Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

DISUSUN OLEH:

STEFANI BELINDA SANTOSA

P1337420117060

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018
I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia


atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktifitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007).

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional serta kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama
dan sangat vital bagi tubuh (Imelda, 2009).

Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali


menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Sebagian
besar sel tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan
pembuangan karbondioksda. Pertukaran gas pernapasan terjadi antara udara di
lingkungan dan darah. Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam
sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia
merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan
hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada temperatur dan
tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa
gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan
massa dan unsur paling melimpah dikerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi
20,9% volume atmosfer bumi (Wikipedia, diakses pada tanggal 14 November
2017).

 Proses pernapasan

Terdapat tiga langkah dalam proses pernapasan pada manusia yaitu vetilasi,
perfusi, dan difusi.

a. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan


keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan toraks yang
elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diafragma. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan
napas yang bersih, system saraf pusat dan system pernapasan yang utuh, rongga
toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplians
paru yang adekuat.

2
b. Perfusi

Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah ked an dari


membrane kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Pada
proses perfusi dipengaruhi oleh :

1. Tekanan parsial O2 dan CO2 di alveolus dan darah


2. Luas permukaan membrane difusi
3. Ketebalan membrane difusi

c. Difusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi


yag lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas
pernapasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat
dipengaruhi oleh ketebalan membran. Difusi merupakan pertukaran gas (oksigen
dan CO2) dari alveolus ke darah melalui dinding alveolus dan dinding pembuluh
darah balik paru. Pada proses difusi dipengaruhi oleh :

1. Luasnya permukaan paru-paru.


2. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O²
dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

Berapa metode pemberian oksigen adalah :

a) Low flow oxygen system

Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada


umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya
bervariasi menurut pola pernafasan pasien.

b) High flow oxygen system

Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen


dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi
dengan pola pernafasan pasien.

3
B. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen adalah

a) Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas peningkatan oksigen
2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3. Hipovolemia adalah penurunan volume darah sirkulasi yang
diakibatkan kehilangan cairan ekstraseluler yang terjadi pada kondisi
seperti syok dan dehidrasi berat.
4. Meningkatnya laju metabolism
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada.

b) Faktor perkembangan
1. Bayi premature : kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toddler : akibat adanya infeksi saluran nafas
3. Anak usia sekolah dan remaja : infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4. Dewasa muda dan dewasa pertengahan : akibat diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas dan stres

c) Faktor perilaku
1. Nutrisi : penurunan ekspansi paru pada obesitas
2. Extrase : meningkatkan kebutuhan oksigen
3. Merokok : nikotin menyebabakan vasokonstriksi pembuluh darah.
4. Substance dan nikotin : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun
mengakibatkan penurunan Hb, alcohol menyebabkan depresi
pernapasan.

d) Faktor lingkungan
1. Tempat kerja
2. Suhu ligkungan
3. Ketinggian tempat permukaan laut
4. Ansietas

4
C. PATOFISIOLOGIS

Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-


kondisi yang mempengaruhi ventilasi atau transport oksigen. Ketiga perubahan
primer tersebut adalah hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.

1. Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih yang


dibutuhkan untuk menegliminasi karbondioksida normal di vena yang
diproduksi melalui metabolism selular. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh
ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam basa, dan hipoksia
yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok. Ansietas akut dapat mengarah
kepada hiperventilasi dan menyebabkan kehilangan kesadaran akibat
ekshalasi karbondoksida yang berlebihan. Demam menyebabkan
hiperventilasi.

2. Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi


kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat.
Apabila ventilasi menurun, maka PaCO2. Atelectasis merupakan kolaps
alveoli yang mencegahpertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit
dan menyebabkan hipoventilasi.

3. Hipoksia

Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat


jaringan. Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau
penggunaan oksigen di selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh :

a. Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang


membawa oksigen.
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi.
c. Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen yang diinspirasi.
d. Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah.
e. Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk.
f. Kerusakan ventilasi.

D. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi dari gangguan pemenuhan oksigen adalah:

1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia

5
3. Disorientasi
4. Gelisah dan cemas

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi.


Beberapa jenis pemeriksaannya yaitu :

1. Pemeriksaan fungsi paru

Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk


melakukan pertukaran oksigen dan karbodioksida secara efisien. Pemeriksaan
ventilasi dasar menggunakan spirometer dan alat pencatat sementara klien
bernapas melalui masker mulut yang dihubngkan dengan selang penghubung.
Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal, volume reserve inspirasi,
volume residual, dan volume ekspirasi yang dipaksa selama 1 detik.

2. Kecepatan aliran ekspirasi puncak.

Kecepatan aliran ekspirasi puncak merupakan titik aliran tertinggi yang


dicapaipengukuran ini sangat berkorelasi dan sama dengan volume ekspirasi
yang dipaksa selama 1 detik. Selama ekspirasi maksimal dan titik ini
mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan nafas menjadi besar.
Informasi untuk kecepatan aliran ekspirasi puncak merupakan data pengkajian
esensial untuk klien asma.

3. Oksimetri

Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan


dengan menggunakan oksimetri kutaneus. Saturasi oksigen adalah presentase
hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungan pengukuran ini adalah
mudah dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh. Oksimetri tidak
menimbulkan nyeri. Oksimetri yang paling sering digunakan adalah oksimetri
nadi.

4. Pemeriksaan sinar-X pada dada

Memungkinkan mendeteksi adanya cairan, massa, fraktur, dan proses abnormal


lain.

5. Bronkoskopi

Bronkoskopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobronkial melalui


bronkoskop serat optic yang fleksible dan sempit. Bronkoskopi dilakukan
untuk memperoleh sample biopsy dan cairan atau sample sputum dan untuk
mengangkat plak atau lendir atau benda asg yang mengganggu jalan napas.

6
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pemantauan Hemodinamika
2) Pengobatan bronkodilator
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
4) Penggunaan ventilator mekanik
5) Fisoterapi dada

b. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


1) Pembersihan jalan nafas
2) Latihan batuk efektif
3) Pengisafan lender
4) Jalan nafas buatan

c. Pola Nafas Tidak Efektif


1) Atur posisi pasien ( semi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Teknik bernafas dan relaksasi

d. Gangguan Pertukaran Gas


1) Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2) Pemberian oksigen
3) Pengisapan lender

7
II. PATHWAY

Alergen masuk

Ditangkap magrofag

Membentuk IgE

IgE diikat mastosit (di jaringan) &

Basofil (sirkulasi)

Melepaskan mediator kimia

Peningkatan sekresi kelenjar Peningkatan


Kontraksi otot polos
mukosa permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi mukus
Bronkospasme Edema mukosa

Pengisian bronki dengan mukus


Penyempitan saluran Penyempitan saluran
paru paru
Bersihan jalan napas tidak efektif
Sesak napas Pola napas tidak
efektif
Gangguan
pertukaran gas

8
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian kasus
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus
mencakup :
1. Riwayat keperawatan harus berfokus pada kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan oksigen. Riwayat keperawatan untuk mengkaji
fungsi keperawatan.
a. Keletihan
Keletihan merupakan sensasi subjektif, yaitu klien melaporkan bahwa
ia kehilangan daya tahan.
b. Dispnea
Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak
napas.Dispnea merupakan sensasi subjektif pada pernapasan yang sulit
dan tidak nyaman.
c. Batuk
Batuk merupakan pengeluaran udara dari paru-paru yang tiba-tiba dan
dapat didengar.
d. Mengi
Mengi disebabkan oleh gerakan udara berkecepatan tinggi melalui
jalan nafas yang sempit.
e. Nyeri
Nyeri jantung tidak menyertai variasi pernapasan.Nyeri ini paling
sering terjadi di sisi kiri dada dan menyebar.Nyeri pericardium,
merupakan akibat inflamasi kantong perikardium, biasanya tidak
menyebar dan dapat terjadi saat inspirasi.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem
kardiopulmonar.
a. Inspeksi
1) Warna membran mukosa
2) Penampilan umum
3) Tingkat kesadaran
4) Keadekuatan sirkulasi sistemik
5) Pola pernapasan
6) Gerakan dinding dada.
b. Palpasi

9
1) Dinding thorak, adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekunga.
2) Pengembangan dinding thorak, bandingkan kiri dan kanan
3) Taktil fremitus
Getaran meningkat → pneumonia, penumpukan secret, atelektasis
yang belum total, infark atau fibrosis paru. Sedangkan getaran
menurun → pleural effusion, pneumothorak, penebalan pleura,
emphysema atau sumbatan bronchus.
c. Perkusi
Macam suara ketukan :
1) Sonor
Suara yang normal terdengar diseluruh lapangan paru-paru.
2) Redup
Suara yang timbul akibat adanya konsolidasi paru (pemadatan) :
tumor, atalektasis, cairan.
3) Hipersonor
Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan dengan suara
sonor → Akibat adanya udara berlebihan di paru-paru,→
pneumothorak, emphysema paru.
4) Tympani
 Akibat adanya udara dalam suatu kantong atau ruang
tertutup.
 Suara yang terdengar nyaring seperti kalau kita memukul
gendang.
 Kalau terdengar di dinding thorak artinya tidak normal.
 Normalnya terdengar dibawah diafragma kiri dimana terletak
lambung dan usus besar.

Teknik perkusi
1. Jari tengah diletakkan di dinding thorak
2. Ujung jari tengah tangan yang lain mengetuk dibagian distal
jari tengah yang berada di dinding thorak
3. Gerakan mengetuk hanya dari pergrlangan tangan, setelah
mengetuk segera diangkat.
4. Bandingkan kiri dan kanan.
5. Mulai mengetuk dari bagian atas paru, kemudian menurun.

d. Auskultasi
1) Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi : pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1 dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen,
dan arteri femoral.

10
2) Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan
udara disepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan
terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat
cairan atau terjadi obstruksi.

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG, menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung,
mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond
jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberiakn informasi
tentang respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan
menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, BGA.
d. Rongent
Adalah alat pendeteksi yang sudah tidak asing lagi di dunia
kedokteran. Tetapi bagi orang awam atau yang belum pernah
mengenal alat ini biasanya begitu mendengar langsung merasakan
takut dan khawatir. Padahal alat ini sangat diperlukan untuk
mendeteksi penyakit atau kelainan pada diderita pada tubuh kita.

III. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR MASALAH)


1. Pola nafas tidak efektif b.d., kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuskular, penurunan energi.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. spasme jalan nafas.

3. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan


membran kapiler alveolar.

IV. PERENCANAAN

1. Pola nafas tidak efektif b.d. kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuskular, penurunan energi.

NOC: Status respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien:


a. Memiliki RR dalam batas normal
b. Mampu inspirasi dalam
c. Memiliki dada yang mengembang secara simetris
d. Dapat bernafas dengan mudah
e. Tidak menggunakan otot-otot tambahan dalam bernafas
f. Tidak mengalami dispnea
g. Tidak mengalami ortopnea

11
NIC: Respiratory monitoring
a. Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha respirasi
R/ Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi.
b. Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot
aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan interkostal
R/ Menunjukkan keparahan dan gangguan respirasi yang terjadi.
c. Monitor suara pernapasan tambahan, seperti mendengkur
R/ Suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan
jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas klien.
d. Monitor pola pernafasan : bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
respirasi Kussmaul, respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik Biot dan
pola taxic
R/ Mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan
pola napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
e. Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus
udara, perhatikan perubahan pada SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai
gas darah arteri (AGD), dengan tepat
f. Posisikan pasien on side
R/ Memaksimalkan ventilasi
g. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit.
R/ Mengetahui adanya kelainan seperti sianosis,dll.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. spasme jalan nafas.

NOC: Kepatenan jalan nafas, dengan kriteria hasil klien:


a. Tidak ada batuk
b. Tidak mengalami kecemasan
c. Tidak ada sianosis
d. Menunjukkan jalan napas yang paten
e. Memiliki irama pernafasan yang normal
f. Mampu mengeluarkan sputum dari jalan nafas
g. Bebas dari suara nafas tambahan
NIC: Airway suctioning
a. Tentukan kebutuhan suction oral dan atau trakheal
b. Auskultasi suara nafas sesudah dan sebelum melakukan saksion
R/ Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan keefektifan jalan nafas
untuk memenuhi kebutuhan O2
c. Informasikan kepada klien dan keluarga tentang saksion
R/Memberikan pemahaman pada keluarga mengenai indikasi kenapa
dilakukan tindakan suction
d. Gunakan perlindungan universal
R/Untuk melindungi dari penyebaran infeksi
e. Pasang nasal kanul selama dilakukan saksion
R/Aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas

12
f. Monitor status oksigen pasien (tingkat SaO 2 dan SvO2) dan status
hemodinamik (tingkat MAP [mean arterial pressure] dan irama jantung)
segera sebelum, selama dan setelah saksion
R/Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2 dan status hemodinamik,
jika terjadi perburukakn suction bisa dihentikan.

3. Gangguan pertukaran gas b.d. ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan


membran kapiler alveolar

NOC: Status respirasi pertukaran gas, dengan kriteria hasil klien:


a. Memiliki mental status yang normal
b. Dapat bernafas dengan mudah
c. Tidak mengalami dispnea
d. Tidak mengalami sianosis
e. Tidak mengalami somnolen
f. Memiliki PaO2 dan PaCO2 dalam batas normal
g. Memiliki pH arteri dalam batas normal
h. Memiliki saturasi O2 dalam batas normal
i. Memiliki perfusi ventilasi yang seimbang

NIC: Airway management
a. Posisikan klien untuk memaksimalkan potensi ventilasinya.
R/Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan.
b. Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan nafas baik aktual
maupun potensial.
c. Ajarkan batuk efektif
R/Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
d. Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya
ventilasi dan adanya bunyi tambahan
R/ Suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan
kepatenan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas klien.
e. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sesuai kebutuhan
R/ Mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan
keefektifan pola napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dalam tubuh.

(Moorhed,etc. Nursing Outcomes Classifications (NOC)& Nursing Intervention


Classification ( NIC), 2015-2017)

13
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku saku Diagnosis Keperawatan ed. 10. Jakarta:
EGC

Kementrian Kesehatan RI (2015). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) :


Jakarta

Kozier, Barbara, G. Erb, K. Blais. 2007. Fundamental of Nursing Concept, Process


and Practice. Addison-Wesley: California

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Johnson, Marlon, M.Maas, S. Moorhead. 2011. Nusing Outcomes Classification


( NOC) Second edition. Mosby: USA.

McCloskey. 2011. Nursing Intervention Classification ( NIC). Mosby: USA

NANDA Internasional. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta:EGC.

Potter, P.A & Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, vol. 1, E /4. Jakarta: EGC

Potter, P.A & Perry, A.G.2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik, vol. 2, E /4. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan.Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Wartonah, Tarwoto. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Salemba Medika: Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai