Anda di halaman 1dari 64

SISTEM KESEHATAN NASIONAL DAN SISTEM KESEHATAN

DAERAH

Dosen Pengampu :

Dr. Ernawaty, drg.,M.Kes

Oleh:

Kelompok 11 – IKM B 2018

Fitri Anisai Rohmah 101811133099

Saskia Novianti 101811133102

Muhammad Naufal Adinata 101811133105

Restiana Dhivana Julieta 101811133117

Lathiifah Amalia Rihtianti 101811133143

Iin Khoiriyah Ulfah 101811133160

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung

Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat

sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis

mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah

Administrasi Kebijakan dan Kesehatan yang berjudul ”Sistem Kesehatan Nasional

dan Sistem Kesehata Daerah”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan

apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Surabaya, 13 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................1

Daftar isi............................................................................................................. 2

BAB I................................................................................................................. 4

SISTEM KESEHATAN NASIONAL.............................................................. 4

1.1 Definisi Sistem Kesehatan Nasional........................................................... 4


1.2 Landasan Sistem Kesehatan Nasional........................................................ 5
1.3 Tujuan Sistem Kesehatan Nasional…........................................................ 7
1.4 Fungsi Sistem Kesehatan Nasional ........................................................... 7
1.5 Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional…................................................ 8
1.6 Faktor yang Mempunyai Pengaruh Besar terhadap Sistem Kesehatan
Nasional.................................................................................................... 9
1.7 Prinsip Dasar Sistem Kesehatan Nasional…........................................... 11
1.8 Pelaku Sistem Kesehatan Nasional…..................................................... 14
1.9 Tahapan Menyusun Sistem Kesehatan Nasional ................................... 15
1.10 Pentahapan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional…........... 18
1.11 Summary........................................................................................... 20

BAB II.......................................................................................................... 22

SUBSISTEM SISTEM KESEHATAN NASIONAL.................................. 22

2.1 Subsistem Upaya Kesehatan................................................................... 22

2.2 Subsistem Pembiayaan Kesehatan.......................................................... 30

2.3 Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan........................................... 34

2.4 Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan............................................ 38

2.5 Subsistem Pemberdayaan Masyarakat.................................................... 43

2.6 Subsistem Manajemen Kesehatan.......................................................... 47

2.7 Summary................................................................................................ 55

BAB III....................................................................................................... 56

SISTEM KESEHATAN DAERAH........................................................... 56

3.1 Pengertian Sistem Kesehatan Daerah................................................... 56

2
3.2 Tujuan Sistem Kesehatan Daerah......................................................... 57

3.3 Prinsip Sistem Kesehatan Daerah......................................................... 57

3.4 Pelaku Sistem Kesehatan Daerah......................................................... 57

3.5 Perbedaan Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan


Daerah...................................................................................................... 58

3.6 Summary............................................................................................ 60

BAB IV................................................................................................... 61

CONCLUSION....................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 62

3
BAB I

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

1.1 Definisi Sistem Kesehatan Nasional

System is interconnected parts or elements in certain pattern of work.

Sistem adalah suatu keterkaitan diantara elemen-elemen pembentuknya dalam

pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua prinsip dasar suatu

sistem, yakni: 1) Elemen, komponen atau bagian pembentuk system; dan 2)

Interconnection, yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu.

Keberadaan sekumpulan elemen, komponen, bagian, orang atau organisasi

sekalipun, jika tidak mempunyai saling keterkaitan dalam tata-hubungan

tertentu untuk mencapi tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai

anggota suatu sistem.

Health system to include all the activities whose primary purpose is to

promote, restore or maintain health (WHO, 2000). Sistem Kesehatan terdiri

dari semua kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan,

memulihkan atau menjaga kesehatan. Dalam sebuah sistem harus terdapat

unsur - unsur input, proses, output, feedback, impact dan lingkungan. Sistem

kesehatan yang telah di sahkan sesuai SK Menkes bahwa tujuan yang pasti

adalah meningkatkan derajat yang optimal dalam bidang kesehatan dan

kesejahteraan yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

Sistem Kesehatan adalah semua kegiatan yang tujuan utamanya untuk

meningkatkan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Cakupannya

meliputi Formal Health services yang mencakup pula : Promosi Kesehatan,

Pelayanan kesehatan oleh tenaga medik profesional, Pengobat tradisional,

4
Pengobatan Alternatif. Pendekatan Sistemik yang biasa digunakan ada dua

cara yaitu : (1) identifikasi komponen pembentuk sistem; dan (2)

menganalisis interconnection, saling keterkaitan antar komponen dalam pola

tertentu. (WHO)

Pengertian sistem kesehatan nasional menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia bahwa sistem kesehatan nasional adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya

Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya

tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan

rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Sistem

Kesehatan Nasional, 2009). Adapun pengertian sistem kesehatan nasional

menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia, yang selanjutnya di singkat

SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua

komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna

menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

(Perpres RI Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional)

1.2 Landasan Sistem Kesehatan Nasional

SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan

pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional.

Jadi,landasan SKN sama dengan landasan pembangunan nasional. Landsan

tersebut adalah:

a. Landasan idiil yaitu pancasila:

Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat

5
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial bagi

Seluruh Rakyat Indonesia

b. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945,khususnya:

1. Pasal 28 a; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya;

2. Pasal 28 b ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan

hidup,tumbuh,dan berkembang.

3. Pasal 28 c ayat (10; setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya,berhak mendapatkan pendidikan,dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,seni dan

budaya,demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan

umat manusia.

4. Pasal 28 H ayat (1) ;setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin,bertempat tinggal,dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan,dan ayat

(3);setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

5. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan,dan ayat (3) ;negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

fasilitas pelayanan umum yang layak

1.3 Tujuan Sistem Kesehatan Nasional

6
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh

semua komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau

masyarakat termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara

sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggitingginya.

1.4 Fungsi Sistem Kesehatan Nasional

Fungsi bentuk pokok sistem kesehatan nasional adalah:

1. Merumuskan kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya kesehatan baik

yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Hal ini penting,agar

perubahan dan perkembangan upaya kesehatan dapat terarah sehingga

pembangunan kesehatan semakin mantap.

2. Mengelola atau membina upaya kesehatan,yang berarti

merencanakan,menggerakkan serta mengawasi pelaksanaan upaya

kesehatan. Dalam menggerakkan upaya kesehatan ini termasuk kegiatan

mengorganisasi,mengusahakan tenaga,mengadakan bimbingan terhadap

upaya kesehatan serta mengadakan motivasi tenaga-tenaga untuk

peningkatan upaya kesehatan.

3. Melaksanakan upaya kesehatan

Upaya kesehatan dilakukan baik oleh pemerintah pusat dan daerah

maupun oleh masyarakat yang terorganisasi dan perorangan. Khusus

upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh sektor lain di luar kesehatan agar

didasarkan pada langkah-langkah yang telah ditentukan.

1.5 Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional

7
1. Suprasistem SKN

Suprasistem SKN adalah Ketahanan Nasional. SKN bersama dengan

berbagai sistem nasional lainnya diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa

Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undangundang Dasar

1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian, abadi dan keadilan sosial. Dalam kaitan ini,

undangundang yang berkaitan dengan kesehatan merupakan kebijakan

strategis dalam pembangunan kesehatan.

2. Kedudukan SKN dalam Sistem Nasional Lainnya Terwujudnya keadaan

sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya menjadi tanggung-

jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung-jawab berbagai sektor

terkait. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, SKN perlu

menjadi acuan bagi sektor lain. Dalam penyelenggaraan pembangunan

nasional, SKN dapat bersinergis secara dinamis dengan berbagai sistem

nasional lainnya, seperti: Sistem Pendidikan Nasional, Sistem

Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan Pangan Nasional, Sistem

Hankamnas, dan Sistem nasional lainnya. Dengan demikian pelaksanaan

pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan dengan

mengikutsertakan seluruh sektor terkait kesehatan sejak awal perencanaan

agar dampak pembangunan yang dilakukan tidak merugikan derajat

kesehatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam jangka

pendek maupun jangka panjang.

8
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan di

Daerah Dalam pembangunan kesehatan, SKN merupakan acuan bentuk dan

cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.

4. Kedudukan SKN terhadap berbagai Sistem Kemasyarakatan, termasuk

Swasta Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh

dukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang secara bersama

terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. Di lain pihak, sebagai

sistem kemasyarakatan yang ada, termasuk potensi swasta berperan aktif

sebagai mitra dalam pembangunan kesehatan yang dilaksanakan sesuai

SKN. Dalam kaitan ini SKN dipergunakan sebagai acuan bagi masyarakat

dalam berbagai upaya kesehatan.

1.6 Faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap Sistem Kesehatan

Nasional

1. Kependudukan

Faktor demografi yang menggambarkan keadaan penduduk baik

jumlah struktur maupun dinamika serta kualitasnya merupakan faktor

penting yang harus diperhatikan dalam kebijaksanaan penyelenggaraan

upaya kesehatan. Jumlah penduduk yang besar serta tingkat fertilitas

yang tinggi menyebabkan struktur penduduk yang kurang

menguntungkan bagi penyelenggaran upaya kesehatan.

2. Perilaku penduduk terhadap kesehatan

Faktor ini sanngat dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya

masyarakat termasuk tingkat pendidikan dan antara lain berkaitan

9
dengan pengertian sehat sehat serta sakit,pengobatan

sendiri,penggunaan sumber daya kesehatan dan adat istiadat

3. Lingkungan

Faktor ini meliputi lingkungan sosial budaya termasuk

ekonomi,lingkungan fisik dan biologik. Faktor lingkungan ini

mempunyai pengaruh yang besar dalam peningkatan derajat kesehatan

dan produktivitas dalam pembangunan. Dalam faktor lingkungan

sosial budaya,ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang dapat

diterima dan terjangkau oleh masyarakat,merupakan faktor penting

dalm rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Keadaan

geografi juga sangat penting bagi Indonesia. Jika pembangunan dalam

sektor perhubungan dan komunikasi tidak memadai ,hal ini merupakan

hambatan bagi pelaksanan upaya kesehatn,karena menyebabkan

terdapatnya daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau. Di samping itu

Indonesia terletak di daerah seismik aktif dan beriklim tropis. Faktor

itu berpengaruh terhadap penyelenggaraan upaya kesehatan.

4. Sumber Daya

Suatu negara yang cukup memiliki memiliki sumber daya alam dan

keberhasilan pembangunan dalam sektor ekonomi dapat mendukung

upaya kesehatan yaitu dengan tersedianya dana bagi penyelenggaraan

upaya kesehatan. Meningkatkan kesejahteraan umum akan

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membiayai pemliharaan

kesehatan bagi dirinya sendiri dan memudahkan pelaksanan

pembangunan di bidang kesehatan dan bidang lainnya.

10
5. Kesepakatan Kebijaksanaan

Perlu dipahami dan disepakati oleh semua yang terlibat dalam

penyelenggraan upaya kesehatan berdasarkan sistem Kesehatan

Nasional ini,bahwa cita-cita luhur seperti tertera dalam Sistem

Kesehatan Nasional hanya dapat berhasil jika terdapat kesepakatan

kebijaksanaan(political commitment) pada semua tingkat,baik

lingkungan pemerintah,masyarakat,swasta,maupun perorangan. Sistem

Kesehatan Nasional harus mendapat dukungan landasan hukum yang

dapat mengikuti secara dinamis,karena upaya tersebut makin

kompleks. Agar proses penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

dapat berjalan seperti yang diharapkan,jelas bahwa potensi masyarakat

termasuk swasta harus dikembangkan dan dibina sehingga dapat

berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.

1.7 Prinsip Dasar Sistem Kesehatan Nasional

Prinsip dasar SKN adalah norma,dan aturan pokok yang bersumber dari

falsafah dan budaya Bangsa Indonesia ,yang dipergunakan sebagai acuan

berfikir dan bertindak dalam menyelenggarakan SKN. Prinsip dasar

tersebut meliputi:

1. Perikemanusiaan

Penyelenggara SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan

yang dijiwai,digerakkan,dan dikendalikan oleh keimanan dan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya

pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip

kemanusiaan. Tenaga kesehatan dituntut untuk tidak diskriminatif serta

11
selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan.

2. Hak Asasi Manusia

Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia.

Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap

orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan

suku,golongan,agama,dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

3. Adil dan merata

Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata.

Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya ,perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata,baik

geografis maupun ekonomis.

4. Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat

Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip Pemberdayaan

dan Kemandirian Masyarakat. Setiap orang dan masyarakat bersama

dengan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

perorangan,keluarga,masyarakat,beserta lingkungannya.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada

kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri,kepribadian

bangsa,semangat solidaritas sosial,dan gotong royong.

5. Kemitraan

12
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan.

Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang

kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan

masyarakat termasuk swasta,dengan mendayagunakan potensi yang

dimiliki. Kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk

swasta serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan

diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil-guna dan berdaya-

guna,agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

6. Pengutamaan dan Manfaat

Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip Pengutamaan dan

Manfaat. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan lebih

mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan perorangan

maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu dilaksanakan

dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus

lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit. Pembagunan kesehatan diselenggarakan secara

berhasil-guna dan berdaya-guna,dengan mengutamakan upaya

kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan

masyrakat beserta lingkungannya.

7. Tata Kepemerintahan yang Baik

13
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis

berkepastian hukum,terbuka (transparent), rasional/profesional,serta

bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountable).

1.8 Pelaku Sistem Kesehatan Nasional

1. Mayarakat

Masyarakat meliputi tokoh masyarakat, masyarakat madani,

lembaga swadaya masyarakat, media massa, organisasi profesi,

akademisi, para pakar, serta masyarakat luas termasuk swasta, yang

berperan dalam advokasi, pengawasan sosial, dan penyelenggaraan

berbagai upaya kesehatan sesuai bidang dan keahlian masing – masing.

2. Pemerintah

Pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, mapun

pemerintah kabupaten / kota yang berperan sebagai penanggung jawab,

penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan kesehatan dalam

lingkup wilayah, kerja, dan kewenangan masing – masing. Untuk

pemerintah pusat peranan tersebut di tambah dengan menetapkan

kebijakan, standar, pedoman, pembangunan kesehatan dalam lingkup

nasional yang dipakai sebagai acuan dalam menyelenggarakan

pembangunan kesehatan daerah.

3. Badan Legislatif

Badan legislatif meliputi baik di pusat maupun di daerah yang

berperan melakukan persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk

14
– produk hukum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan

legislatif.

4. Badan Yudikatif

Badan Yudikatif yang berperan menegakkan pelaksanaan hukum

dan peraturan perundang – undangan yang berlaku di bidang

kesehatan.

1.9 Tahapan Menyusun Sistem Kesehatan Nasional

Proses Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

A. Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman, yakni cara

berfikir dan bertindak logis, sistematis, komprehensif, dan holistik dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Pendekatan kesisteman tersebut

menuntut perlunya pemahaman tentang unsur - unsur sistem serta

keterkaitannya satu sama lain, sebagai berikut :

a. Masukan

Unsur masukan dalam SKN adalah subsistem pembiayaan kesehatan,

subsistem sumber daya manusia kesehatan, dan subsistem obat dan

perbekalan kesehatan.

b. Proses

Unsur proses dalam SKN adalah subsistem upaya kesehatan, subsistem

pemberdayaan masyarakat, dan subsistem manajemen kesehatan.

c. Keluaran

Unsur keluaran dalam SKN adalah terselenggaranya pembangunan

kesehatan yang berhasil - guna, berdaya - guna, merata, dan berkeadilan.

d. Lingkungan

15
Unsur lingkungan dalam SKN adalah berbagai keadaan yang menyangkut

ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan baik

nasional, regional, maupun global yang berdampak terhadap pembangunan

kesehatan.

B. Penyelenggaran SKN memerlukan keterkaitan antar unsur - unsur SKN,

keterkaitan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan

ketersediaan pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,

teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil - guna fan

berdaya - guna, sehingga upaya kesehatan, baik upaya kesehatan

masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan dapat diselenggarakan

secara merata, tercapai, terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat.

Tersedianya pembiayaan yang memadai juga akan menunjang

keselenggaranya subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem

obat dan perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, serta

subsistem manajemen kesehatan.

b. Subsistem sumber daya manusia kesehatan diselenggarakan guna

menghasilkan tenaga kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan

tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi,

terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil - guna dan

berdaya - guna, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan sesuai

dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya tenaga

kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga akan menunjang

16
terselenggaranya subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem

pemberdayaan masyarakat, serta subistem manajemen kesehatan.

c. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan guna

menghasilkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang

mencukupi, aman, bermutu, dan bermanfaat, serta terjangkau oleh

masyarakat, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan dengan

berhasil - guna dan berdaya - guna.

d. Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna menghasilkan

individu, kelompok, dan masyarakat umum yang mampu berperan aktif

dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat yang berdaya akan

berperan aktif dalam penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan,

subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem obat dan perbekalan

kesehatan, serta subsistem manajemen kesehatan.

e. Subsistem manajemen kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan

fungsi - fungsi administrasi kesehatan, informasi kesehatan, IPTEK

kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang

penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil - guna dan berdaya -

guna. Dengan manajemen kesehatan yang berhasil - guna dan berdaya -

guna dapat diselenggarakan subsistem upaya kesehatan, subsistem

pembiayaan kesehatan, subsistem sumber daya manusia kesehatan,

subsistem obat dan perbekalan kesehatan, serta subsistem pemberdayaan

masyarakat, sebagai suatu kesatuan yang terpadu dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya.

17
C. Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi,

sinkronasi, dan sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN,

maupun dengan sistem serta subsistem lain diluar SKN.

D. Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yang tinggi dan dukungan serta

kerjasama yang baik dari para pelaku SKN yang ditunjang oleh tata

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance).

E. Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk

penetapan berbagai peraturan perundang - undangan yang sesuai.

F. Penyelenggaraan SKN dilakukan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan,

dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban secara

sistematis, berjenjang, dan berkelanjutan.

1.10 Pentahapan Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional

Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap oleh para pelaku

SKN. Penyelenggaraan di daerah disesuaikan dengan aspirasi, potensi, serta

kebutuhan setempat, dengan memperhatikan prioritas pembangunan kesehatan

masing - masing. Pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagai berikut :

1. Penetapan Sistem Kesehatan Nasional

untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN

perlu dikukuhkan dengan peraturan perundang - undangan.

2. Advokasi dan Sosialisasi Sistem Kesehatan Nasional

a. Untuk diperolehnya komitmen dan dukungan dari semua pihak, SKN

perlu diadvokasikan dan disosialisasikan.

b. Sasaran advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik dipusat

maupun daerah.

18
c. Sasaran sosialisasi adalah semua pihak yang terkait dengan

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, terutama masyarakat

termasuk swasta.

3. Fasilitas Pengembangan Sistem Kesehatan Daerah

a. Untuk terselenggaranya pembangunan kesehatan didaerah perlu

dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) dengan mengacu pada

SKN dan mempertimbangkan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik

daerah.

b. SKD tersebut terdiri dari sistem kesehatan provinsi (SKP) dan sistem

kesehatan kabupaten/kota (SKK)

c. Pemerintah pusat memfasilitasi pengembangan SKD, memfasilitasi

pengukuhan SKD dalam bentuk peraturan perundang - undangan

daerah, serta memfasilitasi advokasi dan sosialisasi SKD sesuai

kebutuhan.

4. Pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan Daerah

a. Pelaksanaan SKN dan SKD diwujudkan dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, baik secara nasional maupum dalam lingkup

daerah.

b. Pelaksaan SKN dan SKD diselenggarakan melalui penataan ulang

keenam subsistemnya secara bertahap, sistematis, terpadu, dan

berkelanjutan.

c. Pelaksanaan SKN dan SKD didukung dengan penyusunan kebijakan,

standar, dan pedoman dalam bentuk berbagai peraturan perundang -

undangan.

19
d. Pelaksanaan SKN dan SKD diselenggarakan sesuai dengan asas

desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Pengendalian Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan Daerah

a. Pengendalian SKN dan SKD bertujuan untuk memantau dan menilai

keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdasarkan

SKN dan SKD.

b. Pengendalian SKN dan SKD diselenggarakan secara berjenjang dan

berkelanjutan dengan menggunakan tolak ukur keberhasilan

pembangunan kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah.

c. Untuk keberhasilan pengendalian SKN dan SKD perlu dikembangkan

sistem informasi kesehatan nasional dan daerah yang terpadu.

1.11 Summary

The National Health System (SKN) is a form and method of administering

health development that combines the various efforts of the Indonesian people

in one step to ensure the achievement of health development goals within the

framework of realizing people's welfare as referred to in the 1945

Constitution. The purpose of SKN is the implementation of health development

by all components of the nation, both the Government, Regional Government,

and / or society including legal entities, business entities, and private

institutions in a synergistic, effective and efficient manner, so as to realize the

highest degree of public health. The compilation of this SKN reinforces the

meaning of health development in the context of fulfilling human rights,

clarifying the implementation of health development in accordance with the

vision and mission of the 2005-2025 Long Term Health Development Plan

20
(RPJP-K), strengthening partnerships and transformative leadership,

implementing equitable health efforts affordable and quality, increasing

health investment for the success of national development.

21
BAB II

SUBSISTEM SISTEM KESEHATAN NASIONAL

2.1 Subsistem Upaya Kesehatan.

Pengertian

Subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai

upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP)

secara terpadu dan saing mendukung guna menjamin tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan

Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggitingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan

menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia sebagai ketahanan nasional.

Unsur

1. UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta , untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di

masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,

pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan

lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,

pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan

zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman,

pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya,

sesrta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

22
2. UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan

penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan

pemulihan kecacatan yg ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga

termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran

fisik dan kosmetika.

3. Kedua upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai

upaya kesehatan penunjang. Upaya penunjang untuk UKM antara lain

adalah pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan pelayanan

sediaan farmasi,alat kesehatan dan perbekalan kesehata lainnya.

Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah layanan

laboratorium klinik,apotek,optik,dan toko obat.

Prinsip

Prinsip Penyelenggaraan Subsistem Upaya Kesehatan mengacu pada

prinsip-prisip sebagai berikut:

1. UKM (Usaha Kesehatan Masyarakat) terutama diselenggarakan oleh

pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan swasta.

2. UKP (Usaha Kesehatan Perorangan) diselenggarakan oleh

masyarakat,swasta,dan pemerintah.

3. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan

fungsi sosial.

23
4. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu,

berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional,dan bermutu.

5. Penyelenggaraan upaya kesehatan,termasuk pengobatan tradisional dan

alternatif,harus tidak bertentangan dengan kaidah ilmiah.

6. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma

sosial budaya,moral,dan etika profesi.

Bentuk Pokok

1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

a. UKM Strata Pertama

Yang dimaksud dengan UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar,

yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

dasar yang ditujukan kepada masyarakat.

Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah puskesmas yang

didukung secara lintas sektor dan didirikan sekurang - kurangnya satu di

setiap kecamatan. Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan

diwilayah kerjanya.

Terdapat tiga fungsi utama puskesmas. Yakni sebagai (1) pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat

dibidang kesehatan, dan (3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.

Sekurang - kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus

dilaksanakan oleh puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu dan

anak, dan keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan;

pemberantasan penyakit menular; dan pengobatan dasar.

24
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata

pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri,

keluarga sampai dengan upaya kesehatan bersama yang bersumber

masyarakat (UKBM). Pada saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai

bentuk UKM seperti posyandu, polindes, pos obat desa, pos upaya

kesehatan kerja, dan dokter kecil dalam usaha kesehatan sekolah

b. UKM Strata Kedua

Yang dimaksud dengan UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan,

yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.

Penanggungjawab UKM strata kedua adalah dinas kesehatan

kabupaten/kota yang didukung secara lintas sektor. Dinas kesehatan

kabupaten/kota mempunyai dua fungsi utama, yakni fungsi manajerial dan

fungsi teknis kesehatan.

Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian,

serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di kabupaten/kota. Fungsi teknis kesehatan

mencakup penyediaanpelayanan kesehatan masyarakat tingkat lanjutan,

yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan puskesmas.

Untuk dapat melaksanakan fungsi teknis kesehatan, dinas kesehatan

kabupaten/kota dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti :

unit pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi kesehatan;

pelayanan kefarmasian; kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan

kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. Unit - unit tersebut

25
disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu puskesmas

dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan masyarakat.

Yang dimaksud rujukan kesehatan masyarakat adalah pelimpahan

wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan masyarakat yang

dilakukan secara timbal balik, baik vertikal maupun horizont. Rujukan

kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga aspek, yakni : rujukan sarana,

rujukan teknologi, dan rujukan operasional.

c. UKM Strata Ketiga

Yang dimaksud dengan UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan,

yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.

penanggungjawab UKM strata ketiga adalah dinas kesehatan provinsi dan

departemen kesehatan yang didukung secara lintas sektor. Dinas kesehatan

provinsi dan departemen kesehatan mempunyai dua fungsi, yakni fungsi

manajerial dan fungsi teknis kesehatan.

Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian,

serta pengawasan dan penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan

kesehatan di provinsi/nasional. Fungsi teknis kesehatan mencakup

penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat tingkat unggulan, yakni

dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari kabupaten/kota dan

provinsi.

Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, dinas kesehatan provinsi

dan departemen kesehatan perlu didukung oleh berbagai pusat unggulan

yang dikelola oleh sektor kesehatan dan sektor pembangunan lainnya.

26
Contoh pusat unggulan yang dimaksud adalah institut gizi nasional, institut

penyakit infeksi nasional, institut kesehatan jiwa nasional, institut

ketergantungan obat nasional, institut promosi kesehatan nasional, institut

kesehatan kerja nasional, dan pusat laboratorium nasional, institut

survailans dan teknologi penyakit dan kesehatan lingkungan, serta

berbagai pusat unggulan lainnya. Pusat unggulan ini disamping

menyelenggarakan pelayanan langsung juga membantu dinas kesehatan

dalam bentuk pelayanan rujukan kesehatan.

2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

a. UKP Strata Pertama

Yang dimaksud dengan UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar,

yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

dasar yang ditujukan kepada perorangan.

Penyelenggara UKP atas strata pertama adalah pemerintah, masyarakat,

dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan

profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter, praktik

dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam,

praktik bersama, dan rumah bersalin.

UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh

puskesmas. Dengan demikian puskesmas, dilengkapi dengan puskesmas

pembantu, puskesmas keliling, pondok bersalin desa, dan pos obat desa,

termasuk dalam sarana kesehatan bersumber masyarakat.

Dalam UKP strata pertama juga termasuk pelayanan pengobatan

tradisional dan alternatif, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.

27
Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang diselenggarakan

adalah yang secara ilmiah telah terbukti keamanan dan khasiatnya.

UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti

toko obat dan apotek (dengan kewajiban menyediakan obat esensial

generik), laboratorium klinik, dan optik.

Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata pertama perlu

dilakukan berbagai program kendali mutu, baik yang bersifat prospektif

meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi, maupun yang bersifat konkuren

ataupun retropektif seperti gugus kendali mutu.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah

berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama

melalui puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan

kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter

keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan

pelayanan puskesmas.

b. UKP Strata Kedua

Yang dimaksud UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu

mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik

yang ditujukan kepada perorangan.

Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah, masyrakat, dan

swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik

dokter gigi spesialis, klinik spesialis, balai pengobatan penyakit paru - paru

(BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan

28
B non pendidikan miliki pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN),

dan rumah sakit swasta.

Berbagai sarana pelayanan ini disamping memberikan pelayanan langsung

juga membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan

rujukan medik.

Yang dimaksud dengan pelayanan rujukan medik adalah pelimpahan

wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit yang dilakukan secara

timbal balik, baik secara vertikal maupun horizontal. Rujukan medik

terdiri dari tiga aspek, yakni rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, dan

rujukan bahan - bahan pemeriksaan laboratorium.

UKP strata kedua ini juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang

seperti apotek, laboratorium klinik, dan optik. Untuk meningkatkan mutu

perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu.

c. UKP Strata Ketiga

Yang dimaksud dengan UKP strata ketiga adalah UKP tingkat unggulan,

yaitu uang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.

Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan

swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis konsultan,

praktik dokter gigi spesialis konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah

sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk

TNI/POLRI dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan rumah sakit

swasta. Berbagai sarana pelayanan ini disamping memberikan pelayanan

langsung juga membantu sarana UKP strata kedua dalam bentuk

29
pelayanan rujukan medik. Seperti UKP strata kedua, UKP strata ketiga ini

juga didukung oleh berbagai pelayanan penunjang seperti apotek,

laboratorium klinik, dan optik.

Untuk menghadapi persaingan global, UKP strata ketiga perlu dilengkapi

dengan beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti pusat

unggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker nasional, pusat

penanggulangan stroke nasional, dan sebagainya. Untuk meningkatkan

mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu.

2.2 Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Pengertian

Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya penggalian, pengalokasiaan, dan pembelanjaan sumberdaya

keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tecapainya

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan

Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang

publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan

kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan

untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab

pemerintah.

Unsur

Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni

pengendalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.

30
1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yg diperlukan untuk

penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau pemeliharaan kesehatan.

2. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yg telah berhasil

dihimpun, baik yg bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun swasta.

3. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yg telah dialokasikan dalam anggaran

pendapatan dan belanja sesuai dengan peruntukannya dan atau dilakukan

melalui jaminan pemeliharaan kesehatan wajib atau sukarela

Prinsip

Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara

berdaya-guna,adil,dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan

akuntabilitas.

2. Dana Pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya Kesehatan Perorangan bagi masyarakat rentan dan

keluarga miskin.

3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan

perorangan yang terorganisir,adil,berhasil-guna,dan berdaya-guna melalui

jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial

yang wajib maupun sukarela,yang dilaksanakan secara bertahap.

4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan

melalui penghimpun secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana

sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun

(misal:dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.

31
5. Pada dasarnya penggalian,pengalokasian, dan pembelanjaan pembiayaan

kesehatan di daerah merupakan tanggungjawab pemerintah daerah. Namun

untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan dana

perimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu.

Bentuk Pokok

1. Penggalian Dana

a. Penggalian dana untuk UKM

Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat

maupun daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan

pinjaman, serta berbagai sumber lainnya. Sumber dana lain untuk upaya

kesehatan masyarakat adalah swasta serta masyarakat. Sumber dari swasta

dihimpun dengan menerapkan prinsip public - private partnership yang

didukung dengan pemberian intensif, misalnya keringanan pajak untuk

setiap dana yang diaumbangkan. Sumber dana dari masyarakat dihimpun

secara aktif oleh masyarakat sendiri guna membiayai upaya kesehatan

masyarakat misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan secara pasif,

yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran dari

dana yang sudah terkumpul dimasyarakat, misalnya dana sosial

keagamaan.

b. Penggalian dana untuk UKP

Sumber dana untuk UKP berasal dari masing - masing individu dalam satu

kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber

dananya berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan

pemeliharaan kesehatan wajib.

32
2. Pengalokasian Dana

a. Alokasi Dana dari Pemerintah

Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP

dilakukan melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik

pusat maupun daerah, sekurang - kurangnya 5% dari PBD atau 15% dari

total anggaran pendapatan dan belanja setiap tahunnya.

b. Alokasi Dana dari Masyarakat

Alokasi dana yang berasal dari Masyarakat untuk UKM dilaksanakan

berdasarkan asas gotong royong sesuai dengan kemampuan. Sedangkan

untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan

pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.

3. Pembelanjaan

a. Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public - private partnership

digunakan untuk membiayai UKM. Pembiayaan kesehatan yang terkumpul

dari dana sehat dan dana sosial keagamaan digunakan untuk membiayai

UKM dan UKP.

b. Pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat rentan dan

kesehatan keluarga miskin dilaksanakan melalui jaminan pemeliharaan

kesehatan wajib. Sedangkan pembelanjaan untuk pemeliharaan kesehatan

keluarga mampu dilaksanakan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan

wajib dan atau sukarela.

c. Dimasa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap

digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan

kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin.

33
2.3 Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pengertian

Subsistem sumberdaya manusia (SDM) kesehatan adalah tatanan yang

menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta

pendayahgunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung,

guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya.

Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan

profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal

kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

dalam melakukan upaya kesehatan.

Tujuan

Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga

kesehatan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari

tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga

kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga

keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya,

diantaranya termasuk peneliti kesehatan.

Unsur

1. Perencanaan tenaga kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah, dan

kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dg kebutuhan pembangunan kesehatan.

2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan adalah upaya pengadaan tenaga

kesehatan sesuai dg jenis, jumlah, dan kualifikasi yg telah direncanakan serta

peningkatan kemampuan sesuai dg kebutuhan pembangunan kesehatan.

34
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan adalah upaya pemerataan, pemanfaatan,

pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan.

Prinsip

Penyelenggaran Subsistem SDM kesehatan mengacu pada prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Pengadaan tenaga kesehatan,yakni yang mencakup jumlah,jenis,dan

kualifikasi tenaga kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan

kesehatan serta dinamika pasar di dalam maupun di luar negeri.

2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan

pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga

kesehatan

3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan

teknologi serta pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran

agama dan etika profesi yang diselenggarakan secara berkelanjutan..

4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan

prestasi kerja, dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan

secara nasional.

Bentuk Pokok

1. Perencanaan Tenaga Kesehatan

a. Kebutuhan baik jenis, jumlah, maupun kualifikasi tenaga kesehatan

dirumuskan dan ditetapkan oleh pemerintah pusat berdasarkan masukan

dari majelis tenaga kesehatan yang dibentuk di pusat dan provinsi.

b. Majelis tenaga kesehatan adalah badan otonom yang dibentuk oleh menteri

kesehatan di pusat serta oleh gubernur di provinsi dengan susunan

35
keanggotaan terdiri dari wakil berbagai pihak terkait, termasuk wakil

konsumen dan tokoh masyarakat.

2. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

a. Standar pendidikan vokasi sarjana, dan profesi tingkat, pertama ditetapkan

oleh asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Sedangkan standar pendidikan profesi tingkat lanjutan ditetapkan oleh

kolegium profesi yang bersangkutan.

b. Penyelenggara pendidikan vokasi, sarjana, dan profesi tingkat pertama

adalah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah diakreditasi oleh

asosiasi institusi pendidikan kesehatan yang bersangkutan. Sedangkan

penyelenggara pendidikan profesi tingkat lanjutan adalah institusi

pendidikan (university based) dan institusi pelayanan kesehatan (hospital

based) yang telah diakreditasi oleh kolegium profesi yang bersangkutan.

c. Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi yang

bersangkutan. Sedangkan penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan

termasuk yang bersifat berkelanjutan (continuing education) adalah

organisasi profesi serta institusi pendidikan, institusi pelatihan, dan

institusi pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi oleh organisasi

profesi yang bersangkutan.

d. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus

memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi tenaga

kesehatan yang bersangkutan.

36
e. Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk

tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi

belum diminati oleh swasta menjadi tanggung jawab pemerintah.

3. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan

a. Penempatan tenaga kesehatan disarana pelayanan kesehatan milik

pemerintah dilakukan dengan sistem kontrak kerja, serta penempatan

sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan.

b. Penempatan tenaga kesehatan dengan sistem kontrak kerja

diselenggarakan atas dasar kesepakatan secara sukarela antara kedua belah

pihak.

c. Penempatan tenaga kesehatan sebagai PNS diselenggarakan dalam rangka

mengisi formasi pegawai pusat dan pegawai daerah, serta formasi tenaga

kesehatan strategis, yakni pegawai pusat yang dipekerjakan di daerah.

d. Penempatan tenaga kesehatan disarana pelayanan kesehatan milik swasta

didalam negeri, diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan milik

swasta yang bersangkutan melalui koordinasi dengan pemerintah.

e. Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri

diselenggarakan oleh suatu lembaga yang dibentuk khusus dengan tugas

mengkoordinasikan pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar negeri.

f. Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara Indonesia lulusan luar

negeri, didahului dengan program adaptasi yang diselenggarakan oleh

lembaga pendidikan yang telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang

bersangkutan.

37
g. Pendayagunaan tenaga kesehatan asing didalam negeri dilakukan setelah

tenaga kesehatan asing tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan

oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

h. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi yang dilakukan melalui

sertifikasi, registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi. Sertifikat

dilakukan oleh institusi pendidikan; registrasi dilakukan oleh komite

registrasi tenaga kesehatan; uji kompetensi dilakukan oleh masing -

masing organisasi profesi; sedangkan pemberian lisensi dilakukan oleh

pemerintah.

i. Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan

peraturan perundang - undangan, hukum tidak tertulis, serta etika profesi.

j. Pendayagunaan tenaga masyarakat dibidang kesehatan dilakukan secara

serasi dan terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian

kewenangan dalam teknis kesehatan kepada tenaga masyarakat dilakukan

sesuai keperluan dan kompetensinya

2.4 Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan

Pengertian

Subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tatanan yang

menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan, pemerataan, serta

mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling mendukung

dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Tujuan

Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek

keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,

38
dan makanan yang beredar; ketersediaan, peerataan, dan keterjangkauan obat,

terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah

dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya

kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam

negeri.

Unsur

1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya

pemenuhan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis dan

jumlah yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya

penyebaran obat dan perbekalan kesehatan secara merata dan

berkesinambungan,sehingga mudah diperoleh dan terjangkau oleh

masyarakat.

3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin

khasiat,keamanan,serta keabsahan obat dan perbekalan kesehatan sejak dari

produksi hingga pemanfaatannya.

Prinsip

Prinsip penyelenggaraan subsistem obat dan perbekalan kesehatan:

1. Obat dan perbekalan kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia yang

berfungsi sosial,sehingga tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas

ekonomi semata.

2. Obat dan perbekalan kesehatan sebagai barang public harus dijamin

ketersediaan dan keterjangkauannya,sehingga penetapan harganya

39
dikendalikan oleh pemerintah dan tidak sepenuhnya diserahkan kepada

mekanisme pasar.

3. Obat dan perbekalan Kesehatan tidak dipromosikan secara berlebihan dan

menyesatkan.

4. Peredaran serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan tidak boleh

bertentangan dengan hukum,etika,moral.

5. Penyediaan obat mengutamakan obat esensial generik yang bermutu yang

didukung oleh pengembangan industri bahan baku yang berbasis pada

keanekaragamaan sumberdaya alam.

6. Penyediaan perbekalan kesehatan diselenggarakan melalui optimalisasi

industri nasional dengan memperhatikan keragaman produk dan

keunggulan daya asing.

7. Pengadaan dan pelayanan obat di rumah sakit disesuaikan dengan standar

formularium obat rumah sakit,sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu

pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).

8. Pelayanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan secara rasional

dengan memperhatikan aspek mutu,manfaat,harga,kemudahan akses,serta

keamanan bagi masyrakat dan lingkungannya.

9. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh

obat tradisional yang bermutu tinggi,aman,memiliki khasiat yang teruji

secara ilmiah,dan dimanfaatkan secara luas,baik untuk pengobatan sendiri

oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal.

40
10. Pengamanan obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan mulai dari

tahap produksi,distribusi,dan pemanfaatan yang mencakup

mutu,manfaat,keamanan,dan keterjangkauan.

11. Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak

terkait lainnya.

Bentuk Pokok

1. Jaminan Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

a. Perencanaan kebutuhan ibat dan perbekalan kesehatan secara nasional

diselenggarakan oleh pemerintah bersama pihak terkait.

b. Perencanaan obat merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

yang ditetapkan oleh pemerintah bekerja sama dengan organisasi profesi

dan pihak terkait lainnya.

c. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui

optimalisasi industri nasional.

d. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh

pembangunan keseharan dan secara ekonomis belulm diminati swasta

menjadi tanggung jawab pemerintah.

e. Pengadaan dan produksi baha baku obat difasilitasi oleh pemerintah.

f. Pengadaan dan pelayanan obat di rumah sakit didasarkan pada

formularium yang ditetapkan oleh Komite Farmasi dan Terapi Rumah

Sakit.

2. Jaminan Pemerataan Obat dan Perbekalan Kesehatan

a. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui pedagang besar farmasi.

41
b. Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan

melalui apotek, sedangkan pelayanan obat bebas diselenggarakan melalui

apotek, toko obat, dan tempat-tempat yang layak lainnya, dengan

memperhatikan fungsi sosial.

c. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter

dapat memberikan pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.

d. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyeluhan yang

penyelenggaraanya, menjadi tanggung jawab apoteker.

e. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan perbekalan kesehatan harus

memperhatikan fungsi sosial.

3. Jaminan Mutu Obat dan Perbekalan Kesehatan

a. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dalam peredaran

dlakukan oleh industri yang bersangkuttan, pemerintah, organisasi profesi,

dan masyarakat.

b. Pengawasan distribusi obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh

pemerintah, kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyatakat.

c. Pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah bersama dengan

kalangan pengusaha, organisasi profesi dan masyarakat.

d. Pengawasan promosi serta pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan

dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan kalangan pengusaha,

organisasi profesi dan masyarakat.

e. Pengendalian harga obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh

pemerintah bersama pihak terkait.

42
f. Pengawasan produksi, distribusi, dan penggunaan narkotika, psikotropika,

zat adiktif dan bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara

lintas sektoral, organisasi profesi, dan masyarakat.

g. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional

dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi, dan

masyarakat.

2.5 Subsistem Pemberdayaan Masyarakat

Pengertian

Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah tatanan yang

menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat umum

dibidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Tujuan

SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan

semata-mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga

sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh

karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar

masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku

pembangunan kesehatan.

Unsur

Subsistem pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga unsur utama, yakni

pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok, dan pembeerdayaan

masyarakat umum.

43
1. Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan

kemampuan perorangan dalam membuat keputusan untuk memelihara

kesehatan. Target minimal yg diharapkan adalah untuk diri sendiri yakni

mempraktikkan PHBS yg diteladani oleh keluarga dan masyarakat sekitar.

Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader kesehatan dalam

menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan

kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di

satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yg dihadapi kelompok dan di

dipihak lain dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesmas.

kegiatan yg dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),

memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate),

atau melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan keseahtan (to

watch).

3. Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran,

fungsi, dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa

sehingga di satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yg ada di

masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesmas secara

keseluruhan. kegiatan yg dilakukan dapat berupa program pengabdian,

memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau

melakukan pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan

44
Prinsip

Penyelenggaraan subsistem pemberdayaan masyarakat mengacu pada prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat berbasis tata nilai perorangan ,keluarga,dan

masyarakat,sesuai dengan sosial budaya,kebutuhan,dan potensi setempat.

2. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan akses untuk

memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan

pendapat,serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan.

3. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk

meningkatkan kesadaran,kemauan,dan kemampuan serta kepedulian dan

peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.

4. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip

kemitraan yang didasari semangat kebersamaan dan gotong royong serta

terorganisasikan dalam berbagai kelompok atau kelembagaan masyarakat.

5. Pemerintah bersikap terbuka,bertanggung jawab,dan bertanggung gugat

dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat,serta berperan sebagai

pendorong,pendampig,fasilitator,dan pemberi bantuan(asistensi) dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis masyarakat.

Bentuk Pokok

1. Pemberdayaan Perorangan

a. Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau

kelompok-kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan

pemerintah.

45
b. Pemberdayaan perorangan terutama ditujukan kepada tokoh masyarakat,

tokoh adat, tokoh agama, tooh politik, tokoh swasta, dan tokoh populer.

c. Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi

dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader

kesehatan.

2. Pemberdayaan Kelompok

a. Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau

kelompok-kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta.

b. Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau

kelembagaan yang ada di masyarakat seperti RT/RW,

keluraha/banjar/nagari, kelompok pengajian, kelompok budaya, kelompok

adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda, dan

organisasi profesi.

c. Pemberdayaan kelompok dilakukan melalui pembentukan kelompok

peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian kelompok/lembaga

masyarakat terhadap kesehatan.

3. Pemberdayaan Masyarakat Umum

a. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan atau

kelompok-kelompok yang ada masyarakat termasuk swasta.

b. Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat

dalam suatu wilayah.

c. Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan wadah

perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang

dimaksud, antara lain adalah Badan Penyantun Puskesmas (di kecamatan),

46
Konsil/Komite kesehatan Kabupaten/Kota (di kabupaten/Kota), atau

Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di provinsi dan nasional).

2.6 Subsistem Manajemen Kesehatan

Pengertian

Subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data

dan informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling

mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

Tujuan

Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna

dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen

kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi

berbagai subsistem SKN agar efektif, efisien, dan transparansi dalam

penyelenggaraan SKN tersebut.

Unsur

Subsistem Manajemen Kesehatan terdiri dari empat unsur utama, yakni

administrasi kesehatan, informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta hukum kesehatan

1. Administasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan

pembangunan kesehatan

47
2. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yg

merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan

3. IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yg merupakan masukan

bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan

4. Hukum kesehatan adalah peraturan perundangundangan kesehatan yg

dipakai sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan

Prinsip

Prinsip-prinsip subsistem manajemen Kesehatan:

a. inovasi atau kreativitas;

Penyelenggaraan manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan harus

mampu menciptakan daya tahan dan kesinambungan kinerja sistem

melalui inovasi/kreatifitas dalam menghadapi perubahan dan tantangan

pembangunan kesehatan dengan lebih baik.

b. kepemimpinan yang visioner bidang kesehatan;

Kepemimpinan yang visioner bidang kesehatan adalah kepemimpinan

yang mempunyai visi, keteladanan, dan bertekad dalam pembangunan

kesehatan. Perencanaan kebijakan, program, dan anggaran perlu disusun

secara terpadu

c. sinergisme yang dinamis; dan

Pendekatan manajemen kesehatan merupakan kombinasi dari pendekatan

sistem, kontingensi, dan sinergi yang dinamis. Dalam manajemen ini

penting adanya interaksi, transparansi, interelasi, dan interdependensi yang

dinamis di antara para pelaku pembangunan kesehatan. Dalam manajemen

kesehatan ini prinsip efisiensi, efektifitas, dan transparansi sangat penting.

48
d. kesesuaian dengan sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI).

Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan menjadi pendukung utama

dalam pelaksanaan desentralisasi dengan mempertimbangkan komitmen

global dalam pembangunan kesehatan.

Penyelenggara subsistem manajemen kesehatan mengacu pada prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Administrasi Kesehatan

a. Administrasi Kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada asas

dan kebijakan dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuandalam

satu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Administrasi Kesehatan diselenggarakan dengan dukungan kejelasan

hubungan administrasi dengan berbagai sektor pembangunan lain serta

antar unit kesehatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan.

c. Administrasi Kesehatan diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi

yang jelas dengan berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit

kesehatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan.

d. Administrasi Kesehatan diselenggarakan dengan mengupayakan

kejelasan pembagian kewenangan,tugas,dan tanggung jawab antar unit

kesehatan dalam satu jenjang administrasi pemerintahan.

2. Prinsip Informasi Kesehatan

49
a. Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan

kesehatan baik yang berasal dari sektor kesehatan maupun dari berbagai

sektor pembangunan lain.

b. Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan di

berbagai jenjang administrasi kesehatan.

c. Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi

untuk pengambilan keputusan.

d. Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara

cepat dan tepat waktu,dengan mendayagunakan teknologi informasi dan

komunikasi.

e. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan

data melalui cara-cara rutin(yaitu pencatatan dan pelaporan) dan cara-

cara nonrutin(survey).

f. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek

kerahasiaan yang berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.

3. Prinsip Ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

a. Penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan adalah untuk kepentingan masyrakat yang sebesar-besarnya.

b. Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan tidak bertentangan dengan etika,moral,dan nilai agama.

4. Prinsip Hukum kesehatan

50
a. Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem

hukum kesehatan yang mencakup pengembangan substansi

hukum,pengembangan kultur dan budaya hukum,serta pengembangan

aparatur hukum kesehatan.

b. Tujuan pengembangan hukum kesehatan adalah untuk menjamin

terwujudnya kepastian hukum,keadilan hukum,dan manfaat hukum.

c. Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung

tinggi etika,moral,dan agama.

Bentuk Pokok

1. Administrasi Kesehatan

a. Penanggung jawab administrasi kesehatan menurut jenjang administrasi

pemerintahan adalah Departemen Kesehatan di Pusat, Dinas Kesehatan

Provinsi di provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di

Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan adalah instansi kesehatan tertinggi

dalam satu wilayah administrasi pemerintahan.

b. Departemen kesehatan berhubungan secara teknis fungsional dengan

Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

sebaliknya.

c. Fungsi Departemen Kesehatan adalah mengembangkan kebijakan nasional

dalam bidang kesehatan, pembinaan dan bantuan teknis serta pengendalian

pelaksanaan pembanggunan kesehatan.

d. Dinas Kesehatan Provinsi melaksanakan kewenangan Desentralisasi dan

tugas dekonsentrasi bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan

51
teknis bidang kesehatan pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan

kesehatan serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

e. Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota melaksanakan kewenangan

desentralisasi di bidang kesehatan, dengan fungsi perumusan kebijakan

teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan

kesehatan, serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan.

f. Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan

program pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan

perencanaan daerah.

g. Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan

dengan mengacu pada pedoman dan standar nasional.

h. Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan

didaerah didasarkan atas kewenangan wajib dan standar pelayanan

minimal bidang kesehatan.

i. Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan

dilaksanakan dengan mengacu pada pedoman, standar, dan indicator

nasional.

j. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib membuat dan mengirim laporan

pelaksanaan dan hasil pembanggunan kesehatan kepada Departemen

kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi.

k. Dinas Kesehatan Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan

pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan kepada Departemen

Kesehatan.

52
l. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi

dan otonomi daerah, pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi, dan

fasilitasi.

m. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional misalnya dalam

penanggulangan wabah dan bencana pelaksanaan dan pengendalian, serta

pengawasan dan pertanggungjawaban program pembangunan kesehatan

diselenggarakan langsung oleh pemerintah.

2. Informasi Kesehatan

a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan

sistem informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait.

b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan

melalui pencatatan dan pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari

masyarakat yang diperoleh dari survei, survailans, dan sensus.

c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan,

upaya kesehatan pembiyaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan,

obat dan pembekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan, serta manajemen kesehatan.

d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan

secara berjenjang, terpadu, multidisipliner, dan komprehensif.

e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui

masyarakat secara luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

53
3. IPTEK Kesehatan

a. IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan

yang diselenggarakan oleh pusat – pusat penelitian dan penggembangan

milik masyarakat, swasta, dan pemerintah.

b. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang

diselenggarakan oleh lembaga khusus yang berwenang.

c. Untuk kepentingan nasional dan global, di bentuk pusat penelitian dan

penggembangan unggulan.

d. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil – hasil penelitian dan

penggembangan kesehatan dilakukan melalui pembentukan jaringan

informasi dan dokumentasi IPTEK kesehatan.

4. Hukum Kesehatan

a. Hukum kesehatan dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai

acuan dalam menggembangkan peraturan perundang – undangkesehatan

daerah.

b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan

perundang – undang, pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan

kesadaran hukum dikalangan masyarakat.

c. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan

pengembangan jaringan informasi dan dokumentasi hukum kesehatan,

serta pengembangan satuan unit organisasi hukum kesehatan di

departemen kesehatan.

54
2.7 Summary

Referring to the development of the health management component as

well as the health management approach, the SKN subsystem is grouped

into 6: the health effort subsystem is the order that collects various health

efforts; the health financing subsystem is an order that collects various

efforts to extract, exploit, and spend on financial resources; the health

human resource (HR) subsystem is an order that collects various efforts

for planning, education and training, and the utilization of health

workers; drug subsystems and health supplies are arrangements that

collect various efforts that ensure the availability, equity and quality of

medicines and medical supplies; the community empowerment subsystem

is an order that brings together the efforts of individuals, groups and the

general public in the field of health; the health management subsystem is

an order that collects various health administration efforts that are

supported by data and information management, development and

application of science and technology, and regulation of health law. All

SKN subsystems aim to ensure the achievement of the highest degree of

health.

55
BAB III

SISTEM KESEHATAN DAERAH

3.1 Pengertian Sistem Kesehatan Daerah

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Pembangunan Kesehatan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan di bidang kesehatan dan bidang

lain yang terkait kesehatan di Daerah.

Sistem Kesehatan Daerah yang selanjutnya disingkat SKD adalah

tatanan yang menghimpun dan mengatur penyelenggaraan pembangunan

kesehatan Daerah yang berpedoman pada Sistem Kesehatan Nasional.

Sistem Kesehatan Daerah adalah pengelolaan Kesehatan yang

diselenggarakan oleh semua komponen di Daerah secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin tercapainya derajat Kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Sistem Kesehatan Daerah (SKD)

adalah merupakan implementasi Sistem Kesehatan Nasional didaerah yaitu

suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah, masyarakat dan

sektor swasta di daerah yang secara terpadu dan saling mendukung, guna

menjamin tercapainya derajat kesehatatan yang setinggi-tingginya dan pada

hakikatnya merupakan wujud sekaligus metode penyelenggaraan kesehatan

daerah.

56
3.2 Tujuan Sistem Kesehatan Daerah

Tujuan sistem kesehatan daerah adalah terselenggaranya

pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta

maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga

tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.

3.3 Prinsip Sistem Kesehatan Daerah

Menurut SE MENDAGRI NO.100/756/OTODA

1. Menjamin akses dan kualitas pelayanan dasar kepada masyarakat

2. Diberlakukan untuk seluruh daerah KAB/KOTA

3. Merupakan indikator kinerja dan bukan standar teknis

4. Bersifat dinamis

5. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan dasar

6. Merata,berkeadilan,berkelanjutan,dan saling mendukung dengan upaya

pembangunan daerah lainnya

7. Menjunjung tinggi dan menghormati hak asasi manusia,martabat manusia

8. Kemajemukan nilai sosial budaya dan kemajemukan nilai keagamaan.

3.4 Pelaku Sistem Kesehatan Daerah

1. Mayarakat

Masyarakat meliputi tokoh masyarakat, masyarakat madani,

lembaga swadaya masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi,

para pakar, serta masyarakat luas termasuk swasta, yang berperan dalam

advokasi, pengawasan sosial, dan penyelenggaraan berbagai upaya

kesehatan sesuai bidang dan keahlian masing – masing.

2. Pemerintah

57
Pemerintah, daerah yang berperan sebagai penanggung jawab,

penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan kesehatan dalam

lingkup wilayah, kerja, dan kewenangan masing – masing

3. Badan Legislatif

Badan legislatif daerah yang berperan melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan

produk – produk hukum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan

legislatif daerah.

4. Badan Yudikatif

Badan Yudikatif yang berperan menegakkan pelaksanaan hukum

dan peraturan perundang – undangan yang berlaku didaerah dalam bidang

kesehatan.

3.5 Perbedaan Sistem Kesehatan Nasional dan Sistem Kesehatan Daerah

Indikator SKN SKD

Peraturan 1. Perpres RI Nomor 72 SE MENDAGRI

perundang Tahun 2012 tentang Sistem NO.100/756/OTODA

-undangan Kesehatan Nasional

2. Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor

131/Menkes/SK/II/2004

tentang Sistem Kesehatan

Nasional
Tujuan Terselenggaranya Terselenggaranya pembangunan

pembangunan kesehatan oleh kesehatan oleh semua potensi

58
semua komponen bangasa, bangsa, baik masyarakat, swasta

baik pemerintah, pemerintah maupun pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat

termasuk badan hukum, badan

usaha, dan lembaga swasta


Subsistem
1. Upaya kesehatan 1. Upaya kesehatan (di

(Menghimpun seluruh lingkungan sekitar)

potensi bangsa Indonesia) 2. Pembiayaan kesehatan

2. Pembiayaan kesehatan (pengalokasian, pembelanjaan)

(barang publik) 3. Sumber daya kesehatan

3. Sumber daya manusia 4. Obat dan perbekalan

kesehatan masyarakat

4. Obat dan perbekalan 5. Pemberdayaan masyarakat

kesehatan

5. Manajemen kesehatan

6. Pemberdayaan masyarakat

(subjek pembangunan

kesehatan)
Pelaku
1. Masyarakat 1. Masyarakat daerah

2. Pemerintah 2. Pemerintah Daerah

Pusat/Provinsi/Kabupaten/ 3. Badan Legislatif Daerah

Kota 4. Badan Yudikatif Daerah

3. Badan Legislatif Pusat

4. Badan Yudikatif Pusat

59
3.6 Summary

Health is an important thing that is the right of all citizen. In the implementation

of regional health system, every region have their own policy or otonom.

Regional health system is health management in a comprehensive, integrated, and

mutually supportive manner with the intention of increase the highest degree of

regional health. Perpetratos of regional health system is region communiy and

region government. Which must be consicered in the regional health system are

health efforts, health financing, health resources, medicines and community

supplies, and community empowerment.

60
BAB IV

CONCLUSION

The national health system is a step in implementing health development. In wich

there are subsystems to improve public health. The regional health system in its

health development refers to the national health system by considering specific

problems in their repective regions. And the regional health system is also a

referencefor various parties in the implementation of health development in the

regions.

61
DAFTAR PUSTAKA

Bruce J.Fried and Laura M. Gaydos. 2011. World Health Systems: Challenges

and Perspective. Chicago: United Stated Of America.

Bupati Bandung. 2016. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun

2016 Tentang Sistem Kesehatan Daerah. Bandung.

Bupati Paser. 2018. Peraturan Daerah Kabupaten Paser Nomor 2 Tahun 2018

Tentang Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Daerah. Paser.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008 . Sistem Kesehatan Nasional.

Jakarta.

Fulop,Tamas. 1987. Reviewing health manpower development a method of

improving national health system. Geneva: World Health Organization.

https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/17625/Perpres0722012_Lamp.pdf

Diakses pada 12 Mei 2019

Kleczkowski, Bogdan M. 2010. National Health Systems and their reorientation

towards health for all: Guidance for Policy-Making. Geneva: World Health

Organization.

Pemerintah Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta

62
Pemerintah Indonesia. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

374/Menkes/SK/V/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Presiden. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012

Tentang Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

World Health Organizations.2011. Research For The Reorientation Of National

Health Systems World Health Organization. Geneva: World Health

Organization.

63

Anda mungkin juga menyukai