Disusun Oleh :
20194010165
Pembimbing :
SMF BEDAH
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Oleh :
2 of 26
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. G
Usia : 5 tahun
ANAMNESIS
Keluhan utama :
- Pasien dibawa ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan nyeri perut sejak malam
sebelumnya disertai batuk.
- Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit bawaan seperti diabetes mellitus, hipertensi
dan penyakit sistem cardiovaskular, asma, dan lain-lain.
ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem saraf pusat : pusing (-), nyeri kepala (-)
3 of 26
b. Sistem integumentum : tidak ada keluhan
c. Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
d. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (+), BAB (-)
e. Sistem urinaria : BAK normal tidak ada keluhan
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (+)
g. Sistem cardiovascular : berdebar-debar (-)
PRIMARY SURVEY
a. Aiway : Jalan nafas clear, tidak ada sumbatan, berbicara lancar
Look : Jejas (-)
Listen : Vesikuler
Feel : Letak trachea tidak bergeser
b. Breathing : Baik
c. Circulation : Tidak terdapat tanda shock (TD: 100/65, N: 101x/m)
PEMERIKSAAN FISIK :
Kesan umum : Cukup, menangis kesakitan
Kesadaran : Compos mentis , E4V5M6
Vital sign :
Tekanan darah : 100/65 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 101x /menit
Suhu : 36,6 C
Pemeriksaan kepala :
- Mata : pupil : isokor 3mm/3mm
CA (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
4 of 26
Pemeriksaan thorax :
- Inspeksi : Jejas (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) benjolan (-)
- Auskultasi : BU (+) dbn
- Perkusi : timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (+), abdomen supel
Pemeriksaan genital dan regio inguinal :
- Pembesaran skrotum (-)
- Pembesaran kelenjar limfe inguinal (-)
- Benjolan (-)
Pemeriksaan status lokalis urologi :
Regio Suprapubic :
Regio Flank :
5 of 26
- Pasien dibawa ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan nyeri perut di regio
umbilikal sejak malam sebelumnya disertai batuk. pasien memiliki riwayat rawat inap
dengan keluhan yang sama 3x.
Diagnosis sementara:
Abdominal pain ec. susp. invaginasi
Diagnosis banding:
Appendisitis
6 of 26
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN KETERANGAN
NORMAL
HB 12,8 gr/dL 10,8 - 15,6 -
AL (Angka Leukosit) 12,6 ribu/ul 5,0 - 14,5 -
HMT (Hematokrit) 37 % 33 - 45 -
MCV 74 fL 69 - 93 -
MCH 25 pg 22 - 34 -
MCHC 34 g/dL 32 - 36 -
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrofil 68,00 % 50 – 70 -
Limfosit 20,00 % 25 – 40 L
7 of 26
Hasil pemeriksaan USG Urologi (03-01-2020)
Kesan :
- Lesi inhomogen di proyeksi epigastrium hingga lumbar dextra, mengarah gambaran
invaginasi colocolica
- Appendikx tervisualisasi dengan morfologi normal
- Tak tampak kelainan pada kedua ren dan vesika urinaria
8 of 26
Diagnosis Kerja
Abdominal pain ec. invaginasi colocolika
Penatalaksanaan
NGT
Farmakoterapi
• Injeksi Cefotaxime 1 gr / 12 jam
• Injeksi Ketorolac 10 mg / 8 jam
• Infus Frutolit
9 of 26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nyeri pada perut dalah salah satu keluhan yang menonjol pada gawat
abdomen. Nyeri perut bisa berupa nyeri viseral maupun somatik. Nyeri viseral terjadi
bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut, misalnya
karena cidera atau radang. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak
nyeri sehingga biasaya menggunakan telapak tangan untuk menunjuk daerah yang
nyeri. Sedangkan nyeri somatik adalah nyeri yang terjadi karena rangsangan pada
bagian yang dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya regangan pada peritonium parietal
dan luka pada dinding perut. Abdominal pain atau nyeri di bagian perut bisa
disebabkan oleh berbagai macam penyebab, salah satunya adalah obstruksi usus.
Invaginasi merupakan salah satu penyebab spesifik dari obstruksi usus. Invaginasi
adalah masuknya salah satu bagian ke bagian yang lain atau invaginatio dari salah
satu bagian usus kedalam lumen dan bergabung dengan bagian tersebut. Biasanya
bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk
(menginvaginasi) disebut intussusceptum dan bagian yang menerima intussusceptum
(diinvaginasi) disebut intussuscipiens. Invaginasi merupakan salah satu yang
termasuk ke dalam nyeri viseral, karena nyeri yang disebabkan adalah nyeri kolik
akibat spasme otot polos organ berongga (dalam hal ini adalah usus). Nyeri kolik ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi
ini berjeda, kolik yang dirasakan hilang timbul.
B. Anatomi
10 of 26
iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan
iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut
adalah:
1. hypocondriaca dextra
2. epigastrica
3. hypocondriaca sinistra
4. lumbalis dextra
5. umbilical
6. lumbalis sinistra
7. inguinalis dextra
8. pubica/hipogastrica
9. inguinalis sinistra
11 of 26
3. Hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, limpa, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilical meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
C. Fisiologi
12 of 26
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk system
pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh
gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi
bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
13 of 26
di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring
dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian
yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL),
dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel
lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana
yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan
mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan
serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
14 of 26
Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat
dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan
makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama
dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),
yang memperluas permukaan dari usus.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
15 of 26
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di
dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem
saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi
dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
D. Etiologi
E. Klasifikasi
16 of 26
1. Entero-enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
2. Colo-kolika : kolon masuk ke dalam kolon
3. Ileo-kolika : ileum terminal yang masuk ke dalam kolon asendens
4. Ileo-sekal : ileum terminal masuk ke dalam sekum di mana lokus
minorisnya adalah katup ileosekal
D. Patofisiologi
17 of 26
Invaginasi dideskripsikan sebagai prolaps internal usus proksimal dalam
leukan mesenterika dalam lumen usus distal. Kontraksi yang kuat pada bagian bawah
menyebabkan invaginasi dari bagian tersebut ke bagian yang berdekatan yang
kontraksinya lemah. Regio dari traktus gastrointestinal yang menderita akan mengalami
perubahan diameter anatomi (contoh :ileocolic atau gastroesophageal junction) yang
akan mengalami resiko tinggi. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi pada pasase isi
usus dan menurunkan aliran darah kebagian usus yang mengalami invaginasi. Akhirnya
dapat mengakibatkan obstruksi usus dan peradangan mulai dari penebalan dinding usus
hingga iskemia dinding usus. Mesenterium usus proksimal tertarik ke dalam usus distal,
terjepit hingga menyebabkan obstruksi aliran vena, sehingga terjadi edema pada dinding
usus. Kejadian inilah yang akan menyebabkan feses berwarna kemerahan kibat darah
bercampur mucus (red current stool / strawbery jam). Jika reposisi invaginasi tidak
dilakukan, terjadi insufesiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis
dinding usus yang akan menyebabkan perdarahan, perforasi, dan peritonitis. Invaginasi
baik pada obstruksi partial atau komplit dari traktus gastrointestinal dapat
mengakibatkan hypovolemia dan dehidrasi. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut
dapat semain memburuk hingga menyebabkan sepsis.
E. Manifestasi Klinik
18 of 26
Secara klinis perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran
anak/bayi yang semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba-tiba
menangis kesakitan, terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti
kejang dan pucat menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam
beberapa menit. Diluar serangan, anak bayi terlihat normal kembali. Pada saat itu sudah
terjadi invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang-ulang dengan jarak waktu
15 – 20 menit, lama serangan 2 – 3 menit. Pada umumnya selama perut itu diikuti
dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali
serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita
t19erlihat lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali.
Proses invaginasi pada awalnya belum terjadi gangguan pasase isi usus
secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses biasa, kemudian feses bercampur
darah segar dan lendir, kemudian hanya berupa darah segar bercampur lendir tanpa
feses. Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa
tumor berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah
atau kiri bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu peristaltik, perut bagian kanan
bawah teraba kosong, hal ini disebut Dance’s Sign. Hal ini diakibatkan sekum dan
kolon naik ke atas, mengikuti proses invaginasi.
Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan
gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta
laserasi mukosausus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru
dijumpai sesudah 6 – 8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang – kadang sesudah
12 jam. Berak darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang
dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur. Sesudah 18 – 24 jam serangan sakit
yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total,
diikuti proses pasien dijumpai dengan tanda – tanda obstruksi, seperti perut kembung
dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi. Oleh
karena perutkembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya
berupa darah danlendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah,
feses, dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah
arteri, pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi,
peritonitis umum, shock dan kematian.
19 of 26
F. Diagnosis
20 of 26
Kriteria diagnosis invaginasi akut:
1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi)
• Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan
• Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada enema pada usus
halus yang berinvaginasi, adanya massa intraabdominal yang dideteksi dengan
USG
• Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi.
2. Mungkin invaginasi (probable)
• Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor 3.
3. Possible invaginasi
• Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minor.
Kriteria mayor pada invaginasi yakni:
• Bukti adanya obstruksi saluran cerna :
• Riwayat muntah kehijauan
• Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus abnormal
• Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi usus halus
Inspeksi:
a. Massa di abdomen
b. Massa di rectal
c. Prolapsus intestinal
• Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari jaringan
lunak.
• Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti vena: a) Keluarnya darah per rectal; b)
Keluarnya feses yang berwarna red currant jelly; c) Adanya darah ketika pemeriksaan
rectum
Kriteria minor pada invaginasi yakni:
• < 1 tahun
• Laki-laki
• Nyeri perut
• Muntah
• Letargi
• Hangat
21 of 26
• Syok hipovolemik
• Foto polos abdomen menunjukkan pola gas usus yang abnormal
• Pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit
(leukositosis>10.000/mm3)
G. Penatalaksanaan
1. Memperbaiki keadaan umum dengan resusitasi cairan dan
elektrolit
2. Dekompresi, maksudnya menghilangkan peregangan usus dan
muntah dengan selang nasogastrik (NGT) dan pemberian
antibiotik berspektrum luas.
3. Reposisi, bisa dilakukan dengan konservatif/non operatif dan
operatif. Pengelolaan reposisi hidrostatik dapat sekaligus
dikerjakan sewaktu diagnosis rontgen tersebut ditegakkan. Metode
ini dilakukan dengan cara memasukkan barium melalui anus
menggunakan kateter dengan menggunakan tekanan tertentu.
Syaratnya ialah keadaan umum mengizinkan, tidak ada tanda dan
gejala rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak
terdapat obstruktif tinggi. Kontradiksi melakukan barium enema
adalah adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis
maupun foto abdomen, dijumpai tanda-tanda peritonitis, gejala
invaginasi, sudah lewat 24 jam, dijumpai tanda-tanda dehidrasi
berat dan usia penderita diatas 2 tahun. Tekanan hidrostatik tidak
boleh melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan
pengurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan
reposisi hidrostatik. Pengelolaan berhasil jika barium kelihatan
masuk ileum.
22 of 26
atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat
floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan
dibuat foto. Meniskus sering dijumpai di kolon transversum dan
bagian proksimal kolon desendens. Bila kolom bubur barium bergerak
maju menandai proses reposisi sedang berlanjut, tetapi bila bubur
barium berhenti dapat diulangi 2-3 kali dengan jarak waktu 3-5 menit.
Reposisi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama
10-15 menit tetapi tidak didapati kemajuan. Antara percobaan
reposisi pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih
dahulu.
a. Rektal tube bila ditarik dari anus maka bubur barium akan
keluar dengan disertai massa feses dan udara.
b. Pada fluroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan
sebagian usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
c. Hilangnya massa tumor di abdomen.
d. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi
tertidur serta nori test positif.
23 of 26
reposisi dengan barium enema. Jika reposisi konservatif ini tidak
berhasil, terpaksa diadakan reposisi operatif.
H. Prognosis
24 of 26
meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama setelah
hari kedua.
I. Komplikasi
25 of 26
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta : EGC
2. Grace, A & Borley. At a glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga. 2007
3. Medscape Reference. Intussusception Clinical Presentation [updated December 20,
2018] Available from: https://emedicine.medscape.com/article/930708-clinical
4. Medscape Reference. Pediatric Intussusception Surgery Clinical Presentation [updated
July 18, 2019] Available from: https://emedicine.medscape.com/article/937730-
clinical
26 of 26