Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

1. Pengertian Darah

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cair

berwarna merah. Karena sifat darah yang berbeda dengan jaringan lain

mengakibatkan darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat

menyebar ke semua bagian tubuh. Penyebaran tersebut harus terkontrol dan harus

tetap berada pada satu ruangan agar darah benar-benar dapat menjangkau seluruh

jaringan di dalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut sistem kardiovaskuler,

yang meliputi jantung dan pembuluh darah. Dengan sistem tersebut darah dapat

diakomodasikan secara teratur dan diedarkan menuju organ dan jaringan tersebar

diseluruh tubuh. Darah didistribusikan melalui pembuluh darah dari jantung

keseluruh tubuh dan akan kembali lagi menuju jantung. Sistem ini berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan sel atau jaringan akan nutrien dan oksigen, serta mentransport

sisa metabolism sel atau jaringan keluar dari tubuh (Nugraha, 2015).

2. Fungsi Darah

Berdasarkan kandungan selular dan non-selular dalam darah, jaringan ini

memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu:

a. Respirasi

Melalui eritrosit darah memiliki fungsi mengangkut oksigen dari paru-paru

menuju jaringan diseluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari jaringan

menuju paru-paru untuk dikeluarkan. Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida

 
 
tersebut dilakukan oleh molekul hemoglobin yang terkandung di dalam eritrosit

(Nugraha, 2015) .

b. Nutrisi

Karbohidrat, protein dan lemak yang kita makan akan diproses oleh sistem

pencernaan. Di dalam lumen usus nutrisi akan diabsorpsi menuju kapiler-kapiler

darah disekitar usus. Beberapa nutrisi disintesis oleh sel dalam organ seperti hati.

Semua molekul tersebut akan diangkut oleh darah, melalui sistem kardiovaskuler

nutrisi akan didistribusikan keseluruh tubuh (Nugraha, 2015).

c. Ekskresi

Sel dalam jaringan melakukan metabolisme dan menghasilkan sisa

metabolism berupa sampah yang tidak digunakan, jika terakumulasi dalam organ

atau sel akan menyebabkan kerusakan sel dan gangguan kesehatan. Sisa

metabolisme akan dikeluarkan oleh sel ke dalam darah dan diangkut melalui sistem

kardiovaskuler menuju organ ekskresi untuk dikeluarkan (Nugraha, 2015).

d. Penyeimbang Asam-Basa Tubuh

Aktivitas fisiologis tubuh dipengaruhi oleh keasaman, keseimbangan asam-

basa tercapai karena adanya proses metabolisme dan pengendaliannya yang

disebabkan suatu senyawa yang bersifat asam (asidi) maupun bersifat basa (alkali)

yang mempengaruhi factor-faktor keasaman di dalam darah akibat adanya aktivitas

di luar sel (ekstrasel) dan di dalam sel (intrasel), kelebihan senyawa tersebut akan

diekskresikan oleh organ paru dan ginjal. Darah yang menjangkau seluruh bagian

tubuh, akan membuang senyawa yang mengandung keseimbangan asam-basa tubuh

agar dapat mempertahankan fungsi fisiologis (Nugraha, 2015).

7
 
e. Penyeimbangan Air Tubuh

Air merupakan komponen penting dan terdistribusi dengan baik di dalam

tubuh, sekitar 60-70% berat tubuh manusia adalah air baik yang terdapat di dalam

intrasel maupun ekstrasel. Air dalam darah merupakan cairan ekstrasel yang berada

di dalam intravaskuler (plasma). Dengan adanya air dalam plasma, sel-sel dalam

darah dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh dengan mudah

dan darah mampu mendistribusikan bahan lainnya untuk kehidupan sel didalam

tubuh. Air bersama-sama dengan protein plasma berperan dalam mengatur tekanan

osmotic. Agar tekanan darah osmotik selalu seimbang, cairan di dalam tubuh akan

dikembalikan dengan penambahan cairan yang didapatkan dari makanan atau

minuman, sedangkan kelebihan cairan akan dikembalikan dengan

mengekskresikannya lewat organ ekskresi (Nugraha, 2015).

f. Pengaturan Suhu Tubuh

Manusia memiliki suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,5oC. Suhu

tersebut selalu dipertahankan agar organ atau aktivitas sel di dalam tubuh bekerja

secara optimal. Pada saat terjadi kenaikan suhu tubuh baik oleh suhu lingkungan

atau suhu tubuh meningkat karena sakit, pembuluh darah akan melebar

(vasodilatasi) sehingga banyak darah yang bersirkulasi terutama pada bagian bawah

kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat untuk memproduksi banyak

keringat yang berguna untuk membuang panas. Begitu pula sebaliknya, penurunan

suhu tubuh menyebabkan pembuluh darah menyempit (vaso-konstriksi), aliran

darah menuju kelenjar keringat berkurang sehingga produksi keringat berkurang

dan kehilangan panas tubuh berkurang (Nugraha, 2015).

8
 
g. Pertahanan Terhadap Infeksi

Leukosit memiliki peranan dalam pertahanan tubuh terhadap benda asing

maupun serangan penyakit baik oleh bakteri, virus atau parasit. Pertahan dilakukan

dengan cara eliminasi dari dalam tubuh melalui proses fagositosis maupun

pembentukan antibody (Nugraha, 2015).

h. Transport Hormon dan Pengaturan Metabolisme

Metabolisme terjadi karena adanya reaksi biokimia di dalam tubuh untuk

keberlangsungan makhluk hidup salah satunya dengan bantuan enzim sebagai

katalisator (pemercepat reaksi), beberapa reaksi enzimatik dipengaruhi oleh factor

lain seperti hormon. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin akan

diekskresikan ke dalam darah untuk dibawa menuju ke jaringan sasaran untuk

direspon oleh jaringan dan dapat melakukan fungsi biologis (Nugraha, 2015).

i. Pembekuan darah (Koagulasi)

Sistem peredaran darah manusia merupakan sistem peredaran darah tertutup,

dalam keadaan tertentu darah dapat keluar dari pembuluh darah sehingga dapat

berakibat fatal misalnya luka atau oleh penyakit sehingga perlu dilakukan

penyumbatan agar darah tidak keluar dari sirkulasi, melalui mekanisme pembekuan

darah (hemostasis). Dalam proses pembekuan darah trombosit memiliki peranan

penting dalam membentuk sumbatan. Dalam keadaan normal, gumpalan yang

terbentuk akan mengalami penghancuran melalui mekanisme penghancuran

gumpalan (trombolisis) yang berguna untuk menghambat proses pembentukan

gumpalan lebih lanjut (Nugraha, 2015).

9
 
3. Komponen Darah

Darah dibentuk dari dua komponen yaitu komponen selular dan komponen

non-selular. Komponen selular sering disebut juga korpuskuli, yang membentuk

sekitar 45% yang terdiri dari tiga macam atau jenis sel yaitu eritrosit, leukosit dan

trombosit. Pada dasarnya trombosit bukan berupa sel melainkan bentuk keeping-

keping dari pecahan sitoplasma sel megakariosit (Nugraha, 2015)

Komponen non-selular berupa cairan yang disebut palsma dan membentuk

sekitar 55% bagian dari darah. Dalam plasma terkandung berbagai macam molekul

makro dan mikro, baik yang bersifat larutan air (hidrofilik) maupun tidak larut air

(hidrofobik), berupa organik maupun anorganik, serta atom-atom maupun ionik.

Plasma yang tidak mengandung faktor-faktor pembekuan darah disebut serum.

Plasma darah terdiri dari air, protein, karbohidrat, lipid, asam amino, vitamin,

mineral dan lain sebagainya. Komponen tersebut ikut mengalir dalam sirkulasi

Bersama darah, baik bebas atau diperantarai molekul lain agar dapat terlarut di

dalam plasma (Nugraha, 2015).

B. Hemoglobin

1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi sebagai

pengangkut oksigen ke jaringan dan media transport karbondioksida dari jaringan

tubuh keparu -paru, pengangkutan oksigen berdasarkan atas interaksi kimia antara

molekul oksigen hem terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut

globin dengan demikian, struktur eritrosit yang halus tesebut dimaksudkan untuk

mengangkut oksigen dan mepertahankan hemoglobin. Sintesis hem dan globin juga

10
 
diatur, pada bagian hem pada hemaglobin terdiri dari sebuah struktur cincin porfirin

yang mengandung besi (ferro), kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin

membuat darah berwarna merah dan Bagian globin adalah suatu protein yang terdiri

dari dua pasang rantai asam amino yang disebut alfa dan beta) (Sacher and

McPherson, 2008).

Didalam menjalankan fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh,

hemoglobin di dalam sel darah merah mengikat oksigen melalui suatu ikatan kimia

khusus. Reaksi tersebut Hb + O2 ↔ HbO2 yang dapat berlangsung dalam 2 arah,

reaksi yang berlangsung dalam arah ke kanan merupakan reaksi penggabungan atau

asosiasi terjadi dalam alveolus paru-paru, tempat berlangsungnya pertukaran udara

antara tubuh dengan lingkungan sebaliknya, reaksi yang berjalan dari kiri ke kanan

merupakan reaksi penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai

jaringan. Hemoglobin yang tidak atau belum mengikat oksigen disebut

deoksihemoglobin (deoksi Hb atau Hb saja), sedangkan hemoglobin yang mengikat

oksigen disebut oksihemoglobin (HbO2) (Sherwood, 2016)

Selain mengikat O2+ hemoglobin juga dapat berikatan denga karbondioksida

(CO2), karbonmonoksida (CO) dan bagian ion hidrogen asam (H+) dari asam

karbonat yang terionisasi yang terbentuk dari CO2 pada tingkat jaringan. Pada

fungsinya transport (CO2) hanya sebagian kecil saja yang berikatan langsung

dengan molekul hemoglobin melalui ikatan karbamino berupa Hb CO2, sebagian

yang lain mengangkut oksigen, CO2 sebagai bentuk terlarut dalam plasma, namun

berbeda dengan oksigen, CO2 tidaklah larut secara fisik dalam bentuk senyawa

tersebut, tetapi sebagian ion bikarbonat (HCO3) yang pembentukannyan sangat

memerlukan sel darah merah (Sherwood, 2016)

11
 
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa O2. Kadar

hemoglobin yang tinggi dan abnormal terjadi karena keadan hemokonsentrasi

akibat dari dehidrasi, hemoglobin yang rendah berkaitan dengan berbagai masalah

klinis. Jumlah sel darah merah dan kadar molekul hemoglobin tidak selamanya

meningkat atau menurun secara bersmaan, misalnya penurunan sel darah merah

disertai kadar hemoglobin sedikit meningkat atau normal terjadi khasus anemia

pernisiosa, dan sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal, disertai kadar

hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia defisiensi zat besi (Sacher and

McPherson, 2008)

Kadar homoglobin dapat depengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur, jenis

kelamin, kehamilan, menstruasi, asupan makanan, kebiasaan minum teh atau kopi

(dapat menurunkan penyerapan besi) kebiasaan merokok dan penyakit infeksi.

Kurangnya asupan makanan yang mengandung fe juga dapat menyebabkan

penurunan kadar hemoglobin, untuk laki-laki = 13,5-18 g/dl dan perempuan = 12-

16 g/dl (Sacher and McPherson, 2008)

Terdapat hubunagan hemoglobin dengan anemia. Dimana anemia merupakan

suatu keadaan jumlah sel darah merah yang beredar atau konsentrasi hemoglobin

menurun. Sebagaimana akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke

jaringan perifer (Mubarok, 2014). Sebuah studi mengatakan kondisi anemia dapat

membuat anak memiliki nilai kecerdasan intelektual yang lebih rendah (10-15 poin)

serta kemampuan belajar yang menurun dibandingkan dengan anak yang sehat atau

normal. Asian Development Bank (ADB) tahun 2012 menyatakan bahwa sekitar 22

juta anak di Indonesia terkena anemia, yang menye- babkan kehilangan angka

12
 
kecerdasan intelektual sebesar 5 sampai 15 poin, prestasi sekolah yang buruk, dan

kerugian potensi masa depan hingga 2,5% (Kusmiyati, Meilani and Ismail, 2013)

2. Struktur Homoglobin

Hemoglobin adalah komponen utama sel darah merah atau eritrosit yang

terdiri dari globin dan heme. Globin terdiri atas 4 rantai polipeptida yaitu 2 rantai

polipeptida alfa/(α)2 dan 2 rantai polipeptida beta/(β)2. Rantai polipeptida alfa

terdiri dari 141 asam amino dan rantai polipeptida beta terdiri dari 146 asam amino.

Molekul hemoglobin pada manusia terdapat empat sub unit protein berbentuk

globul. Oleh karena itu satu unit dapat membawa satu molekul O2, maka secara

efektifnya setiap molekul homoglobin dapat membawa empat molekul O2, setiap

unit pula terdiri dari satu rantai polipeptida yang mengikat kuat molekul lain,

struktur heme terdiri dari 1 molekul protein berbentuk cincin yang di namai

porphyrin dan satu ataom besi yang terletak di tengah. Hemoglobin dalam keadaan

normal membawa ion dioksidasikan kepada fe3+ (Sacher and McPherson, 2008)

Terdapat hubungan hemoglobin dengan anemia. Dimana anemia merupakan

suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah yang beredar atau konsentrasi

hemoglobin menurun. Sebagaimana akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen

dari paru ke jaringan perifer (Mubarok, 2014).

3. Peranan Hemoglobin

Hemoglobin hanya ditemukan di sel darah merah. Sebuah melokul

hemoglobin memiliki 2 bagian: pertama bagian globin, suatu protein yang terbentuk

dari empat rantai polipeptida yang sangat berlipat – lipat dan yang kedua terdapat

empat gugus non-protein yang mengandung besi yang dikenal sebagai gugus hem,

dengan masing masing terikat ke salah satu polipeptida.

13
 
Gambar 1 Melokul Hemoglobin. Sebuah molekul hemoglobin terdiri dari empat

rantai polipeptida yang sangat berlipat – lipat ( bagian globin) dan empat gugus hem

yang mengandung besi (Sherwood, 2016).

Masing-masing dari keempat atom besi dapat deberikan secara reversibel

dengan satu melokul O2 karena itu, setiap molekul hemoglobin dapat mengambil

empat O2 di paru-paru, karena O2 tidak mudah larut dalam plasma, 98,5% O2 yang

terangkut dalam darah terikat ke hemoglobin (Sherwood, 2016).

Hemoglobin adalah suatu pigmen ( yaitu berwarna secara alami). Karena

kandungan besinya, hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan O2 dan

kebiruan jika mengalami deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang teroksigenasi

penuh akan berwarna merah dan darah vena, yang telah kehilangan sebagian

kandungan O2-nya di tingkat jaringan, memiliki rona kebiruan (Sherwood, 2016).

Selain mengangkut O2 hemoglobin juga dapat berikatan dengan

1. Karbon dioksida ( CO2). Hemoglobin membantu mengangkut gas CO2 dari sel

ke jaringan kembali ke paru

14
 
2. Bagian ion-hidrogen asam ( H+ ) dari asam karbonat terionisasi, yang

dihasilkan di tingakat jarinagan dari CO2. Hemoglobin menyangga asam ini

sehingga asam ini tidak banyak mengubah pH darah

3. Karbon monoksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat di dalam

darah, tetapi jika terhirup gas ini cendrung menempati bagian hemoglobin yang

berikatan dengan O2, menyebakan keracunan CO

4. Nitrat oksida (NO). Di paru, nitrat oksida yang bersifat vasodilator berikatan

dengan hemoglobin. NO ini dilepaskan dijaringan, tempat zat ini melemaskan

dan melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi membantu manjamin bahwa darah

kaya-O2 dapat mengalir dengan lancar dan juga membantu menstabilkan

tekanan darah (Sherwood, 2016).

Oleh karena itu hemoglobin berperan kunci dalam transport O2 sekaligus

memberi kontribusi signifikan pada transport CO2 dan kemampuan darah

menyangga pH. Selain itu, dengan membawa vasodilatornya sendiri, hemoglobin

membantu menyalurkan O2 yang dibawanya (Sherwood, 2016).

C. Pengambilan sampel darah

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang

berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada macam

cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit

(skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling

umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan

venipuncture (Iskandar, 2015).

15
 
1. Pengambilan darah vena

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya

diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).

Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan

saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa

menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan

dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf

median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka

pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan

pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang

ukurannya lebih kecil.(Iskandar, 2015)

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

a. Lengan pada sisi mastectomy

b. Daerah edema

c. Hematoma

d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

e. Daerah bekas luka

f. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

g. Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan

darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat

tertentu (Iskandar, 2015).

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara

vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),

sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer) (Iskandar,

16
 
2015). Pada dasarnya pengambilan darah vena menggunakan vacutainer sama

seperti pengambilan darah vena menggunakan spuit/syringe (jarum suntik biasa),

yang membedakan adalah pada saat setelah menusukkan jarum dan kemudia

melakukan penyedotan darah ke dalam vakum-vakum khusus yang sudah terisi oleh

antikoagulan sesuai pemeriksaan dan mempunyai sistem urutan pengambilan darah

pemeriksaan.(Iskandar, 2015)

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena

adalah :

1. Pemasangan turniket (tali pembendung)

a. pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan

hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),

peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total),

b. melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.

2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan

masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

3. Penusukan

a. Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan

sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang

berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma

b. Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah

bocor dengan akibat hematoma

c. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel

akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan

pada pasien ketika dilakukan penusukan (Iskandar, 2015)

17
 
Pengambilan darah vena dengan tabung vakum tabung vakum pertama kali

dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton Dickinson) di bawah nama dagang

Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari

kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk

ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah

tercapai (Iskandar, 2015).

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh

sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan

jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh

bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.

Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan

memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior

(Iskandar, 2015).

euntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu

membagibagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan,

dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes

yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus

karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi

media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel

pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari (Iskandar, 2015).

Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau

jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk

mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum

bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan

18
 
jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara

jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum

anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika

penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash)

(Iskandar, 2015).

Prosedur pengambilan darah vena meliputi beberapa tahap yang telah di

rekomendasikan sesuai dengan SOP dalam labboratorium

Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung

(turniket), plester, tabung vakum.

a) Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

b) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien

senyaman mungkin.

c) Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

d) Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien

minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

e) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan

aktifitas.

f) Minta pasien mengepalkan tangan.

g) Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

h) Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)

untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan

memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah

pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

19
 
i) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan

biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

j) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan

tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap

pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu

sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah

tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

k) Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah

yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk

pemeriksaan.

l) Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan

kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum

sebelum turniket dibuka.

2. Pengambilan darah kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang

berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang

digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah di ujung jari tangan

(fingerstick) atau anak daun telinga. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit

(heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki. Lokasi pengambilan

tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi

(pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat

(Iskandar, 2015).

20
 
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan

sampel dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb,

hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method)

Prosedur pengambilan darah kapiler (Iskandar, 2015)

1) Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.

2) Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan

kering.

3) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa

nyeri berkurang.

4) Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus

diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah

oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol,

tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.

5) Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering,

tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

6) Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras

untuk mencegah terbentuknya jendalan.

D. Pemeriksaan hemoglobin

1. Metode sahli

Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang

paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode

sianmethemoglobin. metode Sahli prinsipnya hemoglobin dihidrolisi dengan HCl

menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi

21
 
menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk

ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat.

Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata

telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang

diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan

cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.

Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas

sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman,

penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun

demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih

atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila

pemeriksaannya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan (Febianty, Sugiarto and

Sadeli, 2013)

2. Point Of Care Testing (POCT)

POCT (Point Of Care Testing) didefinisikan sebagai pemeriksaan kesehatan

sederhana dengan menggunakan sampel dalam jumlah sedikit, menggunakan

pengukuran arus listrik yang dihasilkan pada sebuah reaksi elektrokimia. Ketika

darah diteteskan pada strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang ada di

dalam darah dengan reagen yang ada di dalam strip. Reaksi ini akan menghasilkan

arus listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan kimia yang ada dalam darah

Point Of Care Testing (POCT) adalah pemeriksaan kesehatan yang dapat

memberikan hasil yang cepat, sehingga pengambilan keputusan dapat segera

dilakukan untuk manajemen pasien yang lebih baik. Kelebihan dari POCT yaitu

mudah digunakan, dapat dilakukan oleh perawat dan keluarga pasien untuk

22
 
monitoring pasien, volume sampel yang digunakan sangat sedikit, alat lebih kecil

sehingga tidak perlu ruangan khusus. Pemeriksaan hemoglobin merupakan suatu

hal penting sebagai pemeriksaan penyaring untuk membantu penegakan diagnosa,

sebagai pencerminan reaksi tubuh terhadap suatu penyakit, dan sebagai petunjuk

kemajuan terapi penderita anemia atau penyakit lain. Resiko yang terjadi jika

penetapan kadar hemoglobin tidak tepat akan membuat kesalahan dalam diagnosis

suatu penyakit dan pola pengobatan terhadap pasien (Gandosoebrata, 2010)

Point-Of-Care Testing meliputi segala pemeriksaan yang dilakukan di tempat

dimana tindakan atau perawatan akan dilakukan kepada pasien. pemeriksaan yang

dilakukan di tempat praktik dokter dan departemen lain selain laboratorium di

rumah sakit seperi Unit Gawat Darurat, kamar operasi, dan ICU Aspek penting dari

POCT adalah bahwa biasanya pasien lebih puas karena pengujian lebih mudah

dilakukan, berikut kit pemeriksaan yang bisa di ujikan dengan alat stik POCT gas

darah / elektrolit, kolesterol / lipid, pemantauan Koagulasi, darah okultisme tinja,

patogen Makanan, pemantauan glukosa, Hematologi, Penyakit menular, Kehamilan

dan kesuburan, Tumor / penanda kanker dan pengujian Urinalisi (Futrell, 2015)

Meskipun POCT memberikan hasil yang cepat dan kesempatan untuk

keputusan medis yang lebih cepat, risiko kesalahan dengan POCT sering

menimbulkan kekawatiran atas keandalan hasil tes. Berbeda dengan lab inti,

dimana kesalahan paling banyak terjadi pada tahap pre-analitik dan pasca-analitik

namun pada alat POCT kesalahan yang paling banyak terjadi pada tahap analitik.

Hal Ini dapat dikaitkan dengan kurangnya pemahaman atau pelatihan staf non-

laboratorium yang biasanya terlibat dalam POCT atau sebagai hasil dari

keterbatasan uji dan penyalahgunaan. Sementara laboratorium menawarkan

23
 
lingkungan pengujian yang terstruktur dan terkontrol, kondisi pengujian untuk

POCT dapat sangat bervariasi. (Futrell, 2015)

3. Hematology Analyzer Sysmex XP-100

Pemeriksaan hemoglobin secara automatik menggunakan alat analisis sel

darah automatik. Sysmex XP-100 Auto Hematology Analyzer merupakan suatu

penganalisis hematologi multi parameter untuk pemeriksaan kuantitatif maksimum

19 parameter dan 3 histogram yang meliputi WBC (White Blood Cell atau leukosit),

sel tengah (monosit,basofil,eosinofil), limfosit, granulosit, persentase limfosit,

persentase sel tengah, persentase granulosit, RBC (Red Blood Cell), HGB

(Hemoglobin), MCV (Mean Cospuscular Volume), MCH (Mean Cospuscular

Hemoglobin), MCHC ( Mean Cospuscular Hemoglobin Concentration), RDW-CV,

RDW-SD, HCT (Hematocrit), PLT (Platelet), MPV (Mean Platelet Volume), PDW

(Platelet Distribution Width), PCT (Plateletcrit), WBC Histogram (White Blood

Cell Histogram), RBC (Red Blood Cell Histogram), PLT Histogram (Platelet

Histogram) (Bryan, 2010).

Pengukuran HGB (hemoglobin) ditentukan oleh metode kolorimetrik.

Pengenceran WBC / HGB tersebut dikirim ke bak WBC yang dicampur dengan

jumlah tertentu yang mengubah hemoglobin menjadi hemoglobin komplek

pengenceran dan dalam nya memiliki ruang terpisah, tidak ada gangguan dari

jumlah leukosit tinggi, lipemia atau protein abnormal. Sebuah LED dipasang di

salah satu sisi bak yang memancarkan sinar Fluorescent Flow Cytometry dan Fokus

Hidrodinamik teknologi dengan panjang gelombang 525 nm, kemudian diukur

dengan sensor-foto yang dipasang di sisi yang berlawanan. Sinyal tersebut

kemudian diperkuat dan tegangan diukur lalu dibandingkan dengan referensi

24
 
bacaan kosong (bacaan yang diambil ketika hanya ada pengencer di bak). HGB

tersebut dihitung dan dinyatakan dalam g/L (Bryan, 2010).

Metode ini merupakan baku emas untuk pengukuran konsentrasi hemoglobin

seperti yang direkomendasikan oleh International Committee for Standardization

in Hematology. pemeriksaan kadar hemoglobin dengan hematology analyzer

mudah dilakukan dan hasil pemeriksaan lebih akurat daripada metode yang lain

dalam pemeriksaan hemoglobin. Metode sianmethemoglobin adalah metode

referensi untuk estimasi hemoglobin, semua jenis hemoglobin dapat diukur

kecuali sulfhemoglobin, faktor kesalahanya sekitar ±2%. Metode ini sudah banyak

digunakan di beberapa rumah sakit atau klinik kesehatan (Norsiah, 2015).

Prinsip dari pemeriksaan sianmethemo-globin adalah heme (ferro) dioksidasi

oleh kalium ferrisianida menjadi (ferri) methemoglo- bin kemudian methemoglobin

bereaksi den- gan ion sianida membentuk sianmethemoglo- bin yang berwarna

coklat, absorban diukur dengan kolorimeter atau spektrofotometer pada λ 540 nm.

(Norsiah, 2015)

Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi

methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-

methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer

dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik,

maka hasilnya lebih objektif (Norsiah, 2015) namun kelemahan alat ini ialah

mahalnya dan susahnya pemeliharaan, sukarnya mendapatkan standar reagen yang

harus dipesan dengan waktu yang cukap lama karna harus didatangkan langsung

dari luar daerah secara periodik, pemakaian pereaksi yang mebahayakan kesehatan

ksrns mengsndung sianida dan banyak perlengkapan yang harus dibawa bila

25
 
bekerja dilapangan, perlu dilakukan kalibrasi secara berkala setiapa hari minimal

satu kali dalam sehari agar alat dapat bekerja dengan baik (Bryan, 2010).

26
 

Anda mungkin juga menyukai