Anda di halaman 1dari 4

Modul KB3

Tahapan Pemboran Air Tanah


Ada baberapa tahapan dalam kegiatan pemboran, diantaranya meliputi :

1. Persiapan pemboran

Kegiatan persiapan ini terdiri atas :

 Pembuatan bak pengendapan, bak penampung serta saluran sirkulasinya.


 Pengesetan mesin dan pompa.
 Pemasangan balok landasan mesin, papan untuk saluran sirkulasi dan lantai
dasar mesin.

2. Pemboran sampai kedalaman tertentu (yang dibutuhkan) dengan diameter yang


ditentukan.

Tahapan ini dapat untuk pemboran coring dan pemboran non coring.

 Core yang didapat disimpan dalam core box (pemboran inti)


 Cutting disimpan dalam kantong sampel yang selanjutnya untuk analisa
(pemboran air). Pengamatan cutting sebaiknya langsung dilaksanakan.

Untuk pemboran air perlu beberapa tahapan diantaranya adalah pemboran awal (pilot
hole), pengujian geofisika well logging, pembesaran lubang (reaming), konstruksi
sumur (development) dan pengujian (pumping test).

Tahapan dalam pemboran air tanah :

1. Pemboran Awal (Pilot Hole)

Pembuatan pilot hole dimaksudkan untuk mengetahui litologi secara rinci. Pilot
hole dilakukan dengan mata bor, misalnya dengan mata bor jenis wing bit sampai
kedalaman melebihi kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan, dengan
tujuan agar sisa kedalaman tersebut dapat berfungsi sebagai kantong-kantong
yang tidak terangkat.

2. Pembesaran Lubang Bor (Reaming)

Tujuan pembesaran lubang bor adalah untuk mendapatkan kemudahan-


kemudahan dalam hal :
 Peletakan pipa dan saringan (konstruksi)
 Peletakan pipa pengantar saat pengisian gravel dan grouting cement
 Peletakan pipa pelindung sementara (temporary casing)
Pembesaran lubang bor disesuaikan dengan besarnya diameter pipa dan saringan
serta pipa pelindung sementara (temporary casing).
3. Konstruksi Sumur

Berdasarkan pada rencana konstruksi sumur dan hasil pengukuran penampang


lubang bor, maka konstruksi sumur harus dilakukan secepat mungkin setelah
dilakukan pembesaran lubang bor (reaming) dan pembersihan sumur (spulling),
untuk menghindari terjadinya runtuhan dinding lubang br yang dapat menyumbat
lubang dan menjepit stang bor sehingga mengganggu pekerjaan berikutnya.
Setelah konstruksi sumur selesai, tahapan berikutnya adalah pengisian gravel
(gravel packing), dengan mengisikan gravel (kerikil) yang berukuran 2-5 mm
kedalam ruang antara dinding lubang bor dengan dinding saringan melalui pipa
penghantar dari dasar sumur samapi kedalaman direncanakan. Bersamaan dengan
pengerjaan pengisian gravel dilakukan pemompaan lumpur (spulling) dari pompa
kedalam sumur melalui ruang pipa konstruksi, tapi harus diusahakan agar lumpur
keluar melalui dinding pipa konstruksi dan dinding lubang bor tempat beradanya
gravel dengan menutup ruangan didalam pipa konstruksi. Spulling ini bertujuan
untuk membuat gradasi gravel yang dimasukkan sehingga gravel tersusun dengan
baik dan padat.
Tahap selanjutnya adalah melakukan “grouting cement”, yaitu dengan cara
memasukkan adonan semen keatas permukaan gravel (ruang antara dinding pipa
konstruksi dengan dinding lubang bor) melalui pipa penghantar. Selanjutnya pipa
dicabut satu persatu sampai semen mencapai permukaan.

Pekerjaan grouting cement dilakukan dengan maksud untuk :

 Menyekat air yang tidak dikehendaki (agar air permukaan tidak masuk
kedalam sumur)
 Mengikat pipa konstruksi dengan dinding lubang bor agar kondisi pipa
konstruksi kokoh dan tidak meluncur turun.

4. Pembersihan sumur (development)

Pembersihan sumur dilakukan melalui beberapa tahapan seperti :

a. Pengocokan mekanis (surging)

Pengocokan mekanis dilakukan dengan menarik turunkan stang bor atau pipa.
Diantaranya stang bor atau pipa penghantar tersebut terdapat alat yang disebut
“plunger”, biasanya posisinya terletak didalam pipa jambang. Pengocokan
mekanis dilakukan berkali-kali sampai kondisi air agak jernih.

Maksud dilakukan pengocokan mekanis ini adala untuk :

 Mengeluarkan kotora yang ada didalam sumur (saat ditekan)


 Mengisap air dari akuifer kedalam sumur sehingga kondisi lumpur yang
kental menjadi encer (saat ditarik) dan kotoran-kotoran yang menempel
dalam saringan terbawa kedalam sumur.
 Membantu proses pemadatan dan gradasi gravel (saat ditarik)
b. Penyemprotan air bertekanan tinggi (water jetting)

Setelah proses pengocokan mekanis diselesaikan kemudian dimasukkan STPP


(sodium tri poly phosphat) kedalam sumur dan dibiarkan antara 12-24 jam,
tujuannya untuk melarutkan lumpur dan lempung yang masih tersisa dalam
sumur. Setelah itu baru dilakukan pekerjaan water jetting yaitu penyemprotan
air bersih bertekanan tinggi kedalam sumur yang diarahkan tepat pada
saringan terpasang melalui pipa penghantar dan alat penyemprot (jetting toll).
Penyemprotan dilakukan secara bertahap dari saringan ke saringan yang
lainnya, kalau perlu dilakukan berkali-kali. Pekerjaan ini diakhiri dengan
“spulling” yaitu meletakkan alat penyemprot didasar konstruksi sumur
sehingga kotoran-kotoran yang keluar dari saringan yang masih mengendap
didasar sumur dapat terangkat keluar. Pekerjaan ini dihentikan setelah air
sumur benar-benar bersih.

Maksud dilakukankannya pekerjaan “water jetting”adalah :

 Membantu proses gradasi dari gravel, sehingga gravel dapat tersebar


merata dan semakin padat.
 Memperbesar dan membuka lubang saringan yang masih tersumbat.
 Membersihkan kotoran-kotoran yang masih tersisa didalam sumur,
saringan maupun gravel sehingga diharapkan efesiensi sumur semakin
meningkat.

c. Pengurasan sumur (over pumping)

Over pumping adalah melakukan pemompaan dengan debit maksimal dari


pompa penguji yang digunakan.

Tujuan over pumping adalah untuk :

 Membersihkan kotoran-kotoran yang tersisa didalam sumur


 Menentukan debit pompa pada saat uji pemompaan bertahap dari debit
terkecil sampai debit terbesar.
 Memperkirakan letak pompa yang aman pada saat uji pemompaan.

Biasanya pada saat dilakukan pekerjaan over pumping masih ada sedikit
kotoran yang keluar terutama pada saat-saat awal pemompaan. Over pumping
dihentikan setelah kondisi air yang keluar dinilai benar-benar bersih.

5. Pengujian sumur (pumping test)

Uji pemompaan yang biasa dilakukan pada sumur bor air adalah :

a. Uji pemompaan bertahap (step draw down test)

Uji pemompaan bertahap dilakukan untuk menentukan nilai-nilai


karakteristik sumur. Pelaksanaannya adalah memompa air dengan debit
terkecil sampai penurunannya konstan, kemudian dilanjutkan dengan debit
berikut yang lebih besar sampai penurunannya konstan, demikian
seterusnya sampai debit terbesar dan penurunannya konstan.

Parameter-parameter yang perlu diperhatikan pada saat uji pemompaan


tersebut adalah :

 Kapasitas pompa (pk)


 Letak pompa (m)
 Posisi mulut sumur (planes) dari muka tanah (m)
 Muka air tanah sebelum dipompa/SWL (static water level)
 Besarnya debit pemompaan (l/dt)
 Muka air tanah setelah dipompa/DWL (dynamic water level) pada
interval waktu-waktu yang telah ditentukan (m)
 Pengambilan sampel air sebelum dan sesudah pemompaan
 Pengukuran sifat fisik air sebelum dipompa (warna, rasa, pH, dan bau)
 Pengamatan muka air pada sumur-sumur pengamat.

Pemompaan dilakukan sesuai dengan jumlah tahap yang telah


direncanakan serta waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai melakukan
uji pemompaan bertahap dilakukan uji kambuh sampai muka airnya
kembai ke posisi awal dengan menghitung waktu yang dibutuhkan.

b. Uji Pemompaan Menerus (Long Term Test)

Uji pemompaan menerus dilakukan dengan menggunakan debit terbesar


pada uji pemompaan bertahap. Tujuan dilakukan uji pemompaan menerus
adalah untuk menentukan karakteristik akuifer. Hal-hal yang harus
diperhatikan sama seperti pada uji pemompaan bertahap, yang berbeda
hanya debit pemompaan. Pada uji pemompaan menerus debit yang
digunakan konstan dan waktu pengamatan umumnya jauh lebih lama dari
pengamatan uji pemompaan bertahap.

Anda mungkin juga menyukai