Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENTANG PORMIKI

Disusun oleh :
Kelompok 9
Husen Effendi
Widya Andini
Khoirun Nissa Yunisantika
Dwi Sintawati Nur Mahmudah
Rifaul Widayati
Silvia Audrina
Hanny Ardina Yashinta
Rizki Nur Azizah
Olivia Pascha Kristianti
Annisa Dewi Larasati

PRODI D-III PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang pormiki.
 Kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari teman teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 14 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Pormiki
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Bab 2 Isi
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perhimpunan Profesional Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan Indonesia (PORMIKI) merupakan
organisasi yang menghimpun para profesional perekam medis dan informasi kesehatan di Indonesia.
Organisasi ini dibentuk pada tanggal 18 Februari 1989. Saat pembentukannya yang dilaksanakan di
Yayasan Amanah, Jl. Taman Kebun Sirih, Jakarta, dihadiri oleh 31 rekan-rekan dan berbagai profesi yang
tidak saja berasal dari organisasi profesi tetapi juga dari instansi kesehatan pemerintah dan swasta.
Pada hari pembentukannya di Jakarta pada tanggal 18 Februari 1989, judul organisasi masih belum
ditetapkan secara resmi. Agar nantinya penerjemahan kata “Medical Record” tidak rancu, beberapa
deklarator mendatangi kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Prof. Dr. Anton Moeljono
(1989). Beliau menyarankan penerjemahan dari intilah “Medical Record” adalah Rekam Medis dan istilah
dari “Health Record” adalah Rekam Kesehatan. Dalam pertemuan selanjutnya, beliau menyarankan kata
“Perekam Medis” dan “Informasi Kesehatan” sebagai kepanjangan dari nama organisasi. Hal ini dikaitkan
dengan adanya benda fisik (Rekam Medis) sebagai sumber data, dan proses akhir yaitu berupa Informasi
Kesehatan. Pengertian kata “Perekam Medis” adalah sebagai sarana yang digunakan untuk melakukan
rekaman medis.
Kepanjangan nama organisasi PORMIKI itu adalah tepat karena menghubungkan 2 unsur, yakni tentang
manajemen rekam medis yang dikelola oleh suatu unit kerja dengan bentuk fisik rekam medis sebagai
sumber data, serta terhadap konsep terkini yang terfokus pada informasi kesehatan yang memanfaatkan
kemudahan sarana teknologi komputer.
Tenaga Perekam Medis dan Informasi Kesehatan seharusnya menjadi anggota PORMIKI, karena
organisasi ini merupakan wadah komunikasi antar Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dalam
melakukan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data medis dan informasi
kesehatan.PORMIKI sebagai organisasi profesi juga telah menjadi anggota ke 15 dari International
Federation of Health Record Organization (IFHRO) yang merupakan wadah profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan di seluruh dunia dikenal dengan nama Indonesian Professionals On Medical Record
And Health Information Organization.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah organisasi pormiki ?


2. Bagaimana visi, misi, kegiatan dan kewajiban anggota Pormiki ?
3. Bagaimana peranan dari perekam medis di rumah sakit ?

1.3 TUJUAN
1. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan.
2. Sistem kesehatan nasional dengan membina dan mengembangkan sistem.
3. Rekam medis dan informasi kesehatan.
4. Mengembangkan ilmu rekam medis dan informasi kesehatan.
5. Memperjuangkan kepentingan profesi dan para anggota.

1.4 MANFAAT
1.Bagi Rumah Sakit
Mendapatkan gambaran tentang kemampuan petugas di unit rekam medis dan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan kerja sehingga dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kemampuan
kerja petugas di unit rekam medis.

2.Bagi Institusi/Akademisi
Memperoleh gambaran mengenai kemampuan kerja petugas Rekam Medis sebagai bahan masukan dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma 3 jurusan Rekam Medis di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.

BAB II
ISI
SEJARAH PORMIKI
Saat pembentukan perhimpunan profesional perekam medis dan informasi kesehatan Indonesia yang
disingkat PORMIKI dibentuk pada tanggal 18 Februari 1989. Saat pembentukannya yang dilaksanakan di
Yayasan Amanah, Jl. Taman Kebun Sirih, Jakarta, dihadiri oleh 31 rekan-rekan dan berbagai profesi yang
tidak saja berasal dari organisasi profesi tetapi juga dari instansi kesehatan pemerintah dan swasta. Dari
daftar penandatanganan Naskah Proklamasi tampak Ketua PB IDI saat itu dr. H. Azrul Azwar, MPH
berkenan hadir dan bahkan bersama-sama dengan Ketua Persatuan Sarjana Administrasi (PERSADI)
Jakarta Raya saat itu drs. H. Razak Manan saling bahu membahu memberi semarak jalannya pembentukan
PORMIKI (lihat lampiran penandatanganan naskah). Setelah melalui pemilihan suara akhirnya dipilih
seorang Ketua Umum yang kemudian membentuk kelompok Pengurus Harian. Setelah pemilihan, Ketua
Umum terpilih yaitu Sdri. Gemala Hatta dengan mendapat bantuan penuh dari Ketua Umum PB IDI
menyusun Anggaran Dasar dan Rumah Tangga.
Pemberitahuan kepada masyarakat luas pada tanggal 25 Februari 1989 bertepatan seminggu setelah
pembentukan PORMIKI. Panitia Kerja Pembinaan dan Pengembangan Sistem Pencatatan Medis RS DKI
Jaya yang disingkat PPSPM mengadakan acara Konsultasi Sehari yang merupakan acara berkala PPSMP.
Topik kali itu mengenai komputerisasi data medis dengan mengambil tempat di PT USI/IBM, Gedung
Landmark, Jl. Sudirman, Jakarta. Dalam kesempatan itu PORMIKI yang baru terbentuk sekaligus
mengadakan press release pembentukan organisasi profesi yang baru. Hari itu Wakil Ketua PB IDI saat itu
yaitu dr. Kartono Mohamad berkenan hadir dan sekaligus juga memberikan kata sambutan yang
menumbuhkan semangat. Pertemuan di landmark mencatat 16 penandatangan Naskah Proklamasi
sehingga jumlah penandatanganan untuk kedua kesempatan itu (18 dan 26 Februari 1989) berjumlah 47
orang.
PPSPM Sebagai Bidannya PORMIKI historisnya, pada tanggal 17 Desember 1981 Kepala Dinas
Kesehatan DKI Jaya mengeluarkan suatu SK pembentukan Panitia Kerja PPSPM dengan No.
431/DKK.075.8/1981 dengan masa yang tidak terbatas: Ketua Panker ini adalah Sdr. Gemala Hatta dari
RSAB Harapan Kita, Jakarta, sedangkan anggota-anggotanya berasal dari 10 RS yang berada di lingkungan
DKI Jaya serta beberapa pejabat Dinas Kesehatan DKI, Jaya. Adapun hasil kegiatan PPSPM yaitu
mengadakan 2 kali latihan rekam medis dasar dan 1 kali lanjutan selama masing-masing dua setengah
bulan. Selain itu PPSPM juga membuat Bulletin Medical Record yang disebut BMR dan kemudian Majalah
Informasi Kesehatan (MIK). Sarana KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) ini diterbitkan setiap 3 bulan
sekali dan berhasil keluar dengan 28 kali terbitan atau selama 9 tahun berjalan. Sirkulasi 1000 eksemplar
setiap terbit menjangkau 27 propinsi serta memperoleh nomor penerbitan International Serial Standar
Number (ISSN) dari Paris melalui Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional RI. Di samping itu majalah sederhana
ini (sekitar a 50 halaman) juga memperoleh nomor penerbitan dari Departemen Penerangnan RI dengan SK
Men.Pen. RI No. 1032/SK/DITJEN PPG/STT/1985 tanggal 31 Desember 1985.
Bantuan keuangan dari Dinas Kesehatan DKI Jaya untuk kegiatan PPSPM yang minim membuat
PPSPM kemudian melaksanakan Konsultasi Sehari Berkala, suatu kegiatan yang selain mencari dana
tambahan juga berfungsi sebagai sarana KIE. Adalah menggembirakan bahwa setiap kegiatan yang
dilakukan oleh PPSPM baik berupa penataran 21/2 bulan maupun Konsultasi Sehari senantiasa diminati
oleh banyak peserta dari berbagai propinsi. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pendidikan rekam
medis amatlah dirasakan rumah sakit.
Dalam diskusi-diskusi pertemuan rutin sebulan sekali para anggota PPSPM menyatakan
kekhawatirannya akan nasib panitia kerja ini. Sementara krisis minyak di tahun 1985 boleh dikata bahwa
hingga tahun 1989 PPSPM antara ada dan tiada, artinya, meskipun para anggota akhirnya tidak
memperoleh honorarium apapun, namun selama waktu itu PPSPM belum dinyatakan bubar oleh DK DKI
Jaya. Keadaan ini tetap tidak menurunkan kegiatan PPSPM. Konsultasi Berkala sebagai sumber dana
Majalah Informasi Kesehatan tetaplah diadakan meskipun para anggota telah terbiasa untuk bekerja tanpa
imbalan/ Itulah sebabnya maka MIK tetap bisa bertahan selama 28 terbitan. Puncak dari kebimbangan dan
kekuatiran akan nasib PPSPM kiranya ditangkap oleh PERSADI Jaya. Sebetulnya sudah lama para anggota
PPSPM saling memberikan dorongan untuk membuat suatu organisasi rekam medis namun keberanian itu
timbul tenggelam. Lebih daripada itu PPSPM, bahkan sudah ingin melepaskan diri dari DK DKI dan
karenanya rancangan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga yang dikarang oleh PPSPM sudah diteruskan
kepada Bapak Kanwil. Sayangnya rancangan itu berjalan-jalan di kantor Kanwil selama labih dari setahun
alias sedang dalam tahapan evaluasi sehingga akhirnya semangat untuk mendirikan organisasi menjadi
terkatung-katung. Oleh karena itu barulah ketika didorong oleh PERSADI Jaya yang melihat bahwa rekam
medis adalah bagian administrasi, maka akhirnya anggota PPSPM secara bulat menyetujui pendirian
organisasi rekam medis. Akhirnya Ketua PPSPM dan PERSADI Jaya menghadap Ka Kanwil sambil
menanyakan kembali akan nasib AD/ART PPSPM tersebut. Kejadian bulan Februari 1989 itu amat disetujui
Kanwil, bahkan beliau mengutus beberapa pejabatnya untuk datang dalam acara diskusi pengadaan
organisasi rekam medis yang akan didirikan. Akhirnya PPSPM terpaksa berani setelah selama bertahun-
tahun keberanian untuk bangkit dirasakan tertidur. Selanjutnya PPSPM mengundang berbagai rekan
pemerintah (antara lain, Dep.Kes, BKKBN, di samping RS ABRI, swasta, pemerintah, BUMN serta
organisasi profesi seperti IDI, PERSADI Jaya) pada tanggal 18 Februari 1989. Walhasil, rekan yang datang
di luar dugaan banyaknya, bahkan dari Arun Aceh, Bogor, Cilegon dan lainnya.
Uniknya rencana semula undangan yaitu untuk menjajagi kemungkinan pengadaan suatu organisasi
justru dianggap tidak perlu karena forum cenderung langsung mengadakan pendirian organisasi rekam
medis. Kesepakatan ke-31 orang dari berbagai profesi, instansi dan propinsi dinyatakan sah. Pada hari ini
organisasi rekam medis belum mempunyai nama pasti. Oleh karena itu kemudian rekan-rekan dari
organisasi rekam medis berkonsultasi dengan Bapak Ketua Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(PPPB) dan Depdikbud. Berdasarkan usulan dari Bapak Prof. Anton Moelyono selaku Ketua PPPB akhirnya
ditetapkan nama organisasi ini Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
Indonesia yang kemudian disingkat oleh para anggota menjadi PORMIKI.
Dengan telah berdirinya PORMIKI maka Ka. PPSPM kemudian menulis surat kepada Ka. Kanwil DK DKI
Jaya tentang telah berdirinya PORMIKI. Kemudian Kanwil menganggap bahwa PORMIKI sudah cukup
sebagai mitra atau partner pemerintah yang dapat sewaktu-waktu diajak diskusi dalam memecahkan
berbagai masalah tentang rekam medis. Dengan terbentuknya PORMIKI Jaya yang anggotanya juga
banyak berasal dari DK DKI Jaya maka kiranya memang PPSPM tidak ada masalah bilamana harus diakhiri.
Akhirnya pada tanggal 5 April 1989, Panitia Kerja PPSPM diberikan surat penghentian kerja perihal
Pembentukan PORMIKI Nomor: 0994/- 1.84.4 yang ditandatangani oleh Ka. Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Ada suatu perasaan sedih bercampur haru dan sekaligus bangga.
Selamat tinggal PPSPM dan terima kasih yang dalam atas segala usahamu. Semoga PORMIKI yang
engkau prakarsai dapat berjaya selamanya, sebagaimana harapanmu pula.
Penyelenggaraan Kongres PORMIKI
Kongres I : Tahun 1992 di Jakarta
Kongres II : Tahun 1995 di Daerah Istimewa Yogyakarta
Kongres III : Tahun 1999 di Surabaya
Kongres IV : Tahun 2003 di Denpasar, Bali
Kongres V : Tahun 2006 di Semarang, Jawa Tengah
Kongres VI: Tahun 2009 di Bandung, Jawa Barat
Ketua Umum DPP PORMIKI
Periode 1989-1992 : Dra. Gemala Hatta, MRA.
Periode 1992-1995 : Dra. Gemala Hatta, MRA.
Periode 1995-1999 : Dra. Gemala Hatta, MRA, MKes.
Periode 1999-2003 : Siswati, AMd.PerKes.
Periode 2003-2006 : Siswati, AMd.PerKes, SKM.
Periode 2006-2009 : Lily Widjaya, Amd.PerKes, SKM, MM.
Periode 2009-2012 : Elise Garmelia, Amd.PerKes, SKM

A. Profil Organisasi Profesi


Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia
(PORMIKI) adalah organisasi profesi bagi tenaga dan peminat di bidang manajemen
informasi kesehatan di Indonesia yang dibentuk di Jakarta pada 18 Februari 1989
oleh Ibu Dr. Dra Gemala Hatta, MRA,Mkes dan sekaligus sebagai Ketua Umum
Dewan Pimpinan Pusat PORMIKI periode 1989-1999.
PORMIKI telah menjadi anggota ke 15 dari International Federation of Health
Record Organization (IFHRO) yang merupakan wadah profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan di seluruh dunia dengan nama Indonesian Professionals on
Medical Record And Health Information Organization. PORMIKI juga menjadi anggota
Forum Komunikasi Organisasi Profesi Kesehatan Indonesia (FOPKI).

B. Visi PORMIKI
“Manajemen Informasi Kesehatan Yang Handal di Indonesia.”
Misi PORMIKI
- Pengembangan profesi.
- Peningkatan kualitas pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan.
- Pengembangan IPTEK bidang Manajemen Informasi Kesehatan.
- Peningkatan kesejahteraan anggota.

C. Tujuan PORMIKI
1. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) dengan mengembangkan sistem rekam medis dan informasi kesehatan.
2. Mengembangkan ilmu rekam medis dan informasi kesehatan.
3. Memperjuangkan kepentingan organisasi serta meningkatkan profesi anggota.

D. Program Kerja PORMIKI


1.Seminar Manajemen Rekam Medis atau Manajemen Informasi Kesehatan.
2.Pelatihan Manajemen Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan.
3.Penerbitan bulletin 3 bulan
4.RAKERNAS dan Kongres

E. Kewajiban Anggota
1.Menghayati Pancasila
2.Menjungjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi
3.Memegang teguh AD/RT
4.Taat melaksanakan tugas dan program organisasi
5.Memegang teguh rahasia organisasi

Peranan rekam medis : Rekam Medis secara tidak langsung berdampak pada pengelolaan rekam medis
dan informasi kesehatan. Masuknya teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pelayanan kesehatan
telah banyak mengubah pola layanan kesehatan. Sejak dari pendaftaran pasien, pendokumentasian,
pengolahan, penyimpanan, pemusnahan, hingga penggunaan teknologi untuk membantu menegakkan
diagnosis dan melakukan tindakan, juga merupakan faktor besar yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan bentuk dan pola pelayanan informasi kesehatan saat ini. Meskipun para praktisi kesehatan di
dunia telah semenjak masa pra sejarah menjalankan praktik MIK sesuai dengan tingkat peradabannya
masing-masing, namun baru di awal abad ke-20 praktik MIK mulai berkembang maju. Dan, menjadi sangat
berubah di akhir abad ke-20 seiring dengan munculnya revolusi dunia teknologi informasi dan komunikasi
(TIK). Pesatnya perkembangan bidang kedokteran, manajemen pelayanan kesehatan, hukum kesehatan,
dan teknologi informasi & komunikasi mendorong pergeseran paradigma dalam profesi Manajemen
Informasi Kesehatan (MIK). Pada saat ini bisa kita temui ada 2(dua) model praktik MIK yaitu tradisional dan
modern. Praktik MIK tradisional berbasis pada pengelolaan kertas sebagai dokumen rekam medis
sedangkan praktik MIK modern berbasis pada pengelolaan informasi dalam rekam medis dari berbagai
sumber dalam berbagai bentuk (teks, gambar, grafik, suara, video, dan kombinasinya) dan berbagai media
(manual maupun elektronik). Di antara kedua bentuk tersebut (tradisional dan modern) kita bisa
mendapatkan bentuk peralihan dari tradisional ke modern yang dikenal sebagai bentuk hibrid. Perbandingan
Paradigma MIK Lama (Tradisional) dan MIK Baru (Modern) Fokus MIK tradisional Berfokus pada ruang atau
unit kerja (bagian, seksi, departemen) (department based). Dengan demikian aktivitasnya lebih mengarah
pada mengelola kertas, dokumen, atau sarana kerja lainnya. MIK modern Berfokus pada pengelolaan
informasi yang terdapat dalam rekam medis dari berbagai sumber dalam berbagai bentuk dan media, untuk
memenuhi berbagai kebutuhan informasi oleh berbagai pihak yang berwenang (information based). Jadi,
aktivitasnya berfokus pada konten dari rekam medis tanpa mengabaikan konteks atau bentuk fisiknya.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
PPSPM adalah perkumpulan perekam medis di DKI Jakarta, tetapi dengan terbentuknya PORMIKI Jaya
yang anggotanya juga banyak berasal dari DK DKI Jaya maka kiranya memang PPSPM tidak ada masalah
bilamana harus diakhiri. Akhirnya pada tanggal 5 April 1989, Panitia Kerja PPSPM diberikan surat
penghentian kerja perihal Pembentukan PORMIKI Nomor: 0994/- 1.84.4 yang ditandatangani oleh Ka. Dinas
Kesehatan DKI Jakarta. Dinas kesehatan menganggap bahwa PORMIKI sudah cukup sebagai mitra atau
partner pemerintah yang dapat sewaktu-waktu diajak diskusi dalam memecahkan berbagai masalah tentang
rekam medis. Dengan ini kita diharapkan semakin paham tentang sejarah PORMIKI dan ikut dalam
PORMIKI.

3.2 SARAN
Seharusnya dengan adanya tenaga rekam medis ini bisa mengembangkan terus pelayanan kesehatan yang
terdidik menurut bidangnya, sehingga dapat menjadikan pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi lebih
maju dan mengayomi dengan tenaga kerja yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/direktoriorganisasiprofesi.wordpress.com/2016/01/17/perhimpunan-
profesional-perekam-medis-dan-informasi-kesehatan-indonesia-pormiki/amp/
https://pormikijabar.org/sejarah-di-bentuknya-perhimpunan-profesional-perekam-medis-dan-informasi-
kesehatan-pormiki/
https://bosdokumen.blogspot.com/2015/03/perhimpunan-profesional-perekam-medis.html?m=1
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-NonDegree-4664-bab1.pdf
http://pormiki.or.id/about/

Anda mungkin juga menyukai