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yanag didalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Orang-orang kafir
dengan sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka
gunakan agar orang mengikuti keinginannya. Berbagai bentuk budaya,
hiburan, obat-obat terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja.
Untuk itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan
mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan
hidup yang demikian saat ini semakin meningkat, sehingga upaya
mengagamakan masyarakat menjadi penting.

Urgensi agama bagi manusia yaitu Manusia sejak di atas bumi ini
dengan diturunkannya Adam, bapak manusia yang petama, dan Hawa, Ibu
manusia, dari surga negeri keselamatan, dia sangat membutuhkan hukum-
hukum yang pasti yang bisa menyeimbangkan keimanannya, mengatur
perilakunya, membatasi kecenderungannya dan mengantarkan kepada
kesempurnaan yang diciptakan dan disediakan untuknya pada kedua
kehidupannya. Pertama kehidupan yang dilalui manusia di atas bumi
ini, kedua adalah kehidupan yang terjadi pada alam yang lain dari bumi
yang rendah ini, yaitu alam kesucian dan kebersihan pada kerajaan
tertinggi, sebagaimana diberitakan oleh Allah memalui kitab-kitab-Nya
yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya yang diutus.

Agama menjadi sangat penting bagi manusia, dengan aturannya


yang khusus dia makan dan minum, mengatasi panas dan dingin, dia wajib
bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, maka dengan sunnah-
sunnah yang telah ditetapkan oleh Tuhannya, dia mengusahakan makanan
dan minuman, pakaian, dan obat-obatan serta tempat tinggal dan
kendaraannya. Kondisi seperti ini menuntut saling menolong dari setiap
individu manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan
mempertahankan keberlangsungan sampai ajalnya tiba.

Manusia dengan fitrahnya merasakan kelemahan dirinya dan


kebutuhannya kapada Tuhan agar menolongnya, menjaga, memeliharanya,
dan memberinya taufik. Karena itu dia berusaha mengenal Tuhannya
dengan amalan-amalan yang wajib, yaitu dengan cara mendekatkan diri
kepada-Nya dan menunaikan macam-macam ketaatan dan ibadah.

Manusia dengan kemampuan, pikiran, perasaan dan inderanya,


selalu berusaha untuk mencapai derajat tertinggi. Sehingga manusia tidak
ingin berhenti pada satu batas tertentu. Maka dalam tiga keadaan yang kita
sebutkan, manusia membutuhkan syariat agama dari Tuhan, yang sesuai
dengan fitrahnya dan mengatur hubungannya dengan sesamanya, karena
manusia akan selalu butuh untuk saling tolong menolong dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dan menjaga keberadaannya di alam ini, seperti
makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kendaraan. Berdasarkan
paparan di atas, maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan yang benar
lebih besar daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk
menjaga hidupnya seperti air, makanan dan udara. Dan tidak terdapat yang
mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini kecuali pembangkang
yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan tidak perlu didengar 
alasan-alasannya. Apabila manusia yang berakal dan mendapat petunjuk
dalam mencari satu agama Tuhan yang benar dan murni, maka manusia
pasti mendapatkannya dalam Islam, agama semua manusia, yang
terkandung dalam kitab-Nya, Al-Qur’an yang mulia, yang tidak berkurang
satu huruf pun darinya sejak diturunkannya dan tidak pula terdapat
tambahan satu huruf pun padanya. Dan tidak diganti satu kata pun dari
tempatnya dalam Al-Qur’an. Dan tidak ada ungkapan yang keluar dari apa
yang ditunjukkannya, walaupun telah berlalu seribu empat ratus
lebih. Manusia beragama karena mereka memerlukan sesuatu dari agama
itu, yaitu memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaanya di dunia
dan akhirat.

D. Doktrin Kepercayaan Agama


Kata doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine yang berarti
ajaran. Oleh karena itu, doktrin lebih dikenal dengan ajaran-ajaran yang
bersifat absolut yang tidak boleh diganggu gugat. Kata doktrin berarti
dalil-dalil dari suatu ajaran. Kesesuaian pengertian ini dapat kita temukan
di lapangan bahwa suatu ajaran dalam agama maupun yang lainya pasti
mempunyai dasar atau dalil-dalil.Pengertian yang sama juga dapat
ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “doktrin adalah
ajaran atau asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian segolongan ahli
ilmu pengetahuan, ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalam
penyusunan kebijakan negara”. Dari penjelasan yang telah diuraikan di
atas dapat disimpulkan bahwa doktrin adalah ajaran-ajaran atau pendirian
suatu agama atau aliran atau segolongan ahli yang tersusun dalam sebuah
sistem yang tidak bisa terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dari uraian pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa doktrin
merupakan ajaran-ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama atau
organisasi-organisasi lain yang ajaran-ajarannya bersifat absolut dan tidak
bisa diganggu gugat.

Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat


dikaji dari berbagai aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari
aspek doktrin sebagaimana yang akan kami jelaskan berikut ini. Agama
Islam apabila ditelaah dari aspek doktrin maka yang akan muncul adalah
ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam itu sendiri yang bisa saja ajaran
tersebut tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Dalam makalah ini
kami akan membahas tentang trilogi doktrin (ajaran) Islam yang biasa
dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman, Islam dan Ihsan.
1) Iman
Kata iman ditinjau dari segi etimologi (bahasa) merupakan bentuk
masdar dari kata Âmana, Yu’minu, Ĩmanan yang berarti kepercayaan.
Kata iman juga menurut Imam Al-Ghazali diartikan At-Tashdiqu
(pembenaran). Sedangkan menurut Fazlurrahman, kata iman yang
terdapat dalam Al-Qur’an mempunyai dua makna, yaitu : 8
a) Yakin, percaya dan beriman,
b) Aman, mengamankan dan memberikan keamanan.
Dari segi terminologi iman oleh para ahli didefenisikan berbeda-
beda akan tetapi perbedaan tersebut tidak terlepas dari pengertian iman
sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, ketika Malaikat Jibril
datang bertanya kepada-Nya, yakni “Iman adalah pembenaran dan
keyakinan terhadap adanya Allah dengan Ke-Esa-an-Nya, Malaikat,
pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-Nya dan percaya pada hari
kebangkitan atau hari akhir”.

Menurut aliran ahlus sunnah wal jama’ah iman yang sempurna


adalah diucapkan dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dikerjakan
dengan anggota tubuh. Selain itu juga menurut aliran Ahlus Sunah Wal

8
Nasr, Sayyed Hosen. Islam, Agama,Sejarah dan Peradaban. (surabaya: Risalah Gusti :
2003) h. 89
Jama’ah bahwa iman tersebut dapat bertambah dan juga dapat berkurang
seiring dengan ketaatan seseorang. Tentang bertambah dan berkurangnya
iman tersebut aliran Ahlus Sunnah melandaskan pendapatnya pada Al-
Qur’an surat Al-Anfal ayat 2.

Terkait dengan iman seperti yang dipaparkan dalam pengertian di


atas yang termasuk di dalamnya adalah iman kepada Allah SWT. Iman
kepada Allah SWT berimplikasi terhadap pengakuan-pengakuan lain yang
berhubungan dengan-Nya, seperti zat Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan
(af’al) Allah, malaikat Allah, para Nabi dan utusan Allah, hari kiamat,
serta surga dan neraka. Hal tersebut merupakan refleksi dari ke-tauhid-an
kepada Allah SWT. 

2) Islam
Secara harfiah kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama,
Yuslimu Islâman yang berarti keselamatan. Sedangkan secara
terminologi Islam mengandung pengertian “Ketundukan, kepasrahan
dan ketaatan dalam menyembah (ibadah) kepada Allah, tidak musyrik
kepada-Nya, kemudian melaksanakan segala perintah-Nya, seperti
melaksanakan shalat, zakat, berpuasa, haji, serta meninggalkan segala
yang dilarang-Nya”.

3) Ihsan
Dalam literatur Arab kata Ihsan berarti berbuat baik atau perbuatan
baik. Sedangkan secara terminologi ihsan bermakna sesuai dengan
penjelasan Rasulullah yakni “Engkau menyembah Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, jika tidak maka sesungguhnya dia melihatmu”.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga serangkai atau trilogi doktrin
(ajaran) ilahi yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, seorang dikatakan
sebagai muslim sejati apabila ia mempu menyatukan tiga dimensi
tersebut. Pada perkembangan selanjutnya trilogi tersebut menjadi tiga
kerangka dasar Islam yang digunakan dalam tiga bidang pemikiran
Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.

Adapun penjelasan doktrin-doktrin sentral dalam Islam :


1) Allah
Doktrin sentral agama islam berkitan dengan konsep tentang tuhan
yang ditinjau dari Diri-Nya sendiri, juga nama nama dan Sifat sifat-
Nya. Doktrin yang integral tentang sifat ketuhanan, sekaligus yang
absolut yang azali, dan yang Maha Baik yang berada pada jantung
ajaran islam. Realitas tertinggi, atau Allah (demikianlah, dia sudah
sepatutnya di panggil, adalah kata dari bahasa Arab untuk
menunjukkan Tuhan yang di pakai oleh penganut Arab Kristen,
penganut Yahudi yang terarabkan, juga kaum muslim), yang sekaligus
sebagai Tuhan, realitas supra personal atau Tuhan tertinggi. Allah
bukanlah wujud yang murni melainkan bukan hanya sekedar wujud,
sehingga tidak ada deskripsi yang dapat menyifati- Nya, yang justru
tidak dapat mengelakkan pereduksian sifat-nya yang azali dan Esensi-
Nya yang absolute, karena Dia mengatasi segala pembatasan dan
definisi. Itulah alasan yang menjadikan syahadat, la ilaha
illa’Llah  (tidak ada tuhan selain Allah), yang memuat dokrtin islam
yang sempurna tentang sifat Tuhan, bermula denga awalan la, untuk
menegaskan segala sesuatu berupa esensi ketuhanan atau tuhan, pada-
Nya diri dan realitas-Nya yang Maha Tinggi. Adalah denga hanya
membatasi itu malalui penegasan yang pasti. Sebagaimana dalam
salah satu ayat Al-Qur’an “tidak ada satupun, yang dapat mnyerupai-
Nya.”(Q.s.42:2). Allah adalah yang absolut, yang maha, Esa yang
sepenuhnya transenden dan mengatasi semua batas – batas dan
pembatasan, dari setiap konsep dan ide. Allah memiliki Esansi (Dzat)
yang mengatasi dan melampaui seluruh katagori dan definisi, seperti
warna gelap yang pekad karena intensitas sinarnya sehingg tidak
diketahui, berupa radiasi sinar gelombang sinar ultraviolet sebaimana
pernah di ungkapkan oleh sebagian sufi, meskipun mengatasi dan
melampaui penggambaran tentang semua duolitas dan gender, Esensi
Tuhan terkadang digambarkan melalui format gender fiminin.dari sisi
sifat keazalian-nya , dalam konteks pembahasan tentang metafisika,
terkadang prinsip -prinsip sifat feminitas yang ultima, melekat dan
menembus pada aspek ketuhanan sebagai pencipta sedangkan dari
aspek keobselutan-nya mengandung prinsip-prinsip sifa maskulinitas
diri-nya sendiri. Sebagian ulama’ mengklasifikasi dengan sifat-
sifatnya.dikatakan bahwa Allah mempunyai beberapa sifat yang wajib
bagi Allah, dan beberapa sifat mustahil baginya, yang keteranganya
banyak dijelaskan dalam kitab- kitab tauhid.9

2) Rasul dan Wahyu


Islam menegaskan bahwa setelah doktrin berkaitan dengan sifat tuhan
(at-Tauhaid), doktrin yang menempati urutan paling penting yang
menyusulnya adalah doktrin yang kenanabian (An-Nubuwwah),
menerut pemahaman Islam, tuhan telah menjadikan nubuwah sebagai
realitas sentral dalam perjalanan sejarah umat manusia; lingkaran
kenabian dimulai sejak Nabi Adam a.s. dan ditutup dengan turunnya
wahwun Al-Quran. Disebutkan terdapat kurang lebih 124.000 Nabi
yang diutus kepada setiap bangsa dan kelompok maysarakat, dan
tuhan tidak akan meninggalkan sesuatu kelompok umat manusia tanpa
kehadiran wahyu, seperti yang secara tegas dijelaskan dalam al-quran
tentu saja, kepada seyiap suku bangsa terdapat utusan. (QS. 10 : 48).
Seorang utusan Tuhan telah dipilih oleh Allah dan hanya oleh diri-
Nya sendiri. Klasifikasi utusan-utusan Tuhan (Al-Anbiya’) terdiri dari
mereka yang membawa kabar tertentu dari tuhan, disebut dengan nabi,
dan mereka yang menjadi utusan disebut dengan rosul pembawa misi
ajaran yang besar dan kelompok lain, mereka yang memiliki sikap
tegu, didalam bahasa arab disebut ulul-‘azhmi, yakni Nabi-nabi :
Musa, Isa Al-Masih, dan Nabi pembawa ajaran islam, yang
mengakkan agama yang baru. Pada setiap kasus, Nabi menerima
ajarannya dari tuhan; sabda-sabda dan perbuatannya buka dari sifatnya
yang genius atau sumber-sumber yang didapat dari latar belakang
historis . Nabi tidak berhutang budi dan mendapatkannya semua dari
siapapun kecuali Allah dia membawa suatu ajaran yang mempunyai
kesegaran dan semerbak keharunan yang benar-benar asli karena
ajarannya berasal dari asal yang satu, suatu misi, yang dalam kasus ini
ia menjadi penerima pasif. 

9
An-Nadwi Fadli sa’id, Ilmu Tauhid (Benteng Iman), (Surabaya: Al-Hidayah, 1998) h. 130
3) Manusia
Islam memandang manusia baik laki-laki maupun perempuan, dari
segi dirinya sendiri sebagai makhluk yang berdiri dihadapan
Tuhannya, baik sebagai hamba-Nya maupun sebagai khalifah di muka
bumi ini. Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah liat
(Nabi Adam) dan menghembuskan ruh kepadanya setelah itu Allah
mengajarkan semua nama-nama benda padanya dan memerintahkan
kepada seluruh makhluk Allah agar bersujud pada-Nya, merekan
bersujud kecuali iblis yang tidak mau bersujud pada Adam, yang
akhirnya iblis dilaknat oleh Allah dan menjadi musuh para hamba
Allah hingga hari kiamat nanti. islam juga memandang hakikat
manusia dalam realitasnya yang permanin, manusia juga sebagai
makhluk seperti yang kita ketahui sampai pada saat ini, tidak berasal
dari proses evolusi dari makhluk yang lebih rendah. Manusia juga
diciptakan dengan dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan, masing-
masing telah diberi aturan oleh islam dan akan diberi putusan sesuai
dengan amalnya di akhirat nanti. 
4) Alam Semesta
Alam semesta yang juga dikatakan alam kosmos, jagat raya, alam
universal adalah ciptaan Allah yang diciptakan sebagai tempat para
mahluk Allah yang lain. Tanah air, hewan, pepohonan merupakan
pemberian Allah yang harus kita jaga. Semua ciptaan Allah pasti
memiliki manfaat tersendiri, entah manfaat yang sudah diketahui
maupun manfaat yang belum diketahui, waktu-waktu shalat wajib
yang dilakukan lima kali sehari ditentukan sesuai gerakan spesifik
matahari, sebagaimana pula menunjukkan waktu permulaan dan
berakhirnya puasa.
5) Eskatologi
Banyak dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadist Nabi membahas
subyek yang berkaitan dengan persoalan-persoalan eskatologis, atau
hari akhir, dari seluruh realitas, baik makrokosmik maupun
mikrokosmik. Islam menyakini bahwa pada saat kematian, indifidu-
indifidu memasuki suatu keadaan yang nantinya menjadi pembuktian
kebenaran dari pokok-pokok keimanan mereka, dari hasil perbuatan
meraka dalam kehidupan, meskipun keyataannya akan selalu
bergantung pada dimensi kasih Ilahi yang tidak terhingga. Al-Qur’an
dan Hadits memberikan deskripsi dengan jelas tentang surga dan
neraka. Islam juga memiliki ajaran yang detail tentang peristiwa-
peristiwa eskatologis pada dunia makrokosmik. Menurut Islam sejarah
umat manusia dan kosmik mempunyai akhir, sebagaimana juga
mereka memiliki awal. Akhir dari sejarah manusia akan ditandai
dengan saat kedatangan figure yang diberi gelar Al-Mahdi yang akan
menghapus penindasan, mengalahkan para musuh agama, dan
mengembalikan rasa kedamaian dan keadilan di bumi. Setelaah
periode yang hanya Tuhan sendiri dengan past mengetahunya,
bersamaan dengan kedatangan kedua Isa Almasih ke Jerusalem, yang
akan membawa sejarah umat manusia untuk menjelang dan
menghadapi kedatangan hari pengadilan. Isa Almasih mempunyai
peran sentral dalam eskatologi ajaran islam, namun dia bukanlah
krestus dalam pengertian ajaran kristiani yang menjadi bagian dari
trinitas, melainkan sebagai figure agung dan mata rantai genealogi
Nabi-nabi yang menganut ajaran Ibrahimiah a.s. yang menegaskan
keesaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai