Anda di halaman 1dari 9

it

-{

r/i

Ii

I
JURhIAL FITOFARMAKA INDONESIA
INDONESIAN T. PHYTOPHARM

Dewan Redaksi

AhmadNajib, S. Si., M. Farm., Apt. (Ketua)


-' Abd. Malilq S. Farm., M. Sc., Apt. (Anggota)
Aktsar Roskiana Ahmad" S. Farm., M. Farm., Apt. (Anggota)
Asni Amin, S. Si., M. Pharm., Apt. (Anggota)
Hasnaeni, S. Si., M. Sc., Apt. (Anggota)
Dr. Andi Emeld4 M. Si., Apt (Anggota)

Mitra Bestari

Prof. Dr. Suwidjiyo Pramono, DEA., Apt. (UGM)


Dr. Abdul Mun'im, M. Si., Apt. (UI)
Prof. Dr. Muhammad Hanafi (LIPI)
Prof Dr, Gemini AIam, M. Sc., Apt. (INHAS)

Editor Pelaksana:

Abd. Malih S. Farm., M. Sc., Apt.


Aktsar Roskiana Ahmad, S. Farm., M. Farm., Apt.
Virsa Handayani, S. Farm., M. Pharm., Apt.
Selfida Handayani, S. Farm., Apt.
Muammar Fawwaz, S. Farm., M. Si., Apt.
Andi Amalia Dahli4 S. Farm., Apt.

Kesekretariatan:
La Hamidq S.Farm
Yunistia Syahrazad

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Fakultas Farmasi
UMI
Alamat redaksi :
Jl. Urip Sumohardjo Km. 5 lknrpus tr UM[
Gedung Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Lantai III
EDITORIAL
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Atas Rahmat Allah SWT, pada kesempatan ini Jumal Fitofarmaka Indonesia
volume I nomor I mulai terbit dengan segala keterbatasan. Terbitan awal ini lahir
dari keinginan kuat seluruh anggota dari unsur Dewan Redaksi, Mitra Bestari dan
Editor Pelaksana.
Eksplora.si tumbuhan obat perlu terus dilakukan dengan mencari senyawa-
senyawa fitokiinia yang aktif untuk pengembangan obat. beibagai tumbuhan-dapat
dikembangkan menjadi bahan obat diantaranya herba borocq dringo, menir'an,
benalu mangga dan jambu mete. Jurnal Fitofarmaka Indonesia volumJ l'nomopr i
ini berisi tentang ke-lima tumbuhan tersebu! sehingga diharapkan utun
menambah informasi ilmiah dalam pengembangan obat di Indonesia.
Kami senantiasa mengharapkan adanya saran dan kritikan yang sifatnya
membangun untuk kemajuan Jurnal Fitofarmaka Indonesia. Semoga kehadiran
jurnal ini dapat memberi khasanah pengetahuan dan menjadi media komunikasi
ilmiah. Selamat membaca.

Wallahuwaliuttaufi k walhidayah

Redaksi

l
Volume I Nomor l, Jan_Jul20l4_ISSN 2356_039g

JURNAL FITOFARMAKA INDONESIA


INDONESAN J. PHYTO P HARM

DAFTAR ISI
Halaman

Editorial
Daftar Isi

skrining Fitokimia dan penetapan Kandungan Flavonoid


Metanolik Herba Boroco (Cetosii argenteaL.l.
rotal Ekstrak
Abd. Malih Ferawati Edward, Risda fraris ,) t-4
,/

upaya rsolasi p-Asarone pada Ekstrak n-Heksan


Rimpang Dringo (Acorus
c^llgyus L.) Asal Kabupaten pinrang.
Siti Sya'diyah, Ahmad Najib, Risda Wiris 5-8

Penetapan Kadar Flavonoid rotal dari Bkstrak Etanolik Daun Benalu


d rop h t h o e p e nto n d
raL. Miq)
Y".r.gg-" {!
Rizki Yulianti
ey
9-12
& A. Amaiiah Dahliq Aktsar Roskiana Ahmad

$aj1an_ryarmakognistik Herba Meniran Hijau (Phyllanthus niruri L.) dan


Ilerba Meniran Merlh (phyltanthus niruri L.)
- 13-16
Virsa Handayani, Nurfadillah

Isolasi dan Identifikasi Golongan Kimia altir


Antioksidan Ekstrak Etanotik
?":, J.labl.tt" te (Anacardium occidentole L.)
A. AmaliaDahlia, Abd. Malik., Hasnawati t7-25
SKRINTNG FITOKTMIA DAN PENETAPAN KANDUNGAN
FLAVONOID TOTAL EKSTRAK METANOLIK HERBA
BOROCO (Celosia arg entea L.)
Abd.Malik, Ferawati Edward, RisdaWaris, ,/
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
Universitas Muslim lndonesia
abd.malik@umi.ac.id

ABSTRACT
Pttyochemical Screening and Determination of Total Flavonoids Content of Methanolic
Frtracts of Boroco Herbs (Celocia argentea L). Boroco plant is often used as a
naditional medicine for anti inflammatory, diuretic, hypertension, dysentery. Chemical
@r$tituents in boroco herbs (Celocia argentea L.) are allcaloids and flnvanoids,
g$wsides, tannin and saponin (2003) . Each sample extraction using 96 o/o methanol of
mceration method Then performed to determine the class of phytochemical screening of
Mive compounds are contained in the sample. Determirution of total flnvanoids done by
dung et al method (2002) of Boroco herbs. Resub of the srudy showed lhe totql
fovanoids conterut of methanolic extract of boroco herbs calculated as a rutinfor 2.57o/o.

Kcrvrords: Boroco (Celosia argentea L.), Rutin, Flavonoid Total

L PENDAIIULUAN Perbanyakan tanaman boroco daPat


Lrter Belakang dilakukan dengan biji atau setek. Seluruh
Boroco bernama latin Cebsia bagian tanaman boroco, baik segar maupun
ortcnlea L., yang termasuk kedalam famity kering dapat digunakan untuk mengobati
nrduhan Amaranthaceae. Tanaman ini beberapa penyakit (Permadi, 2fi)6).
dikenal dengan nama-nama daerah seperti Herba Boroco mengandung flavonoid
bayam ekor belanda, bayam kucing (Bangun, dan polifenol. (Dalimartha,2003). Senyawa
?ota. flavonoid adalah senyawa polifenol dengan
Tanaman Boroco ini adalah inti terdiri dari 15 atom karbon, tersusun atas
tlrtfruhan yang tumbuh tegak, tingginya dua cincin gugus benzene yang dihubungkan
rekitar 3G100 sentimeter, sering tumbuh liar menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari
di sisi jalan, pinggir selokan, tanah lapang 3 atom karbon. Flavonoid umumnya terdapat
glantar. Batangnya bulat dengan alur kasar pada tumtruhan terikat dengan gula sebagai
memanjang, bercabang banyak, warna ijau glikosida (Sovia, 2006).
{au merah. Daunnya berwama hijau atau
mah, berbentuk bulat telur memanjang, II. METODE PENELITIAN
ujung lancip, tepinya bergerigi halus hampir A. Pengolahan Sampel
ntaBunganya bulir panjang 3-10 sentimeter, Bahan penelitian berupa herba,
sarna merah muda atau ungu, bijinya hitam kemudian dibersihkan dengan air mengalir
ctratl bunga tumbuh di ujung-ujung cabang hingga bersih, lalu dikeringkaa pada tempat
(Bangun,2012). yang tidak terkena sinar matahari langsung,
Boroco biasa ditemukan liar di setelah itu dirajang dan diserbukkan.
daerah berpasir yang basah, seperti di tepi
selokan atau di tepi sungai,'tegalan, kebun dan B. Metode Esktraksi
semak. Kadang juga dibudidayakan sebagai Serbuk simplisia ditimbang 300 gram
tanaman hias atau sayuran. Asalnya mungkin kemudian dimasukkan dalam wadah maserasi.
dari Amerika, tersebar ke cina selatan, Sri Cairan pengekstraksi metanol sebanyak I L
lanka, India, Aliika. Di Indonesia dapat dimasukkan kedalam wadah maserasi, biarkan
ditemukan pada ketinggian l-1.700 m di atas beberapa jam kemudian tambahkan I L
pemrukaan laut (Dalimartha, 2003). metanol hingga seluruh serbuk sampel

Jurnal Fitofarmah Indonesia, Vol I No.l


terendam, lalu ditutup rapat. Wadah maserasi
asam klorida p, jika terjadi warna
disimpan pada tempat yang terlindungi dari
merah jingga sampai merah ungu,
cahaya matahari langsung selama 5 hari menunjukkan adanya flavonoid. Jika
sambil. dilakukan pengadukan sesering te{adi warna kuning jingga,
mungkin. Campuran kemudian disaring dan menunjukkan adanya flavon, kalkon
ampasnya direndam lagi dengan cairan dan auron.
pe_nyari yang baru. proses penyarian 3. Uapkan hingga kering 1 mL larutan
selanjutnya dilakukan sebanyak + tati Alngan
percobaan, basahkan sisa dengan
metanol seriap kali sebanyak 2 L. Ekstrak cair
aseton P, tambahkan sedikit serbuk
dikumpulkan kemudian dipekatkan dengan halus asam borat p dan serbuk halus
menggunakan alat Rotavapor hingga diperoleh
oksalat P, panaskan hati-hati diatas
elatrak metanol kental.
tangas air dan hindari pemanasan yang
berlebihan. Campur sisa yan;
l. Skrining Fitokimia diperoleh dengan 10 mL eter p. Amari
a. Uji Alkaloid dengan sinar UV 366 nm, larutan
- Ditimbang
Ditambahkan
500 mg serbuk simplisia,
I mL asam klorida 2 N dan 9
berfluorosensi kuning intensif,
menunjukkan adanya fl avonoid.
mL aquadesq panaskan di atas rangas air
selama 2 meait, dinginkan aan laring, c. Uji Glikosida
pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloj-i, r [,arutan Percobaan
tambahkan 2 tetes larutan Bouchardat (Jiia
Sari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20
terdapat endapan berwarna cokelat sampai mL campuran 3 bagian volume kloroform p
hitam, maka serbuk mengandung alkaloid), dan 2 bagian volume isopropanol p. pada
tambahkan 2 tetes larutan Mayer (Jika kumpulan sari tambahkan natrium sulfat
terbentuk endapan menggumpal berwarna anhidrat P, saring, dan uapkan pada suhu tidak
putih atau kuning yang larut dalam metanol p, lebih dari 50". Larutan sisa dengan
maka sebuk mengandung alkaloid). 2 mL
metanol P.
. CaraPercobaan
b. Uji Flavonoid l. Uapkan 0,1 mL larutan percobaan di
. f,arutan Percobaan
atas tangas air, Iarutkan sisa dalam 5
Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa atau mL asam asetat anhidrat p-
sisa kering l0 mL sediaan berbennrk cairan,
dengan l0 mL metanol p, menggunakan alai
Tambahkan l0 tetes asam sulfat p,
pendingin balik selama l0 menit. Saring panas
terjadi warna biru atau hijau
menunjukkan adanya glikosida (reaksi
melalui kertas saring kecil berlipat, encerkan
Liebermann Burchard).
filtrat dengan l0 mL air. SCtehh dingin 2. Masukkan 0,1 mL Iarutan percobaan
tambahkan 5 mL eter minyak tanah p. kocok
dalam tabung reaksi, uapkan di atas
hati-hati diamkan. Ambil Iapisan metanol,
tangas air. pada sisa tambahkan 2 mL
uapkan pada suhu 40" dibawah tekanan. Sisa
air dan 2 tetes Molish Lp. Tambahkan
dilarutkan dalam 5 mL etil asetat p, saring.
. hati-hati 2 mL asam sulfat p,
Cara Kerja
terbentuk cincin berwarna ungu pada
l. Uapkan hingga kering I mL larutan batas cairan, menunjukkan
percobaan, sisa dilarutkan dalam I mL adanya
ikatan gula (reaksi Molish).
sampai 2 rnL etanol (95%) p, d. UjiSaponin
tambahkan 0,5 g serbuk seng p dan 2
Mzrsukkan 0,5 g serbuk kedalam
mL asam klorida 2 N, diamkan selama tabung reaksi, tambahkan l0 mL air panas,
I menit. Tambahkan l0 tetes asam dinginkan dan kocok kuat-kuat selama l0
klorida pekat p, jika dalam waktu 2 detik jika zat yang diperiksa berupa sediaan
menit sampai 5 menit terjadi wama cair, encerkan I mL sediaan, tambahkan l0
merah intensif, menunjukkan adanya mL air dan kocok kuat-kuat selama l0 menit,
fl avonoid (glikosida-3-fl avonol). terbentuk buih yang mantap selama tidak
2. Uapkan hingga kering I mL larutan kurang dari l0 menit, setinggi I cm sampai 10
percobaan, sisa dilarutkan dalam I mL cm. Pada penambahan I tetes asam klorida 2
etanol (95%) p, tambahkan 0,1 g N, buih tidak hilang.
serbuk magnesium p dan l0 tetei

Jurnal Fitofarmnka Indonesia, Vol I No.l


e. Uji Tanin (Fransworth, 1966)
Sejurnlah 200 mg ekstrak kental Rutin y=0.875+0.107
dilarutkan dalam 5 mL air suling panas dan t2 r = 0.992
diaduk.Setelah dingin disentrifugasi dan 10
bagian cairan didekantisir dan diberi larutan Ea l
NaCl l0% kemudian disaring. Filtrat sebanyak a!
.ct
Lbl - :

masing-masing 1 mL dikerjakan sebagai o


+Series2
1

berikut i ': 3q |

a. Tambahkan 3 ml larutan gelatin l0% dan 2


i
I

diperhatikan endapannya. 0
b. Tamtrahkan 2 tetes Iarutan FeCI3, dan 0.000 0,500 1.000 l-500 2.000
diperhatikan terjadinya perubahan warna
i (ppm)
i
'.: Konsentrasi I

menjadi hijau violet. ;a


c. Ditambahkan 3 mL larutan NaCl-gelatin Gambar 2. Kurva kalibrasi rutin pada panjang
(gelatin 1% dalam larutan NaCl l0%) dan gelombang 415 nm
diperhatikan adanya endapan.
Tabel 3. Hasil pengukuran kadar flavonoid
2. Penentuan Kandungan Flavonoid Total total
(Chang etal,2WZ)-
Flavonoid
Ekstrak sebanyak l0
mg dilarutkan Sampel Absorbansi Konsentrasi
Total
dalam 10 mL metanol, diambil I mL
kemudian ditambahkan 3 mI . 6s1ar.1, 0,2 rnl- Ekstrak
AlCl3 l0%, 0,2 mL kalium asetat, 5,6 mL herba 1,895 25.71 2,57
aqubedistilata, simpan 30 menit pada tempat boroco
gelap dengan suasana suhu kamar,
absorbansinya di ukur pada spektrofotometri B. Pembahasan
UV-Vis dengan panjang gelombang 415 nrn Tanaman herba Boroco {Celosia
Kadar flavonoid total dinyatakan dalam gram argentea L) dikumpulkan kemudian dilakukan
rutin equivalen (RE). proses pencucian, sortir basah dan kering
untuk mendapatkan simplisia- Tanaman herba
III. HASIL DAN PEMBAIIASAN Boroco (Celosia argentea L) dikeringkan
A. Hasil Penelitian dengan cara dijemur ditempat yang tidak
Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia dari Herba terkena sinar matahari langsung. Setelah
Buroco kering sampel diserbukkan. Kemudian
Skrining Firokimia Sampel dilakukan ekstraksi dengan metode maserasi.
Metode maserasi dipilih dalam penelitian ini
Uii alkaloid + karena merupakan metode yang mudah
Uii flavonoid + dilakukan dan menggunakan alat-alat
(Iii slikosida + sedeihana, yaitu cukup dengan merendam
Uii saoonin + sampel dalam pelarut (Voigt" 1995).
Uii tannin + Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metanol. Digunakan
Tabel 2. Hasil pengukuran absorbansi larutan metanol karena pelarut ini dapat melarutkan
standar rutin hampir semua senyawa organik yang ada pada
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
sampel, mudah menguap sehingga mudah
dibebaskan dari ekstrak (Andayani, et al.
2008). Rendaman pada saat maserasi disimpan
2 1,o23
ditempat yang terlindungi dari cahaya, hal ini
4 1.338
dilakukan untuk mencegah reaksi yang
8 l-735
dikatalisis cahaya atau mencegah terjadinya
l0 1.89
perubahan warna (Voigt, 1995).
Setelah didapatkan ekstrak, dilakukan
skrining fitokimia untuk menentukan
golongan senyawa aktif dari tanaman ini.
Skrining fitokimia merupakan cara sederhana

Jumal Fitofarmnl<a Indonesia, Vol I No.l


untuk melakukan analisis kualitatif kandungan ketidakpastian analisa sehingga ketelitian akan
senyawa yang terdapat dalam hrmbuhan. Pada menin gkat (Wiryawan, 2008).
penelitian ini skrining yang dilakukan adalah Masing-masing konsentrasi rutin
uji alkaloid, uji flavanoid, uji saponin, uji dipipet I mL dan di reaksikan dengan 3 ml
tannin, dan uji glikosida. Karena uji-uji metanol yang berfungsi sebagai peningkat
tersebut sudah mewakili beberapa golongan kelarutan, ditambah 0,2m1 AICI3 lOYo yang
senyawa yang terdapat dalam tanaman. berfungsi untuk memberikan efek batokromik
Hasil skrining fitokimia dari herba yaitu menggeser ke panjang gelombang yang
boroco (Celosia argentea L) pada tabel I tebih tinggi dan terjadi juga peningkatan
menunjukkan positif (+) untuk uji alkaloid, uji intensitas larutan standar rutin menghasilkan
flavonoid, uji tannin, uji saponin dan uji warna yang lebih kuning sehingga reaksi
glikosida. Hasil tersebut berbeda dengan warna yang terbenhrk dapat diamati dengan
literatur yang mendapatkan hasil negatif (-) uji mata telanjang dan dapat diukur pada
glikosida. spektrofotometri UV-Vis. Kemudian
Analisa kandungan flavonoid total ditambahkan 0,2 ml kalium asetat yang
pada penelitian ini dilakukan dengan berfungsi sebagai penstabil agar efek
menggunakan larutan standar rutin dengan batokromik yang terjadi dapat dipertahankan.
konsentrasi (pg/ml) 2, 4,8, dan 10 pada tabel I.aIu ditambahkan 5,6 ml aquabidestilata,
2 berturut-turut menghasilkan absorbansi menghasilkan warna kuning. Didiamkan pada
1,023, 1,338, 1,734, 1,89 dengan warna yang suhu kamar dalam keadaan gelap selama 30
dihasilkan adalah warna kuning. Senyawa menit agar reaksi antara larutan standar, rutin
rutin adalah zat padat, berwarna kuning dan dengan pereaksi-pereaksi dapat berlangsung
larut dalam air, tetapi rutin ini lebih banyak sempurna.
larut dalam air dibandingkan aglikon kuersetin Pada pengukuran absorbansi sampel,
(Fitria, 2007).. Semakin tinggi konsentrasi ditimbang l0 mg ekstrak dan dilarutkan
yang digunakan, maka semakin pekat warna dengan 10ml methanol pa lalu dipipet lnrl dari
kuning yang akan dihasilkan. Digunakan larutan sampel dan ditambahkan 3 mI
larutan s[andar rutin karena kebanyakan methanol, 0,2 ml AICI3 lO%, O,2 ml kalium
flavonoid yang paling sering ditemukan dalam asetat dan aquabidestillata. Kemudian diukur
tanaman dalam bentuk glikosida seperti absorbansinya dengan spektrofotometri UV-
kuarsetin 3-rutinosida (Harbone, I 998). Vis pada panjang gelombang 415 nm.
Berdasarkan Gambar t dapat dilihat Hasi! tersebut dimasukan dalam rumus,
bahwa kurva kalibrasi dengan persamaan penentuan kadar flavonoid total berdasarkan
regresi untuk absorbansi rutin sebesar y = tesis (Malik, 201 1) yaitu:
0.875+0.107. l,arutan standar senyawa Konsentrasi x Vol.Ekstrak x 10O
flavonoid diperoleh hubungan yang linear flavonoid total =
antara absorbansi dengan konsentrasi pada Berat ekstrak
pengukuran absorbansi yang ditunjukkan Hasil yang diperoleh pada tabel 3 dari
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.992 penentuan kadar flavonoid total dalam estrak
Nilai (r). metanol herba boroco yal,tu2,57o/o.
Absorbansi ekstrak metanol herba
boroco sebanyak 1,895. Dari nilai absorbansi IV. KESIMPULAN
tersebut dapat diketahui konsentrasi flavonoid Dari hasil penelitian yang telah
dari ekstrak metanol herba boroco dengan dilakukan , dapat diambil kesimpulan bahwa
menggunakan persamaan regresl kadar flavonoid total pada ekstrak metanol
menghasilkan konsentrasi (m/L) sebesar herba boroco (Celosia argentea L ) yaitu 2,57
25,71. Untuk pengukuran kadar flavonoid /o-
total ekstrak herba boroco diawali dengan
pembuatan larutan standar rutin, ditimbang 2,5 DAFTARPUSTAKA
mg rutin dan dilarutkan dalam l0 mL l. Ahmad, S.A., 1980. Kimia Organik
methanol pa menghasilkan 1fi)0 ppm. Larutan Bahan Alam. Penertit Kurnia : Jakatu.
standar rutin dibuat menjadi beberapa
konsentrasi (ppm) yaitu 2, 4, 8 dan 10. Ini 2. Andayani, Yovita dan Maimunah. 2008.
dimaksudkan unruk mengurangr Penentuan Ahivitas Antioksidan, Kadar
Fenolat Total dan Likopen pada Buah

Jurnal Fitofarmakn Indonesia, Vol I No.l


Tomat (Solanwn lycopersicum L). Iurnal 14. Miller AL. 1996. Antioxidant flnvonoids:
Sains dan Teknologi Farmasi. UNAND: structure, function, and clinical usage.
Padang. Alt Med Rev I

3. Bangun, Abednego. ZOl2. EnsiHopedia 15. Mujahid.20ll.7ESIS pemilihan mztode


Tanaman Obat Indonesia. Indonesia amlisis flavorwid secara spektroslcopi
Publishing House. 2012. W-Vb serta penerapannya pada seledri
(apiwn graviokns L) murbei (morus aha
4. Chang, C. Ydng, M. Wen, H. and Chern J. L), patikan kebo (euphorbia hina L) dan
z00z.ktimation of total flnvonoid content jeruk nipis (citrus aurantifolia).program
in Propolis by two complementary pascasarjana program studi ilmu
colorimctric methods.I . FoodDrug A. farmasi.fakultas farmasi.UGM.
Yogyakarta.
5. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, 1979- Farmakope Indonesia 16. Nugroho, A.E; Malik, A and promono,
Edisi III. Departemen Kesehatan R[ : 5.2013. Total Phenolic And Flavonoid
Jakarta. Contents, And In Vitro Antihypertension
Activity Of Purifud Extract Of Indonesia
6. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Cashew Leaves. [nternational food
Makanan.1995 Farmakope In-donesia research joumal. 20( I ):299-305.
Edisi N.Departemen Kesehatan R[,
Jakarta. 17. Sastrohamidjojo, Hardjono. 1995.
Kromatografi. Yogyakarta : Liberty
7. Direktorat JendralPengawasan Obat dan yogyakarta.
Makanan. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhant Obat. 18. Sovi4l-. 2006. Senyava Flavorwida,
Departemen Kesehatan Rl .Iakaru- .Fen//prapazotd4 danz,4/lz/aifu[I{a4ya
Ilmiahl. Fakulras Matematika dan Ilmu
8. Dalimartha,S. 2003. Altas Tumbuhan Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera
Obat Indonesia Volumz .3. Niaga Utara : Medan
Swadaya. Jakarta.
19. Underwood AL.1996. analisa kimia
9. Fitria. 2007. Isolasi dan ldentifikasi launt i tatif,ed IV.erlangga j akarta
Senyawa Flavonoid Dalam Daun paliasa.
Universitas Hasanuddin : Makassar. 20. Wildah,Dj. 2001. Isolasi dan ldentifil<asi
Flavonoid Pado Daun Kemuning
10. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimin : [Skripsi]. Jurusan Farrnasi Fakultas
Penuntun cara madern menganalisa MIPA. Universitas Hasanuddin :
tumbuhan. Terbitan Kedua. Terjemahan Makessar.
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.
ITB : Bandung. 21. Wiryawan A, dkk. 2W8. Kimia Analitik-
Departemen Pendidikan Nasional :
11. Hendayana S. lggT- Kimia anatisk Jakarta.
irctnrmtnt. rtip semarang press.

12. Markham, K.R. 1998. Cara


Mengindentifikasi Flavonoid, terjemahan
K. Radmawinata, penerbit ITB :
Bandung.

13. MartawijayaM. 1989. Atlas Kayu


Indnnesia. Jitid 3. Departemen
Kehutanan. Badan penelitian Dan
Pengembangan Kehutanan : Bogor.

Jurnal Fitofarmnka Indonesia, Vot I No.l

Anda mungkin juga menyukai