Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Salah satu badan yang urgen dan strategis dalam suatu Negara adalah
adanya badan peradilan. Lembaga peradilan bertugas menyelesaikan
persengkatan dan memutuskan hukum. Dengan peradilan, memelihara
keseimbangan dan kedamaian dalam masyarakat luas setidaknya bisa sedikit
ter-realisasi. Peradilan memberikan keputusan didalam perkara yang nyata
(konkrit) yang diembankan kepadanya untuk diadili, sesuai dengan kaidah-
kaidah hukum yang ditetapkan undang-undang.
Adapun suatu negara harus memiliki badan peradilan setidaknya ada
beberapa alasan yang menganjurkanya. Pertama, Terciptanya perdamaian
karena masyarakat memperoleh kepastiannya hukumnya dan diantara
masyarakat saling menghargai hak-hak orang lain. Tidak ada yang berbuat
semena-mena, karena semuanya telah diatur oleh Undang-undang. Kedua,
terciptanya keadilan dalam masyarakat karena masyarakat memperoleh hak-
haknya. Ketiga, Terwujudnya aparatur pemerintahan yang jujur, bersih dan
berwibawa. Dari beberapa alasan-alasan ditas sekiranya hikmah dibentuknya
suatu peradilan adalah ter-realisasinya kehidupan masyarakat yang sejahtera
dan nyaman.
Dalam suatu peradilan terdapat Hakim yang bertugas untuk mengawal dan
melaksanakan suatu putusan orang yang bersengketa. Didalam suatu peradilan
juga dikenal dengan pembantu hakim, yang secara global bertugas sebagai
pembantu hakim dalam hal pencatatan ataupun yang lainya.
Berlandaskan uraian diatas penulis ingin sedikit membahas tentang hakim
dan pembantu hakim. Dalam makalah ini akan sedikit dibahas bagaimana
system hakim dan pembantu hakim dalam sutu badan peradilan Islam.
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian hakim dan pembantu hakim ?
2. Bagaimana sistem hakim dan pembantu hakim dalam konteks peradilan
Islam ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengertian hakim dan pembantu hakim dalam peradilan
Islam.
2. Untuk mengetahui sistem hakim dan pembantu hakim dalam konteks
peradilan Islam.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGRETIAN HAKIM DAN PEMBANTU HAKIM DALAM


PERADILAN ISLAM
1. Pengertian Hakim
Hakim berasal dari kata ‫حاكم – حكم – یحكم‬: sama artinya dengan qodh’i yang

berasal dari kata ‫ قضى – یقضى – قا ض‬artinya memutus. Sedangkan menurut


Bahasa adalah orang yang bijaksana atau orang yang memutuskan perkara dan
menetapkannya.1 Adapun pengertian menurut syar'a yaitu orang yang diangkat
oleh kepala negara untuk menjadi hakim dalam menyelesaikan gugatan,
perselisihanperselisihan dalam bidang hukum perdata oleh karena penguasa
sendiri tidak dapat menyelesaikan tugas peradilan,2 sebagaimana Nabi
Muhammad SAW telah mengangkat qoth’i untuk bertugas menyelesaikan
sengketa di antara manusia di tempat-tempat yang jauh, sebagaimana ia
telah melimpahkan wewenang ini pada sahabatnya.3
Sedangkan kata Qhodi sendiri ada beberapa ma’na. Pertama, orang
yang menyelesaikan, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah surat
al-Ah’zab ayat 37, yang berbunyi:

‫ق ٱهَّلل َ َوتُ ْخفِى فِى‬ ِ َّ‫ك َوٱت‬َ ‫ك َزوْ َج‬ َ ‫ى أَ ْن َع َم ٱهَّلل ُ َعلَ ْي ِه َوأَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه أَ ْم ِس ْك َعلَ ْي‬
ٓ ‫َوإِ ْذ تَقُو ُل لِلَّ ِذ‬
Z‫ى زَ ْي ٌد ِّم ْنهَا َوطَ ًرا‬Zٰ ‫ض‬َ َ‫ق أَن ت َْخ َش ٰىهُ فَلَ َّما ق‬ ُّ ‫اس َوٱهَّلل ُ أَ َح‬
َ َّ‫ك َما ٱهَّلل ُ ُم ْب ِدي ِه َوت َْخ َشى ٱلن‬ َ ‫نَ ْف ِس‬
Z‫ضوْ ۟ا ِم ْنه َُّن َوطَ ًرا‬
َ َ‫ج أَ ْد ِعيَٓائِ ِه ْم إِ َذا ق‬ ٰ
ِ ‫زَ َّوجْ نَ َكهَا لِ َك ْى اَل يَ ُكونَ َعلَى ْٱل ُم ْؤ ِمنِينَ َح َر ٌج فِ ٓى أَ ْز ٰ َو‬
‫َو َكانَ أَ ْم ُر ٱهَّلل ِ َم ْف ُعواًل‬

1
Muhammad Salam Madkur, Al-Qada Fil Islam, (Beirut: Dar al-Qolam, tt), 11.
2
Tengku Muhammad Hasbi Ash Sidiqi, Peradilan dan Hukum Acara Islam, cet. 1 (Semarang: PT
Pustaka Rizki Putera, 1997), 39.
3
Muhammad Salam Madkur, Al-Qada Fil Islam, (Beirut: Dar al-Qolam, tt), 11.
4

Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan ni’mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi
ni’mat kepadanya: “Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah
kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu
apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada
manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.
Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya
(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak
ada keberatan bagi orang mu’min untuk (mengawini) isteri-isteri
anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah
menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah
ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Kedua, bermakna menunaikan sebagaimana dalam firman Allah surat
al-Jumu’ah ayat 10, yang berbunyi:

۟ ‫وا ِمن فَضْ ِل ٱهَّلل ِ َو ْٱذ ُكر‬


Z۟ ‫ض َوٱ ْبتَ ُغ‬ Z۟ ‫صلَ ٰوةُ فَٱنت َِشر‬
‫ُوا ٱهَّلل َ َكثِيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ْ‫ُوا فِى ٱأْل َر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫فَإِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
َ‫تُ ْفلِحُون‬

Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.
Ketiga, menghalangi atau mencegah yang artinyahakim bisa
melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar, menolong yang teraniaya dan
menolak kezoliman yang merupakan kewajiban.4
2. Pengertian Pembantu Hakim
Hakim Pembantu adalah gelar untuk anggota panel hakim yang
bukan Hakim Ketua di sejumlah badan hukum. Term istilah pembantu
Hakim muncul kali pertama pada masa Bani Umayyah yang bertujuan untuk
membantu hakim atau penulis mahkamah atau penulis peneliti. yang dilatar
belakangi tuntutan kebutuhan, perkembangan hidup dan luasnya tugas-tugas
hakim serta banyaknya perkara yang harus di tangani.

B. SISTEM HAKIM DAN PEMBANTU HAKIM DALAM KONTEKS


PERADILAN ISLAM
1. Hakim
4
Tengku Muhammad Hasbi ash Shidiqi, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra. 2001), 33-34.
5

a. Tugas Hakim dalam Peradilan Islam


Hakim dibentuk salah satunya adalah untuk merealisasikan hokum-
hukum normatif. Adapun tugas-tugas Hakim dalam peradilan Islam
adalah:
1) Memberi  penyelesaian terhadap suatu perkara yang diajukan ke Qodi
Qudhot.
2) Melimpahkan hak kepada pihak yang dinyatakan benar dalam
persidangan dengan keputusan qadhi.
3) Menetapkan perwalian bagi yang berada di bawah pengampuan.
4) Mengkoordinir serta mengurus semua yang berhubungan dengan harta
wakaf.
5) Mentanfizkan wasiat  bila  yang berwasiat berhalangan.
6) Menikahkan anak yatim serta orang yang dinyatakan tidak
mempunyai wali.
7) Menjatuhkan hukuman hudud bagi orang yang melanggar atau
melakukan tindak pidana.
8) Menangani masalah yang berhubungan dengan masyarakat yang
berkaitan dengan eradilan.
9) Menetapkan saksi dalam persidangan yang diselenggarakan
diperadilan yang berada di bawah kekuasaannya.5
b. Kode Etik Hakim dalam Peradilan Islam
Adabul qadhi adalah tingkah laku yang baik dan terpuji yang harus
dilaksanakan oleh seorang hakim (Qadhi) dalam berinteraksi sesama
manusia dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan hal ini dapat
dikatakan bahwa adabul qadhi adalah perbuatan yang patut dilaksanakan
oleh seorang hakim baik didalam mahkamah maupun diluar mahkamah.6
Adil Mustafa Basyuri menetapkan hal-hal yang harus
dilaksanakan adabul qadhidalam persidangan adalah sebagai berikut:

5
Teuku Muhammad Hasbi as-Shiddiqie, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2001), 22-26.
6
Abdul Manan, Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan, (Jakarta: Kencana, 2010), 33.
6

1) Hakim itu Mustaqillah, bebas dari pengaruh orang lain, ia tegar tidak
mau ditekan sekalipun oleh penguasa.
2) Persidangan hakim itu terbuka untuk umum.
3) Hakim itu tidak membeda-bedakan orang yang bersidang
dihadapannya.
4) Hakim harus bernasihat mendamaikan para pihak.
5) Hakim adil dalam memberikan hak bebicara kepada orang yang
menuntut keadilan kepadanya.
6) Setiap putusannya wajib bertawakal.
7) Orang yang meminta keadilannya mempunyai hak ingkar.
8) Memperlakukan semua orang punya hak yang sama.
9) Setiap putusannya harus didasarkan pada ketentuan syariat
10) Melindungi pencari keadilan.
11) Memandang sama kepada para pihak.
12) Memulai persidangan dengan ucapan yang sopan.7
c. Tata cara Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan
 Dalam menjatuhkan suatu hukum, seorang hakim harus melakukan
proses dengan melalui berbagai tahapan, seperti mendengarkan dakwaan
dari pendakwa atau penuduh, memberikan kesempatan terdakwa untuk
menanggapi dakwaan, memeriksa kebenaran dakwaan melalui bukti
maupun saksi. Berikut penjelasan dari proses tersebut, yaitu:
1) Pendakwa atau penuduh diberikan kesempatan secukupnya untuk
menyampaikan tuduhannya sampai selesai. Sementara itu
terdakwa atau tertuduh diminta untuk mendengarkan dan
memperhatikan semua tuduhan dengan sebaik-baiknya sehingga
apabila tuduhan telah selesai terdakwa dapat menilai benar atau
tidaknya tuduhan tersebut.
2) Sebelum dakwaan atau tuduhan selesai disampaikan maka hakim
tidak boleh bertanya kepada pendakwa, sebab di khawatirkan akan

7
Oyo Sunaryo Mukhlas, Perkembangan Peradilan Islam, CetI, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011).
79.
7

dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif kepada


terdakwa.
3) Hakim memeriksa tuduhan-tuduhan tersebut dengan mengajukan
beberapa pertanyaan yang di anggap penting untuk menguatkan
dakwaannya. Apabila terdakwa menolak, maka dia harus
bersumpah.
4) Pendakwa harus menunjukan bukti-bukti yang benar, untuk
menguatkan dakwaannya. Rasulullah saw. bersabda, yang artinya
"Pendakwa harus menunjukkan bukti-bukti dan terdakwa harus
bersumpah" (HR. Baihaqi).
5) Jika pendakwa menunjukkan bukti-bukti yang benar maka hakim
harus memutuskan sesuai dengan tuduhan meskipun terdakwa
menolak dakwaan tersebut. Sebaliknya jika terdakwa dapat bukti-
bukti yang benar hakim harus menerima sumpah terdakwa
sekaligus membenarkan terdakwa.8
2. Pembantu Hakim
Biasanya hakim membutuhkan orang-orang yang membantunya dalam
proses peradilan dan pengambilan keputusan, ada penulis hakim atau
penulis mahkamah atau penulis mahkamah atau penulis peneliti. Di zaman
Bani Umayyah muncul pembantu-pembantu hakim menurut tuntutan
kebutuhan, perkembangan hidup dan luasnya tugas-tugas hakim serta
banyaknya perkara yang harus ditangani. 9 Adapun tugas-tugas pembantu
Hakim diantanya:
a. Juru panggil
Dia adalah orang yang duduk di majelis hakim untuk menjelaskan
kedudukan hakim dan mengenalkannya, dan memanggil pihak yang
berperkara. Orang ini disebut dengan orang yang ada diatas kepala hakim
atau pemilik majelis.
b. Pengawal

8
Atiyah Musrifah, al-Qada fi al-Islam, (Ttp: Syarkat al-Ausaq, 1996), 105.
9
Koto, Alaidin, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: PT. Grafindo. 2011), 78.
8

Dia adalah petugas yang berdiri di pintu hakim untuk menahan orang-
orang selama proses kajian terhadap perkara, menata masuknya orang-
orang yang berseteru ketika mereka berdesak-desakan karena jumlah
mereka yang banyak. Pengawal ini bisa sekaligus pemanggil yang berdiri
dibelakang kepala hakim, dia bertugas menjalankan dua pekerjaan
sekaligus, bisa jadi dia adalah petugas keamanan dari unsur tentara atau
dia memang petugas keamanan peradilan. Hakim terkadang menugasinya
untuk melakukan sebagian pekerjaan di mahkamah atau menunaikan
sebagian tugas luar.
c. Penerjemah
Para hakim mengangkat penerjemah karena banyaknya orang-orang
bukan Arab yang masuk Islam. Orang-orang tersebut saling mengenal
sebagian dengan sebagian yang lain. Jika terjadi perselisihanatau gugatan
atau klaim, maka hakim meminta bantuan penerjemah yang tsiqah dan
diterima untuk menerjemahkan bahasa pihak yang berseteru ke dalam
bahasa Arab.10

10
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra. 2001), 29.
9

BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Dari uraian ditas penulis dapat mengambil sutau kesimpulan, bahwa:
1. Secara global Hakim adalah orang yang diangkat oleh kepala negara untuk
menjadi hakim dalam menyelesaikan gugatan, perselisihan-perselisihan dalam
bidang hukum perdata oleh karena penguasa sendiri tidak dapat menyelesaikan
tugas peradilan. Sedangakn term pembantu hakim mulai ada sejak masa
Bani Umayyah yang bertujuan untuk membantu hakim atau penulis
mahkamah tau penulis peneliti.
2. Tugas pokok seorang Hakim adalah merealisasikan suatu keadilan dalam
dan pada kehidupam masyarakat. Dalam memutuskan suatu perkara seorang
Hakim tidak boleh semena-mena dalam membuat putusan. Tetapi harus
melalui dan melakukan beberapa tahap. Salah satunya memberikan hak
kebebasan kepada orang yang akan diputusi menyampaikan alasan dan latar
belakang kejahatan yang diperbuatkanya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. “Peradilan dan Hukum Acara


Islam”. (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001).

Madkur, Muhammad Salam. “Al-Qada Fil Islam”. (Beirut: Dar al-Qolam, tt).
Abdul Manan. “Etika Hakim dalam Penyelenggaraan Peradilan”. (Jakarta:
Kencana, 2010).

Musrifah ,Atiyah. “al-Qada fi al-Islam”. (Ttp: Syarkat al-Ausaq, 1996).


Oyo Sunaryo Mukhlas. “Perkembangan Peradilan Islam”. CetI. (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011).

Koto, Alaidin. “Sejarah Peradilan Islam”. (Jakarta: PT. Grafindo. 2011).

Anda mungkin juga menyukai