Anda di halaman 1dari 31

Tugas Makalah KEP.

GADAR

ASUHAN KEPERAWATAN INFARK MIOKARD AKUT

Oleh :
KELOMPOK 1
ANGGOTA :

NUR WULAN SARI EKA J


SITI MAGHFIRA
AYU KHAIRIYAH
ARDIANSYAH
ARIANTO

AKADEMIK KEPERAWATAN PPNI KENDARI


T.A 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan Hidayah-Na sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
serta salam atas junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah diutus ke muka
bumi ini sebagai Rahmatan lil alamin.
Makalah ini disusun untuk mengetahui secara mendalam tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA INFARK MIOKARD
AKUT”,dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir
dibidang terkait dengannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini,Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita
semua dan bermanfaat untuk membangun ilmu pengetahuan.

DAFTAR ISI

2
Kata pengantar ………………………………………………………………….i

Daftar isi ………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………………………………………………………….....3


B. Rumusan masalah …………………………………………………………4
C. Tujuan masalah …………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ..........………………………………………………………....5
B. Etiologi …………………………………………………………………..5
C. Patofisiologi ……………………………………………………………..6
D. Manifestasi klinis ………………………………………………………..9
E. Pemeriksaan penunjang ………………………………………………….9
F. Komplikasi ………………………………………………………………10
G. Penatalaksanaan …………………………………………………………11
H. Konsep asuhan keperawatan …………………………………………….17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………….29
B. Saran ……………………………………………………………………29

Daftar pustaka ………………………………………………………………...30

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) merupakan suatu istilah terjadinya
neokrosis miokard di dalam suatu pengertian yang konsisten berkaitan dengan
iskemi miokard akut. IMA ditandai dengan adanya peningkatan biomarker
terutama tropinin jantung. IMA dapat dibagi menjadi, IMA dengan ifalasi
sekmen, ST (STEMI) pada minimal 2 leat EKG yang berhubungan dengan
IMA tanpa efalasi sekmen ST (NSTEMI) (thygesen et,al,2012.).
Insiden jantung koroner semua ini meningkat menurut data triskesdas
2013 pravalensi PJK di Indonesia berdasarkan diagnosis maupun gejala
berkisar 0,5 % - 1,5 % kemenkes tahun 2013. Di indonesia sejak 10 tahun
terakhir IMA lebuh sering ditemukan apalagi dengan adanya fasilitas
diagnostik dan unit-unit perawatan jantung koroner yang semakin tersebar
merata. Kemajuan dalam perawatan IMA di unit perawatan jantung koroner
intensif berhasil menurunkan angka kematian.
Infark miokard akut merupakan proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplay darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang, hal ini bisa disebakan oleh adanya penyempitan kritis arteri
koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli/trombus atau adanya penurunan aliran darah.
Menurut WHO memprediksi bahwa penyakit cardio vaskuler,
terutama syndrom koroner akut akan menjadi penyebab utama mordibitas dan
mortalitas di negara-negara berkembang sebelum 2020 (katz,2006). Pada
tahun 2013 kurang lebih 478.000 pasien di indonesia didiagnosa penyakit
jantung koroner. Pravalensi ST elevasi miokard infark (stemi) meningkat dari
25 % ke 40 %. Dari prosentase infark miokard (DEPKES 2013)

B. Rumusan Masalah
Uraian dari latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah :

4
1. Bagaimana konsep dan teori penyakit infark miokard akut ?
2. Bagaimana konsep ASKEP pada penyakit infark miokard akut ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari infark miokard
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penderita
infark miokard akut

BAB II
PEMBAHASAN

5
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard darah ke otot
jantung. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih insentif dan menetap
lebih dari 30 menit, tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun
pemberian nitro gliserin nausea berkeringat dan sangat menakutkan pasien,
pada saat pemeriksaan fisik didapatkan muka pucat karti kardi dan bunyi
jantung 3 (bila disertai gagal jantung kongestif).

B. Etiologi
1. Adanya timbunan-lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah
akibat konsumsi kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (trombosis) oleh sel beku darah (trombus).
3. Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang
yang terus menerus.
4. Infeksi pada pembuluh darah.
5. Aktivitas/latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan)
6. Stress emosi, terkejut
7. Udara dingin, keadaan - keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar jantung meningkat, dan kontraktilitas jantung
meningkat.

C. Patofisiologi

6
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima
arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan menggangu
absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan menonjol ke
lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami
nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi sempit dan
aliran darah terhambat.
Mekanisme pembentukan lesi aterosklerosis adalah pembentukan
thrombus pada permukaan plak, konsolidasi thrombus akibat efek fibrin,
perdarahan ke dalam plak, dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa
pembungkus plak pecah, maka debris lipid akan terhanyut dalam aliran darah
dan menyumbat arteri koroner dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang rentan terhadap
ateroskerosis, dimana arteri koroner tersebut berpilin dan berkelok-kelok saat
memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya
ateroma.
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
Iskemik dan Infark.Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang
bersifat sementara dan reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan
mekanisme metabolisme anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan
kematian otot atau nekrosis.Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat
menyebabkan kematian otot jantung (infark miokard).Ventrikel kiri merupakan
ruang jantung yang paling rentan mengalami iskemia dan infark, hal ini
disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar untuk
berkontraksi.Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang
dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang
dapat menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan
EKG: T inversi, dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia, menurunnya
suplai energi, serta asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel

7
kiri. Kekuatan kontraksi pada daerah yang terserang mengalami gangguan,
serabut ototnya memendek, serta daya kecepatannya menurun.Perubahan
kontraksi ini dapat menyebakan penurunan curah jantung.Iskemia dapat
menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam laktat yang
berlebihan.Angina pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia
miokardium.
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina),
angina pektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina
prinzmetal). Angina Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil
adalah nyeri yang timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari
15 menit dan hilang dengan istirahat. Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP):
Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15
menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina Varian: Merupakan angina
tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner.
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan
kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian
miokardium yang mengalami nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi
secara permanen (yang sering disebut infark).

D. Pathway

8
Arterosklerosis, trombosis, kontriksi arteri koroneria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi menurun

Jaringan miokard iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Suplai kebutuhan oksigen ke jantung tidak sumbang


Kerusakan
Resiko
Pertukaran Gaske miokard menurun
Suplai oksigen
Penurunan
(tdk sesuai
Curah Jantung
Metabolisme anaerob Nyeri Akut Hipoksia

Timbunan asam laktat Integritas sel berubah


Cemas
Fatique (pertimbanganKontraktilitas turun
intoleransi
Gangguan aktifitas)
Perfusi COP turun Kegagalan pompa jantung
Jaringan

Resiko Kelebihan Volume Cairan Ekstra Gagal jantung


Vaskuler

E. Manifestasi Klinis

9
Gejala sindrom koroner akut berupa keluhan nyeri ditengah dada,
seperti: rasa ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher,lengan kiri dan
kanan, serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak napas dan keringat dingin, dan
keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kiri,
bahu,serta punggung. Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu
hati seperti masuk angin atau maagh.Menurut Tapan (2002) menambahkan
gejala kliniknya meliputi:
1. Terbentuknya thrombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot
jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam mati .
2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau rasa terbakar di dada
(angina). Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan
berlangsung selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke
rahang bawah, leher, bahu dan lengan serta ke punggung. Nyeri dapat
timbul pada waktu istirahat. Nyeri ini dapat pula timbul pada penderita
yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini atau pada penderita
yang pernah mengalami angina, namun pada kali ini pola serangannya
menjadi lebih berat atau lebih sering.
3. Selain gejala-gejala yang khas di atas, bisa juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan di atas dapat disertai dengan sesak, muntah atau
keringat dingin.

F. Komplikasi Sindromkoroner Akut (Ska)


a) Aritmia
b) Emboli Paru
c) Gagal Jantung
d) Syok kardiogenik
e) Kematian mendadak

10
f) Aneurisma Ventrikel
g) Ruptur septum ventikuler
h) Ruptur muskulus papilaris

G. Pemeriksaan penunjang

a. Elektrokardiografi (EKG), membantu menentukan area jantung dan


arteri koroner mana yang terlibat
b. Ekokardiografi, menunjukkan keabnormalan pergerakan dinding
ventrikular dan mendeteksi ruptur otot papiler atau septal
c. Rangkaian kadar enzim kardiak dan protein, menunjukkan kenaikan
khas pada CK – MB, protein troponin T dan I serta mioglobin
d. Sinar X dada, menunjukkan gagal jantung sisi kiri, kardiomegali atau
penyebab non kardiak lain terhadap dispnea serta nyeri di dada
e. Ekokardiografi transesofageal, memperlihatkan area berkurangnya
pergerakan dinding otot jantung yang mengindikasikan iskemia
f. Scan citra nuklir menggunakan thallium 201 atau technetium 99 m,
untuk mengidentifikasi area infarksi dan sel otot yang aktif
g. Pengujian laboratoris, memperlihatkan jumlah sel darah putih yang
meningkat dan tingkat sedimentasi eritrosit berubah dalam tingkat
elektrolit yang naik;
h. Kateterisasi kardiak, untuk mengetahui arteri koroner yang terlibat,
memberikan informasi mengenai fungsi ventrikular srta tekanan dan
volume didalam jantung.

H. Penatalaksanaan

11
Prinsip umum :
1. Mengembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/ PTCA primer
untuk menyelamatkan oto jantung dari infark miokard
2. Membatasi luasnya infark miokard
3. Mempertahankan fungsi jantung
4. memperlambat atau menghentikan progresifitas penyakit
5. Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi
serangan angina
6. Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.
a. Terapi Awal
Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1) Pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
2) Periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT
3) Oksigenasi : Langkah ini segera dilakukan karena dapat
memperbaiki kekurangan oksigen pada
miokard yang mengalami cedera serta
menurunkan beratnya ST-elevasi. Ini
dilakukan sampai dengan pasien stabil
dengan level oksigen 2–3 liter/ menit
secara kanul hidung.
4) Nitrogliserin (NTG) : Kontraindikasi bila TD sistolik < 90
mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit),
takikardia. Mula-mula secara sublingual
(SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray.
Jika sakit dada tetap ada setelah 3x NTG
setiap 5 menit dilanjutkan dengan drip

12
intravena 5–10 ug/menit (jangan lebih 200
ug/menit) dan tekanan darah sistolik
jangan kurang dari 100 mmHg.
Manfaatnya ialah memperbaiki pengiriman
oksigen ke miokard; menurunkan
kebutuhan oksigen di miokard;
menurunkan beban awal (preload)
sehingga mengubah tegangan dinding
ventrikel; dilatasi arteri koroner besar dan
memperbaiki aliran kolateral; serta
menghambat agregasi platelet (masih
menjadi pertanyaan).
5) Morphine : Obat ini bermanfaat untuk mengurangi
kecemasan dan kegelisahan; mengurangi
rasa sakit akibat iskemia; meningkatkan
venous capacitance; menurunkan tahanan
pembuluh sistemik; serta nadi menurun
dan tekanan darah juga menurun, sehingga
preload dan after load menurun, beban
miokard berkurang, pasien tenang tidak
kesakitan. Dosis 2 – 4 mg intravena sambil
memperhatikan efek samping mual,
bradikardi, dan depresi pernapasan. Dapat
diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20
mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg iv
6) Aspirin : Harus diberikan kepada semua pasien
sindrom koroner akut jika tidak ada
kontraindikasi (ulkus gaster, asma

13
bronkial). Efeknya ialah menghambat
siklooksigenase –1 dalam platelet dan
mencegah pembentukan tromboksan-A2.
Kedua hal tersebut menyebabkan agregasi
platelet dan konstriksi arterial. Dosis yang
dianjurkan ialah 160–325 mg perhari, dan
absorpsinya lebih baik "chewable" dari
pada tablet. Aspirin suppositoria (325 mg)
dapat diberikan pada pasien yang mual
atau muntah.
7) Antitrombolitik lain : Clopidogrel, Ticlopidine: derivat
tinopiridin ini menghambat agregasi
platelet, memperpanjang waktu
perdarahan, dan menurunkan viskositas
darah dengan cara menghambat aksi ADP
(adenosine diphosphate) pada reseptor
platelet., sehingga menurunkan kejadian
iskemi. Ticlopidin bermakna dalam
menurunkan 46% kematian vaskular dan
nonfatal infark miokard. Dapat
dikombinasi dengan Aspirin untuk
prevensi trombosis dan iskemia berulang
pada pasien yang telah mengalami
implantasi stent koroner. Pada pemasangan
stent koroner dapat memicu terjadinya
trombosis, tetapi dapat dicegah dengan
pemberian Aspirin dosis rendah (100
mg/hari) bersama Ticlopidine 2x 250
mg/hari. Colombo dkk. memperoleh hasil

14
yang baik dengan menurunnya risiko
trombosis tersebut dari 4,5% menjadi
1,3%, dan menurunnya komplikasi
perdarahan dari 10–16% menjadi 0,2–
5,5%21. Namun, perlu diamati efek
samping netropenia dan trombositopenia
(meskipun jarang) sampai dengan dapat
terjadi purpura trombotik trombositopenia
sehingga perlu evaluasi hitung sel darah
lengkap pada minggu II – III. Clopidogrel
sama efektifnya dengan Ticlopidine bila
dikombinasi dengan Aspirin, namun tidak
ada korelasi dengan netropenia dan lebih
rendah komplikasi gastrointestinalnya bila
dibanding Aspirin, meskipun tidak terlepas
dari adanya risiko perdarahan. Didapatkan
setiap 1.000 pasien SKA yang diberikan
Clopidogrel, 6 orang membutuhkan
tranfusi darah 17,22. Clopidogrel 1 x 75
mg/hari peroral, cepat diabsorbsi dan
mulai beraksi sebagai antiplatelet agregasi
dalam 2 jam setelah pemberian obat dan
40–60% inhibisi dicapai dalam 3–7 hari.
Penelitian CAPRIE (Clopidogrel vs ASA
in Patients at Risk of Ischemic Events)
menyimpulkan bahwa Clopidogrel secara
bermakna lebih efektif daripada ASA
untuk pencegahan kejadian iskemi
pembuluh darah (IMA, stroke) pada

15
aterosklerosis (Product Monograph New
Plavix).
b. Terapi lanjutan (Reperfusi) : dilakukan oleh yang berkompeten dan
dalam pengawasan ketat di ICCU
1) Trombolitik
Penelitian menunjukan bahwa secara garis besar semua obat
trombolitik bermanfaat.Trombolitik awal (kurang dari 6 jam)
dengan strptokinase atau tissue Plasminogen Activator (t-PA)
telah terbukti secara bermakna menghambat perluasan infark,
menurunkan mortalitas dan memperbaiki fungsi ventrikel kiri.
Indikasi :
a) Umur < 70 tahun
b) Nyeri dada khas infark, lebih dari 20 menit dan tidak hilang
dengan pemberian nitrat.
c) Elevasi ST lebih dari 1 mm sekurang-kurangnya pada 2
sadapan EKG
Saat ini ada beberapa macam obat trombolisis yaitu
streptokinase, urokinase, aktivator plasminogen jaringan yang
direkombinasi (r-TPA) dan anisolated plasminogen activator
complex (ASPAC).Yang terdapat di Indonesia hanya
streptokinase dan r-TPA.R-TPA ini bekerja lebih spesifik
pada fibrin dibandingkan streptokinase dan waktu paruhnya
lebih pendek.
Kontraindikasi :
a) Perdarahan aktif organ dalam
b) Perkiraan diseksi aorta
c) Resusitasi kardio pulmonal yang berkepanjangan dan
traumatik
d) Trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial

16
e) Diabetic hemorrhage retinopathy
f) Kehamilan
g) TD > 200/120 mmHg
h) Telah mendapat streptokinase dalam jangka waktu 12 bulan
2) Antikoagulan dan antiplatelet
Beberapa hari setelah serangan IMA, terdapat peningkatan
resiko untuk terjadi tromboemboli dan reinfark sehingga perlu
diberikan obat-obatan pencegah.Heparin dan Aspirin referfusion
trias menunjukkan bahwa heparin (intravena) diberikan segera
setelah trombolitik dapat mempertahankan potensi dari arteri yang
berhubungan dengan infark.
Pada infus intravena untuk orang dewasa heparin 20.000-
40.000 unit dilarutkan dalam 1 liter larutan glukosa 5% atau NaCl
0,9% dan diberikan dalam 24 jam. Untuk mempercepat efek,
dianjurkan menambahkan 500 unit intravena langsung
sebelumnya.Kecepatan infus berdasarkan pada nilai APTT
(Activated Partial Thromboplastin Time).Komplikasi perdarahan
umumnya lebih jarang terjadi dibandingkan dengan pemberian
secara intermiten.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

17
A. Pengkajian Gawat Darurat
1. Primary Survey
a) Airway
Look : tidak ada sumbatan, tidak ada benda asing, tidak ada darah
yang keluar

Listen : tidak bunyi stridor atau snokling


Feel : terdapat hembusan nafas
b) Breathing
Look : gerakan dada simetris, menggunakan otot bantu pernafasan,
retraksi interkosta?
Listen : bunyi nafas vesikuler
Feel : RR 24x/mnt
c) Circulation
N : 37 x/mnt
S : 36,7oC
TD : 148/65 mmHg
SPO2 : 99 %
CRT : > 2 detik (berapa detik)
d) Disability
GCS : 15 compos mentis E 4M 6V 5
e) Expouse
Tidak ada fraktur, tidak ada pendarahan, dan tidak ada oedem

2. Secondary Survey

18
a) Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya lemas dan sedikit sesakdari pengkajian
nyeri nyeri sedang knp keluhannya badan lemas.
b) Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
P: lemas berkurang saat istirahat, badannya lemas saat melakukan
aktivitas(palliative digunakan untuk pengkajian nyeri bkn
lemas)
Q: tidak dapat melakukan aktivitas (kualitas nyeri spt apa bukan tidak
dapat melakukan aktifitas)
R: di seluruh tubuh (menjalarnya kemana)
S: skala nyeri 7 dari rentang 1-10
T: nyeri dari 10 hari yang lalu durasi kurang lebih 5 menit
 Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.
Namun pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi selama 3 tahun
serta asam urat.
 Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Tn.A tidak ada yang memiliki penyakit yang sama
c) Pemeriksaan fisik
a. BB : 51 kg
b. Kepala
1. Kulit kepala, rambut
Tidak ada oedem, rambut beruban dan tidak ada benjolan di kepala
2. Mata
Kedua mata simetris, Sklera ikterik, konjungtiva anemis
3. Hidung
Sedikit kotor dan terpasang nasal kanul 3 liter/menit

19
4. Telinga
Terdapat serumen, kedua telinga simetris
5. Mulut
Bibir lembab, lidah kotor, bibir kotor
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
c. Pemeriksaan dada
1. Jantung
I : bentuk simetris
P : ictus cordis teraba di ics v mitklavikula
P : pekak(ada pembesaran jantung atau tidak)
A : S1 dan S2 terdapat suara tambahan murmur
2. Paru – Paru
I : bentuk simetris, terdapat retraksi dada, otot bantu nafas??
P : pengembangan paru tidak sama
P : pekak
A : vaskuler
3. Abdomen
I : tidak ada pembesaran abdomen, bentuk datar
A : peristaltik 14 x/mnt
P : terdapat nyeri tekan di kuadran II
P : terdengar tympani pada usus redup pada dan ginjal
4. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus, di sebelah kanan terpasang
manset tensi di sebelah kiri
Ekstremitas bawah : tidak ada oedem maupun fraktur

d) Cairan parental

20
1) D5 % + catapres 2 ampul (cantumkan dosis)
2) Nacl (tetesan)
3) PA

e) Pola kebiasaan sehari – hari


a. Pola nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan sehari 3 x dengan porsi habis
Selama sakit : pasien makan sehari 3 x setengah porsi habis tetapi
selanjutnya selalu habis.
b. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB sehari 1 x dan 6 x sehari
Selama sakit : BAB 1 x tapi sangat sedikit , BAK setiap kali
dibuang kurang lebih 100 ml 3 x dalam sehari
c. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien istirahatnya sehari kurang lebih 7 jam.
Selama sakit : pasien istirahatnya lebih banyak sekitar 9 jam dalam
sehari.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitasnya
Selama sakit : pasien hanya terbaring lemah di tempat tidur
e. Personal hygiene
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi sehari 2 x, selalu gosok
gigi 3 x sehari.
Selama sakit : pasien hanya di kompres atau di washen saja oleh
perawat.

B. Diagnosa Keperawatan

21
1. Nyeri Akut b.d. penurunan suplay oksigen ke miokard sekunder terhadap
IMA
2. Penurunan curah jantung b.d Perubahan Nadi Menurun
3. Ketidak efektifan jaringan perifer berhubungan dengan penurunan COP

C. Intervensi Keperawatan dan Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Defenisi Batasan Faktor yang Clutser


keperawatan karakteristik berhubungan
1. Nyeri akut Pengalaman - Ekspresi wajah - Agens cedera - Domain :
b.d sensori dan nyeri( misal: biologis 12
penurunan emosional tidak mata kurang (misal: (kenyam
suplai menyerangkan bercahaya, infeksi, anan)
oksigen yang muncul tampak kacau, iskemia, - Kelas:
akibat kerusakan gerakan mata neoplasma) (kenyam
jaringan aktual berpencar atau anan
atau potensial tetap pada satu fisik)
atau yang fokus, meringis)
digambarkan - Laporan tentang
sebagai kerusakan perilaku nyeri/
(international perubahan
association for the aktivitas
study of pain). (misal:anggota
Yang tiba-tiba keluarga pemberi
atau lambat dari asuhan).
intensitas ringan
hingga berat
dengan akhir
yang dapat
diantisipasi atau
diprediksi
2. Penurunan Ketidak - Perubahan - Perubahan - Domain:
curah jantung adekuatan darah elektrokardio irama jantung 4
yang dipompa gram(EKG), (aktivita
oleh jantung (misal: aritri nilai s/istrahat
untuk memenuhi abnormal lintas )
kebutuhan konduksi - Kelas: 4
metabolik tubuh iskemia). (respon

22
- Perubahan warna kardiova
kulita (misala: skular/p
pucat, abu-abu, olmoral)
sianosis).
3. Ketidak Penurunan - Perubahan - Kurang - Domain:
efektifan sirkulasi darah ke karakteristik kulit pengetahuan 4
perfusi perifer yang dapat (misal: warna, tentang faktor (aktivita
jaringan mengganggu plastisitas, pemberat s/
perifer b.d kesehatan rambut, (misal: istrahat)
penurunan kelembaban, merokok, gaya - Kelas: 4
COP kuku, sensusi, hidup (respons
suhu. monoton, kardiova
- Perubahan tekana trauma, skuler/
darah di obesitas, pulmona
ekstremitas. asupan garam, l).
imobilitas.

No Diagnosa Intervensi
Noc Nic
1. Nyeri akut Kontrol nyeri : Manajemen Nyeri :
b.d Setelah dilakukan - Observasi adanya petunjuk
penurunan tindakan selama 1x24 jam normal mengenai ketidak
suplai : nyamanan terutama pada
oksigen - Menggambarkan faktor mereka yang tidak dapat
penyebab dimana nilai berkomunikasi secara efektif
indikatornya 4 (sering - Lakukan pengkajian nyeri
menunjukan) komprehensif yang meliputi
ditingkatkan menjadi lokasi, karakteristik,
5(secara konsisten onset/durasi, frekuensi,
menunjukan) kualitas, intensitas atau
- Menggunakan tindakan beratnya nyeri dan faktor
pengurangan nyeri tanpa pencetus.
analgesik : dimana nilai - Berikan informasi mengenai
indikatornya 2 (jarang nyeri, seperti penyebab
menunjukan) nyeri, berapa lama nyeri
ditingkatkan menjadi akan dirasakan, dan
3( kadang-kadang antisipasi dari ketidak
menunjukan) nyamanan akibat prosedur.
- Melaporkan nyeri yang - Anjurkan metode
terkontrol : dimana nilai farmakologi untuk

23
indikatornya 3 (kadang- menurunkan nyeri.
kadang menunjukan) - Berikan individu penurunan
ditingkatkan menjadi 4 nyeri yang obtimal dengan
(sering menunjukan). peresepan analgesik.
- Berikan obat sebelum
melakukan aktivitas untuk
meningkatkan partisipasi,
namun (lakukan evaluasi
mengenai bahaya dari
sedusi).
- Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan nyeri
non farmakologis sesuai
kebutuhan.
2. Penurunan Ketidak efektifan pompa Perawatan jantung akut :
curah jantung jantung : - Monitor irama jantung dan
b.d nadi Setelah dilakukan ketepatan denyut jantung.
menurun tindakan selama 1x24 jam - Monitor kecenderungan
: tekanan darah dan parameter
- Tekanan darah sistol hemodinamik, jika tersedia
dimana nilai (tekanan vena sentral,
indikatornya 2 (deviasi tekanan paru kapiler,
yang cukup besar dari tekanan irisan arteri).
kisaran normal) - Monitor nilai laboratorium
ditingkatkan menjadi elektrolit yang dapat
3(deviasi sedang dari meningkatkan resiko
kisaran normal) disritmia (kalium dan
- Tekanan darah diastol magnesium), sebagaimana
dimana nilai mestinya.
indikatornya 3 (deviasi - Lakukan penilaian secara
sedang dari kisaran komprehensif terhadap
normal) ditingkatkan status jantung termasuk
menjadi 4 (deviasi didalamnya adalah sirkulasi
ringan dari kosaran perifer.
normal) - Lakukan terapi relaksasi
Indeks jantung dimana dengan tepat.
nilai indikatornya 2 - Instruksikan pasien akan
(deviasi yang cukup besar pentingnya melaporkan

24
dari kesamaan normal) segera jika merasakan
ditingkatkan menjadi 4 ketidak nyamanan dibagian
(deviasi ringan dari dada.
kisaran normal) - Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat untuk
meningkatkan nadi.

3. Ketidak Perfusi jaaringan perifer: Manajemen sensasi perifer :


efektivan Setelah dilakukan - Monitor adanya parasthesia
jaringan tindakan selama 1x24 jam dengan tepat (misal: mati
periver b.d : rasa, hipertesia,dan tingkat
penurunan - Pengisian kapiler jari: nyeri).
COP. dimana nilai - Instruksikan pasien dan
indikatornya 2 (deviasi keluarga untuk memeriksa
yang cukup besar dari adanya kerusakan kulit
kisaran normal) setiap harinya.
ditingkatkan menjadi 3 - Berikan obat analgesik,
(deviasi sedang dari kortikosteoid, antikonvulsan,
kisaran normal. anti depresan trisilik, atau
- Pengisian kapiler jari anastesi lokal sesuai
kaki: dimana nilai kebutuhan.
indikatornya 3 (deviasi - Kolaborasi dengan dokter
sedang dari kisaran mengenai penyebab sensasi
normal) ditingkatkan abnormal atau perubahan
menjadi 4 (deviasi sensasi yang terjadi.
ringan dari kisaran
normal).

D. Evaluasi

25
No Hari/tgl Jam DIAGNOSA Evaluasi TTD
. KEPERAWATAN PERAWAT
S:

O:

A:

P:

KET :
S (Subjektip) : Data subjektif berisi data dari pasien melalui anamnesi (wawancara)
O (Objektif) : Data objektif data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik
A (Assesment) : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yabg terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,antisipasi diagnosis atau
masalah potensial,serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
P (Plan) : Perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang mandiri,kolaborasi,
diagnosis atau laboratorium,serta konseling untuk tindak lanjut.

Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan :


a. Menentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi.
b. Menentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
c. Menentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.kriteria dapat berhubungan
dengan sumber-sumber proses atau hasil,tergantung kepada dimensi evaluasi
yang di inginkan.
d. Menentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data
yang di perlukan.

26
e. Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang
kurang memuaskan.
g. Perlukan tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan :
mungkin tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada
faktor lingkungan yang tidak diatasi.

Macam-macam evaluasi yaitu :


a. Evalusi kuantitatif
Evaluasi ini di laksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan
yang telah dikerjakan. Contoh : jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama
dalam perawatan.

b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah
satu dari tiga dimensi yang saling terkait yaitu :
1) Strktur atau sumber
Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut
antara lain :
- Kualitas perawat
- Minat atau dorongan
- Waktu atau tenaga yang di pakai
- Macam dan banyak peralatan yang di pakai
- Dana yang tersedia
2) Proses

27
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada klien
dengan gejala-gejala yang ditimbulkan.
3) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan
tugas-tugas kesehatan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :
a) Keadaan fisik
Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun,berat badan
naik, perubahan tanda klinik.
b) Psikologik-sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap
petugas kesehatan.
c) pengetahuan-perilaku
Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikan keluarga
dapat menjelaskan manfaat dari tindakan keperawatan.

Hasil akhir yang diinginkan dari perawatan pasien Kejang Demam meliputi
pola pernafasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak menunjukkan rasa
nymannya secara verbal maupun non verbal, kebutuhan cairan terpenuhi seimbang,
tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang dan pengatahuan orang tua bertambah.
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka
pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada
akhir dari semua tindakan yang pencapaian tujuan jangka panjang.
Komponen tahapan evaluasi :
a) Pencapaian kriteria hasil

28
Pencapaian dengan target tunggal merupakan meteran untuk
pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “ dan
datanya ditulis di rencana asuhan keperawatan. Jika kriteria hasil belum
tercapai, perawat mengkaji kembali klien dan merevisi rencana asuhan
keperawatan.
b) Keefektifan tahap – tahap proses keperawatan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil dapat
terjadi di seluruh proses keperawatan.
1) Kesenjangan informasi yang terjadi dalam pengkajian tahap satu.
2) Diagnosa keperawatan yang salah diidentifikasi pada tahap dua
3) Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada tahap
tiga
4) Kegagalan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
tahap empat.
5) Kegagalan mengevaluasi kemajuan klien pada tahap ke lima.

BAB III

PENUTUP

29
A. Kesimpulan

Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah


ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumnya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan. Infark
miokard biasanya disebabkan oleh trombus oleh trombosit. Adapun gejalanya
seperti nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri,leher kiri,dan lengan
atas kiri, kebanyakan selama 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti
ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik, takhikardi, keringat banyak, kadang mual
bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan flek vasosegal yang
disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal, dispnea.

B. Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca lebih paham pada


penyakit infark miokard akut, serta cara pencegahannya dan pengobatannya,
sehingga dapat menjalankan penanganan awal apabila terjadi kasus penyakit
ini disekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

30
Bulechek Gloria, Butcher Howard, Dkk. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore : Elsevier.

Moorhead Sue, Johnson Marion, Dkk. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore : Elsevier

Herdman T. Heather, Kamitsuru Shigemi. 2018. Nanda Internasional


Nursing Diagnoses : Definition And Classification 2018-2020.

Brunner And Suddarth (2001).Buku Ajar Keperawatan Medical


Bedah.Jakarta :EGC.

Corwin J. Elizabeth (2009).Buku Saku Patofisiologi.Jakarta :EGC

Krisanty Paula, S.Kep, Ns, Dkw (2009). Asuhan Keperawatan Gawat


Darurat.

31

Anda mungkin juga menyukai