Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ATURAN LEMBAGA PEMBIAYAAN

MATA KULIAH HUKUM BISNIS

Dosen Pengampu:

Sofyan Arief, S.H., M.Kn.

Disusun oleh:

Aina Salsabila Vardi Putri


NIM. 201810160311343

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang Aturan Lembaga Pembiayaan.

Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini, berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penyusun menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih


terbilang jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul untuk
penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


penyusun itu sendiri, maupun bagi seluruh pembaca yang telah meluangkan waktunya
untuk membaca makalah ini.

Malang, 14 April 2019


                                                                                                                                                    
                                         
Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penelitian 2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 3

A. Pengertian dan Jenis Lembaga Pembiayaan 3

D. Peranan Lembaga Pembiayaan 5

E. Bidang Usaha Lembaga Pembiayaan 5

BAB III : PENUTUP 9

A. Kesimpulan9

F. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dekade terakhir ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


semakin pesat, pasalnya hal tersebut membawa pengaruh yang cukup besar dalam
tatanan kehidupan masyarakat. Salah satu yang dapat menyokong adanya perubahan
dalam kehidupan masyarakat atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu
dalam bidang hukum. Hukum yang menjadi alat vital negara haruslah dapat mengikuti
setiap perkembangan dinamika masyarakat yang cukup signifikan ini. Pasalnya, apabila
hal tersebut tidak dilakukan maka konsekuensinya adalah perilaku dan sikap masyarakat
yang menjadi sasaran tergerusnya nilai-nilai sosial ataupun dalam melakukan segala
aspek kaitannya dengan hukum. Khususnya yang acap kali sering terjadi yaitu dalam
dunia perdagangan atau dalam melakukan transaksi bisnis.

Transaksi bisnis itu sendiri, dapat diartikan sebagai kejadian ekonomi/ keuangan
yang melibatkan paling tidak dua pihak (seseorang dengan seseorang atau beberapa
orang lainnya) yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam perserikatan
usaha, pinjam meminjam atas dasar sama-sama suka ataupun atas dasar suatu ketetapan
hukum atau syariah yang berlaku.1 Dalam kaitannya dengan pengertian tersebut, hukum
ataupun aturan pastilah memiliki wewenang utamanya dalam rangka mewujudkan
ketertiban dan ketentraman masyarakat dengan melindungi kepentingan-kepentingan
individu dan masyarakat agar tercapai keadilan didalam masyarakat.2

Salah satu hal yang sangat penting dalam melakukan transaksi bisnis yaitu
diperlukannya modal. Tanpa modal bisnis tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Mulai dari bisnis yang besar maupun bisnis yang kecil pun membutuhkan modal untuk
menjalankan bisnisnya. Pada intinya modal adalah harta/aset utama perusahaan untuk
menjalankan bisnis, dimana umumnya berbentuk dana atau uang. Dengan uang maka

1
Sunarto Zulkifli, Dasar-dasar Akuntansi Perbankan Syariah, 2003, h. 10.
2
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, Pokok-pokok Hukum Bisnis, Jakarta, 2011, h. 4.

1
bisnis bisa berjalan dengan lancar untuk mendukung proses produksi hingga
pemasarannya.

Lembaga yang secara konvensional menyediakan modal adalah lembaga


keuangan bank. Namun, bank dalam menyalurkan dananya membutuhkan jaminan
(Collateral). Untuk mengatasi masalah jaminan tersebut dalam praktek bisnis muncul
lembaga pembiayaan yang cukup fleksibel jika dibandingkan dengan bank.3 Lembaga
Pembiayaan itu sendiri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung
dari masyarakat.4

Dengan adanya Lembaga Pembiayaan yang dapat memberikan kemudahan bagi


masyarakat, menjadikannya sebagai “pengganti” bank dalam melakukan aktivitas
peminjaman modal tersebut. Namun disamping itu, perlu diperhatikan pula aturan-
aturan yang berlaku didalam Lembaga Pembiayaan agar masyarakat memiliki bentuk
jaminan hukum yang apabila terjadi sesuatu, dapat ditindak lanjuti sesuai dengan
hukum dan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Makalah tentang Aturan Lemabaga Pembiayaan itu sendiri disusun sebagai


upaya dalam memberitahukan kepada masyarakat akan pentingnya mengetahui
sistematika hukum yang berlaku didalam Lembaga Pembiayaan. Agar nantinya dapat
menggunakan Lembaga Pembiayaan itu dengan baik dan sesuai dengan hukum serta
ketentuan-ketentuan yang berlaku didalamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bidang-bidang yang ada dalam Lembaga Pembiayaan?


2. Bagaimana pengertian dari Lembaga Pembiayaan dan bidang
usahanya?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bidang-bidang yang ada dalam Lembaga Pembiayaan

3
Munir Fuady, Hukum Tentang Lembaga Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, Bandung, 1995, h. 3.
4
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988, Pasal 1, butir 1, tentang Lembaga Pembiayaan.

1
2. Mengetahui pengertian dari Lembaga Pembiayaan dan bidang
usahanya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Jenis Lembaga Pembiayaan

Menurut Kepres Nomor 61 tahun 1988, Pasal 1 butir 1 tentang Lembaga


Pembiayaan, dijelaskan bahwa lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
 Lembaga pembiayaan mempunyai beberapa bidang usaha, yaitu :
1. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (Infrastructure Financing Company)
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur (Infrastructure Financing
Company) adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur.
2. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company)
Sewa Guna Usaha (Leasing Company) adalah badan usaha yang
melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara
finance lease maupun operating lease, untuk digunakan oleh penyewa guna
usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara berkala.
3. Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company)
Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company) adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan pasangan usaha untuk jangka waktu tertentu.
Selanjutnya, dalam pasal 4 Kemenkeu Nomor 1251 disebutkan bahwa:
1.) Kegiatan Modal Ventura dilakukan dalam bentuk penyertaan
modal ke dalam suatu Perusahaan Pasangan Usaha untuk :
a. pengembangan suatu penemuan baru;

1
b. pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya
mengalami kesulitan dana;
c. membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan;
d. membantu perusahaan yang berada dalam tahap kemunduran
usaha;
e. pengembangan proyek penelitian dan rekayasa;
f. pengembangan pelbagai penggunaan teknologi baru, dan alih
teknologi baik dari dalam maupun luar negeri;
g. membantu pengalihan pemilikan perusahaan.
2.) Penyertaan modal dalam setiap Perusahaan Pasangan Usaha
bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka waktu 10
(sepuluh) tahun.
3.) Penarikan kembali penyertaan modal (divestasi) oleh Perusahaan
Modal Ventura dalam segala bentuknya, dilaporkan kepada
Menteri selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah dilaksanakan.5
4. Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company)
Perusahaan Perdagangan Surat Berharga (Securities Company) adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan surat berharga.
5. Perusahaan Jasa Anjak Piutang (Factoring Company)
Perusahaan Jasa Anjak Piutang (Factoring Company) adalah badan usaha
yang merupakan badan yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Selanjutnya, dalam pasal 6 Kemenkeu Republik Indonesia Nomor 1251
disebutkan bahwa:
Kegiatan Anjak Piutang dilakukan dalam bentuk:
a. pembelian atau pengalihan piutang/tagihan jangka pendek dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri;
b. penata usahaan penjualan kredit serta penagihan piutang
perusahaan klien.6
5
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 1251/Kmk.013/1988, tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Pasal 4.
6
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 1251/Kmk.013/1988, tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Pasal 6.

1
6. Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company)
Perusahaan Kartu Kredit (Credit Card Company) adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
7. Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance Company)
Perusahaan Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance Company)
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran angsuran
atau berkala oleh konsumen.7

B. Peranan Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan mempunyai peranan yang penting, yaitu sebagi salah satu
lembaga sumber pembiayaan alternatif yang potensial untuk menunjang pertumbuhan
perekonomian nasional disamping peran tersebut di atas, lembaga pembiayaan juga
mempunyai peran penting dalam hal pembangunan yaitu menampung dan menyalurkan
aspirasi dan minat masyarakat, berperan aktif dalam pembangunan dimana lembaga
pembiayaan ini diharapkan masyarakat atau pelaku usaha dapat mengatasi salah satu
faktor yang umum dialami yaitu faktor permodalan.8

C. Bidang Usaha Lembaga Pembiayaan


1. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah lain dari Sewa Guna Usaha yaitu “leasing”, dimana leasing itu
berasal dari kata lease (Inggris) yang berarti menyewakan. Kegiatan sewa
guna usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala. Sedangkan barang modal adalah setiap aktiva tetap berwujud,
termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat aktiva tetap berupa
bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud merupakan satu kesatuan

7
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, 2001, h. 112-114.
8
Siti Ismijati Jenie. Beberapa Perjanjian Yang Berkenaan Dengan Kegiatan Pembiayaan. Yogyakarta:
Bahan Penataran Dosen Hukum Perdata, Fakultas Hukum UGM. 1996. hlm. 1.

1
kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dan
digunakan secara langsung untuk menghasilkan atau meningkatkan, atau
memperlancar produksi dan distribusi barang atau jasa oleh Lessee.

2. Modal Ventura
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, Perusahaan Modal
Ventura (Venture Capital Company) adalah badan usaha yang melakukan
usaha pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu Perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) sebagai pasangan
usahanya untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham,
penyertaan melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Investasi modal ventura ini
biasanya memiliki suatu resiko yang tinggi, meskipun resiko yang dihadapi
tinggi, pihak modal ventura mengharapkan suatu keuntungan yang tinggi
pula dari penyertaan modalnya berupa capital gain atau deviden.9
Kapitalis ventura atau dalam bahasa asing disebut (venture capitalist)
adalah seorang investor yang berinvestasi pada perusahaan modal ventura
dan perusahaan yang pembiayaannya dari modal ventura disebut Perusahaan
Pasangan Usaha (PPU) atau (investee company). Dana ventura ini mengelola
dana investasi dari pihak ketiga (investor) yang tujuan utamanya untuk
melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki resiko tinggi sehingga
tidak memenuhi persyaratan standar sebagai perusahaan terbuka ataupun
guna memperoleh modal pinjaman dari perbankan. Investasi modal ventura
ini dapat juga mencakup pemberian bantuan manajerial dan teknikal. Dana
ventura ini adalah berasal dari sekelompok investor yang mapan
keuangannya, bank investasi, dan institusi keuangan lainnya yang melakukan
pengumpulan dana ataupun kemitraan untuk tujuan investasi tersebut.
Penyertaan modal yang dilakukan oleh modal ventura ini kebanyakan
dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan baru berdiri sehingga belum
memiliki suatu riwayat operasionil yang dapat menjadi catatan guna
memperoleh suatu pinjaman. Sebagai bentuk kewirausahaan, pemilik modal
9
Anna Maria Wahyu Setyowati. Tinjauan Yuridis Peranan Lembaga Modal Ventura Bagi Pengusaha
Kecil Menengah, Projustitia Tahun XVI No. 2 April 1998. hlm. 42.

1
ventura biasanya memiliki hak suara sebagai penentu arah kebijakan
perusahaan sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya.10
3. Anjak Piutang
Anjak Piutang (Factoring) menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 adalah
anjak kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu Perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Menurut
Kasmir anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan factoring adalah
perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan atau pembelian atau
pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan
imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan (klien).11
Kemudian pengertian anjak piutang menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 125/KM.013/1988 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. Dari definisi tersebut,
setidaknya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam kegiatan factoring ada tiga pihak yang terkait, yaitu:
(1) Perusahaan Factoring (factoring company), atau disebut dengan
factor sebagai suatu badan usaha yang melakukan kegiatan lembaga
pembiayaan dengan bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek perusahaan;
(2) Perusahaan penjual piutang atau disebut klien (client), adalah
perusahaan yang menjual atau mengalihkan piutang atau tagihannya kepada
factor;
(3) Nasabah (customer), sebagai pihak yang berutang (debitur) kepada
klien, dan piutang tersebut oleh klien dijual atau dialihkan kepada factoring.
Istilah klien (client) dan nasabah (customer) dalam mekanisme anjak piutang
memiliki pengertian yang sangat berbeda. Lain halnya dengan bank yang
memiliki nasabah atau customer, sedangkan perusahaan anjak piutang hanya

10
Neni Sri Imaniyati. Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi. Yogyakarta: Grafika
Ilmu. 2009. hlm.69.
11
Neni Sri Imaniyati. Op.cit. Hlm. 69.

1
memiliki klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien yang memiliki
nasabah atau customer.
4. Kartu Kredit
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009, usaha kartu kredit
adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
Pengertian kartu kredit sendiri menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/52/PBI/2005, kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan
kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban
yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan
dan/atau untuk melakukan penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran
pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan
pemegang kartu berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban pembayaran
tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus (charge card)
ataupun secara angsuran.12

12
Dahlan Siamat. Manajemen Lembaga Keuangan,. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2001. hlm.281.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam menjadi pengguna transaksi yang baik, diperlukan adanya pengetahuan
terkait pentingnya Lembaga Pembiayaan yang dijadikan sebagai lembaga untuk
pemberian modal terhadap para pengguna (customer). Dampak yang akan
dirasakan apabila masyarakat dapat memahami apa saja bidang usaha Lembaga
Pembiayaan yaitu dapat menggunakannya dengan semaksimal mungkin, dan
dapat menjadi customer yang baik.
B. Saran
Saran saya untuk pemerintah, agar dapat lebih menyebarkan informasi terkait cara
penggunaan segala jenis Lembaga Pembiayaan yang ada di Indonesia. Agar
masyarakat menjadi lebih teredukasi dengan adanya pemberitaan tersebut.

1
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto Zulkifli, Dasar-dasar Akuntansi Perbankan Syariah, 2003.
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B. Ilyas, Pokok-pokok Hukum Bisnis,
Jakarta, 2011.
Munir Fuady, Hukum Tentang Lembaga Pembiayaan dalam Teori dan Praktek,
Bandung, 1995.
Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988, Pasal 1, butir 1, tentang Lembaga
Pembiayaan.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 1251/Kmk.013/1988,
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Sentosa Sembiring, Hukum Dagang, Citra Aditya Bakti, 2001.
Siti Ismijati Jenie. Beberapa Perjanjian Yang Berkenaan Dengan Kegiatan
Pembiayaan. Yogyakarta: Bahan Penataran Dosen Hukum Perdata, Fakultas
Hukum UGM. 1996.
Anna Maria Wahyu Setyowati. Tinjauan Yuridis Peranan Lembaga Modal
Ventura Bagi Pengusaha Kecil Menengah, Projustitia Tahun XVI No. 2 April
1998.
Neni Sri Imaniyati. Hukum Bisnis Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan
Ekonomi. Yogyakarta: Grafika Ilmu. 2009.
Dahlan Siamat. Manajemen Lembaga Keuangan,. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 2001.

Anda mungkin juga menyukai