Anda di halaman 1dari 33

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

HIPERLIPIDEMIA

OLEH :

NAMA : ALIYAH MAULIDYA ILHAM

STAMBUK : 15020170167

KELAS : C9

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : OLVIN, S.Farm

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kadar lipid darah yang

melebihi kadar normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan

lemak dalam darah dan karena sering disertai peningkatan beberapa

fraksil lipoprotein, disebut jua hiperlipoproteinemia . hiperlipidemik

dapat berupa hiperkolestrolemia dan hipertrigliseridemia (kumalasari,

2005)

Hiperlipidemia adalah kondisi terjadinya peningkatan kolesterol

dan atau trigliserid darah. Hiperlipidemia dibedakan menjadi dua

yaitu hiperlipidemia primer dan hiperlipidemia sekunder.

Hiperlipidemia primer merupakan hiperlipidemia yang terjadi akibat

predisposisi genetika atau keturuan (Sylvia & Wilson, 2005).

Hiperlipidemia adalah salah satu faktor dari penyakit

kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di

Indonesia yaitu sebesar 37%, kemudian disusul dengan golongan

penyakit menular, kanker, luka-luka, diabetes, dan penyakit

pernapasan kronis (WHO, 2014). Penyakit ini disebabkan oleh

gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah. Adanya gangguan

fungsi jantung dan pembuluh darah tersebut dapat menimbulkan

penyakit yang lebih spesifik seperti: Penyakit Jantung Koroner (PJK),


Penyakit Gagal Jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke

(Kemenkes RI, 2014).

Peningkatan kadar trigliserida dalam plasma berhubungan erat

dengan timbulnya Penyakit Jantung Koroner. Kadar trigliserida yang

tinggi biasanya diikuti dengan kadar kolesterol total yang tinggi dan

kadar kolesterol HDL yang rendah, kelainan metabolik ini disebut

hiperlipidemia (Zahrawardani dkk, 2013). 2 Hiperlipidemia dapat

menyebabkan Penyakit Jantung Koroner melalui proses yang disebut

ateroskelrosis.

Apabila terjadi hiperlipidemia didalam tubuh tindakan yang

dilakukan adalah dengan mengonsumsi obat antihiperlipidemia. Obat

ini dapat menurunkan kadar lipid. Apabila kadar lipid menurun, maka

menurun juga resiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Obat-obat yang masuk dalam golongan antihiperlipidemia

adalah obat-obat yang masuk dalam golongan penghambat HMG KoA

reduktase, fibrat, niasin, sekuestran asam empedu, dan penghambat

absorbsi kolesterol.

Dalam percobaan yang dilakukan terhadap tikus (Rattus

novergicus) dioralkan obat gemfibrozil dan simvastatin untuk

mengetahui adanya penurunan kadar kolesterol dari hewan coba

tersebut.
B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui

dan memahami cara pemberian obat dan efek obat yang tergolong

obat-obat antihiperlipidemik yaitu Gemfibrozil dan Simvastatin

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan

efek farmakodinamik dan mampu membedakan efek dari obat yang

tergolong obat-obat antihiperlipidemik yaitu Gemfibrozil dan

Simvastatin
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kadar kolesterol seseorang dapat meningkat akibat gaya hidup

perorangan (misalnya, kurang latihan dan konsumsi diet yang

mengandung asam lemak jenuh berlebihan). Hiperlipidemia juga dapat

terjadi akibat defek tunggal gen yang diturunkan pada metabolisme

lipoprotein atau, lebih lazimnya, dari kombinasi faktor genetik dan

gaya hidup (Harvey, 2013).

Istilah hiperlipidemia menyatakan peningktakan kolesterol dan

atau trigliserida serum diatas batas normal. Kasus dengan kadar tinggi

yang disebabkan oleh gangguan sistemik disebut hiperlipidemia

sekunder. Hiperlipidemia akibar predisposisi genetik terhadap

kelainan metabolisme lipid disebut sebagai hiperlipidemia primer.

Hiperlipidemia primer terbukti terjadi akibat kelainan genetik yang

mengode enzim, apoprotein atau reseptor yang terlibat dalam

metabolisme lipid (Price dan Wilson, 2005).

Kolesterol (Yun: chole = empedu, stereos = padat) adalah zat

alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida, seperti

banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan bangun

esensial bagi tubuh untuk sintesis zat-zat penting, seperti membran sel

dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin dan
anak ginjal, vitamin D serta asam empedu. Kolesterol terdapat pula dalam

lemak hewani, kuning telur dan batu empedu (Tjay, 2015).

Ada enam jenis lipoprotein berdasarkan hasil ultrasentrifusi yaitu

high-density-lipoprotein (HDL), low-density-lipoprotein (LDL),

intermediete-density-lipoprotein (IDL), very-low-density-lipoprotein

(VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil (Lp(a) (Adam, 2009).

1. Kilomikron

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%

komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5%

kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke

jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol

makanan ke hati. Trigliserida dari kilomikron akan mengalami

hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL).

2. VLDL (Very Low Density Lipoproteins)

Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10

– 15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut

trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh

LPL menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam

jaringan adiposa dan bahan oksidasi di jantung dan otot skelet.

3. IDL (Intermediet Density Lipoproteins)

IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%) lebih banyak

kolesterol (20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B


dan E. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL

dikatabolisme menjadi LDL

4. LDL (Low Density Lipoproteins)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar

pada menusia (70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida

sebanyak 10% dan kolesterol 50%.

5. HDL (High Density Lipoproteins)

HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan

resiko penyakit jantung koroner. Efek protektifnya diduga karena

mengangkut kolesterol dari perifer untuk dimetabolisme di hati

dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase,

suatu protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL.

(Gunawan dan Setiabudy, 2007)

Lipoprotein dimetabolisme melalui tiga jalur yaitu jalur eksogen,

endogen, dan reverse cholestrol transport. Jalur eksogen dan endogen

berkaitan dengan metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida. Jalur

reverse cholesterol transport berkaitan dengan metabolisme kolesterol

HDL (Adam, 2009).

1. Jalur Eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri dari trigliserida

dan kolesterol. Kolesterol juga terdapat di usus halus dari hati yang

diekskresi bersama empedu. Kedua lemak tersebut disebut lemak


eksogen. Trigliserida diserap di enterosit usus halus dalam bentuk

asam lemak bebas, sedangkan kolesterol diserap dalam bentuk

kolesterol ester. Keduanya kemudian diubah kembali ke bentuk

semula di dalam usus halus, lalu bersama dengan fosfolipid dan

apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan

kilomikron. Kilomikron masuk ke saluran limfe dan melalui duktus

torasikus akan masuk ke aliran darah. Trigliserida dalam

kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein

lipase (LPL) yang berasal dari sel endotel menjadi asam lemak

bebas (free fatty acid (FFA). Kemudian FFA dapat disimpan

kembali sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Kilomikron

kemudian berubah menjadi kilomikron remnant setelah 10

kehilangan trigliserida dengan sisa kolesterol ester lalu dibawa ke

hati (Adam, 2009).

2. Jalur Endogen

Lipoprotein VLDL di sirkulasi terbentuk dari hasil sintesis

trigliserida dan kolesterol di hati. Trigliserida di VLDL dalam

sirkulasi akan mengalami hidrolisis oleh LPL dan VLDL berubah

menjadi IDL yang kemudian akan terhidrolisis menjadi molekul

yang lebih kecil yaitu LDL. VLDL, IDL, dan, LDL sebagian akan

kembali ke hati dan mengembalikan kolesterol ester. Kolesterol di

LDL sebagian akan diangkut kembali ke hati dan juga ke jaringan


steroidgenik seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang

memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. LDL di sirkulasi mudah

teroksidasi dan ditangkap oleh 11 reseptor scavenger-A (SR-A) di

makrofag endotel pembuluh darah dan akan menjadi sel busa

(foam cell) (Adam, 2009). Telah diketahui bahwa LDL dapat masuk

menembus endotel arteri dan kemudian mengalami perubahan,

menjadi minimally modified LDL lalu menjadi oxidized LDL, dan

akhirnya ditangkap oleh sel makrofag dan membentuk sel busa

(foam cell). Sudah banyak studi epidemiologis yang menunjukkan

bahwa LDL merupakan faktor resiko utama pembentukan plak

aterosklerosis, dimana peningkatan kadar kolesterol LDL

memberikan peningkatan angka kejadian penyakit kardiovaskular

(PKV). Kadar kolesterol LDL 170 mg/dL dibandingkan dengan

kadar 100 mg/dL memberikan resiko PKV hampir 3x lipat.

Penurunan kadar kolesterol LDL sebanyak 1,0 mg/dL akan

menurunkan kejadian PKV sebanyak 1% juga. Menurut National

Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-

ATP III), berdasarkan faktor resiko ganda, maka bila didasarkan

pada kategori resiko PJK dan ekuivalen PJK maka kadar sasaran

kolesterol LDL adalah 2 dan

Klasifikasi hiperlipidemia menurut penyebabnya berikut (Staff

Pengajar Departemen Farmakologi, 2008) :


1. Hiperlipidemia primer

Hiperlipidemia primer (disebut juga hiperlipidemia

familial/herediter) adalah hiperlipidemia yang disebabkan oleh

kelainan genetik. Biasanya kelainan ini tidak memberikan

gejala/keluhan (kecuali pada keadaan berat ditemukan adanya

xantoma), biasanya kelainan ini ditemukan secara kebetulan pada

waktu pemeriksaan laboratorium, check up.

Berdasarkan etiopatogenesisnya, hiperlipidemia primer ini

dapat dibedakan lagi berdasarkan hal-hal sebagai :

Hiperlipidemia primer jenis monogenik, hiperlipidemia ini jelas

bersifat herediter/familier dan prevalensinya sangat sedikit.

1. Hiperlipidemia primer dengan kemungkinan kelainan

monogenik

2. Hiperlipidemia primer dengan kelainan poligeni/sporadik

prevelensi jens ini bergantung pada batas kadar normal

kolesterol dan trigliserid yang ditentukan secara arbitrer.

2. Hiperlipidemia sekunder

Sebelum menentukan apakah yang terjadi adalah

hiperlipidemia primer, harus disingkirkan penyakit-penyakit yang

menyebabkan hiperlipidemia sekunder yaitu :

1. Diabetes

2. Hipotiroidisme
3. Gagal ginjal kronis atau sindrom nefrotik.

4. Penyakit hati kronis, terutama pada alkoholik

5. Obstruksi nilier kronis

6. Obat-obatan : streoid, esteroen

Lipid plasma sebagian besar terdiri dari lipoprotein-kompleks

makromolekul sheferis lipid dan protein spesifik (apolipoprotein).

Lipoprotein yang penting secara klinis, yang didata menurut susunan

aterogenisitas yang semakin menurun, adalah lipoprotein densitas-

sangat rendah (very low density lipoprotein / VLDL) dan kilomikron,

serta HDL (Harvey, 2013).

Pada pasien dengan hiperlipidemia derajat sedang, perubahan

gaya hidup, seperti diet, latihan, dan reduksi berat badan, dapat

menyebabkan penurunan kadar HDL. Namun, sebagian besar pasien

tidak berkeinginan untuk merubah gaya hidupnya secara memedai

untuk mencapai tujuan terapi LDL dan terapi obat mungkin

diperlukan. Pasien dengan kadar LDLlebih tinggi dari 160 mg/dL dan

dengan satu faktor resiko utama lainnya, seperti hipertensi, diabetes,

merokok atau riwayat keluarga PJK dini, merupakan kandidat untuk

terapi obat. Pasien dengan dua atau lebih faktor resiko harus ditangani

secara agresif, dengan tujuan menurunkan kadar LDL pasien tersebut

menjadi kurang dari 100 mg/dL dan, pada beberapa pasien, menjadi

serendah 70 mg/dL (Harvey, 2013)


Peningkatan kadar triasilgliserol (trigliserid) secara tidak

berpengaruh oleh hal-lain terkait dengan peningkatan resiko PJK. Diet

dan latihan merupakan cara utama untuk mengobati

hipertriasilgliserolemia. Jika diindikasikan, niacin dan derivat fibrat

acid merupakan yang paling efektif menurunkan kadar triasigliserol.

Reduksi triasigliserol merupakan manfaat sekunder obat-obat statin

(manfaat utamanya adalah penurunan kolesterol LDL) (Harvey, 2013).

Obat-obat yang menurunkan konsentrasi lipoprotein serum

(Harvey, 2013) :

1. Penghambat HMG KoA reduktase

Penghambat 3-hidroksi-3 metilglutaril (HMG) koenzim A(KoA)

reduktase (lazim dikenal sebagai statin) menurunkan kadar

kolesterol LDL yang meningkat, yang menyebabkan reduksi

kejadian-kejadian koroner yang bermakna kematian akibat PJK.

Lovastatin, simvastatin, pravastatin, atorvastatin, fluvastatin, dan

rosovastatin merupakan analog HMG, prekursor kolesterol.

Lovastatin dan simvastatin merupakan lakton yang dihidrolisis

menjadi obat aktif. Pravastatin dan fluvastatin juga sama aktifnya.

Karena afinitas obat-obat tersebut yang kuat terhadap enzim

tersebut, semua berkomposisi secara aktif untuk menghambat

HMG KoA reduktase, langkah sintesis kolesterol berkecepatan

terbatas. Dengan menghambat sistesis kolesterol secara de novo,


obat-obat tersebut dapat mengurangi persediaan kolesterol

intraseluler. Rosuvastatin dan atorvastatin merupakan obat-obat

statin penurunan kolesterol yang paling poten, diikuti oleh

simvastatin, pravastatin, dan kemudian lovastatin, serta fluvastatin.

2. Niacin

Niacin dapat menurunkan kadar LDL (karier kolesterol ‘’jahat”

sebanyak 10-20% dan merupakan agen terefektif peningkat kadar

HDL (karier kolesterol “baik”). Niacin dapat digunakan dalam

bentuk kombinasi dengan statin dan kombinasi dosis-tetap

lovastatin dengan niacin kerja-panjang telah tersedia.

3. Fibrat

Fenofibrate dan gemfibrozil merupakan suatu derivet fibrat acid

yang menurunkan kadar triasigliserol serum dan meningkatkan

kadar HDL. Keduanya memiliki mekanisme kerja yang sama.

Namun, fenofibrate lebih efektif dibandingkan gemfibrozil dalam

penurunan kadar kolesterol plasma dan kadar triasigliserida.

4. Resin terikat-asam empedu

Sekuestran asam empedu (resin) memiliki efek penurunan kadar

kolesterol yang bermakna meskipun manfaatnnya lebih kecil

dibandingkan dengan yang diamati pada statin.

5. Penghambat absorbsi
Ezetimibe menghambat absorbsi diet dan kolesterol empedu pada

usus kecil secara efektif, yang menyebabkan penurunan hantaran

kolesterol usus menuju hepar. Hal ini menyebabkan simpanan

kolesterol hepar dan meningkatkan bersihan kolesterol dari dalam

darah. Ezetimibe dapat menurunkan kolesterol LDL sebanyak 17

persen dan trigliserol sebanyak 6 persen, serta meningkat kolesterol

HDL sebanyak 1,3 pesen.

B. Uraian Bahan Dan Obat

1. Uraian bahan

a. Na-CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksilmetilselulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading,

tidak berbau dan hampir tidak berbau,

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter P,dalam pelarut organik

lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut.


2. Uraian obat

a. Gemfibrozil (FT, 2007)

Zat aktif : Gemfibrozil

Golongan : Fibrat

Indikasi : Menurunkan kadar TG (VLDL) dan kolesterol

(LDL), sedangkan HDL dinaikkan.

Kontraindikasi : Pada pasien dengan gangguan hati, dan ginjal,

pada wanita hamil dan masa menyusui

Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual, mencret, perut

kembung, dll) yang terjadi pada 10% pasien.

Farmakokinetik: Semua derivate asam fibrat diabsorbsi lewat

usus secara cepat dan lengkap (<90%),

terutama bila diberikan bersama makanan.

Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu

absorbsi dan kadar puncak plasma tercapai

dalam 1-4 jam.

Farmakodinamik:Sebgai hipolipidemik, obat-obat ini diduga

bekerja dengan cara erikatn dengan reseptor

peroxisome proliferator – activates receptors

(PPARs), yang mengatur transkripsi gen.

Interaksi obat : Warfarin, imunosupressan, niasin, eritromisin,

antiprin, propanolol, digoksin


Dosis : 2 dd 600 mg ½ jam a.c., pemeliharaan 900-1500

mg sehari

b. Simvastatin (Pramudianto, 2010)

Zat aktif : Simvastatin


Indikasi : Menurunkan kadar LDL dan kolesterol

total dalam 2-4 minggu (Rahardja, 2010).


Kontraindikasi : Selama kehamilan dan pada ibu

menyusui, tidak boleh digunakan pada

anak-anak dan remaja (Rahardja, 2010).


Efek samping : Gangguan psikis, kerusakan hati

(Hepatitis) dan membuat rambut ronrok

(Tjay, 2015).
Farmakodinamik : Menghambat sintesis koleterol dalam hati

dengan menghambat enzim HMG KoA

reduktase (Gunawan, 2007).


Farmakokinetik : Merupakan prodrug lakton (lactone) yang

tidak aktif yang dihidrolisis dalam

saluran cerna menjadi turunan hidroksil-

β yang aktif (Katzung, 2013).


Interaksi obat : Bila simvastatin dikombinasikan dengan

siklosporin, eritromisin, gemfibrozil dan

niacin dapat menyebabkan peningkatan

resiko myopathy dan rhabdomyolisis.

Simvastatin dikombinasikan dengan

warfarin akan meningkatkan aktifitas

warfarin sebagai antikoagulan

(Hardjasaputra, 2002).
BAB III

METODE KERJA

A. Alat Yang Digunakan

Alat yang digunakan pada praktikum adalah alu, batang

pengaduk, gelas kimia 100 ml, kanula, kertas perkamen, , lumpang,

sendok tanduk, spoit oral, timbangan hewan,

B. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan pada praktikum adalah aquadest,

Gemfibrozil, Simvastatin, Natrium CMC, dan kolesterol.

C. Hewan Yang Digunakan


Hewan coba yang digunakan pada praktikum adalh tikus (Rattus

norvegicus).

D. Cara Kerja

1. Pembuatan Bahan

a. Natrium CMC

1. disapkan alat dan bahan

2. Ditimbang 1g Na CMC

3. Dimasukkan kedalam gelas kimia

4. Dilarutkan dengan menggunakan aquadest yang telah

dipanaskan sebanyak 100 mL secara perlahan.

5. Diaduk hingga Na CMC larut.

6. Diberikan etiket, dan dimasukkan kedalam lemari pendingin.

b. Diet Kolesterol

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang sebanyak 300 mg kolesterol

4. Dilarutkan menggunakan minyak sebanyak 15 mL

5. Diaduk menggunakan lumpang dan alu agar kolesterol mudah

bercampur dengan minyak.

6. Dimasukkan kedalam gelas kimia dan diberikan etiket

2. Pembuatan Obat

a. Gemfibrozil

1. Di siapkan alat dan bahan


2. Ditimbang 33,014 mg Gemfibrozil

3. Dimasukan ke dalam labu ukur 20 mL

4. Dilarutkan dengan NaCMC sampai batas tanda

5. Diberi etiket dan dimasukan ke dalam lemari pendingin

c. Simvastatin

1. Di siapkan alat dan bahan

2. Ditimbang 19,349 mg Simvastatin

3. Dimasukan ke dalam labu ukur 20 mL

4. Dilarutkan dengan NaCMC sampai batas tanda

5. Diberi etiket dan dimasukan ke dalam lemari pendingin

3. Pra Perlakuan Hewan Coba

a. Disiapkan Hewan coba 5 ekor tikus

b. Dipuasakan tikus selama 18 jam

c. Diukur kadar kolesterol awal

d. Diberikan makanan diet kolesterol

e. Dilakukan selama 1 minggu

4. Perlakuan Hewan Coba

a. Di siapkan 5 hewan coba tikus (Rattus norvegicus) yang telah

diberi perlakuan selama 7 hari.

b. Di ukur kadar kolesterol tikus.

c. Diberikan obat Gemfibrozil dan obat Simvastatin pada tikus,

secara peroral pada masing-masing hewan coba tikus.


d. Diukur kadar kolesterol pada menit ke 60

e. Dicatat hasil pengamatan.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

Kadar
Kadar Kadar
kolesterol
Berat kolesterol kolesterol
kelompok jenis obat Setelah
tikus sebelum setelah
Pembeian
iduksi induksi
obat
1 Simvastatin 187 g 209 mg/dL 386 mg/dL 176 mg/dL
2 Gemfibrozil 192 g 218 mg/dL 386 mg/dL 166 mg/dL
3 Simvastatin 191 g 243 mg/dL 262 mg/dL 258 mg/dL
4 Gemfibrozil 170 g 200 mg/dL 257 mg/dL 217 mg/dL
5 Air 249 g 272 mg/dL 211 mg/dL 211 mg/dL
B. Pembahasan

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan

efek obat Gemfibrozil dan Simvastatin terhadap penurunan kadar

kolesterol hewan coba tikus (Rattus novergicus).

Adapun hewan coba yang di pakai pada percobaan ini adalah

tikus (Rattus novergicus), alasan digunakannya karena hewan yang

digunakan haruslah memiliki kesamaan struktur dan sistem organ

dengan manusia, salah satunya yaitu hewan tikus (Rattus novergicus).

Selain itu haruslah juga memperhatikan variasi biologik (usia, jenis

kelamin) ras, sifat genetik, status kesehatan, nutrisi, bobot dan luas

permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Dan juga

karena tikus (Rattus novergicus) juga memiliki komponen darah yang

dapat mewakili mamalia lainnya khususnya manusia, dan juga tikus

(Rattus novergicus) mempunyai organ terlengkap sebagai hewan

mamalia.

Adapun cara kerja dilakulan ialah, menggunakan 5 hewan coba

tikus, yang diambil serum (darah) untuk mengetahui kadar awal

kolesterolnya. Setilah itu diberikan kolesterol secara oral yang

berlangsung selama 7 hari. Dilakukan kembali perhitungan kadar

kolesterolnya yang selanjutnya di berikan obat gemfibrozil dan

simvastatin secara oral. Selain itu kita menggunakan air sebagai


kontrolnya. Lalu diukur kembali kadar kolesterol tikus pada menit ke

60 setelah diberikan obat, dan dicatat hasil pengamatan.

Obat yang digunakan untuk diketaui efeknya pada praktikum

ini adalah Simvastatin, Gemfibrozil, dan Air (sebagai pembanding).

Mekanisme dari Gemfibrozil adalah, Gemfibrozil merupakan turunan

dari golongan obat Fibrat. Gemfibrozil merupakan suatu regulator

lipid plasma yang berkhasiat menurunkan trigliserida serum dan

kolesterol lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), dan

meningkatkan kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL).

Gemfibrozil bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor

peroxisome proferator active receptor alfa (PPARα yang mengatur

transkripsi gen , yang memicu peningkatan oksidasi asam lemak,

sintesis LPL lipase dan penurunan sekresi Apo C-III hati dan

menurunkan VLDL. HDL meningkat secara moderat karena

peningkatan ekspresi Apo A-1 dan Apo-II

Gemfibrozil menghambat lipolisis perifer dan menurunkan asam

lemak bebas yang diekstraksi oleh hepar, sehingga mengurangi

produksi trigliserida. Gemfibrozil juga menghambat sintesa dan

menaikkan bersihan apolipoprotein B pembawa VLDL sehingga

memberi manfaat untuk mengurangi produksi VLDL. Pada binatang

percobaan, Gemfibrozil selain meningkatkan kadar kolesterol HDL

juga dapat menghambat ikatan asam-asam lemak rantai panjang


dengan trigliserida yang baru terbentuk, sehingga mempercepat

pertukaran dan pengeluaran kolesterol dari hati, dan meningkatkan

ekskresi kolesterol dalam tinja. Gemfibrozil diabsorpsi dengan baik

dari saluran pencernaan setelah pemberian oral. Kadar puncak dalam

darah terjadi dalam 1 - 2 jam dengan waktu paruh 1,5 jam setelah

dosis berganda. Kadar di dalam plasma sebanding dengan dosis yang

diberikan dan tidak terlihat adanya akumulasi selama pemberian

dosis berganda.

Adapun mekanisme kerja dari obat Simvastatin sebagai berikut.

Simvastatin merupakan turunan dari obat antihiperlipidemik

golongan Peghambat HMG CoA Reduktase yaitu Simvastatin.

Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol

(hipolipidemik) dan merupakan hasil sintesis dari hasil permentasi

Aspergillus terreus. Secara in vitro simvastatin akan dihidrolisis

menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut

dengan cara menghambat kerja 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A

reduktase (HMG Co-A reduktase), di mana enzim ini mengkatalisis

perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan

langkah awal dari sintesis kolesterol.

Alasan penggunaan Air adalah sebagai pembanding, karena air

merupakan control negative yang tidak memberikan efek penurunan

kolesterol pada hewan coba


Berdasarkan pengamatan yang telah dilkukan didapatkan hasil

yaitu untuk obat Gemfibrozil yang diinduksi pada mencit dengan

berat badan 192 gram pada pengukuran kolesterol awal yaitu 218

mg/dL dan setelah penginduksian kolesterol selama 7 hari kolesterol

meninkat menjadi 386 mg/dL dan setelah pemberian obat gemfibrozil

pada menit ke 60 kadar kolesterol turun menjadi 166 mg/dL. Untuk

tikus yang kedua dengan berat 170 gram, kadar kolesterol awal yaitu

200 mg/dL dan kadar setelah penginduksian kolesterol yakni 257

mg/dL dan setelah pemberian obat kadar kolesteol menurun menjadi

217 mg/dL. Dari data diatas dapat dilihat setelah penginduksian

kolesterol pada tikus selama 7 hari mengalami peningkatan dan

setelah pemberian obat kadar kolesterol yang tadinya meningkat

menjadi menurun hal ini dikarenakan berdsarkan literatur golongan

fibrat memicu sintesa lipoprotein lipase yang meningkatkan klirens

lipoprotein yang kaya trigliserida,serta penurunan ekpresi Apo C-III

dihati yang menjadi apolipoprotein yang membentuk VLDL

Selanjutnya pada obat Simvastatin kadar kolesterol sebelum

induksi pada tikus dengan berat badan 187 gram yaitu 209 mg/dL

setelah penginduksian dengan kolesterol selama 7 hari kadar

kolesterol menjadi 386 mg/dL, setelah pembeian obat simvastatin

kadar kolesterol menurun menjadi 176 mg/dL. Untuk tikus dengan

berat badan 191 gram kadar kolesterol awal yakni 243 mg/dL, setelah
penginduksian kolesterol meningkat menjadi 262 mg/dL serta setelah

pemberian obat menurun menjadi 217 mg/dL. Hal ini sesuai dengan

literatur dimana obat simvastatin merupakan golongan obat yang

menghambat enzim HMG CoA reduktase sebagai enzim pembentuk

kolesterol di hati

Untuk pengunaan air sebagai control dapat dilihat bahwa kadar

kolesterol awal tikus dengan berat 249 gram yaitu 272 mg/dL dan

setelah di induksikan kolesterol menurun menjadi 211 mg/dL dan

setelah pemberian air kadar kolesterol tetap yakni 211 mg/dL. Hal ini

sesuai dengan literatur dimana air tidak dapat membeikan efek

penurunan kolesterol pada hewan coba

Berdasarkan data pegamatan tersebut dapat diambil statement

bahwa obat Gemfibrozil lebih efektif dalam menurunkan kadar

kolesterol dibandingkan dengan Simvastatin, namun kedua obat ini

tetap memberikan efek antihiperlipidemik yang spesifik. Sedangkan

pada air tidak memberikan efek antihiperlipidemik


BAB V

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan

adalah:

1. Obat Gemfibrozil efektif dalam menurunkan kadar kolesterol pada

hewan coba tikus

2. Obat Simvastatin efektif dalam menurunkan kadar kolesterol pada

hewan coba tikus

B. Saran

Diharapkan kepada praktikan, agar memahami secara teliti skema

kerja yang akan dilakukan. Agar saat praktikum tidak kebingungan dan

praktikum dapat berjalan dengan lancar.


DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F., 2009. Dislipidemia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata M., Setiasti S., editors. Buku Ilmu Penyakit Dalam
Jilid 3. 5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pp 1984.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia   Edisi III. DKRI : Jakarta.

Gunawan. 2007. Farmakolog idan Terapi Edisi IV. UI : Jakarta.

Hardjasaputra P, Budipornoto G, Sembiring, & Kamil I., 2002, Data Obat


di Indonesia Edisi 10, Grafidian Medipress, Jakarta

Harvey, Richard A. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC : Jakarta.

ITIS (Integrated taxonomic information system), 2017, Taxonomic


Hierarchy: Rattus novergicus Lam, 28 November 2017.

Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC,
Jakarta

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia, 2014.
Kumalasari. L.O.R. 2005. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan
Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. III, No. 1, April 2006, 01-07

Pramudianto EA, 2010, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 10


2010/2011. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), Jakarta.

Price, S.A., dan Wilson, L. M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis


Prosesproses Penyakit, Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit,
B. U., Hartanto, H., Wulansari, p., Mahanani, D. A.,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Staff Pengajar Departemen Farmakologi, 2008, Kumpulan Kuliah


Farmakologi Edisi 2, EGC : Jakarta

Tjay, T.H., & Rahardja, K, 2015, Obat-obat penting edisi ketujuh, PT Elex
Media Komputindo : Jakarta.

WHO. Maternal Mortality: World Health Organization; 2014.

Zahrawardani, D., Herlambang, S. H., Anggraheny, D. H. 2013. Analisis


Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Vol 1(2): 13-20.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Pra Perlakuan

Disiapkan hewan coba tikus 5 ekor

Diambil serum (darah) tikus sebagai kadar awal kolesterol

Diberikan kolesterol (oral)

Dilakukan selama 7 hari

Dicata hasil pengamatan


2. Perlakuan Hewan Coba

Disiapkan 5 ekor tikus

Diukur kadar kolesterol pada tikus

Diberikan Obat (oral)

(Gemfibrozil) (Simvastatin) Air

Diukur kadar kolesterol tikus pada menit ke 60

Dicatat hasil pengamatan


B. Perhitungan Dosis

1. Gemfibrozil 300 mg

Berat etiket = 300 mg

Berat etiket rata – rata =401,45 mg

300 mg mg
Dosis dewasa = =5
60 kgBB kgBB

37
Dosis tikus = 5 mg/KgBB × =30,833 mg/ Kg BB
6

30,833 mg
Dosis tikus maksimal = ×200 g=6,166 mg
1000 g

20 mL
Larutan stock = × 6,166 mg
5 mL

= 24,664 mg / 20 mL

24,664 mg
BYD = × 401,45 mg=33,004 mg/20 mL
300 mg

2. Simvastatin 10 mg

Berat etiket = 10 mg

Berat etiket rata – rata = 237,25 mg

10 mg
Dosis dewasa = =0,166 mg/kgBB
60 kgBB

mg 37
Dosis tikus = 0,166 × =1,023 mg/ Kg BB
kgBB 6

1,023mg
Dosis tikus maksimal = ×200 g=0,204 mg
1000 g

20 mL
Larutan stock = × 0,204 mg
5 mL

= 0,816 mg / 20 mL
0,816 mg
BYD = ×237,25 mg=19,359 mg/ 20 mL
10 mg

Anda mungkin juga menyukai